PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING BAGI SISWA PPKn KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 GOMBONG
Karyono1
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui metode
Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat: (1) meningkatkan aktifitas belajar siswa; (2) menciptakan kondisi belajar yang interaktif dan dinamis; dan (3) menciptakan kebermaknaan belajar siswa, sehingga (4) meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Nopember 2013, dengan subjek penelitian siswa Kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Gombong. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam bentuk pilihan ganda. Untuk mengetahui ketepatan dan kesahihan instrumen dilakukan uji validitas menggunakan korelasi Product Momen
dari Pearson dan uji reliabilitas menggunakan KR-20. Analisis data berupa deskriptif komparatif, dengan membandingkan proses belajar dan hasil belajar pada kondisi awal siklus I dan Siklus II. Berdasarkan penelitian ini, bahwa dengan penggunaan metode Cooperative Learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan telah menunjukkan proses dan hasil yang meningkat, yaitu: (1) dari perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II diperoleh fakta adanya peningkatan keaktifan siswa dari kondisi awal 23% siswa aktif, siklus I 72% siswa aktif dan pada siklus II meningkat menjadi 91,6% siswa aktif ; (2) dari pengamatan terhadap hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, diperoleh fakta adanya peningkatan rata-rata hasil belajar. Pada kondisi awal rata-rata nilai hasil belajar mencapai 69, dan pada siklus I mencapai 78,31 sedangkan pada siklus II mencapai 83,63; (3) dari pengamatan terhadap hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, diperoleh fakta adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi ketuntasan belajar siswa mencapai 8 siswa atau sekitar 25%, dan pada siklus I mencapai 18 siswa atau sekitar 56,25% sedangkan pada siklus II mencapai 29 siswa atau sekitar 90,63%. Kata kunci: Hasil belajar PPKn, Snowball Throwing
PENDAHULUAN
Dari hasil observasi terhadap Siswa Kelas X.MIA 1 SMA Negeri 1 Gombong pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 dalam proses
pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan khususnya
Kompetensi Dasar Hak dan Kewajiban Dasar 1945, didapati fakta bahwa
berdasarkan dokumen nilai ulangan harian, rerata nilainya baru mencapai 70 masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 76, sehingga sebagian besar harus melalui remidial.
Pencapaian nilai di bawah KKM bisa dikategorikan prestasi belajarnya rendah, hal ini diduga terjadi akibat dari penerapan model pembelajaran yang cenderung teacher
centered learning, dimana siswa lebih
banyak bersikap pasif, mereka lebih banyak menerima informasi dari guru dalam bentuk ceramah, dan tanya jawab, sehingga tidak ada upaya dari siswa untuk mengembangkan materi yang diterimanya.
Menjadi kewajiban guru untuk mencari cara mengatasi permasalahan tersebut dengan mengubah model pembelajaran yang diterapkan agar siswa tidak bersikap pasif, dan hanya menerima informasi dari guru semata, namun mereka terdorong untuk aktif, dan kreatif serta bersikap kritis dengan mencari sumber dan bahan belajar sendiri sehingga pada akhirnya hasil belajarnya bisa meningkat.
Hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah tingkat pemahaman dan penguasaan standar kompetensi, menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) pada materi hak dan kewajiban warga negara dalam Undang Undang Dasar 1945, yang ditunjukkan dengan nilai hasil tes pada konsep materi tersebut, yang mencakup
penguasaan perilaku kognitif (pengetahuan).
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, pembelajaran berikutnya akan dilakukan dengan Metode Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe
Snowball Throwing, dengan
pertimbangan Model Pembelajaran
Cooperatif Learning Tipe Snowball
Throwing, adalah suatu tipe
pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola, kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama siswa. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara, akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Anita Lie (2009: 43), salah satu tipe yang ada pada Cooperatife
Learning adalah Cooperative Learning
Tipe Snowball Throwing yang menurut
asal katanya berarti “bola salju bergulir” yang dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama teman.
Dilihat dari pendekatan yang digunakan, tipe Snowball Throwing ini
memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Kisworo (2008: 11),
menyatakan bahwa metode
pembelajaran snowball throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain dan masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Selanjutnya menurut Kisworo (2008: 11), model pembelajaran
snowball throwing langkah-langkahnya
adalah: (1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan; (2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi; (3) masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; (4) kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok; (5) kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit; (6) setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian; (7) guru memberikan kesimpulan; (8) evaluasi; dan (9) penutup.
Penggunaan model
Cooperative Learning Tipe Snowball
Throwing dalam pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat memberikan dampak positip bagi siswa, karena adanya beberapa kelebihan. Menurut Yatim Riyanto (2009: 280) Cooperative
Learning Tipe Snowball Throwing
memiliki kelebihan sebagai berikut: (1) melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertnanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan; (2) siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok; (3) dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru; (4)
melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan temannya dengan baik; (5) merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut; (6) dapat mengurangi rasa takut siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru; (7) siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah; (8) siswa akan memahami makna tanggung jawab; (9) siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heteregonitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia; (10) siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Di dalam menerapkan metode
Cooperatif Learning Tipe Snowball
Throwing ini dilakukan pada materi
kedua dengan siklus 1 yaitu: kelas dibagi dalam 4 (empat) kelompok besar dengan masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang. Semua kelompok mendiskusikan beberapa masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran setelah selesai masing-masing anggota kelompok membuat pertanyaan, terkait dengan materi dan tidak boleh sama. Pada materi ke tiga yaitu siklus 2: kelas dibagi dalam 8 kelompok kecil dengan
masing-masing kelompok
beranggotakan 4 orang. Semua kelompok mendiskusikan beberapa
masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran setelah selesai masing-masing anggota kelompok membuat pertanyaan, terkait dengan materi dan tidak boleh sama.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara
mandiri menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research), dengan tidak
menggunakan populasi, sample, dan teknik sampling tetapi menggunakan subjek penelitian. Subjek penelitian disini merupakan sample sekaligus populasi dan merupakan subjek yang akan dijadikan sasaran penelitian, dan dijadikan bahan pengambilan data informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 Semester 1 SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 32 siswa, terdiri atas 20 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan sumber data primer yaitu data yang berasal dari subjek penelitian, yang dalam hal ini adalah siswa kelas X MIA 1 Semester 1 SMA Negeri 1 Gombong tahun pelajaran 2013/2014. Ada 3 (tiga) sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data hasil belajar pada kondisi awal, data hasil belajar pada akhir siklus I, dan data hasil belajar pada siklus II.
Pada kegiatan pengumpulan data ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan peneliti antara lain teknik dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data sehingga diperoleh data yang sebenarnya. Alat ukur yang digunakan haruslah valid dan reliabel. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik tes hasil
belajar Pendidikan Pancasil dan Kewarganegaraan.
Instrumen Tes hasil belajar
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data adalah tes obyektif yang disusun oleh peneliti berdasarkan rancangan pembelajaran dan kisi-kisi tes. Kisi-kisi dalam tes ini dibuat berdasarkan silabus yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Tes Hasil Belajar ini digunakan untuk mengambil data hasil belajar
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
Instrumen Tes hasil belajar
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. diuji dengan menggunakan uji validitas isi atau validitas content, dimana isinya disusun berdasarkan sistem penilaian, tujuan pembelajaran dan silabus mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, yang dituangkan dalam kisi-kisi soal dan diuji dengan menggunakan teknik validitas butir dengan rumus korelasi Product
Moment. dari Pearson.
Uji reliabilitas instrument tes hasil belajar menggunakan rumus Kuder Richarson 20 (KR-20). Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Kuder Richarson 20 (KR-20), diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.945 Hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel pada tingkat signifikansi 5 % dengan n = 32 diperoleh hasil sebesar 0,349. Karena r hitung lebih besar dari r tabel, maka instrument tes hasil belajar tersebut
reliable, atau dapat disimpulkan relibilitasnya sangat tinggi.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan data kuantitatif yang didapat. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah hasil belajar pada kondisi awal dibandingkan dengan hasil belajar pada akhir siklus pertama, kemudian hasil belajar pada akhir siklus pertama dibandingkan dengan hasil belajar akhir siklus kedua, dan hasil belajar pada kondisi awal dengan hasil belajar akhir siklus kedua.
HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum penelitian ini dilakukan, hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan siswa kelas X MIA 1 SMA Negeri 1 Gombong Kabupaten Kebumen yang berjumlah 32 siswa, terdiri atas 20 anak perempuan dan 12 anak laki-laki termasuk kategori rendah. Hal ini didasarkan atas capaian hasil ulangan harian yang dapat dilihat dari daftar nilai siswa kelas tersebut. Rata-rata nilai ulangan harian Kompetensi Dasar Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM adalah 70 dengan nilai terendah 58 dan nilai ter-tinggi 90. Nilai terbanyak ada pada rentang 65 sampai dengan 72. Siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 76 sebanyak 9 siswa. Untuk Kompetensi Dasar Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan
penegakan HAM di Indonesia rata-rata nilai ulangan harian adalah 69 dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 88. Nilai terbanyak ada pada rentang 63 sampai dengan 70. Siswa yang tuntas Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 76 sebanyak 8 siswa. Dilihat dari rata-rata nilai, kompetensi
dasar pertama lebih tinggi dari kompetensi dasar ke dua, hal ini dapat dipahami karena materi kompetensi dasar ke dua menuntut pemahaman yang lebih dibandingkan dengan materi kompetensi dasar ke dua. Secara singkat daftar nilai ulangan harian I dan ulangan harian II dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, Tuntas dan Tidak Tuntas KKM pada Kondisi Awal
NO URAIAN NILAI ULANGAN HARIAN I NILAI ULANGAN HARIAN II
1 TERTINGGI 90 88
2 TERENDAH 59 56
3 RATA-RATA 70 69
4 TUNTAS 9 8
5 TIDAK TUNTAS 22 23
Deskripsi Hasil Siklus I
Siklus I terdiri dari beberapa tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan dan refleksi. Hasil pengamatan terhadap proses belajar siswa pada siklus I, selain keaktifan siswa meningkat, juga ditemukan hal-hal berikut: (1) kemampuan siswa dalam
membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan masih kurang maksimal: (2) ada kelompok yang berselisih dalam menjawab pertanyaan; (3) Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan instrument tes terjadi peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, Tuntas dan Tidak Tuntas KKM pada Kondisi Awal dan Siklus I
NO URAIAN NILAI AWAL NILAI SIKLUS I
1 TERTINGGI 88 92
2 TERENDAH 56 64
3 RATA-RATA 69 78.31
4 TUNTAS 8 14
Deskripsi Hasil Siklus II
Hasil pengamatan terhadap proses belajar siswa pada siklus II, selain keaktifan siswa, juga ditemukan hal-hal berikut: (1) kemampuan siswa dalam membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan semakin baik; (2)
tidak ada lagi kelompok yang berselisih dalam menjawab pertanyaan; serta (3) hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan instrumen tes terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat pada tabel daftar nilai sebagai berikut: Tabel 3. Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Nilai Rata-Rata, Tuntas dan Tidak Tuntas
KKM pada Siklus I dan Siklus II
NO URAIAN NILAI SIKLUS I NILAI SIKLUS II
1 TERTINGGI 92 96 2 TERENDAH 64 66 3 RATA-RATA 78.31 83.63 4 TUNTAS 14 29 5 TIDAK TUNTAS 18 3 PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Kelas ini mengamati kegiatan proses belajar mengajar menggunakan metode
Cooperative Learning Tipe Snowball
Throwing pada siklus I dan siklus II,
serta hasil belajar siswa setelah
kegiatan dilaksanakan kemudian dibandingkan dengan kondisi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Lebih jelasnya perbandingan diantara kondisi yang ada dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
Tabel 4. Tabel Pembahasan Proses Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Kondisi Siklus I, dan Kondisi Siklus II
No Kondisi awal sebelum penelitian Kondisi pada Siklus I Kondisi pada Siklus II 1 Tindakan Dalam pembelajaran guru belum menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing
Dalam pembelajaran guru
menggunakan Metode
Cooperative Learning Tipe
Snowball Throwing dalam
kelompok besar (8 siswa)
Dalam pembelajaran guru menggunakan Metode Cooperative
Learning Tipe Snowball
Throwing dalam kelompok kecil (4 siswa) 2 Proses Belajar Mengajar Kurang menyenangkan bagi siswa, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hanya 32 % siswa yang aktif dan 68 % siswa bersikap pasif
Pembelajaran sepertinya lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang cukup me-ningkat, walaupun belum maksimal tetapi sekitar 72 % siswa aktif dan 38 % siswa pasif
Pembelajaran sepertinya sangat menyenangkan dan menarik bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa yang cukup me-ningkat, sekitar 91,6 % siswa aktif dan 9,4 % siswa pasif
Refleksi:
Terdapat peningkatan proses pembelajaran, yaitu siswa yang aktif meningkat dan yang pasif semakin berkurang. Kondisi awal siswa aktif hanya 32%, pada siklus I 72% siswa
aktif. Peningkatan
keaktifan siswa antara lain disebabkan adanya sangsi bagi yang salah dalam menjawab pertanyaan kelompok lain. Kurang aktifnya sebagian siswa dikarenakan kelompoknya masih dalam jumlah besar,
sehingga ada yang
mengandal-kan pada siswa lain
Refleksi:
Terdapat peningkatan proses pembelajaran, yaitu siswa yang aktif meningkat dan yang
pasif semakin
berkurang. Kondisi siklus I siswa aktif 72%, pada siklus II 91,6% siswa aktif. Peningkatan keaktifan siswa antara lain disebabkan adanya sangsi bagi yang salah
dalam menjawab
pertanyaan kelompok lain dan pembagian dalam kelompok kecil, sehingga bila tidak aktif merasa malu.
3 Hasil Belajar
Nilai terendah 56, nilai tertinggi 88, dan rata-rata 69, siswa tuntas KKM sebanyak 8 siswa
Nilai terendah 64, nilai tertinggi 92, rata-rata 78,31, siswa tuntas KKM sebanyak 18 siswa
Nilai terendah 66, nilai tertinggi 96, rata-rata 83,63, siswa tuntas
KKM sebanyak 29
siswa Refleksi
Terdapat peningkat-an hasil belajar siswa, dimana nilai terendah dari 56 menjadi 64
nilai tertinggi dari 88 menjadi 92. Nilai rata-rata dari 69 menjadi 78,31. Terdapat peningkatan yang cukup tinggi, hal ini dapat dimengerti karena selain penggunaan metode yang tepat juga ada peningkatan aktifitas dan minat siswa dalam pembelajaran
Refleksi
Terdapat peningkatan hasil belajar siswa, dimana nilai terendah dari 64 menjadi 66. Nilai tertinggi dari 92 menjadi 96. Nilai rata-rata dari 78,31 menjadi 83,63. Siswa Tuntas KKM (76) dari 18 siswa menjadi 29 siswa. Terdapat peningkatan yang cukup tinggi, hal ini dapat dimengerti
karena selain
penggunaan metode yang tepat juga ada peningkatan aktifitas dan minat siswa dalam pembelajaran.
Selain uraian pada tabel di atas, ada beberapa fakta yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini. Proses Belajar
Dari tabel perbandingan kondisi awal, siklus I dan siklus II diperoleh fakta
adanya peningkatan keaktifan siswa dari kondisi awal 23% siswa aktif, siklus I 72% siswa aktif dan pada siklus II meningkat menjadi 91,6% siswa aktif. Lebih jelasnya peningkatan aktifitas siswa dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Keaktifan Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Hasil belajar
Dari pengamatan terhadap hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, diperoleh fakta adanya peningkatan rata-rata hasil belajar. Pada kondisi awal rata-rata nilai hasil belajar mencapai 69, dan pada siklus I mencapai 78,31 sedangkan pada siklus
II mencapai 83,63. Peningkatan ini diantaranya disebabkan adanya peningkatan aktifitas siswa dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Secara singkat gambaran peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 2. Grafik Rata-rata Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
AWAL SIKLUS I SIKLUS II
PROSENTASE KEAKTIFAN SISWA
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
AWAL SIKLUS I SIKLUS II
Dari pengamatan terhadap hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II, diperoleh fakta adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi ketuntasan belajar siswa mencapai 8 siswa atau sekitar 25%, dan pada siklus I mencapai 18 siswa atau
sekitar 56,25% sedangkan pada siklus II mencapai 29 siswa atau sekitar 90,63%.
Secara singkat prosentase peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 3. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Secara umum hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disajikan pada grafik berikut.
Gambar 4 Grafik Peningkatan aktifitas belajar, hasil belajar dan ketuntasan belajar 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
AWAL SIKLUS I SIKLUS II
KETUNTASAN BELAJAR SISWA
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
AWAL SIKLUS I SIKLUS II
AKTIFITAS HASIL BELAJAR KETUNTASAN
SIMPULAN
Pembelajaran PPKn
menggunakan metode Cooperative
Learning Tipe Snowball Throwing
sangat menarik dan menyenaggkan bagi siswa, karena pendekatan yang digunakan, memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan ketrampilan proses. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. Dengan penerapan model Cooperative
learning tipe Snowball Throwing yang
merangsang aktivitas, motivasi siswa
dan menantang siswa untuk
mengembangkan cara berpikir kritis, dan ketrampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang essensial dari materi pelajaran dengan secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan belajar yang dirancang, diduga akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Bagi siswa kelas X. MIA 1 SMA Negeri 1 Gombong pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 penggunaan metode Cooperative
Learning Tipe Snowball Throwing
terbukti memiliki kelebihan terbukti dapat meningkatkan: (1) keaktifan
siswa dalam pengikuti proses belajar mengajar meningkat. Pada kondisi awal keaktifan siswa sebesar 32%, pada siklus I 72% dan pada siklus II 91,6%; (2) hasil belajar siswa mengalami kenaikan yang cukup signifikan jika dilihat dari rata-rata nilai, dimana pada kondisi awal rata-rata nilai mencapai 69, pada akhir siklus I mencapai 78,31 dan pada akhir siklus II sebesar 83,63; (3) seiring dengan peningkatan hasil belajarnya, maka siswa yang dapat mencapai batas tuntas sesuai dengan KKM juga mengalami peningkatan, terbukti pada kondisi awal, siswa tuntas baru mencapai 8 siswa atau 25%, pada siklus I mencapai 18 siswa atau sekitar 56,25% dan pada siklus II mencapai 29 siswa atau sekitar 90,63%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, metode pembelajaran dengan model
Cooperative Learning Tipe Snowball
Throwing dapat dijadikan alternative
model pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang selama ini dianggap kurang penting karena tidak termasuk mata pelajaran yang diujikan
dalam Ujian Nasional, dan
pembelajarannya selama ini
menggunakan model pembelajaran yang dirasakan kurang menarik dan menantang karena tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi potensi diri. Apabila
memungkinkan guru dapat
menggunakan metode Cooperative
Learning Tipe Snowball Throwing pada
materi yang lain. Diharapkan guru dapat mencobakan metode lain, untuk
memecahkan masalah pembelajaran, terutama dalam meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Rahman Abror, 1993. Belajar
dan Mengajar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Anita Lie, 2009, Model-model
Pembelajaran Siswa Aktif, Jakarta
Kencana Media
Anwar Jasin, 1996. Proses Belajar
Mengajar yang Effektif, Bandung
Remaja Rosdakarya
Colin Rose dan Macolm J. Nicholl, 2003. Acceleratid Learning for the 21st Century (Cara Belajar
Cepat Abad XXI), Bandung:
Nuansa Cendekia.
Depdiknas, 2003. Undang-undang Republik Indoenesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta, Depdikdnas
Depdiknas, 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi,
Jakarta, Depdiknas
Gagne, Robert M, Driscol, Marcy, Perkind. 1989. Essential of
Learning for Instruction,
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Gledler, Margaret. 1991. Learning and
Instruction. New York:
MacMillian Publishing Company. Nana Sudjana. 2006, Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar,
Bandung:Sinar Baru. Algesindo Offset
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara
Saifudin Azwar, 2003. Sikap Manusia
Teori dan Pengukurannya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saiful Bahri Djamariah, 1996. Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional. Slameto, 2003. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana,2005. Metoda Statitiska, Bandung: Tarsito.
Suharsini Arikunto,2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta:Rineka Cipta.
Suharsini Arikunto, 2008. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan, (Edisi
Revisi), Jakarta:Bumi Aksara Sugiyono, 2008. Metode Penelitian,
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2008. Statistik untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra. 1996. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran.
Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta: PAU-PPAI.
Winkel, W.S,2007. Psikologi
Pengajaran, Yogyakarta, Media