BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajar mengajar. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah, siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 57) bahwa “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang”.
Menurut A’la (2010: 23) “minat yang ada dalam diri seseorang timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja”.
Minat yang dikemukakan Winkel (1986: 30) adalah “kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik
pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu”. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat lagi dengan sikap positif.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu yang ada dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu gejala-gejala seperti rasa suka, rasa senang, semangat dan suka melakukan tingkah laku sesuai melalu berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Sehingga, minat belajar merupakan perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang dalam kegiatan belajar yang dijalaninya yang akan menimbulkan keterlibatan aktif dalam proses yang dijalani.
b. Ciri-ciri Minat
Minat pada siswa sekolah dasar masuk pada kategori minat pada masa kanak-kanak. Hurlock (2007: 166-167) menyatakan bahwa:
Minat yang dibentuk pada masa kanak-kanak dapat mempengaruhi anak sebagai berikut:
1) Minat mempengaruhi bentuk dan cita-cita.
2) Minat dapat dan memang berfungsi sebagai tenaga pendorong yang kuat.
3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas seseorang.
4) Minat yang terbentuk pada masa kanak-kanak sering menjadi minat seumur hidup, karena minat menimbulkan kepuasan.
Aktivitas belajar akan tercapai apabila memiliki minat yang kuat, minat yang ada dalam diri seorang anak akan berpengaruh besar terhadap proses belajar yang dijalani. Minat merupakan rasa ketertarikan hati pada suatu hal yang dianggap mereka menarik perhatian. Hurlock (2007: 115) juga mengungkapkan ada 7 ciri-ciri minat pada anak antara lain:
(1) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental, (2) minat bergantung pada kesiapan belajar, (3) minat bergantung pada kesempatan belajar, (4) perkembangan minat mungkin terbatas, (5) minat dipengaruhi budaya, (6) minat berbobot emosional, (7) minat itu egosentris.
baik dengan lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Minat belajar muncul karena perasaan hati yang tertarik pada suatu hal yang dianggapnya menarik hati sehingga dalam menjalani suatu hal atau kegiatan akan dilaksanakan dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan. c. Pengaruh Minat Terhadap Kegiatan Belajar Siswa
Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa. Suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan minat yang sungguh-sungguh oleh siswa akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Minat memiliki peranan penting dalam belajar. Menurut Susanto (2013: 66) mengungkapkan bahwa “minat merupakan unsur yang menggerakan motivasi yang menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda, atau kegiatan tertentu”.
Faktor penting yang mempengaruhi belajar seseorang salah satunya adalah minat. Minat yang ada dalam diri seseorang akan menumbuhkan suatu motivasi, begitu pula dalam belajar. Kegiatan belajar apabila dilakukan dengan minat yang besar akan membuat kegiatan belajar memiliki gairah atau semangat dari dalam hati dan tanpa paksaan dari siapapun.
d. Indikator Minat
Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukakn kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediannya dalam belajar. Kemudian definisi operasional dari minat belajar adalah skor siswa yang diperoleh dari tes belajar yang mengukur aspek: (1) kesukacitaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.
Indikator merupakan suatu ukuran atau karakteristik yang menunjukan suatu ketercapaian suatu kompetensi yang sudah ada. Indikator minat merupakan suatu ukuran, tolak ukur, atau karakteristik dari meningkatnya minat yang ada dalam diri seseorang yang dapat diamati. Indikator minat menurut Safari dalam Nuriani, Lasmayan dan Sutama (2014: 6) dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Kesukacitaan, yaitu siswa senang dalam mengikuti pembelajaran, kemauan siswa untuk belajar, kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Ketertarikan, yaitu kesegeraan siswa dalam mengumpulkan tugas dan mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
c. Perhatian, yaitu memperhatikan penjelasan guru, konsentrasi siswa dalam belajar.
d. Keterlibatan, yaitu aktif dalam pembelajaran, aktif berdiskusi dengan kelompoknya.
Minat belajar siswa akan mempengaruhi prestasi belajar yang ingin dicapai. Menurut Syah (2007: 151) minat adalah “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Jadi, seorang siswa yang memiliki minat yang besar terhadap
suatu mata pelajaran akan memusatkan perahatiannya lebih banyak. Karena, pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswanya belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya minat belajar yang rendah akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Arifin (2011: 12) mengemukakan prestasi belajar adalah:
individu dapat dilihat dari keterampilan-keterampilan yang dikuasai maupun sikap dan tingkah laku yang ditunjukan.
Pendapat-pendapat yang disebutkan di atas diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yang telah ditempuh atau dicapai oleh siswa dari suatu proses pembelajaran yang dapat diukur melalui simbol-simbol yang sudah ditentukan. Prestasi belajar juga merupakan suatu penilaian untuk mengukur dan mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa dalam menguasai materi yang diajarkan. Prestasi belajar siswa merupakan output dari proses belajar, dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan mempengaruhi juga prestasi belajar.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar seseorang tidaklah sama, melainkan berbeda-beda pada setiap individu. Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal menurut Hamdani (2011: 139-146) adalah “faktor yang berasal dari siswa, faktor ini antara lain: a)
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor-faktor intern yang dimiliki oleh siswa dapat berasal dari kekuatan fisik maupun kemampuan otak (kecerdasan) dalam menerima informasi yang disampaikan. Kemauan hati untuk belajar yang dimiliki siswa akan membangkitkan semangat dan motivasi belajar yag kuat. 2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal menurut Slameto (2010: 60-71) faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar ada tiga faktor yaitu:
a) Faktor keluarga terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
c. Batas Minimal Prestasi Belajar
Seorang guru perlu untuk mengetahui cara atau kiat dalam menentukan batas minimal keberhasilan belajar. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara yang mudah. Kriteria ketuntasan belajar yang disampaikan oleh Suryosubroto (2002: 77) sebagai berikut:
1) Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan.
2) Secara kelompok, ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi kriteria ketuntasan yang belajar secara perorangan.
3) Secara perorangan, ketentuan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika seseorang (siswa) telah mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajarinya.
4) Dalam kurikulum 1994, taraf penguasaan minimal yang diterapkan bagi ketuntasan belajar secara perorangan adalah:
a) 75% unit hasil penilaian formatif pada setiap satuan pelajaran,
b) 60% unit rata-rata hasil penilaian sub sumatif, sumatif dan kokurikuler pada setiap semester.
kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode siswa tertentu.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat IPS merupakan suatu ilmu yang mempelajari kehidupan sosial dan memiliki berbagai macam cabang. Hal senada diungkapkan oleh Trianto (2010: 171) yang berpendapat bahwa:
Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai macam cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).
Penelitian yang akan dilaksanakan di SD Negeri 03 Karangtengah pada mata pelajaran IPS akan membahas materi tentang peristiwa sekitar proklamasi dengan menggunakan model Quantum Learning. Materi tersebut menjelaskan tentang peristiwa
atau kejadian yang mengawali peristiwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, mulai dari tahap persiapan dengan membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sampai pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan tokoh-tokoh yang berperan dalam proklaamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Materi yang mengambil berasal dari silabus KTSP yang berlaku di sekolah tersebut.Untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi dasar 2. Menghargai peranan
tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan.
1) Peristiwa Menjelang Proklamasi
Peristiwa-peristiiwa menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diawali dengan adanya pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk perundingan kemerdekaan RI sampai pada detik-detik proklamasi dikumandangkan. Peristiwa-peristiwa tersebut diantaranya:
a) Pertemuan di Dalat
b) Pertemuan Rengasdengklok c) Detik-detik proklamasi
2) Peranan BPUPKI dan PPKI dalam Perumusan Dasar Negara dan UUD 1945
Tugas dan Peranan BPUPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Menyelidiki kemungkinan-kemungkinan Indonesia merdeka. b) Mempersiapkan lahirnya Indonesia merdeka.
c) Menyusun dasar negara merdeka
d) Menyusun rancangan UUD Indonesia merdeka
mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno, sedangkan wakilnya Drs. Moh.Hatta.
3) Riwayat Singkat Tokoh-tokoh Penting Proklamasi Kemerdekaan Ri a) Ir. Soekarno
Setelah Jepang menduduki Indonesia, Soekarno
dijadikan sebagai ketua Poetra (Poesat Tenaga Rakyat),
Penasihat Java Hokokai, anggota BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), dan PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 18
Agustus 1945 Soekarno dipilih menjadi presiden Republik
Indonesia yang pertama. Karena jasa-jasanya, sejak tahun 1986
Soekarno memperoleh pemberian gelar Pahlawan Proklamator
Kemerdekaan Indonesia.
b) Drs. Moh. Hatta
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta dipilih sebagai
wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Atas
jasa-jasanya, Mohammad Hatta diberi gelar penghargaan sebagai
Pahlawan Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Mohammad
Hatta menggundurkan diri sebagai wakil presiden RI pada
tanggal 1 Desember 1956 karena tidak sejalan dengan
pemikiran politik Presiden Soekarno yang ketika itu ingin
menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin. Beliau juga pernah
Den Haag Belanda.Mohammad Hatta juga dikenal sebagai
Bapak Koperasi Indonesia. Beliau meninggal pada tanggal 14
Maret 1980 dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah
Kusir Jakarta.
c) Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo adalah Penasihat PPKI. Beliau menjadi
penengah golongan muda dan kedua pemimpin nasional,
Sukarno-Hatta. Beliau mewakili golongan tua berunding
dengan para pemuda ketika Sukarno-Hatta diculik dan
diamankan ke Rengasdengklok.
d) Ibu Fatmawati
Sebagai istri pemimpin Bangsa Indonesia, Fatmawati
turut mendampingi Bung Karno. Ibu Fatmawati dikenal sebagai
tokoh wanita yang dekat dengan rakyat Indonesia yang sedang
memperjuangkan kemerdekaan. Jasa Ibu Fatmawati sangat
menonjol dalam peristiwa Proklamasi. Beliau menjahit Bendera
Pusaka, Merah Putih. Beliau menjahit Bendera Pusaka ini pada
bulan Oktober 1944. Bendera ini dikibarkan setelah Bung
Karno membaca Proklamasi.
e) Sutan Syahrir
Sutan Syahrir adalah tokoh politik, pejuang
kemerdekaan, dan perdana menteri pertama RI.Syahrir
memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah
Jepang. Beliau salah satu tokoh yang berani mengambil risiko
mencari berita mendengarkan berita radio. Syahrir adalah salah
satu tokoh yang paling awal mengetahui berita Jepang
menyerah kepada Sekutu. Setelah beliau mengetahui berita
tersebut beliau mendesak Sukarno-Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di luar rapat PPKI.
Disamping tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, sebenarnya
masih banyak tokoh-tokoh lain yang berjasa seperti Sukarni,
Sayuti Melik, Radjiman Widyodiningrat, dan lain-lain.
4) Menghargai Jasa Pahlawan
Ada beberapa cara mengenang dan menghormati jasa para
pahlawan, di antaranya sebagai berikut.
a) Pada waktu upacara di sekolah atau di kantor, dilakukan acara
mengheningkan cipta yang tujuannya untuk mengenang jasa
para pahlawan.
b) Melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan mendoakan
semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
c) Meneladani semangat perjuangan para pahlawan dalam
kehidupan sehari-hari.
d) Mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif dan
Meningkatkan proses pembelajaran IPS di kelas sangat penting,
maka dari itu diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran yang
diharapkan dapat membuat suasana pembelajaran IPS menjadi lebih
menarik dan menyenangkan. Salah satu solusi yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan model Quantum Learning.
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model Quantum Learning ini diharapakan akan membuat suasana pembelajaran IPS lebih nyaman dan menyenangkan sehingga akan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa yang maksimal. Sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Penerapan model pembelajaran Quantum pada pembelajraran di SD sesuai dan dapat diterapkan.
Penerapan model Quantum Learning dalam pembelajaran dinilai cocok dan sesuai. Penerapan model ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Model Quantum Learning menerapkan pada penataan lingkungan yang sesuai, dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Seperti pada teori belajar konfergensi yang dikemukakan oleh Louis William Stern dalam Sagala (2010: 98) mengungkapkan bahwa “perkembangan bukan hanya dapat dilihat dari
prestasi belajar siswa dengan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
4. Model Pembelajaran Quantum (Quantum Learning)
a. Pengertian Model Quantum Learning (Pembelajaran Kuantum) Quantum Learning pertama kali digunakan di supercamp. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanof, seorang
pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif maupun negatif.
Quantum Learning menurut DePorter dan Henarcky (2003:
16) didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Maksud dari “energi menjadi cahaya”. Menurut Rusman (2010:330)
adalah:
Mengubah semua hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa.
siswa akan dimaksimalkan dengan diberikan motivasi-motivasi yang akan meningkatkan minat siswa dalam belajar.
Konsep belajar kuantum menurut Hamruni (2011: 56) mengungkapkan bahwa:
Setiap orang memiliki potensi otak yang relatif sama, tinggal bagaimana mereka mengolahnya. Bila seorang siswa mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai, maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan akan memberikan hasil yang optimal.
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang menekanan pada gaya belajar siswa. Siswa akan belajar pada suasana yang nyaman dan menyenangkan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antar unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir yang positif, dan suasana yang menyenangkan.
Pembelajaran kuantum memiliki beberapa prinsip yang harus diketahui. DePorter (2003: 7-8) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip yang harus ada dalam Quantum Learning adalah:
1) Segalanya berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan
3) Pengalaman sebelum pemberian nama
4) Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Prinsip-prinsip Quantum Learning tersebut apabila dijalankan dengan baik, maka akan berjalan dengan maksimal. Mengatur suasana belajar atau lingkungan belajar dalam model Quantum Learning ini haruslah optimal yang akan ditujukan sebagai upaya untuk mrmbangun dan mempertahankan sikap positif dalam belajar.
b. Penerapan Model Quantum Learning
Quantum Learning dalam penerapan dalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan berbagai macam metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kerja kelompok, eksperimen, metode pemberian tugas maupun membuat peta pikiran. Quantum Learning merupakan model untuk membuat proses pembelajaran menjadi yang dapat meningkatkan minat siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.
pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar”.
Suasana belajar siswa dipengaruhi oleh penataan lingkungan yang baik. Penataan lingkungan yang tepat digunakan untuk mempertahankan suasana pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Quantum Learning itu sendiri memiliki kerangka skenario pembelajaran. Kerangka dalam skenario Quantum learning berdasar pada “TANDUR” yang merupakan singkatan dari Tanamkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka dalam pembelajaran Quantum tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman seorang guru dalam menerapkan model Quantum Learning di kelas.
TANDUR merupakan skenario penting dalam penerapan model Quantum Learning. De Porter dan Henarcki (2003: 88) mengatakan bahwa “unsur-unsur tersebut merupakan kerangka perancangan pengajaran untuk menerapkan Quantum Learning di kelas”. Kerangka pengajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tumbuhkan : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu).
2. Alami :berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui.
3. Namai : berikan “data”, tepat saat minat memuncak. 4. Demonstrasikan : berikan kesempatan bagi mereka
untuk mengkaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5. Ulangi : rekatkan gambaran keseluruhannya.
Model Quantum Learning merupakan model yang menekankan pada proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa baik dari cara penguatan ataupun dalam bentuk variasi lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan cara guru dalam membuat proses pembelajaran membuahkan hasil yang efektif dan dibarengi dengan proses pembelajran yang menyenangkan. Setiap keberhasilan yang dicapai juga patut untuk dirayakan dengan gembira.
5. Implementasi Model Quantum Learning
Pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning mengikuti skenario pembelajaran Quantum seperti yang dikemukakan oleh De Porter dan Henarcki (2003: 88) yaitu TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Langkah langkah pembelajaran yang dilakukan mengikuti skenario TANDUR tersebut. Langkah-langkah dalam implementasi pembelajaran Quantum yang dapat disesuaikan dengan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan menurut Thobroni dan Mustofa (2011: 283) yaitu:
1) Tumbuhkan
diajarkan dengan gaya yang menarik serta menyiapkan suasana pembelajaran yang mendukung serta kondusif.
2) Alami
Guru menampilkan video untuk pembelajaran mengenai peristiwa sekitar proklamasi. Kegiatan pada tahap alami adalah siswa mengamati dengan seksama video yang ditampilkan. Guru menulangi video jika memang diperlukan. Guru bertanya jawab mengenai video yang ditampilkan dan siswa yang bertanya diberikan apresiasi berupa tepuk tangan. Selanjutnya siswa diminta membaca buku bab sejarah peristiwa proklamasi serta alat-alat kelengkapan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
3) Namai
Guru membagikan lembar kerja siswa yang harus dikerjakan secara berkelompok. Lembar kerja siswa berisi kata kunci atau konsep yang akan dicari jawabannya oleh siswa. 4) Demonstrasikan
Siswa menuangkan pengalaman pada pengalaman pembelajaran yang baru dengan mempresentasikan hasil pekerjaan pada tahap namai dengan tampil di depan kelas.
5) Ulangi
6) Rayakan
Siswa dan guru bersama-sama merayakan keberhasilan pembelajaran ini dengan teknik “hore hore hore”, jika diberi
aba-aba semua siswa melompat dan berteriak “hore hore hore”, selain itu bias dengan memberikan hadiah, pujian, atau tepukan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Cok Istri Agung Wijayanti dkk pada tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Quantum (Quantum Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V sekolah Dasar Paliatan”. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan dapat diketahuai bahwa data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar kemudian data dianalisis dengan teknik t-test. Nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelas eksmerimen 84,71 dan kelompok kontrol 81,32. Hasil analisis diperoleh nilai (thitung = 4,29> ttabel = 2,00). Kesimpulannya bahwa model pembelajaran Kuntum berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Gugus Peliatan Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian Cok Istri Agung Wijayanti, relevan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama penerapan model Quantum Learning. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah, penelitian tersebut
penelitian ini bukan hanya prestasi belajar saja melainkan juga pada minat belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Karyono pada tahun 2009 yang berjudul “Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap Pencapaian Kompetensi
Belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan Memperhatikan Minat Belajar”. Hasil dari penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang belajar dengan model quantum learning dan ekspositori. Hal ini dibuktikan dari harga Fhitung = 5,103 > Ftabel = 3,91. Pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang belajar dengan model quantum learning lebih tinggi dari pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa yang belajar dengan model ekspositori ; (2) terdapat perbedaan pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan rendah. Hal ini dibuktikan dari harga Fhitung = 36,993 > Ftabel = 3,91. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih tinggi pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dibandingkan dengan siswa dengan minat belajar rendah ; (3) terdapat intertaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap pencapaian kompetensi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian diperoleh Fhitung = 58,108 > Ftabel = 3,91.
ini adalah jenis penelitian Karyanto merupakan jeneis penelitian eksperimen, selain itu mata pelajaran yag diteliti merupakan mata pelajaran PKn. Sedangkan, pada penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar dengan menggguanakan model Quantum Learning dan meniliti pada mata pelajaran IPS.
C. Kerangka Berpikir
Hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas VB menunjukan bahwa prestasi belajar IPS di kelas VB SD Negeri 03 Karangtengah tergolong rendah. Prestasi belajar yang rendah dapat diketahui dari hasil nilai ulangan harian siswa kelas VB yang berjumlah 30 siswa dengan nilai KKM 63. Siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa dan yang tuntas 12 siswa. Jadi, sebanyak 60% dari keseluruhan kelas belum tuntas. Selain itu, dalam proses pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas kebanyakan siswa dalam mengerjakan soal IPS masih bingung, dan juga ketika guru meminta siswa untuk membaca materi siswa terlihat enggan untuk membaca dan malah ada yang menjawab “lah bu”, “malas bu”. Siswa menganggap pembelajaran IPS
kurang menarik dan terlalu banyak materi yang harus siswa hapal.Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran masih kurang dalam menggunakan model pembelajaran yang bervariatif dan sesuai dengan materi yang disampaikan.
untuk menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS. Hasil diskusi dengan guru, akhirnya disepakati dengan menerapkan model pembelajaran model pembelajaran kuantum (Quantum Learning) yang diharapkan akan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Quantum Learning terdiri dari tahap tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi,
dan rayakan yang biasa disingkat TANDUR. Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing masing siklus ada dua kali pertemuan. Diharapkan dengan menerapkan model Quantum Learning dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar pada pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 03 Karangtengah.
Kerangka berpikir pada penelitian ini disajikan pada skema gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Kondisi awal siswa
Tindakan kelas yang akan dilakukan : menggunakan model
Quantum Learning
Siklus I: menggunakan model
Quantum Learning
1. Rendahnya minat pada pelajaran IPS
2. Prestasi belajar IPS masih rendah 3. Siswa menganggap pelajaran IPS kurang menantang Siklus II: menggunakan model Quantum Learning Kondisi akhir Melalui model Quantum Learning dapat meningkatkan
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan yaitu :
1. Pembelajaran menggunakan model Quantum Learning dapat meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri 03 Karangtengah.