BAB II
PEMBAHASAN
PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Akuntansi sektor publik memiliki peran penting untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan laporan keuangan mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi. Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti Laporan Surplus/Defsit, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Rugi/Laba, Laporan Aliran Kas, Neraca, serta Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran fnansial dan non-fnansial. Terdapat beberapa alasan mengapa perlu dibuat laporan keuangan. Dilihat dari sisi manajemen perusahaan, laporan keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Organisasi sektor publik diwajibkan untuk membuat laporan keuangan dan laporan tersebut perlu diaudit untuk menjamin telah dilakukannya true and fair presentation.
PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DENGAN SEKTOR SWASTA
Sebagian besar perbedaan dan persamaan laporan keuangan sector public dan swasta adalah sebagai berikut:
Perbedaan Laporan Departemen
Pemerintah
Laporan KeuanganSektor Swasta
Focus fnansial dan politik Focus fnancial Kinerja diukur secara fnancial dan
non-fnasial
Sebagian besar kinerja diukur secara fnancial
perlemen dan masyarakat luas pemegang saham dan kreditur
Berfokus pada bagian organisasi Berfokus kepada organisasi secara keseluruhan
Melihat kemasa depan secara detail Tidak dapat melihat masa depan secara detail Laporan diperiksa oleh treasury Laporan diperikssa oleh auditor
independen
Cash accounting Accrual accounting
Persamaan
Dokumen-dokumen sumber
Berperan sebagai hubungan masyarakat (public relations)
Laporan keuangan pemerintahan yang buruk dapat menimbulkan implikasi negatif, antara lain :
a) Menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pengelola dana publik. b) Investor akan takut menanamkan modalnya karena laporan keuangan
tidak dapat diprediksi yang berakibat meningkatnya resiko investasi. c) Pemberi donor akan mengurangi atau menghentikan bantuannya. d) Kualitas keputusan menjadi buruk.
e) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan kinerja aktual. Pemberi informasi keuangan yang tidak dapat diandalkan akan mempengaruhi kualitas keputusan baik bagi pemakai internal meupun pemakai eksternal.
LUAS DISCLOSURE YANG DIPERLUKAN
Pemerintah harus menentukan kebijakan yang menjelaskan komponen apa saja yang dapat dikategorikan sebagai pendapatan atau biaya operasi yang tepat untuk suatu unit kerja yang dilaporkan, luas pengungkapan (disclosure) dan kebijakan – kebijakan akuntansi yang dipraktikkan secara konsisten. Pemerintah dapat diharapkan dapat memberikan tambahan informasi untuk hal – hal sebagai berikut :
2. Kebijakan menghapuskan / menghentikan aktivitas internal unit kerja pada Laporan Aktivitas.
3. Kebijakan kapitalisasi aktiva dan menaksir umur ekonomi aktiva – aktiva tersebut untuk menentukan biaya depresiasinya.
4. deskripsi mengenai jenis – jenis transaksi yang masuk dalam penerimaan program dan kebijakan untuk mengalokasikan biaya – biaya tidak langsung kepada suatu fungsi atau unit kerja dalam Laporan Aktivitas.
5. Kebijakan pemerintah dalam menentukan pendapatan operasi dan non – operasi.
6. Pemerintah harus mengungkapkan secara detail/lengkap dalam catatan (notes) laporan keuangan mengenai aset moodal dan utang jangka panjang. Aset modal yang tidak didepresiasi harus diungkapkan secara terpisah dari aset modal yang didepresiasi. Informasi mengenai kewajiban jangka panjang, meliputi obligasi, utang wesel, pinjaman, utang leasing, tuntutan, dan sebagainya.
A.
Tujuan Umum dari Laporan Keuangan Sektor Publik
1. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hokum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability
and retrospective reporting).
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, untuk memonitor kinerja dan mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar kurun waktu, pencapaian atas tujuan yang telah ditetapkan, dan membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada, serta memungkinkan pihak luar untuk memperoleh informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima dan untuk menilai efsiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and
authorization information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan daar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan datang dan untuk memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
4. Kelangsungan Organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada organisasi, untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemilik yang dipengaruhi karyawan dan masyarakat serta sebagai alat komunikasi dengan public dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber Fakta dan Gambaran (source of facts and fgures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih mendalam.
Bagi organisasi pemerintahan, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan adalah :
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accontability) dan pengelolaan (stewardship). 2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasional.
Laporan keuangan untuk mendukung pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik tersebut meliputi informasi yang digunakan untuk :
a. membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang dianggarkan b. menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi
c. membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan masalah keuangan lainnya
d. membantu dalam mengevaluasi efsiensi dan efektivitas.
keuanganpemerintah. GASB menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dan pelaporan keuangan sebagai berikut :
…Accountability requires governments to answer to the citizenry to justify the raising of public resources and the purpose for which they are used. Governmental accountability is based on the belief that the citizenry has a “right to know,” a right to receive openly declared facts that may lead to public debate by the citizens and their elected representatives. Financial reporting plays a major role in fulflling government’s duty to be publicly accountable in a democratic society (par.56).
Laporan keuangan sebagai sumber informasi fnancial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan. Laporan keuangan merupakan tindakan pragmatis,oleh karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal manfaat laporan tersebut terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan serta mudah tidaknya laporan keuangan tersebut oleh pemakai. Dalam konteks akuntansi sector public, jenis informasi yang diberikan untuk pengambilan keputusan adalah terbatas pada informasi yang bersifat fnancial saja, sedangkan informasi fnancial itu sendiri adalah informasi yang diukur dengan satuan moneter.
Secara rinci tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintah adalah :
1. Memberikan informasi keuangan untuk menemukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya fnancial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap pencapaian tujuan operasional.
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan operasional.
B. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN MENURUT SFAC NO 4
Sebagai bagian dari usaha untuk membuat rerangka konseptual, Financial Accounting Standards Board (FASB, 1980) mengeluarkan Statement of Financial Accounting Concepts No.4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonbisnis/nirlaba (objectives of fnancial reporting by nonbusiness organiaations). Tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba dalam SFAC 4 tersebut adalah:
1. Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi. 2. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon
penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan member pelayanan tersebut. 3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.
4. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
informasi mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.
6. Memberikan informasi mengenai bagaimana oganisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7. Memberikan penjelasan dan interprestasi untuk membantu pemakai dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.
C. PEMAKAI LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DAN
KEPENTINGANNYA
Drebin et al. (1981) mengidentifkasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai laporan keuangan. Lebih lanjut Drebin menjelaskan keterkaitan antar kelompok pemakai laporan keuangan tersebut dan menjelaskan kebutuhannya. Kesepuluh kelompok pamakai laporan keuangan tersebut adalah:
1. Pembayar pajak (taxpayers) 2. Pemberi dana bantuan (grantors) 3. Investor
4. Pengguna jasa (fee-paying service recipients) 5. Karyawan/pegawai
6. Pemasok (vendor) 7. Dewan legislatif 8. Manajemen 9. Pemilih (voters)
10. Badan pengawas (oversight bodies)
sumber daya; dan aktivitas mereka semua diawasi oleh pemilih dan badan pengawas, termasuk level pemerintahan yang lebih tinggi.
Anthony mengklasifkasikan pemakai laporan keuangan sector public menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Lembaga pemerintah (governing bodies) 2. Investor dan kreditor
3. Pemberi sumber daya (resource providers) 4. Badan pengawas (oversight bodies)
5. konstituen
Pengklasifkasian pemakai laporan keuangan yang dilakukan Anthony adalah dengan mempertimbangkan semua organisasi nonbisnis, bukan untuk organisasi pemerintahan saja, sedangkan Drebin et al. mengklasifkasikan pemakai laporan keuangan untuk sector pemerintahan saja. Jika dibandingkan dengan analisis Drebin et al., Anthony memasukkan pembayar pajak, pemilih, dan karyawan dalam satu kelompok yang ia sebut konstituen; ia mengelompokkan pemberi dana bantuan dan pembayar jasa sebagai pemberi sumber daya; investor dan kreditor dikelompokkan menjadi satu.
Hak dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan :
Pada dasarnya masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap pemerintah, yaitu :
o Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu : · Mengetahui kebijakan pemerintah
· Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah
· Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu
o Hak untuk diberi informasi (right to be informed )yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan – permasalahan tertentu yang menjadi perdebatan publik.
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
1. Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan informasi atas biaya, harga, dan kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin mengetahui keberadaan dan penggunaan dana yang telah diberikan. Publik ingin mengetahui apakah pemerintah melakukan etaatan fskal dan ketaatan pada peraturan perundangan atas pengeluaran – pengeluaran yang dilakukan.
3. Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk menghiitung tingkat risiko, likuiditas, dan solvabilitas.
4. Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi keuangan untuk melakukan fungsi pengawasan, encegah terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara.
5. Manajer publik membutuhkan informasi akuntansi sebagai komponen sistem informasi manajemen untuk membantu perencanaan dan pengendalian organisasi, pengukuran kinerja, dan membandingkan kinerja organisasi antar kurun waktu dan dengan organisasi lain yang sejenis.
6. Pegawai membutuhkan informasi atas gaji dan manajemen kompensasi.
D.TEORI PELAPORAN DALAM SEKTOR PUBLIK
Ada 2 jenis pelaporan yang dikenal dalam Sektor Publik, yaitu Pelaporan Kinerja dan Pelaporan.
unit pelaksana teknis, LSM, partai politik (ParPol), Yayasan dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Pelaporan Keuangan, merupakan refeksi dari posisi keuangan serta transaksi yang telah dilakukan suatu organisasisektor public dalam kurun waktu tertentu.
E. JENIS LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Penyajian Laporan Keuangan Terdiri dari : Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Laporan Posisi Keuangan atau biasa dikenal juga dengan Neraca, adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva, utang, dan
Aktiva Keuangan [selain pada point (d), (f), dan (h)
Investasi yang diperlakuakan dengan metode ekuitas
Persediaan
Pemulihan transaksi non-pertukaran, termasuk pajak dan transfer
Piutang dari transaksi Pertukaran
Laporan Kinerja keuangan (Lapoan Surplus-Defsit)
Pendapatan dari aktivitas operasi
Surplus atau defsit dari aktivitas Operasi
Biaya Keuangan (Biaya pinjaman)
Surplus atau defsit neto saham dari asosiasi dan joint venture yang menggunakan metode ekuitas
Surplus atau defsit dari aktivitas biasa
Pos-pos luar biasa
Saham partisipasi minoritas dari surplus atau defsit neto
Surplus atau defsit neto untuk periode
Laporan Perubahan Aktiva atau Ekuitas Neto
Menggambarkan kenaikan ataupun penurunan kekayaan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang diadopsi dan harus diungkapkan pada laporan keuangan. Perubahan aktiva atau ekuitas neto secara keseluruhan menyajikan total surplus/defsit neto selama periode tertentu. Pendapatan dan juga biaya lainnya diakui secara langsung sebagai perubahan aktiva’ekuitas netodari tiap kontribusi dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laporan ini mencakup :
a. Kontribusi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
b. Saldo akumulasi surplus dan defsit pada awal periode, pada tanggal pelaporan, dan pergerakan selama periode
c. Pengungkapan komponen asset/ekuitas neto secara terpisah dan rekonsiliasi antara nilai tercatat setiap komponen asset/ekuitas neto pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan setiap perubahan.
Laporan Arus Kas
laporan keuangan karena menyediakan dasar estimasi kemampuan entitas untuk menghasilkan kas dan setara kas, serta kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut.
Catatan Atas Laporan Keuangan Sektor Publik
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari setiap laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan akun-akun laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CALK bertujuan menginformasikan pengungkapan yang diperlukan atas laporan keuangan.
Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2006 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Juncto Permendagri No.59 Tahun 2007, Catatan Atas Laporan Keuangan entitas publik harus mencakup hal-hal berikut:
1. Informasi tentang Kebijakan Fiskal/Keuangan, Ekonomi Makro, Pencapaian Target Undang-undang APBN/Perda APBD, serta kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Kerja Keuangan yang harus mencakup:
Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
Memberikan gambaran yang jelas tentang realisasi dan rencana kinerja keuangan dalam satu pelaporan entitas pelaporan.
Menguraikan prosedur yang telah dan dijalankan oleh manajemen agar dapat memberikan keyakinan yang beralasan bahwa informasi kinerja keuangan yang dilaporkan itu relevan.
3. Kebijakan Akuntansi yang memuat : a. Entitas Pelaporan
b. Entitas akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan c. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
d. Kesesuaian kebijaka-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan ketentuan-ketentuan pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu entitas pelaporan
e. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan keuangan
4. Penjelasan Tentang Perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
a) Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pendapatan.
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih antara pendapatanperiode berjalan dan pendapatan periode yang lalu
Penjelasan atas masing-masing jenis pendapatan
Belanja
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran belanja.
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih antara belanja periode berjalan dan belanja periode yang lalu
Penjelasan atas masing-masing jenis belanja.
Transfer
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran transfer.
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih antara transfer periode berjalan dan transfer periode yang lalu
Penjelasan atas masing-masing jenis transfer
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pembiayaan.
Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan persentase) atas selisih antara pembiayaan periode berjalan dan pembiayaan periode yang lalu.
Penjelasan atas masing-masing jenis pembiayaan.
b) Neraca
Pengungkapan akun-akun neraca yaitu :
Aset Lancar, menjelaskan akun-akun yang ada pada pos atau bagian aset lancer seperti kas di Bendahara Pengeluaran dan Penerimaan, Piutang
Investasi Jangka Panjang, menjelaskan akun-akun seperti Penyertaan modal pemerintahan, investasi dalam obligasi, dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Aset Tetap, untuk seluruh akun yang ada dalam kelompok ini diungkapkan dasar pembukuannya. Juga harus diungkapkan (jika ada) perbedaan pencatatan perolehan aset tetap yang terjadi antara bagian keuangan dengan bagian pengelola/pencatat aset. Daftar aset tetap juga harus dilampirkan dalam laporan keuangan. Aset Lainnya, menjelaskan akun-akun seperti Tagihan Penjualan
Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan pihak ketiga. Kewajiban Jangka Pendek, menjelaskan akun-akun seperti Uang
Muka dari Kas Umum Negara (KUN), Pendapatan yang Ditangguhkan, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang dan Utang Bunga
Kewajiban Jangka Panjang, menjelaskan akun-akunseperti Utang Dalam Negeri Obligasi, Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan, dan Utang Luar Negeri
Ekuitas Dana Investasi, menjelaskan akun-akun seperti Diinvestasikan jangka Panjang dan Diinvestasikan Dalam Aset Tetap.
c) Laporan Arus Kas
Arus Kas dari Aktivitas Operasi, menjelaskan penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas masuk dan keluar) dari aktivitas operasi seperti Pendapatan Pajak dan belanja Pegawai.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-Keuangan, menjelaskan penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas masuk dan keluar) dari aktivitas Investasi Aset Non-Keuangan seperti Pendapatan Penjualan Aset tetap dan Belanja Aset
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan, menjelaskan penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas masuk dan keluar) dari aktivitas Pembiayaan yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi ekuitas dan pinjaman pemerintah sehubungan dengan defsit/surplus anggaran.
Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran, penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pemerintah yaitu perhitungan pihak ketiga yang berasal dari potongan SPM Khusus seperti potongan iuran Taspen, Askes, Jamsostek, dan potongan PPN/Pajak lainnya yang menjadi hak pemerintah pusat.
d) Pengungkapan Lainnya, berisi beberapa hal yang mempengaruhi laporan keuangan antara lain:
Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan
Kesalahan manajemen pemerintahan lalu yang telah dikoreksi manajemen pemerintah yang baru.
Kontijensi, yaitu kondisi yang belum memiliki kepastian pada tanggal neraca. Hal ini harus diungkapkan pada catatan atas neraca
Komitmen, yaitu bentuk perjanjian dengan pihak ketiga yang hatus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Kejadian yang mempunyai dampak social, seperti pemogokan yang harus diatasi pemerintah
Kejadian penting setelah tanggal neraca (subsequent event) yang berpengaruh secara signifkan pada akun yang tersaji di neraca.
F. SISTEM PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
a. Dasar kas (cash base)
b. Dasar akrual (accrual base)
Defnisi konsep akuntansi akrual sebagaimana tercantum pada SSAP 2 adalah sebagai berikut: Penerimaan dan biaya bertambah (diakui karena diperoleh atau dimasukkan bukan sebagai uang yang diterima atau dibayarkan) dalam jumlah yang sesuai satu sama lain, dapat dipertahankan atau dianggap benar, dan berkaitan dengan rekening laba dan rugi selama periode bersangkutan.
Penerapan dasar akrual akan sangat memengaruhi sistem akuntansi yang digunakan seperti penambahan pos-pos akrual dan berbagai formulir pembukuan. Penerapan dasar akrual lebih mengutamakan laporan yang dihasilkan untuk kepentingan kreditor dan debitor. Pengetahuan yang lengkap tentang “siapa yang meminjami uang dan berapa banyak”, serta pada saat yang sama, “siapa yang dipinjami dan berapa banyak”. Oleh karena itu, organisasi sektor publik akan membuat catatan yang sangat teliti dari para tidak begitu popular karena kecilnya dana kas yang disimpan. Namun, bagi sector public dana kas sector publik cukup penting dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.besarnya dana kas sangat mempengaruhi anggaran organisasi sector public, sehingga sistem akuntansi lebih memprioritaskan pengelolaan dana.
G.SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
Transaksi
Pemegang Kas – Bendahara Rutin (Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fisik
Pemegang Kas – Bendahara Proyek (Belanja Modal) Pemegang Kas – Bendahara Gaji
Laporan Realisasi Anggaran Neraca
Jenis Transaksi menurut jenisnya terbagi menjadi :
Transaksi Kas, transaksi yang mengakibatkan pertambahan atau pengurangan kas. Contohnya Penerimaan Piutang, Pembayaran Belanja Gaji, dll.
Transaksi Non-kas, transaksi yang mengakibatkan perubahan pada aset, utang, pendapatan, belanja tapi tidak mempengaruhi kas. Contohnya penerimaan aktiva tetap dari Donatur, Pembebasan Utang.
Analisis Bukti Transaksi
transaksi ini, nantinya akan dianalisis kemudian digunakan untuk dasar pencatatan.
Mencatat Data Transaksi
Pencatatan data transaksi dilakukan oleh bendahara dalam jurnal
Mengelompokkan dan Mengikhtisarkan Data yang dicatat (Posting)
Sama hal-nya dengan posting pada perusahaan swasta, posting dalam hal ini juga mengelompokkan berdasarkan daftar nama akun yang ada pada buku besar.
Penerbitan Laporan dan Catatannya
Selama satu periode akuntansi, transaksi dicatat dan dikelompokkan dalam buku besar yang kemudian sesuai dengan catatan tersebut, dibuat laporan keuangan yang nantinya disampaikan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan Sektor Publik yang telah disusun tersebut kemudian dianalisi untuk menilai kebenaran dan reliabilitasnya.
H.TEKNIK PELAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
1. Tahap pencatatan dan penggolongan
yaitu kegiatan pengidentifkasian dan pengukuran dalam bentuk bukti transaksi dan bukti pencatatan yang dicatat dalam buku jurnal. Jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu (kronologis). Manfaat jurnal adalah menggambarkan pos-pos yang terpengaruh oleh transaksi, dapat memberikan gambaran secara kronologis, jurnal dapat dibagi menjadi berberapa jurnal khusus yang memungkinkan pengerjaan oleh beberapa orang dalam waktu yang bersamaan, apabila terjadi kesalahan maka akan lebih mudah menemukannya dalam jurnal daripada mencari pada buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran
umum adalah mengumpulkan data transaksi kemudian mengklasifkasikannya untuk divalidasi, mencatat penyesuaian terhadap akun untuk mempersiapkan laporan keuangan.
3. Tahap pelaporan
Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Penyederhanaan penyusunan laporan keuangan biasanya dilakukan melalui neraca lajur atau kertas kerja. Sistem pencatatan dalam akuntansi terbagi menjadi dua yaitu single book keeping entry dan double book keeping entry. Single book keeping entry adalah sistem pencatatan yang hanya melibatkan satu buku besar untuk pencatatan seluruh transaksi yang terjadi. Sedangkan, double book keeping entry adalah sistem pencatat transaksi pada lebih dari satu akun buku besar. Pemilihan sistem pencatatan ini tergantung pada karakteristik entitas, pada entitas yang tidak begitu kompleks tidak terlalu memerlukan double book keeping entry.
I. CONTOH LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DAN
UNSUR-UNSURNYA DI ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Pemerintah Pusat
Peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) yang menyatakan bahwa standar akuntansi disusun oleh suatu komite standar yang independen yang di tetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari badan pemeriksa keuangan. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 dan
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Di dalam Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a) pendapatan; b) belanja; c) transfer;
d) surplus/defsit; e) pembiayaan;
Gambar 2.5.1.1 contoh Laporan Realisasi Anggaran PemDa Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat pemerintah pusat, merupakan konsolidasi dari neraca tingkat kementerian/lembaga. Setiap entitas pelaporan mengklasifkasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifkasikan kewajibannya Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos 39 berikut:
b) investasi jangka pendek;
c) piutang pajak dan bukan pajak; d) persediaan;
e) investasi jangka panjang; f) aset tetap;
g) kewajiban jangka pendek; h) kewajiban jangka panjang; i) ekuitas dana.
Laporan Arus Kas
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan informasi jatuh tempo surat-surat berharga.
Selain mensyarat penyusunan laporan keuangan di atas, PP SAP juga memuat prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyaksikan laporan keuangan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan ,handal dan dapat diperbandingkan). Laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para Stakeholder antara lain: pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif ) ,investor ,kreditor dan mesyarakat pada umumnya dalam rangka transpaansi dan akuntanbilitas Keuangan Negara.
LSM
menunjukan akuntabilitas organisasi serta menjaga tingkat kepercayaan sumber dana dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan;
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana organisasi LSM mendanai aktivitasnya dan memenuhi persyaratannya;
c. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan organisasi LSM dalam mendanai aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya;
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan suatu organisasi LSM dan perubahan di dalamnya; dan
e. Menyediakan informasi menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja organisasi LSM dari segi biaya jasa, efsiensi, dan pencapaian tujuan.
Laporan keuangan LSM juga memainkan peranan prediktif dan prospektif yang menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi banyaknya sumber daya yang diisyaratkan untuk operasi berkelanjutan, sumber daya yang dapat dihasilkan oleh operasi yang berkelanjutan, dan risiko ketidakpastian di masa depan. Laporan keuangan dapat juga menyediakan informasi kepada pemakainya, seperti:
a. Mengindikasikan apakah sumber daya telah ditetapkan dan digunakan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan; dan
b. Mengindikasikan apakah sumber daya telah ditetapkan dan digunakan sesuai dengan persyaratan, termasuk batas keuangan yang ditetapkan oleh pengambil kebijakan di masing-masing LSM.
Laporan keuangan LSM yang disusun atas dasar akrual akan memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan. Oleh karena itu, dengan penggunaan dasar akrual, laporan keuangan LSM dapat menyediakan jenis transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan LSM biasanya disusun atas dasar kelangsungan usaha organisasi LSM dan dalam melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, organisasi ini diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala pelayanannya.
Laporan keuangan LSM mencakup :
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi (Aktivitas)
3. Laporan Arus Kas
Organisasi Nirlaba (Yayasan)
Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, misalnya penerimaan sumbangan.
Para pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis, yaitu untuk menilai:
b. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek kinerja manajer.
c. Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, aktiva bersih, dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut.
Laporan ini harus menyajikan secara terpisah aktiva bersih baik yang terikat maupun yang tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Laporan aktivitas harus menyajikan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam kelompok aktiva bersih.
Laporan Posisi Keuangan
Tujuan laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan aktiva bersih dan informasi mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu.
Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan dan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain untuk menilai:
a. kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan dan
b. likuiditas, feksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Sebagai contoh, organisasi biasanya melaporkan masing-masing unsur aktiva dalam kelompok yang homogen, seperti:
a. kas dan setara kas;
b. piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain; c. persediaan;
d. sewa, asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka; e. surat berharga/efek dan investasi jangka panjang;
f. tanah, gedung, peralatan, serta aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Kas atau aktiva lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang harus disajikan terpisah dari kas atau aktiva lain yang tidak terikat penggunaannya.
Laporan posisi keuangan menyajikan jumlah masing-masing kelompok aktiva bersih berdasarkan ada atau tidaknya pembatasan oleh penyumbang, yaitu: terikat secara permanen, terikat secara temporer, dan tidak terikat.
Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pembatasan permanen atau temporer diungkapkan dengan cara menyajikan jumlah tersebut dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen terhadap (1) aktiva, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aktiva yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).
pemerolehan aktiva tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aktiva bersih yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat berbentuk pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan, atau keduanya.
Aktiva bersih tidak terikat umumnya meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap penggunaan aktiva bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi, lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte pendirian, dan dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
Gambar 2.5.3.1 Contoh Bentuk Laporan Posisi Keuangan Yayasan
Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas dengan tambahan berikut ini:
Aktivitas pendanaan:
1. penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang.
pemeliharaan aktiva tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment).
Gambar 2.5.3.2 Contoh bentuk Laporan Arus Kas Yayasan
Laporan Aktivitas
jumlah dan sifat aktiva bersih, hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa,
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak lainnya untuk :
(a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
(b) menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa, dan
(c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. Laporan aktivitas mencakup organisasi secara keseluruhan dan menyajikan perubahan jumlah aktiva bersih selama suatu periode. Perubahan aktiva bersih dalam laporan aktivitas tercermin pada aktiva bersih atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai pengurang aktiva bersih tidak terikat.
Sumbangan disajikan sebagai penambah aktiva bersih tidak terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aktiva lain (atau kewajiban) sebagai penambah atau pengurang aktiva bersih tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto. Namun demikian pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi, diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Program pemberian jasa merupakan aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan atau misi organisasi. Pemberian jasa tersebut merupakan tujuan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui berbagai program utama.
Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain program pemberian jasa. Umumnya, aktivitas pendukung meliputi aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana, dan pengembangan anggota.
Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif lainnya, dan semua aktivitas manajemen dan administrasi kecuali program pemberian jasa atau pencarian dana.
Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampanye pencarian dana; pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus pencarian dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerintah dan lain-lain.