• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PESERTA DAN DIDIK PERKEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKEMBANGAN PESERTA DAN DIDIK PERKEMBANGAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP

Nama

: 1.Novita Kumala Sari

2. Hesty yulisti

3. Leo Saputra S

4. Arum Estu Tami

5. Pirden Simanjuntak

Kelompok

: 7 (tujuh)

Dosen Pengasuh

: Dra. Walamma Ishak

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hidup adalah perbuatan demikianlah kata Sutrisno Bachir. Dan masih banyak lagi definisi-definisi yang lain. Namun, yang terpenting adalah bahwa kehidupan adalah memperjuangkan apa yang menjadi nilai-nilai kehidupan itu sendiri.

Setiap individu diciptakan bebas untuk menentukan jalan hidupnya berdasarkan pada nilai-nilai kehidupan yang ada. Implikasinya, manusia pasti akan mencari pembelajaran dari pengalaman yang ia alami. Sehingga sampai ada pepatah yang mengatakan “pengalaman adalah guru yang paling baik”.

Pemahaman dan penghayatan yang dilakukan akan membawanya kepada kearifan hidup yang berujung pada munculnya sikap hidup yang sesuai dengan nilai kehidupan. Dengan demikian, manusia akan menjadi baik manakala ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang baik. Sebaliknya manusia akan menjadi buruk ketika ia menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang buruk.

(3)

2. Rumusan Masalah

2.1. Menjelaskan mengenai Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya terhadap Tingkah Laku.

2.2. Mengetahui Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja.

2.3. Menjelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan Prilaku

2.4.Menjelaskan Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja Serta Implikasunya dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

3. Tujuan Penulis

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Perkenbangan Peserta Didik . Disamping itu, penulisan makalah ini juga berguna sebagai bahan penbelajaran bagi kita mengenai perkembangan nilai, moral, dan sikap peserta didik yang mencacup beberapa bahasan yaitu pengertian dan saling ketrkaitan antara nilai, moral dan sikap setra penggunaannya terhadap tingkah laku, karakteristik nilai, moral dan sikap remaja, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, sikap, moral dan prilaku peserta didik, dan upaya mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.

4. Pendekatan Penulis

(4)

BAB II

ISI

1. PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL, DAN SIKAP

Antara pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi kolerasi positif yang tinggi (Surakhmad, 1980: 9). Proses pertumbuhan dan kelanjutan pengethuan menuju bentuk sikap dan, tingkah laku adalah proses kejiwaan yang musyikil. Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak mencakup perbuatan yang tampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi, kecuali tidak secara langsung, misalnya melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap mental tersebut.

1. Pengertian dan Saling Keterkaitan Antara Nilai, Moral, dan Sikap serta Pengaruhnya terhadap Tingkah Laku

Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu yang dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai adalah penilaian individu terhadap suatu objek atau sekumpulan objek yang lebih berdasarkan pada sistem nilai tertentu daripada hanya sekedar karakteristik objek tersebut.

Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna, 1988;5). Sopan santun ,adat, dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia dalam hubungam hidupnya dengan negara serta dengan sesama warga negara.

(5)

Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957). Dalam moral diatur segala sesuatuperbuatan yang di nilai baikdan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilaitidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah.dengan demikian moral merupakan kengali dalam bertingkah laku. Moral juga merupakan tatanan prilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat. Moralitas merupakan pencerminan dari nilai-nilai idealitas seseorang (Rogers, 1985). Dalam moralitas terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan prilaku ( Saffer, 1979)

Dalam kaitannnya dengan pengamalan nilai-milai hidup, maka moral merupakan kontroldalam bersikapdan bertingkah lakus sesuai dengan nilai-nilai hidupyang dimaksud. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral.

Menurut Gerung, sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal, (Mappiare, 1982:58). Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecendrungan ( predisposisi) tingkah laku. Jadi sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai sesuatu penghayatan terhadap objek tersebut.

(6)

Bagi Sigmund Freud (Corey, 1989), yang telah menjelaskan melalui teori Psikoanalisinya, antara nilai, moral, dan sikap adalah satu kesatuan dan tidak dibeda-bedakan. Nilai dan moral itu menyatu dalam salah satu struktur kepribadiannya, yang dikenal dengan super ego atau das uber ich yang merupakan sumber moral. Dalam konsep Sigmand Freud, struktur kepribadian manusia itu terdiri dari tiga, yaitu :

1. Id atau Das Es,

2. Ego atau Das Ich, dan

3. Super Ego atau Das Uber Ich.

Id berisi dorongan naluriah, tidak rasional, tidak logis, tak sadar, amoral, dan bersifat memenuhi dorongan kesengangan yang diarahkan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dan menghindari kesakitan. Id merupakan kepribadian yang orisinil. Kepribadian setiap manusia ketika lahir hanya terdiri dari id. Ego merupakan eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengembangkan super ego nya dengan baik, sikapnya akan cendrung didasarkan atas nilai-nilai luhur dan aturan moral tertentu sehingga akan terwujud dalam perilaku yang bermoral. Ini dapat terjadi karena super ego yang sudah berkembang dengan baik dapat mengontrol dorongan-dorongan naluriah dari id

yang bertujuan untuk memenuhi kesenangan dan kepuasan. Berkembangnya

(7)

2. Karakteristik Nilai, Moral, dan Sikap Remaja

Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan, atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang (Sarwono, 1989). Pembentukan nilai-nilai baru dilakukan dengan cara identifikasi dan imitasi terhadap tokoh atau model tertentu atau bisa saja berusaha mengembangkannya sendiri.

Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988). Perkembangan moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensioanl. Pada akhir masa remaja seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pascakonvensional ketika orisinilitas pemikiran moral remaja sudah semakin jelas. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.

(8)

kepada remaja. Sikap menentang pranata adat kebiasaan yang ditunjukkan oleh para remaja merupakan gejala wajar yang terjadi sebagai unjuk kemampuan berpikir kritis terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam realitas. Gejala sikap menentang pada remaja hanya bersifat sementara akan berubah serta bekembang ke arah moralitas yang lebih matang dan mandiri.

Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan dihayati oleh para remaja tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, misalnya nilai-nilai keagamaan, peri kemanusiaan dan peri keadilan, nila-nilai estetika, nilai etik, dan nilai-nilai intelektual, dalam bentuk-bentuk sesuai dengan perkembangan remaja. Michel meringkaskan 5 perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja (Hurlock alih bahasa Istiwidayanti dan kawan-kawan, 1980:225) sebagai berikut :

1) Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.

2) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.

3) Penilaian moral semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.

4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

5) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi.

(9)

3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan Prilaku

Nilai, moral, dan sikap adalah aspek-aspek yang berkembang pada diri individu melalui interaksi antara aktifitas internal dan pengaruh stimulus eksternal. Pada awalnya seoarang anak belum memiliki nilai-nilai dan pengetahuan mengenai nilai moral tertentu atau tentang apa yang dipandang baik atau tidak baik oleh kelompok sosialnya. Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mulai belajar mengenai berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan nilai, moral, dan sikap. Dalam konteks ini, lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu (Harrocks, 1976 ; Gunarsa, 1988).

Faktor lingkungan yang berpengaru terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang didalamnya.

Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang penuh rasa aman secara psikologis, pola interaksi yang demokratis, pola asuh bina kasih, dan religius dapat diharapkan berkembang menjadi remaja yang memiliki budi luhur, moralitas tinggi, serta sikap dan perilaku terpuji. Sebalinya, individu yang tumbuh dan berkembang dengan kondisi psikologis yang penuh konflik, pola interaksi yang tidak jelas, pola asuh yang tidak berimbang dan kurang religius maka harapan agar anak dan remaja tumbuh dan berkembang menjadi individu yang memiliki nilai-nilai luhur, moralitas tinggi, dan sikap perilaku terpuji menjadi diragukan

(10)

Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktivitas spontan pada anak-anak (Singgih G. 1990:202). Dalam perkembangan moral Kohlberg menyatakan adanya tahap-tahap yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Penahapan yang dikemukakan bukan mengenai sikap moral yang khusus, melainkan berlaku pada proses penalaran yang mendasarinya. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat moral seseorang.

4. Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap

Dalam kenyataannya sehari-hari selalu saja ada gradasi dalam intensitas penghayatan dan pengalaman individu mengenai nilai-nilai tertentu.

a. Diujung paling kiri, kita kelompokkan individu yang hampir-hampir atau sama sekali tidak tau tentang konsep dan nilai tenggang rasa dan karenanya juga tidak bertindak secara benar ditinjau dari konsep tenggang rasa.

b. Diujung paling kanan terdapat individu yang baik pengetahuan maupun tingkah lakunya, mencerminkan penghayatan nilai tenggang rasa yang sangat meyakinkan.

Dari kegiatan ini dapat dipahami pula terdapat perbedaan-perbedaan individul dalam pemahaman nilai-nilai, dan moral sebagai pendukung sikap dan prilakunya. Jadi mungkin terjadi individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral, dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.

5. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, dan Sikap Remaja Serta Implikasunya dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan niali, moral, dan sikap remaja adalah :

a. menciptakan komunikasi

(11)

beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya remaja turut serta secara aktif dalam bertanggung jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok. Kita ketahui bahwa nilai-nilai hidup yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dengan konteks kehidupan bersama.

b. menciptakan iklim lingkungan yang serasi

(12)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria didalam diri individu yang dijadikan dasar untuk mengevaluasi suatu sistem. Pertimbangan nilai adalah penilaian individu terhadap suatu objek atau sekumpulan objek yang lebih berdasarkan pada sistem nilai tertentu daripada hanya sekedar karakteristik objek tersebut.

Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya.

Sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal.

Lingkungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012, 02). Dipetik 02 23, 2013, dari

http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-moral-nilai-dan-sikao.html.

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan menyatakan bahwa lingkungan pergaulan remaja sangat mempengaruhi sikap dan tingkah laku remaja, masa remaja yang dilalui tidak ubahnya seperti jembatan penghubung

berhubungan dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat dan suatu tingkah laku dikatakan bermoral apabila tingkah laku tersebut

Tiga aspek psikologi ini yang membentuk sikap dan menghasilkan tingkah laku penagihan dadah dimana komponen psikologi seperti afektif, kog- nisi dan tingkah laku saling

Implikasi dari kegiatan tersebut diharapkan: 1) Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan agama Islam dapat memberikan perubahan sikap dan tingkah laku pada peserta didik

usaha pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Nurul Hikmah Ngampelrejo Jombang Jember dalam meningkatkan serangkaian sikap, tingkah laku peserta didik yang

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai memerhatikan berbagai nilai dan norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku di keluarganya.. Ia mulai

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi

 Memperoleh nilai-nilai dan sistem etika sebagai panduan kepada tingkah laku serta membangunkan ideologi  Menginginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggungjawab secara sosial