• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKM P NANOEMULSI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PKM P NANOEMULSI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL LUKA BAKAR BERBASIS NANOEMULSI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI

(Psidium guajava L.)

BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Kusmiati (15020110288) (2011) Nur Ekayani Syam (15020110268) (2011)

Nurfatmasari (1502012461) (2012)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

(2)
(3)

ABSTRAK

Daun jambu biji dikenal dan digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman yang berkhasiat untuk pengobatan luka bakar. Senyawa flavanoid pada daun jambu biji juga yang memiliki efek antiinflamasi dan berfungsi sebagai anti radang serta mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Senyawa saponin pada daun jambu biji dapat membantu pembentukan kollagen yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Selain itu tanin yang mempunyai daya antiseptik yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang timbul saat itu penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formulasi sediaan dengan menggunakan pembawa nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan suatu pembawa yang dapat digunakan untuk sediaan topikal yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan penghantaran obat secara transdermal dibandingkan dengan bentuk sediaan topikal lain. Pada penelitian ini dilakukan optimasi jenis dan jumlah minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Diperoleh formula yang optimum yaitu VCO, Chremophor RH-40, PEG-400 dengan perbandingan 1: 8 : 1 karena memberikan tampilan nanoemulsi yang lebih transparan dibandingkan dengan yang lainnya. Jumlah ekstrak daun jambu biji yang paling optimal untuk dimasukkan ke dalam fase minyak dan membentuk nanoemulsi adalah 150 mg per 1 g fase minyak dengan ukuran partikel 63,37 nm. Pembentukan emulsi dari nanoemulsi ekstrak daun jambu biji terjadi pada menit ke 33,08 dengan tampilan visual yang transparan. Kemudian dibuat sediaan gel berbasis nanoemulsi ekstrak daun jambu

biji dengan menggunakan basis karbopol. Uji Frezee Thaw Cycling pada sediaan

gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji ditempatkan pada suhu 5 dan suhu 35

selama 10 siklus (12 jam). Hasil uji organoleptik menunjukkan tidak terjadi

perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah siklus Freeze Thaw, begitu pula

dengan pengujian nilai pH, viskositas dan tipe aliran serta nilai daya sebar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa nanoemulsi ekstrak daun jambu biji stabil dalam basis gel karbopol. Hasil uji aktivitas antiinflamasi menunjukkan bahwa gel berbasis nanoemulsi memberikan efek penyembuhan luka bakar.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN ... ii

RINGKASAN ... ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Peumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat/Lokasi Penelitian ... 2

3.2 Desain Penelitian ... 2

3.3 Alat dan Bahan ... 2

3.4 Prosedur Kerja ... 3

BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS... 5

BAB 5 PENUTUP ... 7

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien luka bakar serius.

Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat sebagai obat adalah jambu biji. Beberapa penelitian engenai ekstrak daun jambu biji telah dilakukan, salah satunya oleh fernandes dkk.(2010) yaitu Healing and Cytotoxic effect of psidium guajava (Myrtaceae) Hasil analisis

histologis dari penelitian in vivo ini mengungkapkan bahwa hewan yang

dirawat dengan ekstrak daun jambu biji menunjukkan penyembuhan luka

yang lebih cepat daripada kelompok kontrol dan kortikosteroid.

Senyawa kimia yang terkandung didalam buah jambu salah satunya adalah Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, yang berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia (Yuliani dkk.2003).

Salah satu senyawa aktif yang terkandung pada jambu biji adalah tanin. Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan Tyler pada tahun 1965 menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).

Selain senyawa-senyawa aktif tersebut terdapat juga flavanoid, yang menurut penelitian Anggraini (2008) flavanoid yang terkandung dalam daun jambu biji memiliki efek antiinflamasi, dimana berfungsi sebagai anti radang dan mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Menurut Atmaja (2007), flavanoid juga berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu menghambat zat yang bersifat racun. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam daun jambu biji inilah yang diduga mampu untuk membantu dalam proses penyembuhan luka bakar, terlebih jambu biji ini telah dikenal luas sebagai

antibakteri yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme yang timbul saat proses penyembuhan.

(6)

skrining fitokimianya di dalam jambu biji juga terkandung polifenol. Pada daun jambu biji juga terdapat zat yang dapat membantu pembentukan kollagen yaitu saponin, diduga senyawa saponin ini turut membantu dalam pembentukan kollagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Suratman dkk. 1996).

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana formula yang optimal pada sediaan gel berbasis naoemulsi

ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)?

2. Apakah sediaan gel berbasis nanoemulsi mempunyai aktivitas

penyembuhan luka bakar? 1.3 Tujuan Penelitian

1.Untuk mendapatkan formula yang optimal gel berbasis nanoemulsi ekstrak

daun jambu biji (Psidium guajava L.).

2.Untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka bakar sediaan gel berbasis

nanoemulsi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Umum Jambu Biji

Tanaman jambu biji (Psidium guajava) dalam sistematika dunia

tumbuhan diklasifikasikan menjadi seperti di bawah ini: Divisio : Magnoliophyta

Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) mengandung minyak

atsiri, tannin, flavonoid, senyawa fenolik, saponin, carotenoids dan vitamin C. Flavonoid mengandung banyak quercetin, alkaloid, anthraquinones, dan phlobatanins (Porwal dkk, 2012).

(7)

Tabel komponen kimia daun jambu biji (Waid, 2011) 2.2 Uraian luka bakar

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi (David, 2008)

Agen yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi protein sel. Sebagaian sel akan mati karena mengalami nekrosis traumatik.. Cedera sel memicu pelepasan mediaotor inflamasi yang turut menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler secara lokal, sedangkan pada kasus luka bakar yang berat, pelepasan mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik (Kowalak, 2012).

Luka bakar drajat pertama (derajat-1) menyebabkan cedera setempat atau destruksi setempat pada kulit (hanya lapisan epidermisnya) akibat kontak langsung (seperti terkena tumpahan bahan kimia) atau kontak tidak langsung (seperti sengatan matahari). Fungsi barrier (sawar) pada kulit tetap utuh dan luka bakar jenis ini tidak mengancam hidup korban (Kowalak, 2012).

2.3Nanoemulsi

Nanoemulsi adalah tipe emulsi o/w dengan kirasan droplet size kurang dari 100 nm. Nanoemulsi adalah campuran isotropik dari minyak, air, surfaktan dan kosurfaktan yag stabil dan jernih (Thakur dkk., 2013).

Nanoemulsi memiliki beberapa keuntungan diantaranya ialah memiliki luas permukaan yang lebih besar dan bebas energi dibandingkan dengan

Komponen daun jambu biji Jumlah

(8)

makroemulsi sehingga lebih efektif sebagai sistem pembawa. Nanoemulsi dapat menghindari problem klasik emulsi yaitu creaming, flokulasi dan sedimentasi yang biasanya dijumpai pada makroemulsi. Bentuk emulsi ini juga dapat diaplikasikan dalam berbagai formulasi yaitu foam, spray, cairan dan krim untuk rute transdermal karena tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan juga tidak toksik (Shah dkk., 2010). Nanoemulsi juga dapat meningkatkan absorbsi, meningkatkan bioavailabilitas obat, membantu mensolubilisasi zat aktif yang bersifat hidrofob, serta memiliki efesiensi dan penetrasi yang cepat pada sebagian obat ( Devarajan & Ravichandran, 2011). 2.3.1 Self-Nanoemulsifiying Drug DeliverySystems(SNEDDS)

Nanoemulsi spontan atau yang biasadisebut

Self-nanoemulsifiying drug delivery systems(SNEDDS) adalah campuran isotropik lemak, obat, dan surfaktan,biasanya dengan satu atau lebih kosolvent atau kosurfaktan hidrofilik yang membentuk nanoemulsi minyak dalam airpadapengadukan ringan dalam media berair dengan

ukuran tetesan pada kisaran 20-200 nm (Sagar et al., 2014). Ukuran

globul yang kecil memberikan luas permukaan yang besar untuk

pelepasan dan penyerapan obat (Wang et al., 2009).Keuntungan

penting lainnya termasuk stabilitas yang tinggi, efisiensi penjeratan obat 100%, penurunan dosis dan frekuensi dosis (karena peningkatan bioavailabilitas), kemampuan untuk memberikan perlindungan terhadap obat dari degradasi di lingkungan usus dan kemudahan

dalam pembuatan dan scale-up (Gupta et al., 2011).

2.3.2 Komponen Utama SNEDDS

1. Minyak

Minyak merupakan salah satu bahan tambahan yang paling penting dalamperumusan SEDDS, tidak hanya karena dapat

melarutkan sejumlah obat lipofilik atau memfasilitasi

emulsifikasiterutama karena dapat meningkatkan fraksi obat lipofilik yang diangkut melaluisistem limfatik usus, sehingga meningkatkan penyerapan dari saluran pencernaan yang

tergantung pada sifat molekul trigliserida (Chetan et al., 2014).

2. Surfaktan

Beberapa senyawa menunjukkan sifat surfaktan dapat digunakan untuk membuat sistem emulsi spontan, surfaktan yang paling banyak direkomendasikan adalah surfaktan nonionik dengan keseimbangan hidrofilik-lipofilik yang relatif tinggi (HLB). Pengemulsi alam disukai karena dianggap lebih aman daripada

surfaktan sintetis (Chetan et al., 2014).

3. Kosurfaktan

Kosurfaktan dalam formulasi SNEDDS juga berfungsi untuk

(9)

Kosurfaktan mempengaruhi waktu emulsifikasi dan ukuran

tetesan dalam sistem nanoemulsi (Makadia et al., 2013)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat/Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmaseutika Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

3.2 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat gelas, cawan porselin, evaporator, homogenizer Ika T25

(Ultra-Turax®), inkubator, lemari pendingin (Modena®), lempeng

logam, oven (Memmert®), pH meter, sonikator, stirrer, ultraturax dan

viskometer DV-E (Brookfield®).

3.3.2 Bahan

Aqua deion, aquadest, bioplasenton®, butil hidroksitoluena,

carbopol 940, cremophor RH40, ekstrak daun jambu biji, etanol 70%, gliserin, ketamin, metil paraben, minyak zaitun, PEG-400, propil paraben, trietanol-amine, tween 80 dan VCO.

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Metode ekstraksi daun jambu biji

Serbuk simplisia daun jambu biji sebanyak 500 gram diekstrak dengan menggunakan 3,5 liter etanol 70% dalam maserator selama 3 hari dengan sesekali dikocok dan dua kali remaserasi (Daud dkk, 2011). 3.4.2 Pemekatan Ekstrak

Ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary vacum

evaporator pada suhu antara 60-70oC hingga ekstrak agak pekat.

Kemudian dilanjutkan dengan pemekatan dalam water bath hingga ekstrak pekat (Daud dkk, 2011).

3.4.3 Pembuatan Nanoemulsi

Optimasi jenis dan jumlah minyak, surfaktan, dan kosurfaktan dilakukan dengan menggunakan dua jenis minyak yaitu minyak zaitun, minyak kelapa murni, dan dua jenis surfaktan yaitu cremophor RH 40 dan Tween 80 serta PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan variasi jumlah perbandingan minyak:surfaktan:kosurfaktan 1:8:1 dan 1:7:2.

Adapun optimasi pemuatan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium

(10)

sistem nanoemulsi hasil optimasi minyak, surfaktan dan kosurfaktan di atas.

3.4.4 Pembuatan Basis Gel

Karbopol 940 didispersikan dalam air suling dan didiamkan. Kemudian diaduk dengan menggunakan stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit, ditambahkan bahan tambahan lain dan diaduk kembali dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit. Setelah itu

dilakukan adjustment pH dengan penambahan trietanolamin hingga

diperoleh basis yang kental dan pH berkisar 6-7. Pengadukan dilakukan

dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit agar homogen.

3.4.4 Karakterisais dan Evaluasi Nanoemulsi

1. Stabilitas Termodinamika

a. Siklus pemanasan/pendinginan

Enam siklus antara suhu 4 °C dan 45 °C dengan penyimpanan pada setiap suhu tidak kurang dari 48 jam. Formulasi yang stabil pada suhu ini, selanjutnya dilakukan pengujian sentrifugasi.

b. Sentrifugasi

Disentrifugasi antara 21 °C dan + 25 °C dengan penyimpanan pada masing-masing suhu tidak kurang dari 48 jam dilakukan pada 3500 rpm selama 30 menit. Formulasi yang tidak menunjukkan pemisahan fase pada tahap ini, selanjutnya dilakukan pengujian pembekuan pencairan.

2. Waktu emulsifikasi

Efisiensi dari emulsifikasi dinilai menggunakan alat disolusi. Sebanyak 1 mL nanoemulsi dilarutkan dalam 250 ml air pada suhu 37 ± 0.5 °C. Dilakukan pengadukan pada kecepatan 60 rpm. Selanjutnya diamati nanoemulsi secara visual sesuai laju emulsifikasi dan penampilan akhir dari emulsi.

3. Uji dispersibilitas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat standar disolusi USP (tipe pedel), 1 mL dari masing-masing formula ditambahkan ke

dalam 500 ml air pada suhu 37 ± 0,5 dan pedel diputar pada 50

rotasi/menit.

4. Analisis ukuran tetesan dan pengukuran ukuran partikel

Ukuran tetesan emulsi ditentukan dengan spektroskopi korelasi foton (yang menganalisis fluktuasi hamburan cahaya karena gerak Brown dari partikel) menggunakan Zeta Sizer yang mampu mengukur ukuran antara 10 dan 5000 nm.

3.4.3 Pembuatan Sediaan gel berbasis nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji

Nanoemulsi dicampurkan dengan butil hidroksitoluena dan propil

(11)

3.4.4 Uji Stabilitas Sediaan Gel

1. Evaluasi organoleptis

Pada sediaan yang telah diformulasi dilakukan pengamatan penampilan sediaan meliputi bau, warna dan tekstur sediaan

2. Pengukuran viskositas

Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan gel dengan menggunakan alat viscometer Brookfield tipe RV dengan kecepatan 50 rpm, spindle 7.

3. Penentuan nilai pH

Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH-meter.

4. Penentuan nilai daya sebar

Daya sebar dilakukan dengan meletakkan ± 0,2 gram gel pada lempeng kaca kemudiaan diberi beban dari ukuran terkecil sampai ukuran terbesar (125 g, 225 g dan 325 g), lalu diukur besarnya diameter penyebaran yang terbentuk.

5. Uji Frezee Thaw Cycling

Sediaan gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji ditempatkan pada

suhu 5 dan suhu 35 selama 10 siklus ( 12 jam).

3.4.3 Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar

Hewan uji yang digunakan adalah kelinci putih berumur 4 sampai 5

bulan dengan berat 1,0 – 1,5 Kg sebanyak 3 ekor. Tiap kelinci diberi

perlakuan dengan 4 area luka bakar. Luka bakar area satu diberi sediaan gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji 150 mg, luka bakar area dua diberi sediaan gel ekstrak daun jambu biji 150 mg, luka bakar area tiga diberi bioplasenton dan luka bakar area empat diberi basis gel karbopol® 940. Dilakukan pengamatan pada hari keempat dan hari ketujuh.

BAB IV

(12)

Optimasi jenis dan jumlah minyak dan surfaktan dilakukan dengan menggunakan dua jenis minyak yaitu VCO dan minyak zaitun, dan dua jenis surfaktan yaitu Tween 80 dan cremophor RH40 serta PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan variasi jumlah perbandingan minyak:surfaktan:kosurfaktan 1:8:1 dan 1:7:2. Optimasi pemuatan ekstrak daun jambu biji dalam sistem nanoemulsi dilakukan dengan menggunakan variasi jumlah ekstrak daun jambu biji (5, 10, 20, 25, 35, 50, 100, 150 mg).

Dari optimasi yang dilakukan, campuran VCO: Cremophor

RH40:PEG400 pada perbandingan konsentrasi1:8:1 adalah formula yang

paling optimal, karena memberikan tampilan sebagai nanoemulsi yang lebih transparan dibandingkan dengan yang lainnya. Jumlah ekstrak daun jambu biji yang paling optimal untuk dimasukkan ke dalam fase minyak dan membentuk nanoemulsi adalah 150 mg per 1 g fase minyak.

b. Karakterisasi dan Evaluasi Nanoemulsi

1. Tampilan Visual, Indeks Poli dispersitas dan Potensial zeta

Secara visual tampilan nanoemulsi tampak translucent. Nilai potensial zeta sebleum kondisi dipaksakan -3,63 dan sesudah kondisi dipaksakan 0,30. Nilai indeks poli dispersi sebelum kondisi dipaksakan adalah 0,309 dan setelah kondisi dipasakan adalah 0,331

2. Waktu emulsifikasi

Pembentukan emulsi pada nanoemulsi ekstrak daun jambu biji terjadi secara spontan dengan kecepatan pengadukan rendah terjadi pada menit ke 33,08 menit.

3. Uji dispersibilitas

Dari uji dispersibilitas yang dilakukan diketahui bahwa nanoemulsi ekstrak daun jambu biji terdispersi membentuk emulsi dengan tampilan visual yang transparan, karena ukuran globulnya yang berukuran nano.

4. Analisis ukuran tetesan dan pengukuran ukuran partikel

Berdasarkan hasi pengukuran ukuran partikel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji 150 mg mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil (63,37 nm) dan tidak jauh berdeda dengan nanoemulsi ekstrak daun jambu biji 100 mg (63,71 nm)

c. Pembuatan Sediaan Gel Berbasis Nanoemulsi Tabel 2. Formula Gel

No. Bahan Konsentrasi (%)

1. Nanoemulsi Ekstrak Daun

Jambu Biji 1 gram

2. Karbopol 940 0,5

(13)

4. Metil Paraben 0,18

5. Propil Paraben 0,02

6. Propilen glikol 15

7. Gliserin (mL) 5

8. Aquadest Ad 50 mL

d. Uji Stabilitas Sediaan Gel

1. Evaluasi organoleptis

Sediaan Pemeriksaan Kondisi

Sebelum Sesudah

GNSEDJB Bau Khas Khas

Warna Hijau kehitaman Hijau kehitaman

Konsistensi Semipadat Semipadat

Ket: GNSEDJB (Gel berbasis Nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji)

2. Pengukuran Viskositas

Tabel 4. Hasil Pengukuran Viskositas

Kondisi Rpm Replikasi Viskositas (Poise)

Sebelum

Tabel 5. Hasil Pengukuran pH Sediaan pH

Sebelum Siklus 5,37

Setelah Siklus 5,39

4. Penentuan nilai daya sebar

Tabel 6. Hasil Pengukuran Daya Sebar

Diameter Daya Sebar GNSEDJB

Beban 125 g 225g 325g

Sebelum Siklus 5,4 cm 5,7 cm 5,9 cm

Setelah Siklus 5,6 cm 6,1 cm 6,5 cm

(14)

e. Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar

Tabel 8. Pengukuran Rata-Rata Diameter Luka Bakar Pada Kelinci Hari Keempat Dan Hari Ketujuh

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi dan aktivitas gel berbasis nanoemulsi ekstrak etanol daun jambu biji sebagai usaha dalam pengembangan teknologi sediaan farmasi.

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formula sediaan gel berbasis nanoemulsi spontan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava L.) optimal dan stabil secara farmaseutik serta memberikan efek penyembuhan luka bakar.

B. SARAN

Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai uji difusi sediaan sediaan gel berbasis nanoemulsi spontan ekstrak etanol daun jambu

(15)

LAMPIRAN

A. Penggunaan Dana

1. Belanja Bahan

Material Kuantitas Harga Satuan Jumlah

(16)

Batang pengaduk 2 Rp 8000 Rp 16.000

Material Kuantitas Harga Satuan Jumlah

PSA 4 X Rp 250.000 Rp 1.000.000

Material Kuantitas Harga Satuan Jumlah

(17)

Makassar-2. Gambar hasil optimasi pemuatan ekstrak

3. Uji dispersibilitas

Keterangan:

A : Nanoemulsi Ekstrak 100mg B : Nanoemulsi Ekstrak 150mg

4. Waktu Emulsifikasi

Keterangan:

A : Nanoemulsi Ekstrak 100mg B : Nanoemulsi Ekstrak 150mg

5. Uji Sentrifugasi

Keterangan:

A : Sebelum disentrifuge

B : Setelah disentrifuge (tidak

terjadi pemisahan fase)

6. Uji Siklus

Keterangan:

A : Sebelum disiklus

B : Setelah disiklus (tidak

(18)

7. pH

Keterangan:

A : Sebelum disiklus

B : Setelah disiklus

8. Uji Viskositas

Keterangan:

A1 : Sebelum disiklus

A2 : Setelah disiklus

9. Morfologi Globul Nanoemulsi Spontan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

Ket : Morfologi globul nanoemulsi spontan formula FIA9 hasil analisis TEM berbentuk Sferis

10.Evaluasi Sediaan Gel Nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji

1. Uji Organoleptik

(19)

2. Uji pH

Sebelum Kondisi Dipaksakan Setelah kondisi Dipaksakan

3. Uji Daya Sebar

Beban (gram)

Sebelum Kondisi Dipaksakan Setelah Kondisi Dipaksakan

Replikasi D1 D2 D3 D4 D1 D2 D3 D4 125

225

325

4. Uji Viskositas

Sebelum Kondisi Dipaksakan Setelah Kondisi Dipaksakan

5. Hasil Pengujian Luka Bakar

Hari Ke- Luka I Luka II Luka III Luka IV

3

4

5

(20)

C. Bukti Penggunaan Dana

Gambar

Tabel komponen kimia daun jambu biji (Waid, 2011)
Tabel 4. Hasil Pengukuran Viskositas
Tabel 8.  Pengukuran Rata-Rata Diameter Luka Bakar Pada Kelinci Hari  Keempat Dan Hari Ketujuh
Gambar Hasil Optimasi

Referensi

Dokumen terkait

• Penggerak utama, motor induk yang digunakan memiliki standar daya mesin atau power yang cukup berdasarkan kebutuhan kecepatan dari masing-masing jenis kapal dan kondisi

Masih sedikit siswa yang berani mengemukakan pendapatnya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA.. Nama

Using the corrected IOPs and EOPs values from the previous step, bundle adjustment software is used to estimate the 3D ground coordinates solution of the

With the generalisation methods, 3DCM in different LODs will be created automatically with multiple representations of the data structure, and different

Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan dapat memberi peran yang sangat besar dalam proses penjualan pada Toko âBintang VCDâ karena aplikasi ini memiliki beberapa kelebihan

a) Sistem floating tidak sesuai untuk obat-obat yang memiliki masalah kelarutan atau stabilitas pada cairan lambung. b) Obat-obatan seperti nifedipine yang diserap di seluruh

bercerita mengenai cara menggunakan alat perhubungan dan