• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN - Elib Repository"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh : Arin Dwi Ismawati

A01301727

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. SDI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh : Arin Dwi Ismawati

A01301727

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(3)
(4)
(5)

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Agustus 2016

Arin Dwi Ismawati1, Bambang Utoyo2, M.Kep. Ns

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar belakang karya tulis ilmiah ini berdasarkan data yang diperoleh dari (Riskesdas) di Indonesia khususnya Yogyakarta tahun 2013, prevalensi anemia gizi besi secara nasional pada remaja usia 13-18 tahun sebesar 22,7%.

Tujuan penulisan karya tulis pada Tn. S di ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen ditemukan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup monoton, intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.

Intervensi dan implementasi yang dilakukan oleh penulis pada masalah keperawatan yaitu memberikan terapi antibiotik, memberikan transfusi darah PRC, memeriksa vital sign, mengobservasi adanya pembatasan aktivitas, mengobservasi adanya pembatasan aktivitas, melatih klien makan sendiri, membantu klien ke kamar mandi, mengkaji pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit yang dideritaklien,

Hasil evaluasi yang dilakukan 3 diagnosa keperawatan 1 diagnosa yang belum teratasi adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup monoton.

(6)

Studi Program D III of Nursng

Muhammadiyah Health Scriences Gombong

KTI, 2 August 2016

Arin Dwi Ismawati1, Bambang Utoyo2, M.Kep.Ns

ABSTRACT

NURSING CARE OF FULFILLING OXYGENATION

Mr. S IN THE DAHLIA Hospital Dr. Sudirman KEBUMEN

Background : Data obtained from (Riskesdas) in Indonesia, especially Yogyakarta in 2013, the prevalence of iron deficiency anemia nationally in adolescents aged 13-18 years at 22.7%.

Objective : to describe nursing care on Mr. S in Dahlia Ward, Dr. Sudirman Hospital Kebumen.

Discussion : The nursing diagnoses were ineffective peripheral tissue perfusion associated with monotonous lifestyle, activity intolerance related to general weakness, deficiency of knowledge associated with less exposure.

Intervention and implementation conducted by the authors on nursing problems which give antibiotic therapy, give a blood transfusion PRC, checking vital signs, Observing their activity limitation, observe their activity limitation, train clients to eat their own, helping the client to the bathroom, assess the client's knowledge and family about the illness client.

Results : the evaluations of nursing diagnoses three day one diagnosis unresolved is ineffective peripheral tissue perfusion associated with monotonous lifestyle.

Keywords: Nursing, tissue perfusion, anemia, transfusion of packed blood cell

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan komprehensif denganjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. S DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN” Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk melaporkan hasil ujian komprehensif dalam rangka ujian tahap akhir jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menemui hambatan namun berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, alhamdulilah penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep.Ns selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

2. Bapak Sawiji, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku ketua prodi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.

3. Bapak Bambang Utoyo, M.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing penulisan karya ilmiah komprehensif yang telah susah payah mendidik penulis.

3. Bapak Saryono ( alm ), Bapak H. Saliman dan Ibu Yatminah yang paling aku cintai dan sayangi yang selalu memberikan do’a dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

4. Kakakku Pujo Laksono, Yuli Purwanti dan segenap keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

(8)

6. Teman-teman seperjuangan Alfi Mufidah, Alifatun Khasanah, Desi Irawati, Dessi Anisa Nurmala, Esti Dwi Fitriasih, Elly Rahayu Susanti, Fitroh Anggraini, Annisa Shohwatul Islam terimakasih atas bantuan dan doa kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Hasil Uji Komprehensif ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bentuk mupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.

Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Gombong, 2 Agustus 2016

(9)
(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mubarok ( 2008 ) mengatakan kebutuhan dasar manusia paling penting dalam

kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen sangat penting dalam proses

metabolisme sel. Kekurangan oksigen menyebabkan dampak yang sangat

mempengaruhi dalam tubuh kita, jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat

bertahan lama tanpa adanya suplai oksigen. Maka dari itu berbagai upaya perlu

dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan baik.

Masalah yang muncul pada gangguan oksigenasi mengacu pada

frekuensi,volume,irama,dan usaha pernapasan.pola napas yang normal ditandai

dengan pernapasan yang tenang,berirama,tanpa usaha. Perubahan yang sering

terjadi sebagai berikut : Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya

pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau

peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan tanda

seperti kulit kebiruan (sianosis), Takipnea merupakan pernapasan dengan

frekuensi lebih dari 24kali per menit. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang

lambat abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam

keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai narkotik atau sedatif,

Hiperventilasi merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang

melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi

peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini ditandai adanya

peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya

konsentrasi CO2 dan lain-lain, Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk

mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi alveolar,

sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen,

Dispnea merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan

kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis, Ortopnea

merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau berdiri dan pola ini

(11)

2

paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak

berlawanan arah dari keadaan normal. Stridor merupakan pernapasan bising yang

terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya

ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

Prevalensi anemia dalam penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta (Dinkes YK) bersama Fakultas Kedokteran UGM tahun 2013

kepada 280 remaja putri didapatkan hasil sekitar 34 % remaja putri di daerah

Yogyakarta mengidap anemia. Sedangkan di Kabupaten Bantul prevalensi anemia

masih tinggi yaitu 25,7% tahun 2010, tahun 2011 sebesar 25,6%, dan tahun 2012

sebesar 28,67%. Data terakhir tahun 2013 angka anemia sebesar 27,67% (Dinkes

Kabupaten Bantul, 2013).

Hal ini disebabkan banyak terjadi kesalah pahaman mengenai diet di kalangan

remaja (Pemerintah Kota Jogja, 2013). Data terbaru menurut Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia gizi besi secara nasional pada

remaja usia 13-18 tahun sebesar 22,7%. Data-data tersebut mengindikasikan

bahwa anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya

di Yogyakarta.

Gangguan Perfusi jaringan menurut Herdman, 2015 Perfusi Jaringan adalah

penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan.

Dampak dari gangguan perfusi jaringan dapat menyebabkan nafas pendek,

cepat capek saat beristirahat yang disebabkan karena oksigen berkurang, lemah,

syok, pusing, pucat karena kekurangan volume darah dan hb, angina, telinga

berdengung, mata berkunang-kunang.

Penyebab masalah perfusi jaringan diantaranya karena dalam tubuh kita

oksigen berperan sangat penting dalam proes metabolisme sel. Kekurangan

oksigen menyebabkan damapk yang sangat berpengaruh dalam tubuh kita,

jaringan seperti otak dan jantung tidak dapat bertahan lama tanpa adanya oksigen.

Hb atau sel darah merah adalah senyawa protein pembawa oksigen dalam sel

(12)

3

sel sel dalam tubuh kita, jika oksigen dalam tubuh kita berkurang maka dapat

menyebabkan perfusi jaringan.

Penanganan yang dapat dilakukan pada gangguan perfusi jaringan diantaranya

dengan diberikan terapi antibiotik untuk mencegah infeksi, suplemen asam folat

untuk merangsang pembentukan sel darah merah, diberikan transfusi darah,

pemeriksaan penunjang kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian

sel darah putih, kadar Fe, vitamin B12, trombosit.

Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen yang lain, pemberian transfusi PRC

merupakan mayoritas dari seluruh pemenuhan kebutuhan darah transfusi.

Selama penyimpanan red blood cells (RBC) mengalami akumulasi kompleks dan progresif yaitu perubahan fisikokimia, yang disebut sebagai lesi

penyimpanan. Beberapa studi menyebutkan bahwa RBC simpan lebih buruk

dibandingkan dengan RBC segar (Sparrow, 2012).

Penyimpanan PRC pada kondisi hipotermia memperlambat metabolisme sel

karena suhu berkurang, sehingga terjadi pengurangan kadar reaksi biokimia dan

akumulasi produk limbah, memungkinkan pengawetan secara in vitro selama beberapa minggu. Larutan pengawet menyediakan komponen yang diperlukan

untuk sel-sel antara lain gizi, bufer untuk mempertahankan pH, dan sumber energi

metabolisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup RBC selama penyimpanan

hipotermia. 2,3 diphσspho glycerate (2,3 DPG) sangat penting untuk menjaga pengiriman oksigen ke jaringan, semakin tinggi konsentrasi 2,3 DPG, semakin

baik oksigenasi dan kondisi pH harus di atas 7,0 untuk glikolisis optimal (Bruger,

2011).

Dari data-data tersebut penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan

dangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD

Dr. Soedirman Kebumen serta penerapan tindakan inovasi keperawatan

pemberian Transfusi packed red cells (PRC) segar, diharapkan supaya dapat membantu meningkatkan kebutuhan oksigenasi pasien, sehimgga kan

(13)

4

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman

Kebumen.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang

diberikan pada klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengkajian kebutuhan oksigenasi pada Tn. S

di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan data kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di

Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan kebutuhan oksigenasi

pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan kebutuhan

oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

e. Mahasiswa mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan kebutuhan

oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

f. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan kebutuhan oksigenasi

pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

g. Mahasiswa mampu mendeskripsikan analisis inovasi tindakan keperawatan

kebutuhan oksigenasi pada Tn. S di Ruang Dahlia RSUD Dr. Soedirman

(14)

5

C. Manfaat Penulisan

Dari laporan hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

terkait, antara lain :

a. Manfaat Keilmuan

Dapat memberikan referensi serta menambah pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi .

b. Manfaat Aplikatif

a. Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tindakan

keperawatan apa yang tepat untuk kita lakukan pda klien yang mengalami

gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

b. Hasil laporan ini diharapkan akan memberikan masukan kepada rumah sakit,

agar dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat terhadap pasien yang

mengalami gangguan pemenuhan oksigenasi.

c. Hasil laporan ini diharpkan akan menjadi masukan bagi akademis dalam rangka

merumuskan tindakan keperawatan yang berkaitan dengan kondisi kllien yang

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

d. Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat supaya

masyarakat mampu melakukan perawatan dirumah terhadap pasien yang

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Amini, S. ( 2009 ). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Bakta, I made. ( 2003 ). Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Bruner & Suddarth. (2009). Penyakit Anemia . Jakarta : EGC.

Dharma, R, Immanuel, S dan R, Wirawan. ( 2007 ). Penilaian Hasil Pemeriksaan Hematologi Rutin, (Jakarta : Cermin Dunia Kedokteran).

Flatt. ( 2014 ). Hematologi dan Transfusi. Jakarta : EGC.

Harrison, Tinsley Randolph. ( 2005 ). Principles of Internal Medicine-16th ed.

( America : McGraw-Hill Companies, Inc )

Herdman. Heater. ( 2012 ). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Herdman. Heater. ( 2015 ). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Mahanani, Dwi Asih. ( 2002 ). Kapita Selekta Hematologi-Edisi 4 (Hal 7-8). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif dkk. (2001).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Mubarok, Wahid Iqbal. ( 2008 ). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teori & Aplikasi. Jakarta.

Murwani. ( 2009 ). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Mitra Cendikia : Yogyakarta, cetakan kedua, Maret 2009

Riswantoon, ( 2009 ). Laju Endap Darah.

http://labkesehatan/2009/12/laju-endap-darah. Accesed 28 Juni 2009

(17)

Seeber P, Shander A.(2007). Basic of blood management. Blackwell publishing. Australia.

Setiati dan Roosheroe (2007) Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta : EGC.

Solichul Hadi, S. ( 2001). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Rutin

Sederhana. ( Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Airlangga Surabaya).

Tamsuri, A. ( 2008 ). Klien Gangguan Pernafasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson M.Judith. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta : EGC.

(18)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI ANEMIA

DI RUANG DAHLIA

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

DISUSUN OLEH :

ARIN DWI ISMAWATI

A01301727

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

(19)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Jenis Kegiatan : Pendidikan kesehatan

Pokok Bahasan : Anemia

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Anemia

2. Gejala Anemia

3. Penyebab Anemia

4. Pencegahan Anemia

5. Diit Anemia

Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Juni 2016

Waktu : 09.00 WIB

Penyaji : Arin Dwi Ismawati

Sasaran : Tn. S dan keluarga

A. TUJUAN

Tujuan Insktruksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran penyuluhan dapat memahami

tentangapa itu anemia

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Menjelaskan pengertian anemia.

2. Menyebutkan gejala anemia.

3. Menyebutkan penyebab anemia.

4. Menyebutkan Pencegahan Anemia

5. Menyebutkan Diit Anemia

(20)

B. LAMPIRAN

NO WAKTU TAHAP KEGIATAN KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN SASARAN

(21)

tentang materi yang diberi.

3 5 menit Penutup 1. Menyimpulkan dan

mengklarifikasi tentang

meteri penyuluhan yang

diberikan

2. Menutup acara dan

membuat kesimpulan dari

materi yang diberikan

1.Sasaran mende-

ngarkan kesimpulan.

2. Mendengarkan

penyuluh dan

mengucapkan salam

F. Evaluasi

Evaluasi diberikan melalui pertanyaan terbuka. Dengan pertanyanaan sebagai berikut:

- Sebutkan pengertian dari anemia?

- Sebutkan gejala anemia ?

- Sebutkan penyebab anemia ?

- Menyebutkan Pencegahan Anemia

(22)

MATERI PENYULUHAN ANEMIA

A. PENGERTIAN ANEMIA

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau jumlah hematokrit lebih rendah

dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb <14 g/dl dan Ht <41% pada pria atau Hb

<12 g/dl dan Ht <37% pada wanita.

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya jumlah sel darah merah, kadar Hb dan

hematokrit dibawah normal.

B. PENYEBAB ANEMIA

1. diet yang tidak mencukupi

2. kebutuhan yang meningkat pada kehamilan

3. pendarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah, gizi

4. hemoglobinuria

5. penyimpanan gizi kurang

6. kegagalan sumsung tulang belakang dalam memproduksi darah merah

C. TANDA GEJALA

1. Cepat lelah

2. Lemah

3. Letih

4. Lesu

5. Lunglai

6. Pucat

(23)

G. PENCEGAHAN ANEMIA

Beberapa jenis anemia dapat dicegah dan tergantung dari penyebab anemia itu sendiri.

Seperti yang disebabkan karena diet yang salah dan sembarangan. Untuk pencegahan anemia

dengan sebab kesalahan dalam diet anda dapat mengkonsumsi atau diet dengan memastikan

makanan yang anda makan mengandung zat besi.

H.DIITANEMIA

Daftar makanan yang kaya akan zat besi

· Hati dan daging

· Makanan laut

· Buah-Buahan yang dikeringkan seperti buah aprikot, buah prem dan kismis.

· Kacang-kacangan

· Buncis (lima buncis)

· Sayuran hijau seperti bayam dan brokoli

· Semua jenis padi-padian

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

FKUI.

Yatim, faisal., Dr. 2003. Talasemia Leukimia dan Anemia . Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia

http://www.scribd.com/doc/30384752/92/Upaya-pencegahan-Anemia (Diakses pada

tanggal 19 November 2011 pukul 20.00 WIB)

(25)

BAB I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Transfusi packed red cells (PRC) adalah perawatan kritis, untuk menye- lamatkan jiwa terhadap anemia berat yang disebabkan oleh penyakit atau kemoterapi, atau kehilangan darah

akibat trauma atau operasi besar. Selama beberapa dekade komponen PRC disusun sebagai

konsentrat tersuspensi dalam larutan nutrisi aditif, yang mempertahankan dan memperpanjang

shelf life PRC, yang memungkinkan selama 6-7 minggu pada penyimpanan dingin sesuai standar (Flatt et al., 2014). Sesuai laporan tahunan Unit Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Surakarta tahun 2014 penggunaan komponen darah PRC adalah 43,798

(64,2%) dari 68,211 seluruh permintaan darah transfusi di UDD PMI Kota Surakarta (PMI,

2014).

Selama penyimpanan red blood cells (RBC) mengalami akumulasi kompleks dan progresif yaitu perubahan fisikokimia, yang disebut sebagai lesi penyimpan- an. Beberapa studi

menyebutkan bahwa RBC simpan lebih buruk dibandingkan dengan RBC segar (Sparrow,

2012).

Penyimpanan PRC pada kondisi hipotermia memperlambat metabolisme sel karena suhu

berkurang, sehingga terjadi pengurangan kadar reaksi biokimia dan akumulasi produk limbah,

memungkinkan pengawetan secara in vitro selama beberapa minggu. Larutan pengawet menyediakan komponen yang diperlukan untuk sel-sel antara lain gizi, bufer untuk

mempertahankan pH, dan sumber energi metabolisme untuk meningkatkan kelangsungan hidup

RBC selama penyimpanan hipotermia. 2,3 diphσspho glycerate (2,3 DPG) sangat penting untuk menjaga pengiriman oksigen ke jaringan, semakin tinggi konsentrasi 2,3 DPG, semakin baik

(26)

Hemoglobin plasma dan K+ plasma adalah ukuran hemolisis dan kadarnya harus rendah,

adenosine triphosphate(ATP) adalah ukuran aktivitas metabolic RBC,malondialdehyde(MDA)

adalah ukuran peroksidasi lipid dan konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan peroksidasi lipid

yang lebih tinggi, yang berbahaya. Glutathione adalah antioksidan, yang melindungi efek berbahaya dari peroksidasi lipid, semakin tinggi konsentrasinya, semakin tinggi efek

perlindungan (D’allexandro, 2010).

Berdasar lama waktu simpan darah, darah transfusi dibagi menjadi darah segar yaitu darah

yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan, darah baru yaitu darah yang

disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor dan darah simpan yaitu darah

yang disimpan lebih dari 6 hari (Surgenor et al., 2001). Antikoagulan yang digunakan secara rutin untuk penyimpanan darah di PMI kota Surakarta adalahcitrate phosphate dextrose adenine

(CPDA1). Darah dengan antikoagulan CPDA1, dapat disimpan sampai 35 hari pada suhu 2-60C.

Sitrat bermanfaat untuk mengikat kalsium sehingga tidak terjadi aktivasi koagulasi, dekstrosa

sebagai sumber energi untuk RBC,phosphatanorganik berfungsi sebagai bufer yang memelihara kadar 2,3 DPG dan meningkatkan produksi ATP dan meningkatkan viabilitas RBC. Adenosin eksogen diserap oleh RBC untuk membentuk ATP (Milleret al., 2014).

Saline adenin glucose manitol(SAGM) adalah aditif yang ditambahkan dalam kantong RBC,

saline-adenine-glucose(SAG) dikembangkan oleh para peneliti Eropa pada tahun 1970 sebelum ditambahkan manitol. Aditif pertama untuk RBC adalah SAG yang terdiri dari garam untuk

mengatasi viskositas tinggi PRC, adenin digunakan untuk pemeliharaan kadar ATP intraseluler,

dan glukosa sebagai nutrisi untuk RBC. Saline-adenine-glucose telah dimodifikasi untuk mengurangi hemolisis RBC selama penyimpanan dengan menambahkan manitol, sehingga

(27)

melindungi membran RBC, dan memungkinkan penyimpanan dalam refrigerated hingga 6 minggu. Semua aditif disetujui oleh Food And Drug Administration (FDA) memenuhi persyaratan standar umum yang ditetapkan pada akhir periode penyimpanan, minimal masih ada

recovery 75% pemulihan pasca transfusi RBC 24 jam pasca transfusi dan persen hemolisis kurang dari 1% sedang di Kanada kurang dari 0,8 (Almizraq, 2013).

Semua aditif untuk RBC saat ini memiliki pH asam (5,6-5,8), yang jauh dibawah pH

fisiologis normal 7,3 untuk darah vena. Red blood cells memiliki kapasitas bufer yang cukup untuk mengatur pH untuk lebih mendekati fisiologis selama beberapa hari pertama penyimpanan

dalam lingkungan asam. Namun kapasitas buffer RBC akan segera habis karena pembentukan

asam laktat oleh RBC melalui jalur glikolitik anaerob (Rosemary and Sparrow, 2012).

Laktat dehidrogenase adalah enzim intraseluler yang terdapat pada hampir semua sel yang

bermetabolisme, konsentrasi tertinggi dijumpai di jantung, otot rangka, hati, ginjal, otak, dan

RBC. Aktivitas LDH dalam serum diperkirakan meningkat pada hampir semua keadaan yang

mengalami kerusakan atau destruksi sel. Kadar LDH yang meningkat pada PRC simpan

menunjukkan adanya proses hemolitik yang terjadi pada komponen darah tersebut. Kadar LDH

dan K+ selama penyimpanan dianggap sebagai marker lisis membran eritrosit selama

penyimpanan (ChaundaryandKatharia, 2012).

Hemolisis selama pengumpulan dan penyimpanan darah adalah manifestasi yang paling

berat dari penyimpanan eritrosit. Ini merupakan pecahnya eritrosit dengan melepas hemoglobin

(Hb) langsung ke cairan atau hilangnya micro- vesicles mengandung lipid dan Hb dari eritrosit intak masuk ke dalam supernatan plasma (Donadee et al., 2014). Hemolisis dapat terjadi dalam RBC selama pe- ngumpulan darah, transportasi, pengawetan dan berbagai tahap penanganan di

(28)

segmen (Choundhury and Mathur, 2011). Pemberian PRC yang mengalami hemolisis kepada pasien akan menimbulkan reaksi transfusi yang berupanonimunne mediated hemolysisbisa tidak berbahaya tetapi bisa juga menyebabkan hemoglobinuria, disseminated intravascular coagulation(DIC), gagal ginjal dan demam (AABB, 2010).

B. Perumusan Masalah

1.Packed red cellsmerupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen yang lain, pemberian transfusi PRC merupakan mayoritas dari

seluruh pemenuhan kebutuhan darah transfusi.

2. Komponen PRC sebagai konsentrat tersuspensi dalam larutan nutrisi aditif, yang

mempertahankan dan memperpanjang shelf life PRC, yang memung- kinkan selama 35 hari dengan CPDA1 dan 42 hari dengan CPD SAGM pada penyimpanan sesuai suhu standar.

3. Hemolisis selama pengumpulan dan penyimpanan darah adalah manifestasi yang paling berat

dari penyimpanan eritrosit. Hemolisis adalah parameter yang sangat penting untuk menilai

kualitas RBC yang disimpan.

4. Laktat dehidrogenase mengkatalisis reduksi reversible piruvat menjadi laktat oleh

nicotinamide adenine dinucleotide(NADH). Enzim LDH terdiri dari sub unit H (hati) dan M (otot). Di dalam sub unit RBC, subunit dominan adalah LDH-H (Clevenger and Kelleher, 2013). Peningkatan aktivitas enzim LDH terkait dengan perubahan permeabilitas sel,

kerapuhan membran eritrosit oleh karena penyimpanan yang lama dan mencerminkan

penurunan konsentrasi ATP dalam eritrosit. Kadar LDH yang meningkat pada PRC simpan

menunjukkan adanya proses hemolisis pada komponen darah tersebut.

(29)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka disusunlah rumusan

permasalahan sebagai berikut :

Adakah perbedaan kenaikan kadar LDH berdasarkan waktu simpan darah pada PRC

CPDA1 dan PRC CPD-SAGM ?

D.Tujuan Penelitian

Mengetahui perbedaan kadar LDH antara PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat bidang akademik:

a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada civitas akademika berupa informasi sejauh

mana waktu simpan PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM serta kadar LDH dapat digunakan

sebagai parameter untuk mengetahui kualitas darah donor untuk transfusi darah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi

peneliti lain.

2. Manfaat bidang pelayanan.

Memberikan masukan kepada instalasi laboratorium dan kepada klinisi mengenai

perlunya dipertimbangkan waktu simpan PRC CPDA1 dan PRC CPD SAGM serta kadar

LDH sebagai parameter kualitas PRC simpan.

F. Keaslian Penelitian

Marjani tahun 2006 melakukan penelitian untuk menentukan perubahan plasma lipid

(30)

antioksidan. Pengukuran dilakukan pada hari penyimpanan ke 0, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19,

21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35. Kadar MDA meningkat signifikan pada hari ke 9, Potasium

meningkat pada hari ke 5, LDH meningkat signifikan pada hari ke 5 (p < 0,05), TAS menurun

secara signifikan pada hari penyimpanan ke 13 dan RBC menurun pada hari penyimpanan ke 29

(p < 0,05). Hasil dinyata- kan bahwa peningkatan kadar MDA dan penurunan TAS

menunjukkan kerusakan sel disebabkan radikal bebas pada hari penyimpanan. Untuk

meningkatkan kualitas darah simpan dengan memberikan suplemen antioksidan dan vitamin

pada pendonor seminggu sebelum pengambilan darah. Peningkatan kadar MDA dan penurunan

TAS pada darah simpan merupakan permulaan dari hemolisis, sehingga perlu untuk mengontrol

faktor MDA dan TAS sebelum trasfusi darah.

Penelitian Chaudhary and Katharia tahun 2012 menganalisis penyimpanan buffycoat (BC)

depletedRBC pada SAGM di suhu 4°C dikaitkan dengan metabolisme dan perubahan biokimia, yang disebut sebagai "lesi penyimpanan". Peroksidasi lipid membran RBC menyebabkan lisis

yang berperan terjadinya lesi penyimpanan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

cedera oksidatif pada RBC selama penyimpanan 28 hari dan korelasinya dengan penanda

keru-sakan membran RBC dengan sampel dari 30 unit RBC yang disimpan pada suhu 4° C selama 28

hari secara aseptik pada hari 0, hari ke-14 dan hari ke 28 penyim- panan. Penanda kerusakan

membran plasma termasuk hemoglobin, plasma kalium dan LDH dan penanda cedera oksidatif

seperti kadar MDA, oksidasi Hb dan kerapuhan osmotik di semua sampel. Hasil statistik

signifikan (p < 0,001) me- ningkat dalam nilai rata-rata dari plasma Hb, plasma K+, LDH dan

marker cedera oksidatif seperti MDA dan oksidasi Hb selama periode penyimpanan 28 hari.

Cedera oksidatif pada RBC selama penyimpanan menyebabkan kerusakan membran dan lisis.

(31)

Triyono et al. (2013) melakukan penelitian perbedaan peningkatan kadar LDH antara WB CPDA1 dan PRC CPDA1 pada penyimpanan 1, 3, 7, 14 dan 28 hari, dan menganalisis

kenasbahan antara PRC dan WB dengan metode observa- sional dengan desain potong lintang.

Selama penyimpanan eritrosit akan menga- lami perubahan biomekanika yang disebut jejas

penyimpanan, dengan jumlah sampel 10 kantong PRC CPDA1 didapatkan r = 0,835 (p≤ 0,05).

Terdapat peningkatan bermakna kadar LDH darah WB dan PRC setelah penyimpanan selama 7,

14, dan 28 hari. Laktat dehidrogenase mempunyai keterkaitan kuat dan bermakna dengan lama

penyimpanan. Peningkatan kadar LDH PRC lebih tinggi dan ber makna dibandingkan dengan

WB selama penyimpanan selama 7, 14 dan 28 hari (Triyonoet al., 2010).

Penelitian ini merupakan perbandingan waktu simpan dan kadar LDH pada PRC CPDA1 dan

PRC CPD SAGM pada penyimpanan hari ke 3, 7, 14, 21, 28, 35, merupakan penelitian analitik

observasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan jumlah sampel 10 kantong PRC CPDA1 dan 10 kantong PRC CPD SAGM didapatkan perbedaan yang signifikan kadar LDH

(32)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Transfusi Komponen Darah

Transfusi darah WB diberikan pada kasus yang terbatas. Terapi transfusi darah sekarang,

terutama bergantung pada pemberian komponen darah yang dibutuhkan pasien. Tiga

komponen darah utama yang digunakan dalam terapi transfusi adalah PRC, thrombocyte concentrate (TC) dan fresh frozen plasma (FFP). Produk-produk ini dapat diperoleh baik dengan mengolah WB (450-500 ml), yang merupakan teknik yang paling sederhana, atau

dengan apheresis hanya komponen yang dibutuhkan diambil dari donor, sisanya dikembalikan ke donor. Prosedur standar produk persiapan darah dari donor darah adalah

seba-gai berikut: darah donor dalam kantong darah yang berisi antikoagulan CPD, seluruh darah

disentrifugasi untuk memisahkan sel darah sesuai dengan ukuran dan kepadatan. Red blood cells mengendap, sementara plasma tetap di atas, white blood cells (WBC) dan trombosit membentuk BC pada lapisan antara plasma dan RBC. Akhirnya, ketiga komponen

didistribusikan diantara kantong darah sterile interconnected blood bagsdengan menerapkan tekanan semi-otomatis untuk sentrifugasi kantong yang berisi WB. Untuk mencegah berbagai

reaksi pasca transfusi dan anti human leucocyte antigen (HLA) alloimunisasi, digunakan darah WB dengan leucofiltration. Setiap komponen yang diperoleh dari seluruh darah memiliki kondisi penyimpanan yang optimal, yang me mungkinkan untuk mempertahankan

aktifitas dan fungsi spesifik. Suhu adalah parameter penyimpanan yang sangat penting

(33)

Penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan adanya proliferasi bakteri yang meningkatkan

risiko penularan bakteri (Delobelet al., 2010). 2. Struktur Eritrosit

Membran eritrosit terdiri dari protein, fosfolipid, dan lapisan lipid bilayer. Membran eritrosit terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar hidrofilik yang terdiri dari glikolipid,

glikoprotein dan protein, lapisan tengah hidrofobik yang terdiri dari protein, kolesterol, dan

fosfolipid; dan lapisan dalam hidrofilik yang terdiri dari protein. Komposisi membran eritrosit

terdiri dari 52% protein, 40% lipid, dan 8% karbohidrat. Protein yang terdapat pada bagian

luar membran sampai permukaan sitoplasmik disebut membran protein integral. Protein yang

terda- pat pada permukaan sitoplasmik tepat di bawah lapisan lipid bilayerdan mem- bentuk sitoskleton disebut membran protein perifer (Harmening et al., 2002; Lichtman et al., 2007).

Red blood cells normal adalah 6-8 m dengan diameter dan tebal 1,5-2,5 pM. Red blood cells

dewasa berbentuk seperti cakram bikonkaf dan tidak berinti atau organel lainnya. Membran

RBC terdiri dari lipid bilayer yang mengandung fosfolipid, protein, kolesterol, glikoprotein dan glikolipid yang merupakan struktur yang sangat kompleks dan fleksibel, terdiri lebih dari

300 protein membran (Harmening, 2002). Komponen utama dari sitoskeleton adalah spektrin

protein, yang membentuk kompleks dengan protein sitoskeletal lainnya, seperti ankyrin, actin

dan protein 4.1, yang memperkuat lipid bilayer. Kompleks spektrin ini bergantung pada fosforilasi ATP yang berfungsi dengan baik. Integritas dan stabilitas membran dikaitkan

dengan penurunan ATP atau terjadi kerusakan oksidatif pada protein tersebut, yang

menyebabkan hilangnya membran deformabilitas (Hoffman, 2013). Deformabilitas adalah

salah satu karakteristik yang paling penting dari membran RBC. Tanpa kemampuan ini, itu

(34)

(Triulzi and Yazer, 2010). Membran memiliki distribusi asimetris fosfolipid dan kaya glikoprotein yang disebutglycophorins. Protein transmembran utama dari RBC adalah protein pertukaran channel anion, umumnya dikenal sebagai band 3, yang mengkatalisis pertukaran klorida bikarbonat, sisi yang mengikat protein dan enzim glikolitik sitoskeletal dan berperan

dalam penghapusansenescentRBC (Harmening, 2002).

Air dan anion, seperti klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), mengalir bebas melintasi

membran RBC. Hal ini diduga terjadi melalui saluran pertukaran anion. Kation, namun,

seperti natrium (Na+) dan kalium (K+), harus secara aktif diangkut melintasi membran.

Sodium terutama ekstraseluler dan kalium intra- seluler. Red blood cells mempertahankan homeostasis air dengan mengen- dalikan transportasi kation ini dengan ATP dependent Na+/ K+ pompa. Konsentrasi kalsium (Ca2+) perlu dikontrol juga, karena konsentrasi intraseluler

kelebihan dapat memiliki efek negatif pada RBC bentuk dan fleksibilitas. Hal ini dilakukan

oleh ATP dependent Ca2+pompa. Bentuk dan volume RBC karena itu tergantung pada ATP, dengan penipisan yang mengakibatkan kaku dan dehidrasi RBC. Perubahan dalam protein

atau lipid yang berhubungan dengan membran RBC dapat mengakibatkan penurunan

deformabilitas dan permeabilitas dan akhirnya penyerapan dari RBC di limpa (Harmening

andMorrof, 2005).

a. Membran Protein Eritrosit

Membran protein eritrosit merupakan membran phospolipid bilayer asimetris yang terdiri 10 protein mayor dan 200 protein minor, dengan berat molekul antara 16.000 –

244.000 dalton. Membran protein tediri protein membran integral (glikoporin) dan protein

(35)

Membran protein eritrosit disokong oleh komplek sitoskleletal spektrin-aktin (Harmening

et al., 2002; Lichtman et al., 2007; Telen, 2009; Buys et al., 2013). Adanya perubahan komposisi fosfolipid pada eritrosit akan berdam- pak pada bentuk eritrosit dan kemampuan

berubah bentuk, sedangkan peru- bahan pada protein sitoskeletal eritrosit akan

mempengaruhi keutuhan mem- bran ketika menghadapi kondisi tekanan sirkulasi (Bennett

et al., 2007; Girasoleet al., 2007). b. Protein Membran Integral

Protein membran integral terdiri dari glikoprotein dengan glikoprotein utama yaitu

glikoporin yang menyusun 20% dari protein membran total. Glikoporin terdiri dari empat

tipe yaitu A, B, C, D, yang berfungsi untuk membawa antigen eritrosit. Fungsi glikoprotein

tersebut adalah membawa antigen eritrosit dan reseptornya dan membran protein (anion exchange channel glycoprotein). Lapisan lipid bilayer dan membran integral mem-pengaruhi stabilitas mekanik dan rigiditas membran (Harmening et al., 2002; Lichtman et al., 2007; Telen, 2009).

c. Protein Membran Perifer

Protein membran perifer terdiri dari spektrin, ankyrin, protein 4.1, aktin dan membran (Lihat gambar 1). Spektrin merupakan protein paling banyak pada membran sitoskeleton

eritrosit yaitu 25-30% dari total protein membran dan 75% protein perifer. Spektrin

merupakan molekul fleksibel berbentuk seperti batang yang mengandung dua rantai

polipeptida yaitu rantai α (band1) dengan berat molekul 240.000 dalton dan rantai β (band

2) dengan berat molekul 225.000 dalton. Fungsi protein-protein ini adalah

(36)

sirkulasi, membentuk bikonkaf dan deformitas eritrosit (Har mening et al., 2002; Lichtman

et al., 2007; Telen, 2009).

Gambar 1. Membran eritrosit (Hoffbrandand Moss, 2011).

3. Jenis Darah Transfusi

Beberapa jenis darah transfusi berdasarkan lama waktu penyimpanan darah. Lama simpan

darah adalah sebagai jumlah kalender hari antara hari koleksi unit RBC dan hari transfusi.

Pada pasien denganmultipletransfusi, dengan analisa lama penyimpanan yang digunakan dari pasien adalah unit darah dengan usia penyimpanan RBC tertua (Gauvinet al.,2010).

a. Darah segar

Darah segar adalah darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah

pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih

lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fung si eritrosit masih relatif baik.

Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan,

reaksi silang dan trans- portasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan risiko penularan

(37)

Darah baru adalah darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil

dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi

peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat (Boediwasenoet al, 2007). c. Darah Simpan

Darah simpan yaitu darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keun- tungannya mudah

tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitome- galovirus hilang, sedangkan

kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis.

Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas

Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini

disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar K+, amonia, dan asam laktat tinggi

(Cote and Dsida, 2001). 4. Perubahan Darah Simpan

Darah simpan akan mengalami beberapa perubahan yaitu perubahan mor- fologis,

penurunan ATP, penurunan 2,3 DPG, perubahan sifat mekanik dan terjadi kerusakan

oksidatif.

a. Perubahan Morfologis.

Perubahan morfologi dari bentuk cekung ganda disc normal, RBC rusak selama hari-hari penyimpanan. Bentuk yang paling penting adalah creno- cytes yaitu eritrosit bulat dengan spikula, spikula ini sesuai dengan vesikel lipidic yang menonjol dari membran. Transformasi ini dikaitkan dengan hilangnya permukaan/volume RBC, yang berakibat

terjadinya peningkatan konsentrasi Hb pada sel dengan kerapuhan osmotik. Ada beberapa

bukti bahwa semua perubahan morfologis ini berkorelasi dengan penurunan ATP dari RBC

(38)

b. PenurunanAdenosine Triphosphate(ATP)

Perubahan biomekanik permukaan RBC dan viskositas sitoplasma ter- jadi setelah

penurunan ATP. Ada korelasi yang rendah antara kadar ATP RBC simpan dan RBC segar,

kecuali bila kadar ATP menurun > 50%. Ketidak konsistenan ini menunjukkan bahwa pada

kadar ATP yang sangat tinggi tidak memiliki dampak pada RBC hidup pasca transfusi.

Meskipun penurunan ATP tidak menjelaskan tentang kerusakan membran, penipisan ATP

meningkatkan kadar mediator sekunder seperti kalsium intraseluler, fosforilasi protein

kinase dan membran yang menjaga integritas membran sel. Analisis fosfolipid

menunjukkan perubahan keseimbangan fosforilasi/ dephosphorilation di RBC selama minggu kedua dan ketiga penyimpanan. Peningkatan bentuk phosphorilated dari

phosphoinositol-4-phosphate, di- sertai dengan munculnya crenocytes, ini menunjukkan hubungan antara dephosphorilation dan perubahan morfologi RBC. Ketika RBC disimpan

dalam aditif, konsentrasi ATP tetap meningkat diawal penyimpanan, pun- caknya sekitar 2

minggu, kemudian secara bertahap menurun hingga dibawah 50% pada minggu ke 6 dari

penyimpanan. Oksidasi glukosa anae- robic (glikolisis) merupakan satu-satunya sumber energi bagi RBC. Lang kah-langkah awal dari proses ini memerlukan ATP dan tidak dapat

dilan jutkan ketika ATP habis. Hilangnya ATP juga dapat mengurangi kemam puan

transfusi RBC untuk efek mediasi nitrite oxide(NO) vasodilatasi arte- roil dalam merespon hipoksia. Membran dan komponen sitoplasma

me-miliki dampak morfologi dan deformabilitas RBC selama penyimpanan. Modifikasi ini

mengurangi waktu paruh RBC pasca transfusi. Perubahan bi- omedik RBC adalah dari

(39)

mendukung pembentukan 20 sampai 80 vesikel nm, yang dapat dideteksi pada minggu

kedua penyimpanan. Kerusakan oksidatif adalah hal lain mekanisme penting kerusakan

RBC, dampak

bio-mekanik dengan merusak membran fosfolipid dan spektrin memberikan kontribusi

pembentukanschistocytesdanspherocytes, kerapuhan osmotik (Alizadehrad et al., 2012). c. Penurunan 2,3Diphosphoglycerate(2,3 DPG).

Penurunan 2,3 DPG selama penyimpanan memproduksi RBC dengan efikasi dan

efektifitas rendah untuk meningkatkan oksigenasi dalam jaring- an. Deplesi 2,3 DPG

terbesar terjadi pada hari ketujuh penyimpanan. Dalam kondisi normal nilai 2,3 DPG

untuk intraseluler eritrosit adalah sekitar 4,5 mmol/L. Setelah 24 jam penyimpanan, nilai

ini turun menjadi sekitar 3,0-3,5 mmol/L, dan seluruh 2,3 DPG habis setelah dua minggu.

Penurunan 2,3 DPG memiliki konsekuensi untuk kapasitas pembawa oksigen dari sel-sel

ini, afinitas oksigen (O2) sangat meningkat untuk setiap tekanan parsial tertentu O2

(pergeseran kiri besar kurva disosiasi oksigen).

Red blood cells dengan kadar 2,3 DPG rendah membawa O2, tetapi tidak melepaskan

O2 setelah berada di jaringan. Mengingat bahwa ada peningkatan kapasitas mengikat O2,

ekstraksi oksigen terganggu, jika seseorang memiliki volume sirkulasi seluruhnya terdiri

dari PRC simpan, seluruh ekstraksi O2tubuh akan kurang dari 25%, dan saturasi vena akan

tinggi. Kadar 2,3 DPG menurun dengan cepat selama minggu pertama penyimpanan, turun

ke kadar tidak terdeteksi pada akhir minggu. Hilang- nya 2,3 DPG menyebabkan pelepasan

O2 RBC simpan ke jaringan kurang mudah daripada sel normal. Faktor - faktor yang

mengontrol konsentrasi 2,3 DPG dalam RBC adalah keseimbangan antara kadar sintesis

(40)

dan pH di atas 7,0. Sintesis 2,3 DPG pada pH dibawah 7,0 terjadi deposisi, pH larutan

pengawet dapat bervariasi antara 7,0-8,0, tetapi pH optimum 7,6.

Faktor-faktor yang dapat membantu untuk meningkatkan konsentrasi 2,3

DPG adalah :

i. Penambahan asam nikotinat dalam media pengawet untuk RBC me- ningkatkan

konsentrasi 2,3 DPG, mengurangi hemolisis dan membantu mempertahankan pH yang

lebih tinggi.

ii. Penambahan kadar optimal asam askorbat secara signifikan meningkat- kan

konsentrasi 2,3 DPG harus optimal, karena di atas konsentrasi tertentu itu ATP

berkurang dan meningkatkan hemolisis. Konsentrasi asam askorbat yang digunakan

bervariasi, sebaiknya dikisaran 3 sam- pai 5 mg / dl suspensi RBC. Namun konsentrasi

asam askorbat yang optimum dengan efek hemolitik minimum dan efek

menguntungkan adalah konsentrasi 4.0 mg/dl suspensi RBC.

iii. Penambahan asam nikotinat juga menurunkan efek pencucian yang keluar dari diethyl hexyl phtalate(DEHP)plasticizerdigunakan dalam kantongpoly vynil chlorida(PVC) ke media penyimpanan RBC. Hal ini penting karena DEHP pada kadar rendah

menyebabkan penurunan kadar vitamin yang larut dalam lemak (A, D dan E) dan

penghambatan membran terikat Na+K+ATPase. Konsentrasi asam nikotinat yang

digu-nakan dalam antikoagulan bervariasi, sebaiknya di kisaran 5 sampai 8 mg/dl suspensi

RBC, konsentrasi optimum 6,8 mg/dl suspensi RBC.

iv. Pemberian kedua asam nikotinat dan asam askorbat memiliki efek aditif, dengan efek

lebih menguntungkan daripada efek masing-masing bila ditambahkan secara terpisah

(41)

d. Perubahan Sifat Mekanik

Selama penyimpanan, beberapa perubahan bentuk RBC daridiskcekung ganda berubah menjadi echinocytes dan spheroechinocytes jumlah yang spherocytes ireversibel cacat dalam populasi RBC simpan berangsur-angsur meningkat sepanjang durasi penyimpanan.

Red blood cells secara bertahap kehilangan "deformabilitas" mereka selama penyimpanan. Haemoglobin berisi empat ion besi, satu ion pada masing-masing empat subunit yang

terkoordinasi dalam cincin porfirin. Untuk memenuhi fungsi fisiologis utama, setiap

molekul deoxyHbmengikat empat molekul O2. Sebagian kecil darioxyHb secara spontan melakukan autooksidasi untuk membentuk ferric methaemoglobin (metHb) dan anion superoksida. Dalam sirkulasiferricmetHb direduksi menjadiferrousHb olehnicotinamide adenosine dinucleotide hidrogen (NADH), reaksi ini akan diperlambat pada penyim panan RBC di refrigeratordan pembentukan metHb semakin besar dengan partially oxygenated Hb(Yoshidaand Shevkoplyas, 2010).

e. Kerusakan Oksidatif

Mekanisme kerusakan oksidatif dikeluarkan oleh RBC yang disim- pan. Kerusakan

oksidatif lipid dan protein oksidasi/peroksidasi disebab- kan oleh reactive oxygen species (ROS), seperti hidroksil, peroksidase dan radikal alkoxylmerupakan salah satu faktor utama yang berkontri- busi terhadap perkembangan lesi penyimpanan. Red blood cellsmengan dung campuran yang sangat reaktif terhadap besi (Hb) dan oksigen (terlarut dalam sitosol dan terikat Hb). Namun, reaksi ini terhambat sedangkan

pembentukan metHb ditingkatkan untuk RBC simpan dengan sebagian O2 Hb atom

(42)

tubuh, dan disimpan dalam kondisi dingin, mekanisme perlindungan terhadap RBC

kehila ngan efisiensi dan Hb menjadi rentan terhadap oksidasi. Lesi penyimpanan

RBC sebagai "semua hal-hal buruk" yang terjadi pada RBC dalam perjalanan

kelangsungan hidup RBC ketika RBC kembali ke sirkulasi. Lesi penyimpanan RBC

meliputi:

i. Penurunan ATP RBC dan 2,3 DPG

ii. Pengurangan deformabilitas terkait dengan hilangnya konstituen

membran dan Hb.

iii. Akumulasi zat bioreaktif yang dilepaskan dari leukosit terutama pada non leucoreduction RBC (Gullikssonet al.,2009).

Di beberapa negara, WB disimpan semalam pada suhu kamar sebelum pemisahan

komponen darah, terutama untuk alasan logistik. Penyimpanan berkepanjangan umumnya

dilakukan pada suhu kamar dan terutama pemenuhan kebutuhan untuk trombosit yang akan

digunakan untuk persiapan unit trombosit BC reduction. Konsekuensi penyimpanan akan terjadi peningkatan produksi laktat dari glukosa oleh glikolisis RBC dan penurunan

minimal dalam pH yaitu sekitar 0,1 satuan dibandingkan dengan kadar WB yang diproses

dalam waktu 8 jam dan kemudian disimpan di 2-6 oC. Penurunan minimal ini tampaknya

memiliki dampak yang signifikan pada metabolisme RBC yang dapat dilihat selama

beberapa minggu. Dalam RBC, 2,3-DPG umumnya hilang selama 2 minggu pertama

penyimpanan. Tingkat sintesis 2,3 DPG dikaitkan dengan pH RBC intraseluler dengan

pada kadar pH di bawah 7,2. Sintesis 2,3 DPG dikaitkan dengan hilangnya ATP. Dalam

situasi sebaliknya, ketika tingkat sintesis 2,3 DPG berkurang, sintesis kadar ATP dengan

(43)

dan pemeliharaan yang lebih baik dari penurunan K+. 2,3 DPG intraseluler dikaitkan

dengan pergeseran ke kiri kurva disosiasi oksigen dan dengan peningkatan afinitas O2 dan

mungkin pasokan O2kurang efektif ke jaringan. Setelah transfusi, RBC dengan kadar 2,3

DPG rendah umumnya akan normal kembali dalam bebe- rapa hari (Gulliksson et al., 2009). Hasilreview LDH isoenzyme(1999) menyatakan bahwa pemulihan 2,3 DPG setelah kadarnya menurun membutuhkan waktu 12-48 jam dan disimpulkan bahwa sementara

beberapa bank darah menganjurkan penggunaan darah segar untuk pasien dengan transfusi

masiv untuk mencegah penurunan kadar 2,3 DPG pasca transfusi. Ada sedikit bukti yang mendukung bahwa terjadi gangguan oksigenasi jaringan. Aditif RBC dapat

mempertahankan kadar 2,3 DPG dengan lebih baik. Solusi alkali baru dengan tujuan untuk

mempertahankan kadar 2,3 DPG dan ATP selama penyimpanan belum diketahui apakah

aditif tersebut memiliki efek menguntungkan yang sama setelah unit RBC dibuat dari WB

dengan penyimpanan semalam. Penelitian lebih lanjut tentang aditif tersebut dan mungkin

modifikasi komposisi dapat memperbaiki situasi untuk masa depan dan memungkinkan

penyimpanan WB semalam dengan memper tahankan kadar 2,3 DPG dan kadar ATP.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpanan semalam WB sebelum penyusunan

komponen darah umumnya terkait dengan peningkatan secara signifikan kadar ATP dan

menurunnya kadar ekstraseluler K+, 2,3 DPG dan pH pada RBC aditif SAGM solusi aditif

dibandingkan dengan RBC yang dipersiapkan dalam waktu 8 jam.

f. Bentuk RBC dan Rheologi

Protein membran yang rusak menyebabkan fungsinya sebagai pompa mulai gagal,

sehingga eritrosit mulai membengkak dan lebih bulat atau setengah bola. Red blood cells

(44)

membran sel mencuat ke segala arah. Beberapa studi mengenai morfologi RBC berikut

cold storage telah menyimpulkan bahwa kegagalan pompa ion menyebabkan penurunan deformabilitas eritrosit yang menyebabkan menurunnya aliran mikro- vaskular.

g. Perubahan Mikrosirkulasi akibat Transfusi PRC Simpan.

Cacat rheologi spheroechonocytes dapat memperlambat aliran kapiler yang menyebabkan defisit pengiriman O2 sistemik, yang dirasakan sebagian besar pada jaringan

otak dan ginjal. Sebuah studi dari mikrovaskuler perfusi yang membandingkan darah

simpan dan darah segar menunjukkan bahwa RBC simpan mengurangi aliran

mikrovaskular dan kepadatan kapiler fungsional sebesar 63% dan 54% masing-masing.

h. Red Blood CellsMembran Vesikulasi.

Fenomena ini merupakan konsekuensi dari kegagalan protein transmem- bran, dan

terjadi peningkatan respon inflamasi pada RBC. Red blood cells pada PRC simpan lebih mudah rusak dan kehilangan elastisitasnya. Sel-sel itu akan sulit melewati kapiler di

mikrosirkulasi. Red blood cells dengan bentuk abnormal akan dihancurkan dalam sistem retikuloendotelial dan selanjutnya terjadi hemolisis.

i. Hemolisis dan PelepasanFreeHemoglobin

Penghancuran RBC baik dalam kantong darah dan dalam aliran darah tertentu

menyebabkan hiperbilirubinemia ringan. Free Hb yang dilepaskan dalam sirkulasi merupakan oksida nitrat yang sangat baik. Reaksi ini terjadi secara singkat pada bagian

(45)

Peningkatan K+ dan laktat dalam kantong darah akan menyebabkan meningkatnya

keasaman pada kantong darah yang disimpan 42 hari. Hiperkalemia dan asidosis laktat

dapat terjadi akibat terlalu banyak transfusi simpan ( CoteandDsida, 2001).

5. Citrate Phosphat Dextrose(CPD)

Lee pada tahun 1913 memperkenalkan sitrat sebagai antikoagulan untuk darah manusia.

Rous dan Turner tahun 1915 mengenalkan bahwa glukosa memperlambat hemolisis suspensi

RBC dalam saline, darah tersebut dapat disimpan dalam 4 minggu. Loutit and Mollison memperkenalkan antikoagulan acid citrate dextrose (ACD) dengan desain penggunaan rasio 1:4 kemudian 1:7 dalam WB. Suasana asam pada solution dengan pH 5,5 mencegah karamelisasi pada pemanasan glukosa. Acid citrate dextrose steril dalam WB atau PRC bisa mengurangi hemolisis dalam waktu 3 minggu. Penambahan antikoagulan pada WB

mengurangi fosfat difus pada darah simpan meninggalkan fosfat intraseluler lebih banyak

sebagai substrat pembentukan ATP. Penambahan fosfat pada ACD yaitu berupa CPD, CPD

lebih baik daripada ACD saja dan mengurangi hemolisis. Citrate phosphat dextrose

ditetapkan untuk penyim panan WB selama 4 minggu (Hillyeret al., 2007). 6.Saline Adenine Glucose Manitol(SAGM)

Rous dan Turner mengembangkan sitrat pertama dan campuran glukosa untuk menyimpan

RBC kelinci (Rous dan Turner, 1916) dan Robertson menggunakann dalam bank darah

pertama di Perancis selama Perang Dunia I (Robertson, 1918). Dimasukkannya fosfat di tahun

1950-an dan 1970-an adenine sebagai solusi aditif, yang memperpanjang masa simpan dan

meningkatkan kualitas penyimpanan RBC (Hess, 2006). Di sisi lain, pH menurun 5,8

(46)

dengan penambahan natrium fosfat ke ACD dan CPD yang mengurangi kebocoran fosfat dari

RBC yang disimpan dengan mengurangi gradien konsentrasi fosfat antara sitosol dan

supernatan dengan waktu simpan darah 28 hari. Solusi aditif berikutnya ditambahkan ke RBC

simpan untuk memberikan tambahan volume dan nutrisi untuk penyimpanan lebih lama.

Solusi aditif pertama adalah SAG, dinamai konstituennya, garam, adenin dan glukosa,

penurunan hematokrit penyimpanan dan viskositas sekitar 55%, namun variabilitas biologis

yang tinggi hemolisis masih menghambat perpanjangan umur simpan RBC berkonsentrasi

lebih dari 5 minggu, setidaknya sampai diperkenalkannya manitol (scavinger radikal bebas dan membran stabilizer) oleh Hogman et al. (1978). Solusi aditif yang mengandung 30 mM manitol mengurangi hemolisis dan lebih meningkatkan osmolaritas larutan ( Hess et al., 2009).

Solusi SAGM, merupakan solusi aditif standar yang digunakan di Eropa, sementara AS-1

dan AS-5 (banyak digunakan di Amerika Serikat) adalah dua varian SAGM yang berbeda

dalam konsentrasi garam, gula dan mannitol. AS-3 adalah solusi aditif ketiga yang dilisensi

di Amerika Serikat, digunakan secara eksklusif di Kanada (Hess, 2006). Sitrat dan manitol

berfungsi membran pelindung yang sama seperti AS-3 dan SAGM, masing-masing sebagai

ion kedap yang menyeimbangkan tekanan osmotik eritrosit ion-permeable (Jarvis et al., 2003). Perbedaan utama lainnya adalah bahwa AS-3 solusi aditif dengan dekstrosa lebih

tinggi dari antikoagulan CPD utama, yang disebut CP2D (D’Alexandro, 2012).

Dalam penyimpanan donor PRC dengan adanya fosfat dan adenin yang memungkinkan

untuk jangka waktu penyimpanan lebih lama dari unitwhole blood. Kemajuan ini mendorong adanya solusi aditif yang tidak hanya akan memperpanjang masa penyimpanan tetapi juga

(47)

mengandung garam, adenin, glukosa, manitol (SAGM) yang ditambahkan ke dalam eritrosit,

meningkatkan masa penyimpanan konsentrat RBC menjadi 42 hari bila disimpan pada 1°C

sampai 6°C. Penambahan garam dan manitol menurunkan kadar hemolisis, dan glukosa

menyediakan jalur substrat energi sementara adenin mempertahankan kadar ATP

(D’Allesandro et al., 2010). Manitol sebagai antioksidan terhadap ROS yang diproduksi oleh sel aerob sebagai produk proses metabolik seperti respirasi mitokondria. Bila terjadi ketidak

seimbangan antioksidan dan terbentuk free radicalyang berlebihan stress oksidasi meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, yang menyebabkan menumpuknya produk oksidasi

seperti lipid, asam nukleat, protein, gula dan sterol yang menyebabkan disfungi sel.

Meningkatnya umur RBC, volume berkurang, meningkatnya densitas, terutama bagian kedua

lifespanyang berkaitan dengan hilangnya kolesterol dan phospholipid dan menurunnya secara linier membran RBC dan membentuk lipid peroksidase. Manitol menyebabkan menurunnya

lipid peroksidase sebagai antioksidan yang memberikan elektron pada membran RBC yang

sudah diambil oleh ROS ((Mignotte dan Vayssiere, 1998; Mayes, 2003).

7. Packed Red Cells Citrate Phosphat Dextrose Saline Adenine Glucose Manitol Leukocyte Reduced(PRC CDP SAGM LR).

Packed red cells CDP SAGM adalah konsentrat yang dipersiapkan 480 ml WB yang diambil dalam 70 ml antikoagulan CPD. Pada unit ini plasma direduksi dengan sentrifugasi,

platelet direduksi dengan sentrifugasi dan flitrasi. Red Blood Cells di resuspensi dalam 110 nutrien SAGM. Antikoagulan CPD mengandung citrate acid 3.27 g/L, dan sodium citrate. Manitol sebagai penstabil membran dan dekstrosa diperlukan untuk metabolisme RBC yang

(48)

sentrifugasi CPD WB untuk memisahkan RBC dari plasma. Leukoreduction dengan penyaringan yang dilakukan sebelum sentrifugasi. Dalam sistem ekstraksi, RBCLR yang

berasal dari WB di- kumpulkan dalam CPD kemudian disentrifugasi kemudian plasma dan

BC dihilangkan. Red blood cells LR kemudian dimasukkan dalam larutan nutrisi SAGM, RBC tersebut memiliki jumlah WBC kurang dari 5x106 / unit. Red blood cells SAGMLR memiliki periode penyimpanan tidak melebihi 42 hari pada 1- 6°C, dengan perkiraan volume

dari unit 240-340 ml (Brugeret al., 2011).

Kemampuan RBC meningkatkan kapasitas pembawa O2 darah dengan meningkatkan

sirkulasi RBC. Antikoagulan CPD 327 mg asam sitrat, Natrium sitrat 2,63 g asam fosfat

sodium 251 mg,dextrose 2,55 g air untuk injeksi volume maksimum 100 mL.Saline Adenine Glucose Manitol aditif berisi natrium klorida 877 mg, dextrose 900 mg, adenin 16,9 mg, manitol 525 mg dan air untuk injeksi volume maksimum 100 mL.

a. Indikasi

Bila mungkin, anemia harus ditangani dengan tepat, terdapat beberapa terapi anemia

antara lain nondarah (misalnya, besi, vitamin B12, asam folat atau eritropoietin

rekombinan); transfusi RBC hanya boleh digunakan untuk mengobati anemia pada terapi

non darah gagal untuk memberikan hasil yang diinginkan dan pengobatan tetap

diperlukan. Saline adenine glucose manitol RBC LR juga dapat digunakan bila diperlukan oksigenasi yang baik, memerlukan terapi yang lebih spesifik. Produk RBC

dapat digunakan untuk transfusi tukar oleh teknik manual atau otomatis

(49)

b. Kontra Indikasi

Jangan menggunakan RBC SAGM LR apabila anemia yang dapat dikoreksi dengan

medikasi. Hipovolemia tertentu tanpa deficit RBC yang signifikan harus dikelola dengan

larutan koloid, seperti albumin atau larutan kristaloid dan tidak dengan RBC SAGM LR.

c. Efek Samping dan Bahaya

Meliputi infeksi penularan penyakit, bakteremia atau endotoksemia, reaksi transfusi

hemolitik dan graft-versus-host-disease. Efek samping dan bahaya yang dapat terjadi setelah transfusi RBC SAGM LR adalah reaksi hemolitik immediate maupun yang

delayed(AABB, 2010).

8. Citrate Phosphat Dextrose Adenine1(CPDA1)

Citrate Phosphate Dextrose Adenine1 adalah pengawet antikoagulan darah disimpan pada 1- 6°C. Sitrat adalah antikoagulan, fosfat berfungsi sebagai bufer, dan dekstrosa merupakan

sumber energi RBC. Penambahan adenin untuk solusi CPD memungkinkan RBC untuk

resintesis ATP, yang mem perpanjang waktu penyimpanan 21-35 hari, akibatnya RBC atau

WB dapat disimpan selama 35 hari bila disimpan dalam CPDA1.

Tabel 1. KonsentrasiAdditive Solution

(50)

RBC Sodium Chloride0.77 g

Hemolisis adalah parameter yang sangat penting untuk menilai kualitas RBC yang

disimpan. Penilaian pengaruh lama penyimpanan terhadap kejadian hemolisis RBC, dapat

disimpulkan bahwa ada peningkatan persentase hemo- lisis dengan penyimpanan, terlepas

dari aditif yang digunakan. Hemolisis RBC yang terjadi selama pengolahan komponen dan

penyimpanan unit RBC memiliki implikasi klinis yang serius bagi pasien yang ditransfusi.

Mendeteksi hemolisis berlebihan penting untuk meminimalkan transfusi terkontaminasi

bakteri dalam unit RBC. Kalium tinggi dan Hb bebas itu sendiri dapat menyebabkan

komplikasi yang signifikan pada beberapa pasien. Hemolisis dalam komponen darah

merupakan indikator penting dari integritas selular dan parameter kualitas. Kadar hemolisis

dapat diperkirakan dengan penilaian visual, tes spektrofotometri dan metode photometri

(Makroet al., 2011).

Pada sebagian bank darah, pemeriksaan visual dari segmen tabung sampel dan unit darah

digunakan sebagai metode cepat dan mudah untuk mendeteksi hemolisis dalam satuan darah.

Hemolisis karena kerusakan RBC sangat penting untuk laboratorium karena dapat

mempengaruhi hasil laboratorium. Hal ini dapat bervariasi dari satu tes ke tes lain tergantung

pada reagen digunakan. Hemolisis dapat terjadi in vivo(pada pasien), karena berbagai kondisi medis, termasuk reaksi antigen-antibodi atau anemia hemolitik (Makrooet al., 2011).

(51)

pemeriksaan tergantung pemeriksaan yang dilakukan. Secara umum sedikit hemolisis

memiliki pengaruh yang kecil pada kebanyakan pemeriksaan, namun dapat menyebabkan

peningkatan hasil pemeriksaan untuk parameter tertentu seperti K+dan LDH. Sampel terlalu

hemolisis dapat mempengaruhi hasil banyak tes (Lippi et al., 2008).

10. Diethyl Hexyl Phthalate(DEHP) -Polyvinil Chloride(PVC)

Kantong PVC dengan DEHP adalah wadah penyimpanan darah donor standar. Kantong

DEHP mengurangi hemolisis empat kali lipat selama penyimpanan dengan interkalasi ke

membran RBC, dan akan memperpanjang waktu simpan darah 6 minggu sesudah

pengambilan darah. Ketika donor memberikan darah berupa WB, awalnya disimpan di

kantong DEHP PVC plasticized, kemudian dipisahkan dengan sentrifugasi dan dipisahkan menjadi komponen PRC dan plasma kaya trombosit. Packed red cells yang disimpan di kantong DEHP PVC dan Platelet rich plasma (PRP) disimpan dalam kantong poliolefin atau PVC tris (2-ethylhexyl) trimellitate (TETM). Packed red cells biasanya disimpan segar di

refrigerator pada suhu berkisar antara 1° - 6°C dan waktu simpan 35 - 42 hari (AABB, 2010).

11. Laktat Dehidrogenase

Laktat dehidrogenase mengkatalisis reduksireversiblepiruvat menjadi

laktat oleh nicotinamide adenine dinucleotide (NADH). Enzim LDH terdiri dari sub unit H (hati) dan M (otot). Di dalam sub unit RBC, subunit dominan adalah LDH-H (Clevenger and

Kelleher, 2013). Peningkatan aktivitas enzim LDH terkait dengan perubahan permeabilitas

sel, kerapuhan membran eritrosit oleh karena penyimpanan yang lama dan mencerminkan

(52)

Terdapat bebrapa obat tertentu yang dapat mengganggu tes LDH yang akurat. Vitamin C

(asam askorbat) dalam jumlah besar dapat menurunkan kadar LDH, selain itu alkohol,

anestesi, aspirin, fluorida, mitramisin, dan procainamide dapat meningkatkan kadar LDH. Olahraga berat juga dapat meningkatkan kadar LDH. Kekurangan LDH mengakibatkan tubuh

memecah glukosa untuk digunakan sebagai energi dalam sel, terutama sel-sel otot. Laktat

dehidrogenase adalah enzim hidrogen yang mengkatalisa oksidasi L laktat menjadi piruvat

dengan mediasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) sebagai aseptor hidrogen (Burtis, 2011).

Gambar 2. Reaksi LDH ( Burtis, 2011)

Reaksi reversibel dan reaksi equilibrium reduksi piruvat menjadi laktat (PL) atau reaksi

sebaliknya (LP). pH optimal untuk reaksi laktat menjadi piruvat (LP) adalah 8,8 sampai 9,8 danassaycampuran dioptimalkan untuk LD-1 pada 370C, mengandung NAD+, 9 mmol/L, dan l-laktat, 80 mmol/L. Untuk assay PL pada 370C, pH optimal 7,4-7,8 NADH 300 umol/L dan piruvat 0,85 mmol/L. pH optimal bervariasi tergantung temperatur, konsen- trasi

substrat danbuffer(Anonim, 2013).

Laktat dehidrogenase pada darah simpan, deoxyHb mengikat domain sitosol band 3, sehingga memicu pemisahan kelompok enzim glikolitik (termasuk gliseraldehida 3 - fosfat

dehidrogenase, fosfofruktokinase dan aldo - lase yang mengikat langsung ke N-terminal band

Gambar

Gambar 1.  Membran eritrosit (Hoffbrand and Moss, 2011).
Gambar 2. Reaksi LDH ( Burtis, 2011)
Gambar 3.  Kerangka Pikir
Gambar 4. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kami mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk memberikan jawaban dengan sungguh-sungguh ( benar dan jujur ), sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.. Kesediaan tersebut

Dari hasil penelitian, pasien skizofrenia melakukan perilaku agresif baik dalam bentuk verbal (bahasa) dan non verbal (fisik) yang lebih dominan dilakukan oleh pasien

(2) Implementasi Sistem Pre Order Pada Online Shop VIE_DIE Production Perspektif Ekonomi Syari’ah sebagai berikut: a) Praktik pada online shop VIE_DIE Production yang

Puji syukur kepada Tuhan, karena tesis yang berjudul ” Pengaruh Satisfaction, Brand Trust dan Brand Loyalty Terhadap Brand Equity (Studi Kasus Pada Pengguna Sepeda Motor Honda

Paskalis Abner SE., Kepala Biro Pendidikan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amugme dan Kamoro di Timika-Papua, yang dengan kesungguhan hati terus memberikan dukungan

Enterprise Service Bus Layanan Otomasi Perkantoran (Paperless Office) Layanan Otomasi Perkantoran (Paperless Office) Manajemen Proses Bisnis (BPM) Manajemen Proses Bisnis

Yaitu program yang digunakan untuk menerjemahkan instruksi-instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman ke dalam bahasa mesin agar dapat dimengerti komputer.. Perangkat

Fasilitas yang dapat diperoleh dari sistem ini antara lain pendaftaran penduduk, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru bagi masyarakat yang belum memiliki KTP, perpanjangan