• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR TERHADAP KETAHANAN PATAH BIJI KAKAO (Theobroma cocoa L.) - Politeknik Negeri Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEK POSISI BEBAN KOMPRESIF DAN KADAR AIR TERHADAP KETAHANAN PATAH BIJI KAKAO (Theobroma cocoa L.) - Politeknik Negeri Padang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KETAHANAN PATAH BIJI KAKAO (

Theobroma cocoa

L.)

Andasuryani

1)

, Renny Eka Putri

1)

, Firdaus

2)

, Khandra Fahmy

1)

1)

Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas, Padang

Kampus Limau Manis

Padang

2)

Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Padang, Padang

Kampus Limau Manis

Padang

email :

andasuryani@fateta.unand.ac.id

Abstrak

Sifat kompresif bahan pertanian dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam desain mesin-mesin prosesing biji kakao. Gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness dari biji kakao telah diinvestigasi sebagai fungsi dari kadar air dan posisi pembebanan. Pengujian kompresif dilakukan pada biji kakao dengan 5 level kadar air yaitu 7% , 10 %, 14%, 18% dan 22 % (wb) pada posisi pembebanan lateral dan aksial terhadap diameter mayor. Hasil studi memperlihatkan bahwa adanya efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture, deformasi, energi rupture, namun tidak memberikan efek terhadap firmness. Nilai gaya rupture, deformasi, energi rupture dan firmness untuk posisi lateral lebih besar dibandingkan pada posisi aksial. Hasil ini menunjukkan bahwa kerusakan biji kakao akan banyak terjadi jika diberikan posisi pembebanan secara lateral. Gaya rupture, energi rupture dan firmness dari biji kakao akan menurun dengan meningkatnya kadar air.

Kata kunci : biji kakao, deformasi, energi rupture, firmness, gaya rupture

1. Pendahuluan

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang berpotensi sebagai bahan baku pada industri makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik. Komoditas ini telah membawa Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ke tiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Dengan demikian, komoditas ini mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai penyumbang devisa negara. Pada tahun 2013 ekspor biji kakao dan produk olahan biji kakao telah menyumbang devisa negara sebesar USD 1. 151.494 [1].

Produk olahan biji kakao Indonesia diantaranya adalah cocoa butter, cocoa cake, cocoa liquer dan cocoa powder. Untuk menunjang proses produksi olahan biji kakao tersebut, maka pengetahuan tentang sifat mekanik biji kakao sangatlah diperlukan sehingga dapat mencegah kegagalan dalam aplikasi engineering. Walaupun sudah banyak digunakan alat dan mesin prosesing untuk pengolahan biji kakao, namun sejauh ini belum ada informasi sifat mekanik biji kakao Indonesia. Pada tahapan proses pengecilan ukuran biji kakao dengan memberikan beban tekan, maka alat dan mesin yang digunakan harus dapat memberikan gaya dan energi yang bisa menghancurkan biji kakao tersebut sehingga alat dan mesin dapat bekerja secara efisien dan efektif. Sementara itu, biji kakao yang dihasilkan memiliki beragam kualitas termasuk kadar air dan tekstur biji kakao.

Riset-riset yang terkait dengan kajian sifat mekanik produk pertanian telah banyak dilakukan, diantaranya adalah biji pala Afrika [2], buah apricot, pit dan kernelnya [3], barley [4] dan biji bunga matahari [5]. Hasil-hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa setiap produk pertanian memiliki karakteristik yang berbeda ketika diberikan beban tekan. Sehubungan dengan sifat kompresif biji kakao, [6] telah mengkaji sifat kompresif biji kakao dari Ghana dengan mempertimbangkan efek kadar air dalam rentang 7-22% namun pada posisi pembebanan secara lateral. [7] menyatakan bahwa berdasarkan pandangan engineering, informasi dan data pada sifat mekanik biji kakao diperlukan dalam mekanisasi berbagai unit operasi yang terjadi pada proses pascapanen. Hal itu juga akan membantu dalam pengembangan parameter optimasi untuk keefisienan dan keefektifan peralatan. Sementara itu, informasi pada posisi pembebanan secara aksial belum dilaporkan. Disamping itu, [8], [9] menyatakan bahwa sifat tekan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kultivar atau varietas, suhu, dan kadar air dari biji kakao. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan efek kadar air dan posisi pembebanan kompresif baik secara lateral maupun aksial terhadap ketahanan patah biji kakao Indonesia.

(2)

2. Tinjauan Pustaka

Ilmu yang mempelajari tentang sifat mekanik dan struktur dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang berbeda kondisi fisiknya adalah Rheology [10]. Pengetahuan tentang fisik dan sifat mekanik dari produk pertanian adalah penting untuk prosedur penyimpanan yang benar, desain, dimensi, manufaktur, analisis tingkah laku produk prosesing dan peralatan proses yang digunakan dalam pascapanen produk seperti pengeringan, pembersihan, sortasi, penghancuran, dan penggilingan [11], [12]. Sifat mekanik produk pertanian tersebut dapat diukur dengan menggunakan kurva antara gaya dan deformasi. Metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan kurva antara gaya dan deformasi, menurut [13] adalah kompresi produk oleh silinder datar yang kecil (uji plunger), kompresi antara dua plat datar sejajar (uji plat) dan kompresi pada sampel yang berbentuk kubus antara dua plat datar sejajar. Selanjutnya, sifat-sifat mekanik yang dapat diukur adalah gaya maksimum dan energi untuk titik pecah (rupture), kekakuan dan deformasi [14].

[15] menyatakan bahwa tekstur adalah faktor variabel yang mempengaruhi semua sifat mekanik buah dan sayuran. Penentuannya membutuhkan lima parameter utama, yaitu (a) firmness atau hardness yang didefinisikan sebagai gaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik deformasi tertentu, (b) elasticity

didefenisikan sebagai laju dimana deformasi bahan kembali ke kondisi awal setelah gaya deformasi dilepaskan, (c) kohesi didefinisikan sebagai kekuatan ikatan antara partikel internal produk, (d) viscocity

sebagai laju dimana cairan mengalir ke dalam tubuh produk dengan satuan gaya dan e) adhesivitas, didefinisikan sebagai gaya tarik-menarik yang ada antara permukaan buah atau sayuran, dan bahan lain yang dengannya bersentuhan. [16] mendefinisikan firmness sebagai ketahanan material terhadap deformasi atau penetrasi, dan masing-masing bahan ditandai dengan kurva deformasi setelah penerapan berbagai tingkat kekuatan atau tekanan. Selanjutnya, dilaporkan bahwa beberapa peneliti menyatakan bahwa Model Elastisitas Young bekerja dengan baik untuk bahan seperti baja, tapi tidak untuk buah-buahan karena mereka memiliki sifat viskoelastik, dan dengan demikian koefisien elastisitas tertentu dianjurkan untuk jenis produk ini. [17] juga menganggap bahwa firmness dapat diukur sebagai gaya yang dibutuhkan untuk merusak atau menembus suatu produk, dan ia menambahkan bahwa metode deformasi memungkinkan mencatat kurva waktu- firmness, yang dikenal sebagai profil firmness. Menurut [18], daya tahan terhadap pemotongan dianggap gaya maksimum yang diperlukan untuk mematahkan bahan, sementara plastisitas adalah deformasi permanen pada material yang mengalami penerapan kekuatan tertentu. [10] mendefinisikan batas elastisitas sebagai kekuatan terbesar pada material yang dapat bertahan tanpa mengalami deformasi permanen, setelah gaya dilepaskan kembali.

Kajian tentang sifat mekanik bahan pertanian telah banyak yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. [19] mengukur kekuatan dan energi yang dibutuhkan untuk memulai pecahnya kulit biji kedelai. Untuk menekan biji kedelai dengan hilus pada posisi horizontal, kekuatan rata-rata untuk memulai pecahnya kulit biji kedelai adalah turun dari 57,8 N menjadi 44,4 N pada saat kadar air biji meningkat dari 1% menjadi 16%. [20] melakukan kajian serupa untuk kenari dan menemukan bahwa perbedaan antara retaknya kernel dan kenari tampaknya menjadi indikator diandalkan untuk memprediksi efek dari kadar air dan besarnya kompresi pada kerusakan kernel. [21] telah menentukan ukuran dan kekuatan pecah dari 10 varietas kacang almond serta hubungan antara kekuatan pecah dan ukuran kacang. [22] meneliti efek dari kadar air dan arah pembebanan pada kekuatan pecah, deformasi dan energi dari kacang mete panggang di bawah pembebanan quasi-statik. Mereka menemukan bahwa semua faktor yang diperiksa secara signifikan mempengaruhi parameter yang diukur dan pola retaknya kulit kacang.

Pengaruh arah pembebanan dan ukuran biji juga telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. [23] melaporkan bahwa kekuatan retak dan regangan kenari pada kadar air 6 % (bb) berturut-turut berada di kisaran 110-800 N dan 0,01-0,045 mm / mm. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kenari berukuran besar memerlukan gaya meretakkan yang lebih tinggi dan mengalami deformasi yang lebih dari kenari berukuran yang kecil. Sementara itu, [6] telah mengkaji sifat kompresif biji kakao dengan mempertimbangkan efek dari kadar air dalam rentang 7-22% pada posisi pembebanan secara lateral.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tahapan penelitian terdiri dari persiapan sampel, penentuan dimensi utama dan penentuan sifat mekanik biji kakao.

A. Persiapan sampel

(3)

matahari sampai kadar air 6,3 ± 0,3 % (bb) yang ditentukan dengan metode oven pada suhu 1050 C sampai kadar airnya konstan. Selanjutnya, biji kakao dikondisikan dengan lima level kadar air yaitu 7%, 10%, 14%, 18% dan 22%. Biji kakao dengan level kadar air yang diinginkan diperoleh dengan merendam biji kakao selama ± 3 jam sehingga mencapai kadar air 22 ± 0,4 % (bb). Selanjutnya, biji dimasukkan ke dalam plastik polietilen dan disimpan di refrigerator pada suhu 50C selama 24 jam untuk keseragaman kadar air. Berikutnya, biji kakao tersebut dikeringkan dengan menggunakan moisture analyzer.

B. Penentuan Dimensi Utama

Ukuran rata-rata biji kakao ditentukan dengan mengambil 100 biji kakao secara random dan ditentukan panjang (L), lebar (W) dan tebal (T) menggunakan micrometer gauge dengan tingkat ketelitian 0.01 mm. Gambar 1 memperlihatkan dimensi utama pada biji kakao. Lebar dan tebal biji kakao diukur tegak lurus terhadap sumbu utama. Diameter rata-rata geometri (Dg) dihitung dengan menggunakan persamaan 1 [24] sedangkan indeks sphericity (Ɵ) ditentukan dengan persamaan (2) [25].

Gambar 1. Dimensi utama biji kakao

(1)

(2)

C. Penentuan Sifat Mekanik

Pengujian kompresif dilakukan dengan menggunakan universal testing machine yang dikontrol dengan mikro-komputer. Selama pengujian, masing-masing biji kakao diletakkan antara dua plat sejajar dan ditekan sampai pecah. Ketika titik pecah diketahui, pemberian gaya dihentikan. Pengaruh posisi pembebanan ditentukan dengan penempatkan biji kakao secara lateral dan axial (Gambar 2) lalu ditekan dengan gerakan plat pada kecepatan 1.2 mm/menit sampai spesimen pecah. Deformasi diperoleh dari kurva gaya-deformasi untuk masing-masing biji kakao. Energi yang diserap (Ea) oleh biji kakao pada saat rupture dihitung dengan menggunakan persamaan 3 dan firmness dihitung dengan menggunakan persamaan 4 [26]. Fr adalah gaya

rupture (N) dan Dr adalah deformasi (mm).

Gambar 2. Orientasi biji kakao dibawah pembebanan kompresif

Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) untuk menguji efek posisi pembebanan dan kadar air terhadap sifat mekanik biji kakao. Analisis dilakukan dengan menggunakan

(4)

IBM SPSS 20 pada level signifikan 0.01. Tiga biji kakao diuji pada setiap level kadar air pada masing-masing posisi pembebanan.

( ) (3)

( ) (4)

4. Hasil dan Pembahasan

Dimensi biji kakao

Dimensi bji kakao yang digunakan untuk pengujian pembebanan kompresi diperlihatkan pada Tabel 1 dengan rata-rata 21,46 mm, 12,51 mm dan 7,79 mm berturut-turut untuk dimensi panjang, lebar dan tebal. Nilai sphericity yang diperoleh berkisar dari 0,55 – 0,64.

Tabel 1. Diameter biji kakao

L (mm)

W (mm)

T (mm)

Dg (mm)

Rata-rata 21,46 12,51 7,79 12,73

Maksimum 27,40 19,21 11,00 16,08

Minimum 12,91 10,24 4,61 10,54

Keterangan:

L = diameter minor W = diameter mayor T = diameter intermediate

GM = diameter geometrik

Gaya rupture

Karakteristik gaya-deformasi akibat pembebanan kompresif pada biji kakao diperlihatkan pada Gambar 3. Kurva gaya-deformasi dapat memberikan informasi tentang gaya rupture, yaitu gaya awal yang dapat menyebabkan produk pecah. Gaya rupture mengindikasikan gaya minimum yang dibutuhkan untuk pengupasan kacang dan menggiling biji [27], [28]. Kurva gaya-deformasi yang diperoleh ini mirip dengan kurva gaya-deformasi untuk produk pertanian lainnya seperti yang dilaporkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya [26], [14], [29]. Sementara itu, titik pada kurva gaya-deformasi yang menunjukkan terjadinya penurunan gaya secara mendadak setelah terjadinya rupture disebut dengan titik rupture [26].

Gambar 3. Kurva gaya-deformasi biji kakao

(5)

pembebanan secara aksial dibutuhkan gaya yang lebih kecil yaitu sebesar 26.67 N pada kadar air 7% dan 23.33 N pada kadar air 22%. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh [2], [4].

Hasil studi memperlihatkan bahwa gaya rupture yang menyebabkan biji kakao menjadi pecah akan menurun dengan meningkatnya kadar air baik pada posisi pembebanan secara lateral maupun aksial. Hal ini disebabkan karena biji kakao dengan kadar air yang tinggi mempunyai tekstur yang lebih lunak sehingga membutuhkan gaya yang kecil untuk dapat pecah. Efek kadar air terhadap gaya rupture dengan pembebanan lateral adalah signifikan (p<0.01). Rata-rata gaya rupture dengan pembebanan lateral pada level kadar air 18% dan 22% adalah sama, namun berbeda pada level kadar air 7%, 10% dan 14%. Sementara itu, efek kadar air terhadap gaya rupture dengan pembebanan aksial adalah tidak signifikan (p>0.01). [30] juga telah mempelajari pengaruh kadar air pada sifat mekanik jagung pipil dengan tekanan aksial secara individu pada rentang level kadar air dari 6.5 sampai 28%. Hasil studi menunjukkan bahwa setiap penurunan parameter yang diamati menurun dengan meningkatnya kadar air. [31] juga menunjukkan hasil yang sama tentang efek kandungan air dan orientasi pembebanan pada sifat mekanik kacang balanites yaitu sifat mekanik akan menurun dengan meningkatnya kadar air. Hal ini disebabkan karena biji dengan kadar air tinggi menjadi lunak dan membutuhkan gaya yang kecil. [32] juga menambahkan bahwa biji-bjian menjadi sangat sensitive terhadap keretakan pada kadar air yang tinggi sehingga dibutuhkan gaya yang kecil untuk rupture.

Gambar 4. Gaya rupture sebagai fungsi kadar air

Deformasi

Deformasi terkait dengan perubahan bentuk atau kerusakan pada bahan akibat mendapat beban atau gaya. Hasil studi memperlihatkan bahwa efek posisi baik lateral ataupun aksial terhadap deformasi biji kakao adalah signifikan (p<0.01). Deformasi pada posisi lateral lebih besar dari deformasi pada posisi aksial (Gambar 5). Pada saat pembebanan lateral, terjadi deformasi sebesar 3.49 mm pada kadar air 7% dan 1.72 mm pada kadar air 22%. Sementara itu, pada pembebanan secara aksial deformasi yang terjadi sebesar 0.92 mm pada kadar air 7% dan 2.77 mm pada kadar air 22%. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan biji kakao akan banyak terjadi jika diberikan posisi pembebanan secara lateral. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh [2].

Gambar 5. Deformasi sebagai fungsi kadar air

(6)

juga. Kondisi ini ditemui pada biji kakao yang mendapat beban aksial dan hasil yang sama juga dilaporkan oleh [2].[5]. Namun pada kasus pembebanan lateral, biji kakao dengan kadar air yang tinggi mempunyai nilai deformasi yang lebih kecil dibandingkan dengan biji kakao yang berkadar air rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kulit biji kakao dengan kadar air tinggi bersifat agak liat sehingga ketika diberikan beban maka bahan akan lebih cepat mampat.

Energi rupture

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa profil kurva energi rupture mirip dengan gaya rupture. Hal ini disebabkan karena nilai energi rupture dihitung berdasarkan nilai gaya rupture dan deformasi. Nilai gaya

rupture yang lebih besar dari deformasi menyebabkan terbentuknya kurva yang mirip. Sama halnya dengan efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture dan deformasi, efek posisi terhadap energi rupture adalah signifikan (p<0.01). Energi rupture pada posisi lateral lebih besar dari deformasi pada posisi aksial (Gambar 6). Pada saat pembebanan lateral, energi rupture yang diperoleh adalah sebesar 0.209 J pada kadar air 7% dan 0.017 J pada kadar air 22%. Sementara itu, pada pembebanan secara aksial energi rupture yang diperoleh adalah sebesar 0.012 J pada kadar air 7% dan 0.032 J pada kadar air 22%. Efek kadar air terhadap energi rupture dengan pembebanan lateral adalah signifikan (p<0.01). Namun tidak demikian halnya dengan efek kadar air terhadap energi rupture dengan pembebanan aksial menunjukkan efek yang tidak signifikan (p>0.01).

Gambar 6. Energi rupture sebagai fungsi kadar air

Firmness

Firmness menunjukkan gaya yang dibutuhkan untuk mencapai titik deformasi. Nilai firmness ditentukan oleh nilai gaya rupture dan deformasi. Efek posisi pembebanan terhadap firmness, adalah tidak signifikan (p>0.01). Nilai firmness pada posisi lateral diperoleh sebesar 34.417 (N/mm) pada kadar air 7% dan 11.650 (N/mm) pada kadar air 22%. Pada posisi aksial, nilai firmness diperoleh sebesar 29.091 (N/mm) pada kadar air 7% dan 8.434 (N/mm) pada kadar air 22%. Efek kadar air terhadap energi rupture dengan pembebanan lateral adalah tidak signifikan (p>0.05). Gambar 7, memperlihatkan nilai firmnees pada beberapa level kadar air. Bahan dengan kadar air yang tinggi, mempunyai tekstur yang lunak sehingga mempunyai nilai firmness yang kecil dan sebaliknya.

Gambar 6. Firmness sebagai fungsi kadar air

(7)

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sifat mekanik biji kakao merupakan fungsi posisi pembebanan dan kadar air. Efek posisi pembebanan terhadap gaya rupture, deformasi, energi rupture secara statistik adalah signifikan dan tidak signifikan terhadap firmness. Nilai gaya rupture, deformasi, energi

rupture dan firmness untuk posisi lateral lebih besar dibandingkan pada posisi aksial. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya ketahanan biji kakao terhadap rupture pada posisi lateral. Semakin tinggi kadar air maka gaya rupture, energi rupture dan firmness cenderung menurun.

Daftar Pustaka

.

[1] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

[2] Burubai W, Akor AJ, Igoni AH dan Puyate YT. 2008. Fracture resitance of African Nutmeg (Monodora myristica) to compressive loading. American-Eurasian Journal of Scientific Research 3 (1): 15-18. ISSN 1818-6785

[3] Ahmadi H, Fathollahzadeh H, dan Mobli H. 2009. Post harvest physical and mechanical properties of apricot fruits, pits and kernels (C.V. Sonnati Salmas) Cultivated in Iran. Pakistan Journal of Nutrition 8 (3): 264-268. ISSN 1680-5194

[4] Jangi A. Nouri, S.A. Mortazavi, M. Tavakoli , A. Ghanbari ,H. Tavakolipour,G.H. Haghayegh. 2011. Comparison of mechanical and thermal properties between two varieties of barley (Hordeum vulgare L.) grains. AJAE 2 (5): 132-139. ISSN: 1836-9448

[5] Jafari S, Khazaei Javad, Akbar Arabhosseini, Jafar Massah, Mohammad Hadi Khoshtaghaza. 2011. Study on mechanical properties of sunflower seeds. Electronic Journal Of Polish Agricultural Universities. 14 (1).

[6] Bart-Plange, A., Addo, A., Abano E.E., Akowuah, J.O. 2012. Compressive Properties of Cocoa Beans Considering the Effect of Moisture Content Variations. International Journal of Engineering and Technology. 2 (5): 850-858. ISSN:2049-3444

[7] Burubai W, Akor AJ, Igoni, AH Puyate YT. 2007. Effect of loading rate and pre-heating time on the strength properties of African nutmeg (Monodora mytostica. International Agrophysics. 21, 317-322

[8] Delwiche SR. 2000, Wheat endoeperm compressive strength as affected by moisture. Transaction of ASAE, 43 (2), 365-373.

[9] Shitanda D, Nishiyama Y, Koide S. 2002. Compresive strength properties of rough rice condidering variation of contact area. Journal of Food Engineering. 53, 53-58

[10] Mohsenin, N. N. 1970. Physical properties of plant and animal materials. Vol.1. Structure, Physical Characteristics and Mechanical Properties.Gordon and Breach Sci. New York, USA. 438 p.

[11] Akaaimo DI, Raji AO. 2006. Some physical and Engineering properties of prosopis Aficana seed. Jounal of Bisystems Engineering. 95, 197-205

[12] Afonso Junior PC 2001. Coffe physical, physiological aspect and coffe quality in function of drying ang storage. Doctorate Thesis in Agricultural Enginnering. Agricultural Engineering Department, Federal University of Vicosa, Vicosa, MG. Brazil

[13] Fischer, R. R., J. H. von Elbe, R. Schler, H. Bruhn, and J. Moore. 1969. Some physical properties of sour cherries. Trans. ASAE 12: 175-179.

[14] Khazaei J. 2008. Characteristics of Mechanical Strength and Water Absorption in Almond and its Kernel. Cercetčri Agronomice in Moldova. Vol. XLI. No. 1(133): 37-51.

[15] Szczesniak, A. S. 1973. Instrumental methods of textural measurements. In: Texture Measurements of Foods. Kramer A., and A. S. Szczesniak (eds.). Reidel Pub. USA. pp:71-104.

[16] Fekete, A. 1994. Elasticity characteristics of fruits. Acta Hort. 368:199-205.

[17] Watada, A. E. 1995. Methods for determining quality of fruits and vegetables. Acta Hort. 379: 559-567. [18] Finney, E. 1973. Elementary concepts of rheology relevant to food texture studies. In: Texture Measurements of

Foods. Kramer, A., and A. S. Szczesniak (eds.). Reidel Pub. USA. pp: 33-51.

[19] Bilanski W.K., 1966 - Damage resistance of seed grains. Trans. ASAE. 9, 360-363. Cercetari Agronomice în Moldova .Vol. XLI No. 1 (133): 37-51.

[20] Liang T., Chin L., Mitchell J.B., 1984 - Modelling Moisture Influence on Macadamia nut Kernel Recovery. Trans. ASAE. 28 :1538 – 1541.

[21] Kalyoncu I.H., 1990 - A selection study on determining important characteristics of almond trees in Turkey, Master thesis, University of Ondokuz Mays, Samsun, Turkey

[22] Oloso A.O., Clarke B., 1993 - Some Aspect of Strength Properties of Cashew Nuts. J. Agric. Engng. Res. Vol 55: 27 – 43

[23] Borghei A.M., Khazaei J., Tavakoli T. 2000. Design, construction and testing of walnut cracker. AgEng Conference. Paper No: 00-PH-029.

[24] Altuntas E, Şekeroğlu. 2008. Effect of egg shape index on mechanical properties of chicken eggs. Journal of Food Engineering 85: 606–612.

[25] Mohsenin N.N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Materials. Gordon and Breach Science Publishers.

(8)

[26] Mohsenin, NN. 1987. Physical Properties of Plant and Animal Materials: Structure, Physical Characteristics and Mechanical Properties. Updated and Revised Edition. Gordon and Breach Science Publishers, New York. [27] Sirisomboon P, Kitchaiya P, Pholpho T, Mahuttanyavanitch W. 2007. Physical and mechanical properties of

jatropha curcas L. Friuts, nuts and kernel. Biosistem Engineering 97 (2), 201-207

[28] Galedar MN, Mohtasebi SS, Tabatabaeefar A Jafari A, Fadaei H. 2009. Mechanical properties of pistachio nut and its kernel under compression loading. Journal Food Enginnering 95, 499-504

[29] Isaac C O dan Obiakor SI. 2011. Fracture resistance of palm kernel seed to compressive loading. Journal of Stored Product and Postharvest Research. Vol 2 (13): 248-253.

[30] Shelef, L. and N. Mohsemin, 1969. Effects of moisture content on Mechanical properties of Shelled Corn. Cereal Chem., 5 (1): 242-253

[31] Mamman, E. dan B. Umar. 2005. Effects of moisture content and loading orientation on the mechanical properties of balanites aegyptiaca nuts. J.Sci.Res.,7 (2): 20-25

[32] Konak M, Carman K, Aydin C. 2002. Physical properties of chick pea seeds. Biosystem Eng 82: 73–78.

Biodata Penulis

Andasuryani, memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP), Program Studi Mekanisasi Pertanian Faperta [Universitas Andalas], lulus tahun 1996. Tahun 2003 memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dari Program Keteknikan Pertanian [IPB]. Program Doktor pada Ilmu Keteknikan Pertanian [IPB], lulus tahun 2014. Saat ini sebagai Dosen pada Jurusan/Prodi Teknik Pertanian [Unand].

.

Gambar

Gambar 2. Orientasi biji kakao dibawah pembebanan kompresif Hasil yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis varian (Anova) untuk menguji efek posisi pembebanan dan kadar air terhadap sifat mekanik biji kakao
Tabel 1.  Diameter biji kakao
Gambar 4. Gaya rupture sebagai fungsi kadar air
Gambar 6. Energi rupture sebagai fungsi kadar air

Referensi

Dokumen terkait

Insisi awal ( pembukaan rongga abdomen) dibuat secara melintang melalui daerah peritoneum uterus, yang menempel dengan kendur tepat diatas kandung kemih. Lipatan

 Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan..

Program Comdev merupakan sebuah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) berupa pengembangan kapasitas dan kesejahteraan masyarakat melalui aktivitas kewirausahaan yang diterapkan di

Tingkat optimisme konsumen pada provinsi di Pulau Sulawesi juga diperkirakan meningkat, yang masing-masing ditunjukkan dengan perkiraan nilai ITK Triwulan II-2017

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Ruswinarno dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil

Lalu perusahaan melakukan pemesanan barangke distributor sesuai dengan order.Setelah menunggu selama kurang lebih 3 bulan lamanya, barang dari distributor datang

Sementara itu, pada hewan yang divaksinasi dosis tunggal dengan vaksin inaktif buatan Balitvet, walaupun titer hanya mencapai 2 1 (2), tetapi setelah diuji tantang dengan

Untuk daerah yang biaya pengirimannya gratis, diisikan dengan angka 03. Apabila daerahnya diluar cakupan perusahaan, diisikan dengan tanda minus