• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN FOTO HDR (HIGH DYNAMIC RANGE) DI KALANGAN ANGGOTA KOMUNITAS FOTOGRAFI FISIP (KFF) UNTIRTA - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN FOTO HDR (HIGH DYNAMIC RANGE) DI KALANGAN ANGGOTA KOMUNITAS FOTOGRAFI FISIP (KFF) UNTIRTA - FISIP Untirta Repository"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS FOTOGRAFI FISIP (KFF)

UNTIRTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

TB ACHMAD MAULANA NIM. 666 2092 666

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

 Semakin kau penasaran, semakin berani kau mengambil resiko, makin banyak pula yang kau dapatkan

 Lebih baik menjadi kepala ikan teri, daripada jadi ekor ikan hiu

 Do’a, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal merupakan tangga

kesuksesan

SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN

Untuk kedua orang tuaku yang telah berkorban, bersabar, memberikan do’a, nasihat,

(6)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2016.

Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta merupakan sebuah komunitas foto yang merangkul para pehobi dan pecinta fotografi. KFF ini masih bersifat komunitas yang ruang lingkupnya masih tergolong kecil, karna mayoritas anggotanya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Namun, tidak menutup kemungkinan dari fakultas lain pun bisa ikut bergabung. Komunitas ini terbentuk pada tanggal 11 November 2011 yang bertujuan sebagai wadah bagi para pehobi fotografi untuk saling berbagi ilmu dan berkarya bersama.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemahaman mengenai arti, teknik pembuatan, dan pemanfaatan foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta dengan menggunakan teori perbedaan individual.

Menggunakan metode kualitatif dengan paradigma post-positivisme yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui wawancara mendalam dan studi pustaka untuk mengumpulkan data penelitian. Informan penelitian berjumlah 5 orang dari anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta. Triangulasi digunakan untuk menguji validitas temuan data di lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta memahami tentang HDR (High Dynamic Range) dalam fotografi. Dari kelima informan terpilih, Gilang Arasky R. Manto dapat memberikan informasi dan data-data yang relatif lebih detail. Lalu, Antoni Budi Mulia memberi data dan informasi yang lebih singkat. Sedangkan, ketiga informan lainnya (Hikmat Rachmatullah, Noval Afif, dan Harry Setiawan) memberikan data dan informasi yang relatif sama mengenai pemahaman foto HDR (High Dynamic Range).

(7)

Communication Science Program. The Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University. 2016.

The Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta) constitute a community of photography embracing the exciter and lovers of photography. KFF are still in community which the scopes is still quite low, because the majority of members are students of The Faculty of Social and Political Science. But, it is possible of the other faculty so can joined. This community formed on November 11th, 2011, aimed at as a forum for the exciter of photography to share sciences and work together. This research aims to described understanding of meaning, making techniques, and utilization of photo HDR (High Dynamic Range) on among members of The Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta) by using the individual differences theory.

In a qualitative with the post-positivism of paradigm aimed at described phenomena profusely through in-depth interiews and literature study to collect data of reseach. Informants of research were 5 people from members of The Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta). Triangulation used to test the validty of data findings in the field.

The results showed that not all members of The Photography Community Faculty of Social and Political Science, Sultan Ageng Tirtayasa University (Untirta) understood about HDR (High Dynamic Range) in photography. From 5 informants elected, Gilang Arasky R. Manto can provide information and the data relatively more details. Than, Antoni Budi Mulia give the data and informations shorter. While, three other informants (Hikmat Rachmatullah, Noval Afif, and Harry Setiawan) providing the data and informations are relatively similiar an understanding about photo HDR (High Dynamic Range).

(8)

Bismillahirrahmanirrahim

Puja dan puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita mendapatkan syafa’atnya. Amin

Adapun penulisan skripsi ini, dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana ilmu komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sangat menyadari banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, karna keterbatasan penulis sebagai manusia yang tak pernah luput dari kata salah.

Ucapan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya kepada:

(9)

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4. Yth. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Yth. Bapak Darwis Sagita, M. I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Yth. Bapak Muhammad Jaiz, S.Sos, M.Pd selaku dosen pembimbing I. Terimakasih atas waktu, dukungan, bimbingan, serta arahannya kepada penulis.

7. Yth. Bapak Burhanuddin Mujtaba, SE, M.Si selaku dosen pembimbing II. Terimakasih atas waktu, dukungan, bimbingan, serta arahannya selama ini.

8. Yth. Dosen-dosen dan staff-staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Terimakasih atas bantuannya selama ini.

9. Yth. Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta. Terimakasih atas dukungan dan bantuan selama penelitian berlangsung.

(10)

UKM Klasik Untirta, Kedai Bilop, serta sahabat-sahabat terbaik lainnya. Terimakasih atas kebersamaan, bantuan, dukungan, dan do’anya selama ini.

13.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi pihak-pihak yang telah banyak membantu, dan semoga kita semua selalu diberi keberkahan oleh-Nya. Amin

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Serang, 25 Maret 2016 Penulis

(11)

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

PERSEMBAHAN

ABSTRAKSI ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Identifikasi Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5.2.1Bagi peneliti ... 7

(12)

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 9

2.1.2 Fungsi Komunikasi ... 13

2.2Komunikasi Visual ... 17

2.2.1 Pengertian Komunikasi Visual ... 17

2.2.2 Fungsi Komunikasi Visual ... 19

2.3Pemahaman ... 20

2.3.1 Definisi Pemahaman ... 20

2.3.2 Tingkatan-tingkatan Dalam Pemahaman ... 21

2.4Fotografi ... 23

2.4.1 Pengertian Fotografi ... 23

2.4.2 Fotografi Analog ke Digital ... 27

2.4.2.1Perkembangan Evolutif ... 27

2.4.2.2Fotografi  Teknologi Terkini = Foto Digital ... 29

2.4.3 Foto: Sebuah Media Komunikasi ... 31

2.5Teknik Olah Foto ... 34

2.5.1 HDR (High Dynamic Range) ... 35

2.5.2 Sejarah HDR (High Dynamic Range) ... 40

(13)

2.5.5 Pemanfaatan Foto HDR (High Dynamic Range) ... 48

2.6Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 56

2.6.1 Sejarah Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 56

2.6.2 Visi dan Misi Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 56

2.6.2.1Visi ... 56

2.6.2.2Misi ... 57

2.6.3 Motto Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 57

2.6.4 Struktur Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 57

2.6.5 Kriteria Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 58

2.6.6 Program Kegiatan Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta .... 58

2.6.7 Prestasi Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 59

2.7Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual) ... 60

2.8Penelitian Sebelumnya ... 61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Paradigma Penelitian ... 67

3.2Metode Penelitian ... 68

3.3Sifat Penelitian ... 70

(14)

3.6.2 Studi Pustaka ... 74

3.6.3 Triangulasi ... 75

3.7Teknik Analisis Data ... 77

3.8Jadwal Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1Deskripsi Obyek Penelitian ... 80

4.2Deskripsi Identitas Informan ... 84

4.3Deskripsi Hasil Penelitian ... 90

4.3.1 Pemahaman Arti Foto HDR (High DynamicRange) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 90

4.3.2 Pemahaman Teknik Pembuatan Foto HDR (High Dynamic Range) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 97

4.3.3 Pemahaman Akan Pemanfaatan Foto HDR (High Dynamic Range) Di Kalangan Anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta ... 104

(15)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

Gambar 2.2 Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) II ... 38

Gambar 2.3 Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) III ... 39

Gambar 2.4 Brig Upon The Water ... 40

Gambar 2.5 Foto Under Exposure, Normal Exposure, dan Over Exposure ... 46

Gambar 2.6 Foto HDR (High Dynamic Range) Hasil Penggabungan 3 Foto ... 46

Gambar 2.7 Ilustrasi Foto Dave Hill ... 51

Gambar 2.8 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @klcography ... 53

Gambar 2.9 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @amiranas ... 53

Gambar 2.10 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @dalmiras165 ... 54

Gambar 2.11 Foto HDR (High Dynamic Range) by: @anjuanda ... 54

Gambar 2.12 Architecture ... 55

Gambar 2.13 Granny’s Attic ... 55

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data ... 73

Gambar 3.2 Triangulasi “Teknik” Pengumpulan Data ... 75

Gambar 4.1 Brig Upon The Water ... 95

Gambar 4.2 Prambanan Temple ... 99

(17)

Gambar 4.7 Let It Flow (2015) ... 115

Gambar 4.8 Saksi Sejarah Pemberi Arah (2016) ... 116

Gambar 4.9 The Half Mount (2015) ... 117

(18)
(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Fotografi adalah sebuah seni melihat, karena fotografi mengajarkan kepada kita cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyandaran baru akan segala keindahan yang ada disekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan hal tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Fotografi juga mengajarkan pada kita untuk melihat lebih dalam, menggali makna dan memahaminya sehingga menumbuhkan rasa cinta yang dapat menciptakan inspirasi untuk melangkah lebih jauh, melompat lebih tinggi, berlari lebih kencang, berbuat lebih banyak, dan melahirkan energi positif yang mampu menjadi katalis perubahan kearah yang lebih baik untuk semua. Fotografi memang merupakan sebuah jendela yang membuka cakrawala baru bagi kita, untuk menemukan kembali dunia yang ada di sekitar kita untuk melihat dan menikmati segala keajaiban yang bisa membawa begitu banyak kegembiraan dan kebahagiaan pada hidup kita.1

Fotografi merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendalami atau mempelajari tentang foto dan bagaimana cara untuk menghasilkan foto yang baik, agar dapat dinikmati oleh para penikmat foto. Foto identik dengan aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan momen-momen yang bisa menjadikan sebuah

1

(20)

foto itu lebih berarti, jika terdapat sisa-sisa kenangan atau sedikit memori yang dapat mengingatkan kita akan suatu kejadian atau hal menarik yang pernah kita alami sebelumnya.

Fotografi bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan dengan menyebutnya sebagai suatu medium ‘penyampai pesan’ (message carrier) bagi tujuan tertentu. Karya fotografi disamping kediriannya yang mandiri juga dimanfaatkan bagi memenuhi suatu fungsi tertentu.

Sebuah karya fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek foto yang terpilih dan yang diproses dan dihadirkan bagi kepentingan si pemotretnya sebagai luahan ekspresi artistik dirinya, maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Dalam hal ini karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri si pemotretnya dalam proses berkesenian penciptaan karya fotografi seni.2

Kini dunia fotografi pun memiliki banyak cabang atau kekhususan, diantaranya: fotografi jurnalistik, fotografi potret, fotografi alam atau sering disebut dengan landscape, dan fotografi seni murni. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunkan media cahaya. Namun fotografi juga dapat menjadi semata-mata merupakan media ekspresi diri dan tidak terikat fungsi apapun.

Keberadaan domain fotografi yang berkembang dalam mengantisipasi perkembangan jaman dan teknologi terkini ini dinampakkan pada pengaruh teknologi digital.3 Teknologi fotografi memang terlahirkan untuk memburu

2

Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), hal. 27. 3

(21)

obyekfitas, karena kemampuannya untuk menggambarkan kembali realitas visual dengan tingkat presisi yang tinggi.4

Fotografi merupakan salah satu alat komunikasi. Sebuah foto mampu mencetakkan pandangan dunia ke dalam benak manusia, bahkan hasil bidikan foto lebih ampuh daripada gambar atau lukisan. Foto mampu memvisualisasikan suatu peristiwa atau kejadian dalam bentuk gambar. Foto lebih mudah untuk diingat serta lebih mengesankan dibandingkan kata-kata. Untuk itu foto tidak perlu penerjemah. Foto mempunyai arti yang sama di seluruh dunia. Sebagai salah satu media komunikasi, fotografi menyampaikan makna-makna dan pesan yang terekam dalam wujud bingkai foto.

Bagi seorang fotografer, selain dituntut memiliki kemampuan yang baik dalam fotografi, juga harus memiliki pengetahuan tentang keindahan suatu foto agar karya yang dihasilkan memiliki nilai yang baik. Suatu keindahan dikenal dengan estetika merupakan salah satu tolak ukur untuk suatu karya fotografi. Seorang fotografer harus selalu berusaha mengemas karya fotografi menggunakan konsep dan ide yang ditunjang dengan teknik pengambilan pada suatu foto agar dihasilkan suatu karya fotografi yang memiliki nilai keindahan yang sebenarnya.

Bukan suatu perkara mudah bagi seorang fotografer untuk mengembangkan suatu karya, yang salah satunya mengeksplorasi keindahan alam atau suatu tempat menjadi karya seni yang benar-benar akan diapresiasi para penikmat seni sebagai sebuah karya seni yang memiliki nilai keindahan. Jika tidak, seorang fotografer akan terjebak dalam situasi yang sulit dimana suatu

4

(22)

karyanya dianggap tidak memiliki keindahan bahkan dianggap suatu karya manipulasi yang berlebihan dan jauh dari sebuah realitas.

Salah satu kendala dalam memotret di jaman serba digital ini adalah keterbatasan jangkauan dinamik dari sebuah sensor. Kita tentu kerap mengalami saat memotret di kondisi dengan kontras tinggi, ada saja bagian dari foto yang tampak terlalu gelap (under) atau justru terlalu terang (over). Sensor kamera memang jauh kalah dibandingkan mata manusia dalam urusan kepekaan dalam menangkap perbedaan terang gelap yang begitu lebar di alam ini, dari teriknya sinar matahari sampai redupnya cahaya lilin di kegelapan. Kondisi ini membuat banyak fotografer mendambakan sebuah hasil foto yang sebisa mungkin mendekati kondisi aslinya, dengan jangkauan dinamis (dynamic range) yang lebar atau biasa disebut HDR.5

Istilah HDR dalam fotografi adalah kependekan dari (High Dynamic Range). Secara umum HDR sudah lazim dipakai penghobi fotografi, Dynamic Range adalah rentang kemampuan sebuah kamera untuk merekam tingkat kontras. Seperti diketahui, di alam terbuka ada tingkat kecerahan yang berbeda-beda, dari cahaya matahari yang sangat terang sampai sebuah tempat redup atau gelap. Dalam tingkat yang lebih rendah, tingkat kecerahan bisa dilihat dari langit cerah sampai bayangan dibawah pohon. Mata manusia bisa melihat detail awan di langit yang cerah, lalu mata manusia juga mudah melihat aneka detail benda yang ada di bawah bayangan pohon, mata manusia mudah menyesuaikan diri.

5

(23)

Berbeda halnya dengan kamera, fotografer tidak mungkin memotret sebuah pemandangan yang mengandung langit cerah dan bayangan bisa tampak semua detail di kedua bagian itu. maka digunakanlah teknik foto HDR.

(24)

1.2.Perumusan Masalah

Rumusan masalah akan memberikan suatu arahan yang jelas untuk mengadakan penelaahan, serta hasil analisis akan lebih nyata, sehingga peneliti harus membatasi masalah yang akan dianalisis karena dapat membantu memperjelas pengkajian. Sehubungan dengan itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : "BAGAIMANA PEMAHAMAN TENTANG FOTO HDR

(HIGH DYNAMIC RANGE) DI KALANGAN ANGGOTA KOMUNITAS

FOTOGRAFI FISIP (KFF) UNTIRTA ?"

1.3.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diutarakan diatas, maka identifikasi masalahnya adalah :

1. Bagaimana pemahaman arti foto HDR (High Dynamic Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta?

2. Bagaimana pemahaman teknik pembuatan foto HDR (High Dynamic

Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta? 3. Bagaimana pemahaman akan pemanfaatan foto HDR (High Dynamic

Range) di kalangan anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta?

1.4.Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dirumuskan diatas maka peneliatian ini bertujuan untuk :

(25)

2. Untuk menggambarkan pemahaman anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta mengenai teknik pembuatan foto HDR (High Dynamic

Range).

3. Untuk menggambarkan pemahaman anggota Komunitas Fotografi FISIP (KFF) Untirta mengenai pemanfaatan foto HDR (High Dynamic Range).

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengembang fotografi secara umum dan fotografi HDR khususnya pada kalangan KFF (Komunitas Fotografi FISIP) Untirta.

1.5.2. Manfaat Praktis

1.5.2.1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai aplikasi fotografi secara umum dan foto HDR (High Dynamic Range) secara khusus.

1.5.2.2. Bagi Akademi

(26)

1.5.2.3. Bagi Lembaga

(27)

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pesan pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambing (symbol). Kongkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.6

Pengertian komunikasi secara etimologis berasal dari perkataan latin “communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan “communis” yang berarti

sama; sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

6

(28)

Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain perkataan situasi menjadi tidak komunikatif; atau dengan rumusan lain terjadi miskomunikasi (miscommunication). Dan banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya miskomunikasi atau komunikasi yang salah.7

Definisi komunikasi hingga saat ini mencapai ratusan, yang diantaranya justru berlawanan dengan definisi-definisi lainnya.Namun Frank Dance membaginya kedalam tiga dimensi konseptual penting. Pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya. Seperti definisi ini,

“Komunikasi sebagai proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian

terpisah dunia kehidupan adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai „alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya‟ terlalu sempit.”8

Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Sebagian dari dimensi ini, menyatakan bahwa komunikasi hanya mencakup pengiriman dan penerimaan pesan. Seperti definisi berikut, “Komunikasi sebagai situasi yang memungkinkan

7

Ibid, hal. 30-31. 8

(29)

suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”9

Sebagian lagi tidak tidak menuntut syarat ini, yakni definisi komunikasi yang mengabaikan unsur kesengajaan. Seperti yang dikemukakan oleh Alex Gobe, “Suatu proses yang

membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”10

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Definisi dalam dimensi ini dipisahkan berdasarkan tingkat keberhasilan dan kecermatan dalam berkomunikasi. Sebagian mengasumsikan bahwa komunikasi itu harus berhasil. Seperti, “komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.”11

Asumsi dibalik definisi ini adalah bahwa komunikasi suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Lalu sebagian definisi dimensi ini tidak menuntut adanya keberhasilan. “Komunikasi adalah transmisi informasi.”12

Definisi tersebut tidak menuntut adanya informasi yang diterima atau dimengerti.

Adapula definisi yang mengasumsikan komunikasi sebagai tindakan satu arah. Everet M, Rogers mengemukakan, “komunikasi merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud

(30)

Lalu menurut Harold Lasswell, “Cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who? says what? In which channel?To whom?With what effect? Atau, Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan pengaruh apa?.”

Definisi-definisi tersebut mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon seseorang.

Komunikasi juga bisa dilihat sebagai transaksi. Dalam konteks ini adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang diperoleh pada dasarnya bersifat pribadi. Disini komunikasi tidak membatasi pada yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Beberapa definisi komunikasi dilihat sebagai transaksi antara lain: John R. Wenberg dan William W. Wilmot,

“Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna.” Donald Byker dan

Loren J. Anderson, “Komunikasi adalah berbagai informasi antara dua orang

atau lebih.” William I. Gorden, “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan

sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.” Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi

makna.” Stewart L. Tubbs dan Sykvia Moss, “Komunikasi adalah proses

pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”14

14

(31)

2.1.2. Fungsi Komunikasi

Terdapat empat fungsi dalam komunikasi. Seperti yang dijabarkan oleh Deddy Mulyana, M.A., Pd.D. dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, ke empat fungsi tersebut adalah :

1. Fungsi Komunikasi Sosial. 2. Fungsi Komunikasi Ekspresif. 3. Fungsi Komunikasi Ritual.

4. Fungsi Komunikasi Instrumental.15

Masing-masing dari fungsi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lainlewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu untuk membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematic yang ia masuki.

15

(32)

Implisit dalam komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu memiliki hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, maupun secara vertikal, dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

Selanjutnya, Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka pengikat waktu (time binder). Pengikat waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi baru. Mereka mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya, berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Pengikat waktu ini jelas merupakan suatu karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan tersebut.

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif

(33)

perasaan-perasaan (emosi) kita. Terdapat banyak cara untuk mengungkapkan ekspresi, misalnya melalui bahasa tubuh, melalui benda, melalui karya (seperti seni lukis, tari, musik, tulis, dan lain-lain).

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan dengan cara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup.

Dalam upacara-upacara yang dilakukan, orang-orang tersebut mengucapkan kata-kata atau menampikkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Komunikasi ritual sering bersifat ekspresif.

Komunikasi ritual tidak hanya dilakukan dalam upacara-upacara bagi sebuah komunitas atau budaya tertentu, akan tetapi juga dilakukan dalam sebuah organisasi. Misalnya, sebelum bergabung dalam sebuah organisasi tertentu mereka diminta untuk melakukan sebuah ritual upacara penyambutan bergabungnya dalam organisasi tersebut. Kegiatan ritual seperti ini memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok.

(34)

Hingga kapanpun ritual tampaknya akan tetap menjadi kebutuhan manusia, meskipun bentuknya berubah-ubah, demi pemenuhan jati dirinya sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta.

Terakhir dari fungsi komunikasi yang disampaikan oleh Deddy Mulyana, yaitu mengenai komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk atau bersifat persuasif. Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

(35)

Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, politik, yang antara lain dapat diraih lewat pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan non verbal.

Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan, dalam arti bahwa berbagai pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan.

Meskipun kita dapat membedakan fungsi-fungsi komunikasi, suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi yang tumpang tindih, meskipun salah satu fungsinya sangat menonjol dan mendominasi.

2.2. Komunikasi Visual

2.2.1. Pengertian Komunikasi Visual

Sejak awal sejarah terciptanya manusia di alam raya ini, komunikasi antar manusia adalah bagian yang paling penting dalam kehidupan. Selain kata-kata, unsur rupa sangat berperan dalam kegiatan berkomunikasi tersebut.

(36)

kelompok masyarakat tertentu kepada yang lain. Sebagai bahasa, maka efektivitas penyampaian pesan tersebut menjadi pemikiran utama seorang pelaku komunikasi visual. Untuk itu,sang komunikator harus: pertama,memahami betul seluk beluk pesan yang ingin disampaikannya. Kedua, mengetahui kemampuan menafsir, kecenderungan dan kondisi, baik fisik maupun jiwa dari komunikannya yang menjadi sasarannya. Ketiga, harus dapat memilih jenis bahasa dan gaya bahasa yang serasi dengan pesan yang dibawakannya, dan tepat untuk dapat dibicarakan secara efektif (jelas, mudah, dan mengesankan) bagi si penerima pesan. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang, atausimbol-simbol visual hadir dalam bentuk foto, gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.16

Komunikasi visual adalah suatu proses penyampaian pesan dimana lambang-lambang yang dikirimkan komunikator hanya ditangkap oleh komunikan semata-mata hanya melalui indra penglihatan. Bentuk komunikasi seperti ini bisa bersifat langsung (sebagaimana dua orang tuna rungu saling bercengkrama menggunakan bahasa isyarat), namun sebagian besar menggunakan media perantara yang lazim disebut media komunikasi visual.

16

(37)

Komunikasi melalui penglihatan adalah sebuah rangkaian proses penyampaian infromasi atau pesan kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, tanda pada rambu lalu lintas dan ikon ikon di dalam program komputer adalah bentuk komunikasi visual sederhana, seperti juga ikon di dalam keyboard portablesound. Di jalan pun seperti zebra cross dan ikon sepeda motor terjadi hubungan komunikasi secara visual seperti logo-logo perusahaan dan tanda di kebun raya dan kebun binatang.17

2.2.2. Fungsi Komunikasi Visual

Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi, diantaranya: 1. Sebagai sarana informasi dan instruksi

Bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala, contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten.

17

(38)

2. Sebagai sarana presentasi dan promosi

Bertujuan untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya sebuah foto, gambar, atau poster. Juga sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan suatu benda, produk ataupun lembaga, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk atau jasa itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya.

2.3. Pemahaman

2.3.1. Definisi Pemahaman

Beberapa definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para ahli. Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.18

Menurut Winkel dan Mukhtar, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Sementara Benjamin S.

18

(39)

Bloom mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang dia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri. Lebih baik lagi apabila seseorang dapat memberikan contoh atau mensinergikan apa yang dia pelajari dengan permasalahan-permasalahan yang ada di sekitarnya.

Sebagai contoh, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang lain. Karena kemampuan siswa pada usia SD masih terbatas, tidak harus dituntut untuk dapat mensintesis apa yang dia pelajari.

2.3.2. Tingkatan-tingkatan Dalam Pemahaman

(40)

Untuk itulah terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami. Menurut Daryanto (2008), kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:19

1. Menerjemahkan (Translation)

Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Contohnya dalam menerjemahkan Bhineka Tunggal Ika menjadi berbeda-beda tapi tetap satu.

2. Menafsirkan (Interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.

3. Mengekstrapolasi (Extrapolation)

Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik

19

(41)

yang tertulis. Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

2.4. Fotografi

2.4.1. Pengertian Fotografi

Kata “Photography” (fotografi) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata: “Photo”yg berarti sinar dan “Graphos” yang berarti menggambar. Jadi Photography dapat diartikan “menggambar dengan cahaya” Jika kita ibaratkan fotografi dengan melukis, dalam fotografi kita menggunakan kamera dan lensa sebagai alat lukisnya (brush/kuas), film sebagai kanvas/kertas dan cahaya sebagai catnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar dengan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.20

Burhanuddin, dalam Diktat Fotografi Dasarnya mengatakan “prinsip dari

fotografi adalah merekam suatu yang kita lihat dan alami.”Sebagai satu contoh ketika tamasya, ke satu tempat yang baru bagi kita. Dengan foto, kita dapat merekam pengalaman kita selama bertamasya dan apa saja yang dilihat: dengan

20

(42)

siapa kita bertamasya, bagaimana pemandangannya, seperti apa penduduknya. Foto-foto juga dapat digunakan sebagai bukti keberadaan dan hubungan sesuatu atau seseorang, orang lain dengan kita sendiri.

Fotografi tidaklah sekedar memiliki nilai dokumentatif semata tetapi juga menjadi media berekspresi dalam bentuknya sebagai ungkapan perasaan dan emosi estetis yang terdalam dari si pemotretnya. Fotografi juga bisa difungsikan sebagai elemen estetis penghias (illustration) dan penarik pandang (eye catcher) pada penciptaan fotografi komersial/desain iklan karena memiliki bobot penampilan estetis tertentu.21

Suatu fakta bahwa fotografi lahir sebagai upaya untuk menyempurnakan penampilan karya seni visual dalam bentuk prototip sebuah kamera yang disebut

camera obscura yang berfungsi sebagai alat bantu menggambar, „an aid in drawing‟ pada jaman Renaissance.22 Dengan perkembangan camera obscura yang dilengkapi dengan berbagai penemuan tentang lensa, diafragma, pengatur fokus, serta yang didukung oleh penemuan bahan kimia untuk film, kertas foto, dan teknologi reproduksi dalam kamar gelap, dan lain-lainnya memungkinkan terciptanya sebuah karya imaji fotografi sebagai hasil rekaman objek dan peristiwa secara nyata dengan detil yang dapat dipercaya dan dijamin „keabsahannya‟.

21

Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), hal. 84. 22

(43)

Andeas Feininger (1955) menyatakan bahwa kamera hanyalah alat untuk menghasilkan sebuah karya seni. Nilai lebihnya tergantung pada "tangan" yang mengoprasikan alat tersebut. Jika kamera dianalogikan sebagai piano, setiap anak pasti mampu membunyikan piano, tetapi bukan memainkan sebuah lagu. Begitu pula dengan kamera. Setiap orang pasti mampu menjepretkan kamera dan merekam objek untuk difoto, tetapi tidak semua orang dapat menghasilkan karya seni fotografi yang mengesankan.23

Kemana pun fotografi sebagai sarana pencipta imaji visual yang terpercaya dimanfaatkan dalam berbagai tujuan dan fungsi.Fotografi berkembang menjadi sarana yang berguna bagi pengembangan ilmu dan teknologi untuk kemaslahatan manusia. Fotografi mengemban misinya sebagai sarana dokumenter yang diaplikasikan secara sosial, ekonomi, teknologi dan juga sebagai bentuk karya seni dwimitra alternatif dalam lingkup seni budaya.

Fotografi memiliki banyak cabang atau kekhususan, di antaranya: fotografi jurnalistik, fotografi potret, fotografi alam dan fotografi seni murni. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Fotografi menjadi aliran “seni” dalam pengertian

yang lebih khusus seperti pada bidang seni lainnya. Aliran yang demikian dalam fotografi sering disebut fotografi fine art. Sayangnya, karya seni foto jarang ditampilkan pada media massa dan lebih banyak dipasang di galeri-galeri dan museum-museum.

23

(44)

Konsep seni foto yang ditampilkan di galeri dan museum pun tidak bisa meninggalkan suatu pemikiran bahwa foto menampilkan kenyataan (realitas) dan tidak ada unsur abstrak (dalam seni fotografi). Suatu kenyataan bahwa pembuatan seni foto dengan kamera berarti membatasi subjek dengan batas format pada jendela pengamat. Hal ini menjadikan seni fotografi lebih jujur daripada seni lainnya karena merekam seperti memotokopi subjek yang ada di depannya.

Subjek foto mencakup banyak hal dan tidak terbatas, mulai dari pemotretan manusia, alam semesta, arsitektur, sampai dengan mikro-organisme. Memang, banyak seniman foto yang berusaha membuat foto dengan film khusus, seperti film infra merah supaya subjeknya terlihat lebih abstrak. Namun, subjek dengan warna yang tidak seperti kenyataan tetap merupakan bukti dan bukanlah khayalan.24

Arbain Rambey, seorang fotografer senior Kompas mengatakan bahwa “Fotografi adalah seni memotong realitas tiga dimensi menjadi imaji dua dimensi

yang terbatas. Realitas fotografi menjadi menarik karena dia terbatas dan menyimpan sudut pandang pemotretnya”.

24

(45)

2.4.2. Fotografi Analog ke Digital

2.4.2.1. Perkembangan Evolutif

Beberapa peristiwa yang menandai perkembangan fotografi dalam konteks historis merupakan berbagai tahapan signifikan secara evolusif maupun revolusif yang telah dilalui oleh fotografi sebagai entitas pengetahuan baik yang bersifat teknis dan estetis. Hal ini telah terjadi sejak ditemukan dan digunakannya „camera obscura‟ pada

abad XV yang telah berkembang ke abad-abad berikutnya. Adapun implementasinya terjadi beberapa abad kemudian sampai akhirnya tercetus lebih memasyarakat di abad XIX di Eropah dengan berkembangnya daguerreotype sebagai hasil karya fotografi yang telah meluas penggunaannya ke tempat-tempat lainnya termasuk ke benua Amerika.

Perkembangan fotografi tersebut terlihat pada penggunaan berbagai materi bahan dasar dan bahan kimia peka cahaya dalam berbagai eksperimentasi yang dilakukan oleh para pionir fotografi. L. J. M. Daguerre dengan penggunaan bahan logam pada karya

(46)

perubahan yang signifikan (revolusif) dalam konteks penciptaan karya fotografi

Perubahan bahan dasar lainnya yang mungkin dapat dianggap sebagai suatu yang revolusif adalah penciptaan karya foto berwarna yang merupakan „impian‟ para innovator fotografi untuk

merealisasikannya dalam bentuk „seindah warna aslinya‟. Hal ini sebelumnya telah diupayakan dengan teknik „hand colouring‟, yaitu

upaya dengan mewarnai karya foto monochrome dengan bahan warna „aquarelle‟ sehingga bisa didapatkan representasi karya fotografi

dengan subyek yang sedikit mirip dengan warna asli alaminya. Eksperimen foto berwarna dimulai oleh J. C. Maxwell pada tahun 1861 yang menciptakan foto berwarna pertama dengan memotret pita sintetis (tartan ribbon) melalui penggabungan filter merah, hijau, dan biru.

(47)

“You press the button; we do the rest”25

Kameranya itu sendiri disebut KODAK yang akhirnya menjadi panggilan dan nama yang umum terhadap semua kamera fotografi.26

2.4.2.2. Fotografi + Teknologi Terkini = Foto Digital

Keberadaan domain fotografi yang berkembang dalam mengantisipasi perkembangan jaman dan teknologi terkini ini dinampakkan pada potensi pengaruh teknologi digital.

Pengambilan gambar dengan digital secara pasti akan menghilangkan eksistensi film, negatif, dan proses fotografi analog. Hal ini terjadi karena perekaman obyek foto diambil alih oleh kamera digital yang memiliki layar sensor elektronik (CCD

atau CMOS) yang dilengkapi dengan „Memory Card

penyimpan data foto dengan berbagai kemampuan kapasitas simpannya. Diantaranya bahwa memori disk ini juga dapat

di-erased atau digunakan lagi yang akibatnya bahwa film negatif (klise) juga hilang. Demikian juga fungsi jendela bidik „view finder‟ yang tergantikan oleh adanya layar LCD berwarna. Hal

ini merupakan nilai lebih kamera digital yang bermanfaat bagi upaya konfigurasi, komposisi, angle, dan nilai kedalaman atau

25

Jacob dan Kokrda dalam Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), hal. 160.

26

(48)

ketajaman hasil foto yang akan dipotret bisa secara instant dapat segera dilihat pada layar LCD tersebut.

Disamping itu dimungkinkan bahwa aplikasi digital juga secara pasti menggantikan fotografi analog dalam proses teknis penciptaan foto. Fungsi „kamar gelap‟ dalam fotografi analog karena bahan dasar kimia, film dan kertas yang peka cahaya mau tidak mau harus kehilangan fungsinya dan digantikan oleh „kamar terang‟ atau digital dark-room yang digunakan dalam proses digital. Demikian pula dengan proses rekayasa dalam aspek „manipulation & extension development‟ pada pencetakan

karya foto yang dulu dikerjakan dengan „berbasah-basah‟ dengan mesin enlarger di kamar gelap sekarang sudah tergantikan oleh kecanggihan dalam proses „kering dan bersih‟

computer digital. Demikian juga dalam hal „correction‟ terhadap

(49)

Sebuah revolusi telah terjadi karena hampir semua aspek dalam fotografi konvensional analog telah berganti dengan kemungkinan yang bernilai lebih mudah dan praktis dalam proses fotografi digital.27

2.4.3. Foto: Sebuah Media Komunikasi

Barthes (1977) mengemukakan bahwa sebuah foto merupakan suatu bentuk an institutional activity yang berkonsekuensi pada aktivitas sosial; hubungan dengan realitas dan berada dalam kondisi kultural dan mempunyai fungsi untuk mengintegrasikan manusia. Dalam bahasa lain, sebuah foto merupakan representational realism, merepresentasikan kenyataan sosial untuk dihadirkan ke dalam publik. Foto sebagai media komunikasi visual juga mempunyai the function of art, seperti dikemukakan oleh Alan Gowans dalam buku The Unchanging Art: New Form for the traditional function of Art in Society, sebuah karya seni harus selalu menunjukan: realita kedua, pengilustrasian, persuasif dan pengindahan. Slater (1995) menempatkan foto pada tiga realitas yang disebutnya sebagai trivial realism yang meliputi:

1. Representational Realism, yang memaparkan kenyataan realis yang dijabarkan pada kode-kode representasi realistis yang dimuat di berbagai media.

27

(50)

2. Ontological atau Existential Realism, yang menyatakan bahwa eksistensi sebuah gambar dalam sebuah foto tergantung pada eksistensi realitas obyek dalam dunianya.

3. Mechanical Realism, bahwa teknologi fotografi telah membawa modernitas ke dalam bentuk representasi.

Ketiga realitas ini menempatkan sebuah foto sebagai gambar yang berinteraksi dan memunculkan penafsiran secara kontekstual, karena foto juga tidak sekedar gambar yang mewakili realitas sosialnya.

Milgram (1976), seorang psikologi sosial, berpendapat tentang foto tidak hanya merefleksikan realitas tetapi juga memberikan efek pada sebuah realitas:

“…The official photograph is not only a reflection of the political reality, but

itself solidifies that reality and becomes an element in it...”

(51)

akan selalu ada sebuah elemen selektifitas yang terlibat, seseorang yang selalu memutuskan apa yang akan dia bidik dan apa yang tidak akan dia bidik. Seringkali makna yang terdapat di dalam sebuah foto lebih penting daripada apa yang terlihat dari sebuah peristiwa yang terekam pada foto tersebut.

Seorang sejarahwan seni Nicholas Mirzoeff (1999) mendeskripsikan tentang “the death of photography” dalam bukunya An Introduction to Visual Culture: “…The ability to alter a photograph digitally has underdone the

fundamental condition of photography – that something must have been in front of the lens when shutter was opened, even if questions remained as to the

authenticity of what was recorded…”.

Munculnya teknologi digital imaging dalam foto, yaitu kemampuan merubah foto secara digital, memunculkan sebuah perubahan pada pandangan tentang peranan penting sebuah foto terhadap realitas yang terdapat pada sebuah gambar foto. Karena dengan adanya teknologi digital imaging tersebut, sebuah realitas yang ditangkap kamera dapat dirubah, direkayasa, atau bahkan diciptakan yang dimunculkan melalui sebuah gambar foto. Sehingga peranan dan fungsi foto sebagai gambaran akan sebuah fenomena realitas sosial mulai berkurang dan dipertanyakan.28

28

(52)

2.5. Teknik Olah Foto

Olah atau edit foto adalah kegiatan menentukan ukuran foto, mengatur kontras, menentukan tempat foto akan disimpan, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan agar foto yang sudah di-scan atau ditransfer bisa lebih bagus dan sesuai harapan.

Untuk foto yang hendak dikirim ke media massa maka edit foto yang dilakukan cukup meliputi: mengatur ukuran foto, kontras, dan menentukan tempat foto akan disimpan. Kegiatan edit lain seperti mengatur keseimbangan warna, posisi foto, tusir, dan sebagainya tidak boleh dilakukan, untuk menghindari rekayasa atau manipulasi foto. Kegiatan ini dilakukan oleh redaksi foto.29

Adapula olah atau edit foto yang menggunakan efek-efek tertentu, mengatur keseimbangan warna, mengolah untuk menampilkan detail antara area gelap dan area terang yang kontrasnya tinggi, minimal mendekati apa yang bisa ditangkap oleh mata, menggabungkan beberapa foto dengan angle dan posisi yang sama namun dengan pencahayaan yang berbeda untuk menemukan pencahayaan yang selaras dan bisa menampilkan detail dari semua bagian foto,cara atau teknik ini disebut dengan teknik HDR (High Dnamic Range). Kegiatan itu pun dilakukan untuk mendapatkan foto yg sesuai keinginan fotografernya.

29

(53)

2.5.1. HDR (High Dynamic Range)

Istilah HDR dalam fotografi adalah kependekan dari (High Dynamic Range). Secara umum HDR sudah lazim dipakai penghobi fotografi, Dynamic Range adalah rentang kemampuan sebuah kamera merekam tingkat kontras. Seperti diketahui, di alam terbuka ada tingkat kecerahan yang berbeda-beda, dari cahaya matahari yang sangat terang sampai sebuah tempat redup atau gelap.

Foto HDR sendiri pada dasarnya tidak selalu mutlak dibutuhkan. Saat fotografer memotret sesuatu yang memiliki pencahayaan merata dan kamera sanggup menangkap semua terang gelap dari bidang foto dengan baik, fotografer tidak merasa ada yang salah dengan fotonya tersebut. Namun saat siang hari, dimana sebagian dari langit yang terang ikut terekam dalam sebuah foto, barulah fotografer menginginkan dan berusaha mendapatkan hasil yang lebih baik dari fotonya.30

Dalam tingkat yang lebih rendah, tingkat kecerahan bisa dilihat dari langit cerah sampai bayangan dibawah pohon. Mata manusia bisa melihat detail awan di langit yang cerah, lalu mata manusia juga mudah melihat aneka detail benda yang ada di bawah bayangan pohon, mata manusia mudah menyesuaikan diri.

Berbeda halnya dengan kamera, fotografer tidak mungkin memotret sebuah pemandangan yang mengandung langit cerah dan bayangan bisa tampak semua detail di kedua bagian itu. Sayangnya kamera modern saat ini pun masih

30

(54)

belum sanggup memberikan lebih dari apa yang kamera bisa, dihadapkan pada kondisi kontras yang tinggi, matering kamera hanya memilih antara menyelamatkan detil di area gelap (mengorbankan detil di area terang) atau sebaliknya. Maka salah satu usaha untuk memperbaiki foto adalah dengan menerapkan teknik HDR.

Menurut Yudo Sudarnadi dalam bukunya HDR Photo Effect, HDR atau

High Dynamic Range (Rentang Dinamis Tinggi) atau disebut juga dengan HDRI (High Dynamic Range Imaging), adalah teknik untuk mempresentasikan tingkat kecerahan yang lebih luas dari yang biasanya yang mampu dihasilkan pada pemotretan normal.31

31

(55)

Berikut ada beberapa contoh foto HDR (High Dynamic Range) yang peneliti tampilkan:

Gambar. 2.1

Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) I Sumber. Foto Pribadi Peneliti

(56)

Gambar. 2.2

Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) II Sumber. Foto Pribadi Peneliti

Foto berjudul “Eksotisme Tanah Lot” diatas tersebut mendeskripsikan

(57)

Gambar. 2.3

Foto Normal dan Foto HDR (High Dynamic Range) III Sumber. Foto Pribadi Peneliti

(58)

2.5.2. Sejarah HDR (High Dynamic Range)

Pertengahan Abad Ke-19

Ide penggunaan beberapa exposure untuk memperbaiki berbagai ekstrim pencahayaan dalam pengambilan sebuah foto dirintis sejak tahun 1850-an oleh Gustave Le Gray untuk membuat landscape laut menunjukkan baik langit dan laut. Render tersebut tidak mungkin pada saat itu menggunakan metode standar, kisaran pencahayaan yang terlalu ekstrim. Le Gray menggunakan satu negatif bagi langit, dan satu lagi dengan exposure yang lebih panjang untuk laut, dan menggabungkan dua file foto menjadi satu foto yang baik.32

Gambar. 2.4

Brig Upon The Water

Sumber. Foto Gustave Le Gray

(59)

Pertengahan Abad Ke-20

Ansel Adams mengangkat sebuah pengelakkan dan pembakaran pada sebuah bentuk seni. Banyak dari cetakan terkenal dimanipulasi dalam kamar gelap dengan dua metode ini. Adams menulis sebuah buku yang komprehensif tentang memproduksi cetakan, The Print, yang mengacu pada fitur pengelakkan dan pembakaran, dalam konteks sistem zonanya.

Dengan munculnya fotografi warna, tone mapping di kamar gelap tidak mungkin bisa dilakukan lagi karena dibutuhkan waktu khusus selama proses pengembangan film warna. para fotografer tampak seperti produsen-produsen film dalam merancang stok film baru dengan respon yang bermanfaat, atau terus membuat warna hitam dan putih dalam menggunakan metode tone mapping.

Film berwarna mampu merekam langsung gambar rentang dinamis tinggi (high dynamic range) yang dikembangkan oleh Charles Wyckoff dan EG & G "dalam perjalanan kontrak dengan Departemen Angkatan Udara".33 Film XR ini memiliki tiga lapisan emulsi, lapisan atas memiliki tingkat kecepatan ASA 400, lapisan tengah dengan tingkat menengah, dan lapisan bawah dengan tingkat kecepatan ASA 0,004. Film ini diproses dengan cara yang mirip

33

(60)

dengan film warna, dan setiap lapisan menghasilkan warna yang berbeda.34 Rentang dinamis pada rentang film luas ini telah diperkirakan 1: 108, yang telah digunakan untuk memotret ledakan nuklir, untuk fotografi astronomi, untuk penelitian spectrographic, dan untuk pencitraan medis. Detial foto ledakan nuklir Wyckoff muncul di sampul majalah Life pada pertengahan 1950-an.

Akhir Abad Ke-20

Konsep tone mapping diaplikasikan pada kamera video oleh kelompok dari Technion di Israel yang dipimpin oleh Dr. Oliver Hilsenrath dan Prof. Y. Y. Zeevi yang mengajukan paten konsep ini tahun 1988.35 Pada tahun 1993 medis komersial pertama kamera ini diperkenalkan untuk melakukan pengambilan beberapa gambar dengan eksposur yang berbeda, dan menghasilkan gambar video HDR, oleh kelompok yang sama.

Modern HDR (High Dynamic Range) serupa menggunakan pendekatan yang sama sekali berbeda, berdasarkan pembuatan pencahayaan rentang dinamis tinggi yang hanya menggunakan operasi gambar global (di seluruh gambar), dan kemudian menghasilkan tone mapping. Global HDR pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993,

34

C. W. Wyckoff. Experimental extended exposure response film. Society of Photographic Instrumentation Engineers Newsletter, June–July, 1962, pp. 16-20.

35

(61)

yang menghasilkan teori matematika dari foto yang berbeda exposure

dengan subjek yang sama, yang diterbitkan pada tahun 1995 oleh Steve Mann dan Rosalind Picard.

Pada tanggal 28 Oktober 1998, Ben Sarao menciptakan salah satu HDR + G (High Dynamic Range + Grafis) pertama di malam hari dari STS-95 di landasan peluncuran di NASA Kennedy Space Center. Ini terdiri dari empat gambar film pesawat ulang-alik pada malam hari secara penggabungan digital dengan elemen grafis digital tambahan. gambar pertama kali dipamerkan di NASA Headquarters Great Hall, Washington DC pada tahun 1999.36

Banyaknya konsumen kamera digital menyebabkan permintaan baru untuk foto HDR (High Dynamic Range) dalam meningkatkan respon cahaya pada sensor kamera digital, yang memiliki rentang dinamis jauh lebih kecil dibandingkan film. Steve Mann mengembangkan dan mematenkan metode HDR (High Dynamic Range) untuk dapat menghasilkan foto digital yang memiliki rentang dinamis luas di MIT Media Laboratory. Metode Mann melibatkan dua langkah:

36

(62)

1. Menghasilkan satu floating point berbagai susunan gambar dengan hanya pengerjaan foto atau gambar global (pengerjaan yang identik mempengaruhi semua pixel, tanpa memperhatikan lingkungan lokal mereka).

2. Mengkonversi berbagai susunan gambar ini, menggunakan pengolahan lokal (tone-remapping, dan lain-lain), menjadi sebuah foto HDR.37

Pada tahun 2005, Adobe Systems memperkenalkan beberapa fitur baru di Photoshop CS2 termasuk Gabung ke HDR, 32 bit, dan tone mapping HDR (High Dynamic Range).

2.5.3. Fungsi HDR (High Dynamic Range) Dalam Fotografi

Berbicara mengenai fungsi dari digunakannya teknik HDR pada sebuah foto, sudah peneliti jelaskan pada bagian pengertian HDR. ada beberapa fungsi yang dihasilkan dari foto HDR, yaitu memberikan tingkat kecerahan yang lebih luas dari yang biasanya yang mampu dihasilkan pada pemotretan normal, foto HDR juga berfungsi menghasilkan foto yang tampak lebih berdimensi dari foto mentah biasa juga punya rentang perbedaan antara bagian dan nilai warna dari paling terang sampai paling gelap lebih luas dari foto normal.38

37

Steve Mann, "Method and apparatus for producing digital images having extended dynamic ranges", published 1998-10-27 / https://en.wikipedia.org/wiki/High-dynamic-range_imaging. (Diakses pada 11 Februari 2016)

38

(63)

Pada kesimpulannya fungsi dari diterapkannya teknik HDR pada sebuah foto adalah membantu fotografer dalam membuat foto yang sulit menemukan

exposure yang tepat dan seimbang pada sebidang frame yang jadi muatan gambarnya, exposure yang seimbang disini adalah selarasnya antara bagian tergelap dengan bagian paling terang pada sebuah foto.

2.5.4. Teknik HDR (High Dynamic Range) Dalam Fotografi

HDR akan terasa lebih efektif saat pemotretan outdoor, landscape, siang hari dan melibatkan elemen langit yang terang. Kamera modern kini sudah bisa melakukan proses penggabungan HDR di kamera tanpa bantuan komputer, meski tentu hasilnya akan lebih baik dengan memakai komputer.

Teknik untuk membuat foto HDR (High Dynamic Range) yaitu dengan teknik multiple exposure, dan fitur HDR (High Dynamic Range) yang tersedia pada kamera.

2.5.4.1. Multiple Exposure

Multiple Exposure merupakan teknik yang dilakukan dengan cara membuat atau merekam beberapa foto dengan obyek foto yang sama, namun pencahayaannya berbeda-beda. Pada umumnya, seorang fotografer merekam 3 (tiga) atau sampai 7 (tujuh) frame foto dengan pencahayaan yang terdiri dari under exposure, normal exposure, dan

(64)

Gambar. 2.5

Foto Under Exposure, Normal Exposure, dan Over Exposure

Sumber. Foto Pribadi

Selanjutnya, penggabungan beberapa foto tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan software pada komputer, seperti

software adobe photoshop, photomatix atau Dynamic-photo HDR

untuk dapat mengolah foto HDR secara maksimal.39

Gambar. 2.6

Foto HDR (High Dynamic Range) Hasil Penggabungan 3 Foto Sumber. Foto Pribadi

39

(65)

Foto berjudul “Bumi Ke Langit” diatas tersebut

mendeskripsikan akan indahnya padang hijau dibalik gunung yang tinggi. Berhiaskan danau yang dikelilingi bukit-bukit indah nan sejuk. Foto tersebut diambil dari puncak gunung cikunir, daerah kampung tertinggi di pulau Jawa, Dieng. Dari judul foto tersebut bermakna bahwa untuk menggapai impian itu tidaklah mudah, dibutuhkan doa dan usaha keras, karna memang untuk mencapai puncaknya dibutuhkan pengorbanan yang besar.

2.5.4.2. Fitur HDR (High Dynamic Range) pada Kamera

Pada era digital, berbagai macam teknologi pun kian meningkat. Salah satunya perkembangan teknologi pada kamera digital sekarang ini selalu diperbarui dengan macam-macam fitur atau teknologi yang sebelumnya tidak ada, seperti fitur pengolahan HDR (High Dynamic Range) pada kamera langsung.

Idealnya, kemampuan lebih dari fitur ini mampu merekam

(66)

Beberapa tipe kamera yang sudah menyertakan fitur pengolahan HDR langsung di kamera. Jika diaktifkan, secara otomatis kamera akan mengolah foto dengan efek HDR. Tipe kamera yang didalamnya terdapat fitur ini antara lain Nikon D7100, Nikon D5100, Nikon D5200, Nikon D600 dan Canon 5D mark III.

2.5.5. Pemanfaatan Foto HDR (High Dynamic Range)

Dari pemaparan sebelumnya, diterapkannya teknik HDR pada sebuah foto adalah guna membantu fotografer dalam membuat foto yang sulit menemukan exposure yang tepat dan seimbang pada sebidang frame yang jadi muatan foto atau gambarnya, serta guna menyempurnakan imajinasi dan kreatifitas fotografer dalam menciptakan sebuah karya foto seperti yang diinginkannya.

Karya foto memiliki makna yang lebih dari sekedar yang ternampakkan. Hal ini dinyatakan oleh Terry Barret bahwa: “All interpretation share a fundamental principle – that photographs have meanings deeper than what appears on their surfaces. The surface meaning is that which is obvious and evident about what is pictured, and deeper meanings are those that are implied by what is pictured and how it is pictured”.40

40

(67)

Namun kesemuanya itu harus disesuaikan dengan wacana yang berkaitan pada materi-subyek, penampilan, bentuk dan tujuan dari pengadaan karya foto tersebut. Meskipun untuk itu tidaklah harus keluar dari konteks photographic discourse (wacana fotografi) sebagai suatu paradigma karya visual dua dimensional.

Penciptaan karya foto bisa didasarkan untuk berbagai kepentingan dengan menyebutnya sebagai medium „penyampai pesan‟ bagi tujuan dan pemanfaatan tertentu. Karya foto disamping kediriannya yang mandiri, pemanfaatannya juga guna memenuhi suatu fungsi tertentu. Sebuah karya foto yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih obyek foto yang terpilih dan yang diproses dan dihadirkan bagi kepentingan fotografernya sebagai luahan ekspresi artistik dirinya. Dalam hal ini karya foto tersebut dimanfaatkan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri fotografernya,41 termasuk foto HDR (High Dynamic Range), dimana fotografernya ingin menampilkan karya yang balance

pencahayaannya dan sesuai apa yang diinginkannya.

Kemudian penggunaan foto HDR (High Dynamic Range) yang memiliki unsur landscape dimanfaatkan sebagai elemen penghias atau sebagai unsur pelengkap suatu bentuk media tertentu merupakan karya yang ilustratif sifatnya. Lazimnya subyek fotonya memiliki daya tarik tertentu yang „ilustrious‟ sebagai focus of interest sehingga dipilih sebagai „penghias‟ untuk memperindah penampilan suatu media. Media iklan cetak sangat banyak memanfaatkan karya

41

(68)

foto jenis ini dengan berbagai bentuk dan subyeknya, seperti majalah-majalah

travel, arsitektur, kalender, dan lain-lain.

Selain pemanfaatannya juga yang memiliki nilai dokumentatif karena sifatnya yang dapat mengabadikan suatu obyek alami dengan kemampuan realitas dan detail visualyang memadai, serta sebagai acuan referensi data dan informasi yang bisa dipercaya bagi kepentingan masa depan.

Lebih jauh lagi, seperti genre fotografi lainnya. Foto HDR (High Dynamic Range) juga dapat menjadi produk komoditas yang bernilai karena diorientasikan bagi pencapaian tujuan komersial atau financial. Untuk pemanfaatan ini ternampakkan pada karya-karya yang dipamerkan pada gallery

foto, product-shot, stock-photography, dan lain-lain. Masing-masing jenis memiliki pangsa pasar tersendiri terhadap khalayak baik lokal maupun global yang dilindungi hak cipta pemakainya.

Gambar

Gambar. 2.1
Gambar. 2.2
Gambar. 2.3
Gambar. 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut dari 34 pasien konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan hasil angka harapan hidup dua tahun pasien Kanker Payudara

Perlakuan sterilisasi 15 sampai dengan 25 menit dapat menghasilkan total mikroba dan total kapang yang sesuai dengan standar SNI 2717.1:2009, mampu mempertahankan mutu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap novel Belenggu karya Armijn Pane, dapat disimpulkan beberapa hal:1) Struktur Kepribadian Dokter Sukartono yang

Pasal 2 ayat (1) UUK dinyatakan bahwa “debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar setidikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat

Kencur ( Kaempferia galanga L.) mengandung Etil p -metoksisinamat (EPMS) yang berfungsi sebagai tabir surya dengan menyerap energi cahaya matahari.Teh ( Camellia

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan benih padi VUB adalah variabel luas lahan, harga benih padi VUB, harga benih padi non VUB dan pendapatan petani secara

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh slow stroke back massage terhadap

Minyak merupakan komponen SNEDDS yang berfungsi untuk melarutkan obat yang bersifat lipofilik, serta penting untuk meningkatkan transportasi obat kedalam