• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur dan Proses Sosial Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Struktur dan Proses Sosial Budaya"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL BUDAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya Dosen : Dra. Ita Ita Rustianti. Ridwan ,M.Pd

Oleh : Sridini Sopianai

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Sosial Budaya tentang “Struktur dan Proses Sosial Budaya” dengan tepat waktu.

Makalah ini berisikan tentang “Struktur dan Proses Sosial Budaya” , yang didalamnya membahas tentang Pengelompokan dan Pelapisan social serta Interaksi social dan Pranata Sosial Budaya yang saling berhubungan satu sama lain di dalam kehidupan sosial.Harapan kami, makalah ini dapat meningkatkan pemahaman kami akan ilmu-ilmu sosial didalam masyarakat dan dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami menerima Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini serta guna penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikanmanfaat bagi kita semua.

Serang, November 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengelompokan dan Pelapisan Sosial, Serta Interaksi Sosial B. Pranata Sosial Budaya

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam sosiologi masyarakat yang merupakan kajian utama dalam disiplin ilmunya, maka kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari adanya unsur-unsur didalamnya yang menyebabkan terjadinya suatu interaksi sosial. Struktur sosial dalam masyarakat mengacu pada pola interaksi yang terdiri dari jaringan relasi sosial atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu proses sosial. Proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik. Demkian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang merupakan wujud dari proses-proses sosial yang yang ada. Keragaman hubungan sosial itu tampak nyata. Dalam struktur sosial masyarakat yang mejemuk contohnya seperti Indonesia.

(5)

Secara umum istilah struktur dipahami sebagai “susunan”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia stuktur berarti “susunan atau cara sesuatu disusun atau dibangun “, sedangkan struktur sosial diartikan sebagai konsep perumusan asas-asas hubunga antar individu dalam kehidupan masyarakat yang merupakan pedoman bagi tingkah laku individu. Dalam sosiologi struktur sosial diartikan sebagai pola yang mapan dari organisasi internal setiap kelompok sosial.

Konsep struktur sosial yang menggambarkan ‘pola hubungan antar individu dalam kelompok atau antar kelompok” ini untuk menjelaskannya sering dikaitkan dengan norma, status, peran, dan lembaga (tercakup pula asosiasi dan organisasi).

Struktur sosial sangat erat kaitannya dengan kebudayaan. Eratnya kedua fenomena ini digambarkan oleh “ J.B.A. F. Mayor Polak” penadapatnya bahwa antara kebudayaan dan struktur terdapat kolerasi fungsional. Artinya antara kebudayaan dan struktur dalam suatu masyarakat terjadi keadaan saling mendukung dan membenarkan ini beraryi bahwa apabila terjadi perubahan dalam kebudayaan juga diikuti oleh perubahan dalam struktur demikian pula sebaliknya .

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui struktur dan proses sosial budaya khususnya diferensisai sosial yang terdapat dalam masyatakat.

(6)

BAB II PEMBAHASAN STRUKTUR DAN PROSES SOCIAL BUDAYA

1. PENGELOMPOKAN DAN PELAPISAN SOSIAL, SERTA INTERAKSI SOCIAL

Sistem pelapisan masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social stratification. Sorokin menyatakan bahwa social stratification adalam pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Selanjutnya menurut Sorokin, dasar dan inti lapisan masyarakat tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai social, dam pengaruhnya diantara anggota-anggota masyarakat.

Dilihat dari bentuknya secara prinsipil lapisan masyarakat diklarifikasikan dalam tiga kelas, yaitu dilihat dari segi ekonomis, politis, dan didasarkan pada jabatan. Ketiganya mempunyai hubungan erat dengan yang lainnya, sehingga saling mempengaruhi.

A. Tipe-Tipe Kelompok Social

Kebutuhan manusia untuk saling berhubungan dengan orang lain akan melahirkan kelompok-kelompok social (social group). Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan, antara lain:

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan

2. Ada hubungan timbale balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya

3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antar mereka bertambah erat.

4. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku 5. Bersistem dan berproses.

(7)

Menurut George simmel seorang sosiolog jerman mengambil ukuran jumlah besar kecilnya anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya, dan intraksi social dalam kelompoknya.

Pendekatan ini, para sosiolog mendasarkan pengelompokannya pada derajat saling kenal mengenal diantara anggota-anggotanya (face to face grouping), seperti: keluarga, rukun tetangga, desa, kota, korporasi, dan Negara.

2. Kelompok Social Dipandang Dari Sudut Individu

Tipe pengelompokan ini dilihat dari sudut individu dalam kelompok social dimana ia tinggal, apakah ia tinggal didalam masyarakat yang masih bersahaja atau masyarakat yang sudak kompleks. Dalam masyarakat yang masih bersahaja keanggotaanyya atas dasar kekerabatan, usia, seks, dan kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau kedudukan.

3. In Group And Out Group

Tipe in group dan out group atau perasaan dalam atau luar kelompok disadari oleh sikap etnosentrisme, artinya suatu sikap untuk menilai unsure-unsur kebudayaan lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran sendiri, dan dapat dijumpai pada seluruh masyarakat baik masyarakat yang masih bersahaja maupun masyarakat yang sudah kompleks.

Sikap in group pada umumnya didasari oleh factor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sikap ou group itu sebaliknya dengan ditandai suatu kelainan yang berwujud antagonism atau antipati.

4. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Kelompok primer adalah kelompok-kelompok yang ditandai cirri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggptanyaserta kerjasama yang erat dan bersifat pribadi.

(8)

5. Paguyuban (Gemenschaff) dan Patembayan (Gesselschaff)

Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Paguyuban memiliki 3 tipe, yaitu: paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaff by blood), paguyuban karena tempat (gemeinschaff of place), paguyuban karena jiwa pikiran (gemeinschaff of mind)

Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imaginary atau suatu bentuk yang ada hanya ada dalam pikiran, dan strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.

Menurut tonics kedua bentuk kehidupan besama tersebut sama dengan dua bentuk kemauan asasi manusia yaitu : weswnwille dan kurwille.

6. Formal Group dan Informal Group

Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungannya. Contohnya : perkumpulan pelajar, perkumpulan wartawan, ikatan dokter dll.

Informal group tidak memiliki struktur organisasi tertentu atau tidak pasti.

7. Kelompok-Kelompok Social Yang Tidak Teratur

Kelompok social yang tidak teratur tebgai dalam dua bentuk kelompok besar, yakni kerumunan (crowd) dan public.

8. Masyarajat Pedesaan (Rural Community) Dan Masyarakat Perkotaan (Urban Community)

Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam dengan sistem kekeluargaan yang kuat serta hidup secara berkelompok.

(9)

B. Pelapisan Sosial

1. Proses Terjadinya Lapisan Sosial

Untuk meneliti terjadinya proses terjadinya lapisan masyarakat, maka:

1. Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentengan dalam masyarakat.

2. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai berikut:

a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.

b. Sistem pertanggaan yang diciptakan warga masyarakat. c. Kriteria sistem pertentangan.

d. Lambang-lambang kedudukan.

e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan. f. Solidaritas antara individu atau kelompok.

Jika dilihat perbandingannya, secara umum warga lapisan atas (upper class) tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle class) dan lapisan bawah (lower class)

2.Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sistem lapisan mempunyai dua sifat, yaitu terbuka (open social stratification) dan tertutup (closed social stratification). Yang bersifat terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapannya sendiri naik ke lapisan atas, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawah. Sedangkan yang bersifat tertutup, membatasi pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah. Maka, untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat yang tertutup adalah kelahiran.

(10)

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

a. Ukuran kekayaan b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan

d. Ukuran ilmu pengetahuan

4. Teori Pelapisan Masyarakat

1. Teori Fungsional

a. Emile Durkheim dalam bukunya the Division Of Labor In Scienty, menyatakan bahwa setiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting daripada yang lainnya.

b. Kingsley Davis dan Robert Moore, mengemukakan pendapat bahwa posisi-posisi yang paling dalam masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang.

2. Teori Reputasi (Teori Nama Baik)

Menurut Warner status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain. Dasar pertimbangannya adalah pendapatan, prestise dan pendidikan. Dia mengemukakan enam tingkatan status ini, yakni:

a. Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan atau keturunan.

b. Lower-upper, kaya karena hasil usaha.

(11)

d. Lower-middle, golongan pekerja halus, seperti sekertaris dan pekerja kantor.

e. Upper-lower, pekerja kasar dengan status tetap.

f. Lower-lower, yaitu orang miskin yang tidak punya pekerjaan tetap.

3. Teori Struktur

Treiman, mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat yang berlain-lainan tidak ada perbedaan dalam menyusun tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang dikemukakan adalah: a. Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena

ada pembagian kerja yang sama

b. Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan perbedaan kekuasaan / wewenang.

c. Orang yang mempunyai kedudukan penting mempunyai kesempatan yang baik untuk lebih maju.

d. Kekuasaan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.

5. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan (status)

(12)

kewajiban-kewajibannya. Untuk memudahkan pemahaman dari kedua istilah tersebut, maka digunakan istilah yang sama yakni “kedudukan” (status) saja.

b. Peranan (role)

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Perbendaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan mencakup tiga hal:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat mengartikan bahwa antara status dan peran merupakan dua sisi dari mata uang yang sama. Untuk itu, mereka membagi empat jenis peran dan secara implicit terkandung status social didalamnya. Keempat jenis peran tersebut adalah:

1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan (actual roles)

2. Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (aschieved roles)

3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles)

4. Peran tinggi, peran menngah, dan peran rendah

(13)

A. Pengertian Umum Dan Jenis-Jenis Gerak Sosial

Kimbali Young dan Raymond W.Mack mengemukakan bahwa yang dimaksud gerak social atau sosial mobility adalah suatu gerak dalam struktursosial (social structure), yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

Secara prinsipil ada dua macam gerak social yaitu, gerak sosial horizontal dan gerak sosial vertical. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek social lainnya dari suatu kelompok social ke kelompok social lainnya yang sederajat dan gerak sosial yang horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang ataupun suatu obyek sosial. Sedangkan gerak sosial vertical adalah perpindahan individu atau objek social dari suatu kedudukan social ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertical, yaitu yang naik (social-climbing) dan yang turun (social-sinking).

B. Saluran Gerak Sosial Vertikal

Menurut Pitirim A. Sorokin, gerak sosial vertical mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertical melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi dan keahlian

(14)

1. Pengertian dan Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan factor penting dalam kehidupan sosial, karena tanpa terjadinya interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Pertemuan dua orang akanmenghasilkan pergaulan dalam berkelompok tanpa adanya komunikasi, saling mempengaruhi dan kerjasama. Sebaliknya pertemuan dua orang dapat menimbulkan tindakan sosial karena masing-masing orang akan muncul perasaan atau saling menilai satu sama lain. Untuk terjadinya interaksi sosial harus memenuhi dua syarat, yaitu :

1) Adanya kontak sosial (social contact) 2) Adanya komunikasi

Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu: 1. Antara individu dengan individu

2. Antara individu dengan kelompok 3. Antara kelompok dengan kelompok Factor-faktor terjadinya interaksi sosial

1. Imitasi

Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Imitasi dapat terjadi apabila seseorang melakukan tindakan peniruan baik secara sadar maupun tidak sadar. Imitasi akan mudah terjadi apabila:

a) Pihak peniru memiliki sikap penerimaan hal yang ditiru

b) Pihak meniru mempunyai minat yang besar, ,engagumi, dan menjunjung tinggi terhadap hal yang ditiru.

c) Pihak peniru mempunyai sesuatu pandangan atau tingkah laku, serta mempunyai penghargaan sosial yang tinggi terhadap yang ditiru.

(15)

Sugesti adalah pengaruh psikis yang berasal dari diri sendiri atau dari diri orang lain dan umumnya diterima tanpa daya tarik. Sugesti yang berasal dari dalam diri sendiri disebut oto sugesti, contohnya rasa sakit-sakitan yang secara medis jelas penyebabnya. Sedangkan sugesti yang berasal dari diri orang lain disebut heterosugesti, contoh iklan promosi barang

3. Identifikasi

Identifikasi adalah suatu dorongan atau kecenderungan untuk menjadi sama atau ideni dengan orang lain. Hubngan sosial yang berlangsung melalui proses identifikasi lebih mendalam dibandingkan dengan proses imitasi dan sugesti.

4. Simpati

Simpati adalah perasaan senang kepada orang lain yang biasanya tidak disebabkan alas an yang logis tetapi berdasarkan perasaan.

2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial secara umum dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang berbentuk asosiatif meliputi kerjasama dan akomodasi, sedangkan yang bersifat disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan atau pertikaian.

Kerjasama disebut juga koperasi. Dalam pelaksanaanya, kerjasama diklarifikasikan ke dalam beberapa bentuk, yakni:

a) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong

b) Bargaining, yaitu perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

c) Ko-oprasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan polotik dalam suatu organisasi.

(16)

e) Join-vemture yaitu bentuk kerjasama yang bergerak dalamperusahaan proyek-proyek tertentu dengan bagi keuntungan berdasarkan kesepakatan.

Dalam bentuk interaksi sosial lainnya adalah akomodasi. Akomodasi merupakan upaya untuk memperlancar interaksi sosial,dengan mengurani pertentangan, mencegah terjadinya disintegrasi.

Bentuk interaksi sosial yang bersifat disosiatif adalah persaingan (competition). Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok bersaing tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan untuk mencari keuntungan dalam bidang kehidupan.

Persiangan mempunyai dua tipe, yaitu :

 Persaingan yang bersifat pribadi, disebut juga rivaly. Contohnya dua orang bersaing untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam suatu organisasi

 Persaingan yang tidak bersifat pribadi adalah persaingan antar kelompok. Contohnya dua perusahaan bersaing untuk mendapatkan monopoli disuatu tertentu.

Dari kedua tipe persaingan tersebut dapat menghasilkan beberapa bentuk, yaitu : 1. Persiangan ekonomi. Persaingan ini timbul karena terbatasnya persediaan

barang apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen.

2. Persaingan kedudkan atau peranan. Persaingan ini terjadi mendapatkan kedudukan yang tinggi atau dihargai dalam suatu masyarakat.

3. Persaingan kebudayaan. Persaingan ini terjadi apabila dalam suatu wilayah terdapat dua kebudayaan atau lebih

4. Persaingan ras. Persaingan ini terjadi adanya pandangan yang membedakan ciri-ciri atau lahiriah, seperti warna kulit, bentuk wajah, maupun corak rambut Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai bebrapa fungsi, yaitu

(17)

2. Sebagai jalan dimana kinginan, kepentingan serta nilai-nilai pada suatu masa menjadi pusat perhatian

3. Alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial, artinya mendudukan individu pada peranan sesuai kemampuan yang dimilikinya 4. Alat untuk menyaring para warga golongan karya untuk menghasilkan

pembagian kerja yang efektif

Bentuk interaksi sosial disosiatif lainnya adalah kontravesri. Kontraversi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau kelompok lain.

Terdapat lima bentuk kontraversi, yaitu : 1. Kontravesri bersifat umum 2. Kontraversi sederhana 3. Kontraversi intensif 4. Kontraversi rahasia 5. Kontraversi taksis

2. PRANATA SOSIAL BUDAYA

A. Macam-Macam Norma dalamMasyarakat

Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda mulai dari norma yang rendah, sedang, sampai yang terkuat daya ikatnya. Para ahli sosiologi membedakan tingkatan norma kedalam empat tingkatan, yaitu:

(18)

2. Kebiasaan (folkways) folk= orang kebanyaka ;ways= cara-cara; jadi cara-cara orang kebanyakan bertingkah laku). Folkways adalah norma-norma yang diikuti tanpa dasar, tanpa berfikir, hanya berdasarkan kebiasaan dalam tradisi. 3. Tata Kelakuan (mores), dalam bahasa Latin mos-mores yang berarti adat

istiadat, tabiat, watak susila. Mores adalah norma kelakuan yang diikuti dengan keyakinan dan pertimbangan perasaan. Tata kelakuan merupakan suatu hal yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat, karena:

1) Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu.

2) Tata kelakuan mengindentifikasi individu dengan kelompoknya, artinya di satu pihak memaksa orang agar dapat menyesuai kan tindakannya dengan tata kelakuan masyarakatnya, di satu pihak masyarakat agar menerima seseorang karena kesanggupannya menyesuaikan diri.

3) Tata kelakuan menjaga solidaritas antara nggota masyarakat.

4. Adat istiadat (custom) merupakan tata kelakuan yang kekal dan kuat integritas nya dengan pola kelakuan masyarakat

B. Jenis – Jenis Pranata Sosial

Pranata sosial terbentuk melalui norma – norma atau kaidah – kaidah yang biasanya terhimpun atau berkisar ( bersentripetal atau mengarah ke titik pusat ) disekitar fungsi – fungsi atau tugas – tugas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokok karena tujuannya adalah mengatur cara berfikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan pokok. Ada himpunan kaidah yang berkisar pada suatu fungsi pemenuhan kebutuhan pokok dan ada himpinan kaidah yang berfungsi pemenuhan pokok yang lain. Dengan kata lain bahwa pranata sosial merupakan himpunan kaidah – kaidah atau norma – norma.

(19)

juga dikemukakan oleh Balen, bahwa yang dimaksud dengan pranata sosial adalah himpinan kaidah atau sistem norna yang bertujuan menata ( mengatur ) pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan – hubungan sosial yang mencakup jaringan kedudukan dan peran sosial yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat yang khusus untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan masyarakat yang mendasar, pokok, dan penting. Kedua definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma – norma untuk memenuhi kebutuhan. Fungsi dari pranata sosial menurut Soekanto adalah :

1. Memberi pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi masalah – masalah dalam masyarakat, terutama dalam menyangkut kebutuhan – kebutuhan. 2. Menjaga keutuhan masyarakat, dan

3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial ( social control ), artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota – anggotanya.

(20)

Pembagian pranata sosial berdasarkan fungsinya baik pranata induk maupun pranata pembantu adalah sebagi berikut :

a. Pranata kekeluargaan ( family institution ), yang berfungsi memenuhi kebutuhan kelangsungan keluarga, menyangkut hubungan kelamin yang diatur dalam perkawinan serta bentuk – bentuk perkawinan mulai dari bentuk monogami sampai dengan poligami. Pranata pembantunya adalah aturan pertunangan, aturan pernikahan, perawatan anak – anak dan hubungan kekerabatan.

b. Pranata perekonomian ( economic institution ). Yang berfungsi memnuhi kebutuhan hidupmanusia dalam mencari nafkah dan mencapai kesejahteraan material, meliputi cara – cara berproduksi, distribusi, dan konsumsi agar semua lapisan masyarakat mendapatkan bagian yang semestinya. Pranata pembentuknya adalah : periklanan, pemasaran, perdagangan, pergudangan, perbankan, dan pembukuan.

c. Pranata pendidikan ( educational institutional ), yang berfungsi memenuhi kebutuhan manusia akan sosialisasi dan pendidikan formal agar menjadi warga masyarakat yang berguna, pranata pembantunya antara lain : pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan buta aksara, pendidikan keterampilan perempuan, sistem ujian, sistem kurikulum, dan sistem pembukuan.

d. Paranatareligi ( religius institution ). Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia melayani rahasia hidup dan makna hidup, berkomunikasi dengan sang pencipta, beribadah, berbakti kepada sang pencipta, serta melaksanakan perintah – perintahnya sesuai dengan pola kelakuan yang di tuntut. Pranata pembantunya antara lain ; doa, kepemimpinan umat, penyiaran agama, dan toleransi antar umat beragama.

(21)

rakyat melalui badan legislatif, ekskutif, dan yudikatif untuk mengembangkan dan membina masyarakat kearah kesejahteraan, ketertiban dan ketentraman hidup. Pranata pembantunya antara lain : sistem hukum dan perundang – undangan, sistem kepertanian, penata lembaga – lembaga negara, pemerintah, ketentraman, kepolisian, kepegawaian, kehakiman, dan kejaksaan.

f. Pranata pelayanan sosial dan kesehatan ( the institution of social work and medical care ). Berfungsi untuk memenuhi kebutuhan melayani warga masyarakat yang terlantar dan membutuhkan pertolongan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan memelihara kesehatan, kebugaran jasmani, termasuk kecantikan. Pranata pembantunya antara lain : pelayanan orang miskin, pelayanan masyarakat yang menyandang ketunaan, penanganan, tuna wisma, pengobatan, kedokteran, peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kecantikan dan merias tubuh.

g. Pranata seni dan rekreasi ( aestetica and recreational institutional ), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan penghayatan seni dan pemulihan kesegaran jasmani dan mental, pranata pembantunya, anatara lain : seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, seni sstra, olah raga, wisata, dan hiburan lainnya.

h. Pranaita ilmiah ( scientific institutional ), berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat mengembangkan ilmu dan menerapkannya serta menerapkan hasil ilmu dalam bentuk teknologi dan menerapkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pranata pranata pembantu antara lain : penelitian dan pengembangan ilmu dasar, pengembangan dan penerapan terapan, pengembangan dan penelitian teknologi tepat guna, teknologi tinggi, teknologi pertanian, teknologi penerbangan, dan teknologi komunikasi satelit.

(22)

pertibangan menggolongkan sebagai pranata sosial mengingat dewasa ini dalam masyarakat modern semakin terasa pentingnya hasil – hasil penelitian dan pengembangan dibakukan ( distandarisasi ) sedemikian baiknya.

Penggolongan yang di uraikan ini lebih menyangkut masyarakat modern yang kompleks, tetapi hal itu tidak berarti pranata sosial itu tak ada dalam masyarakat yang primitif atau tradisional. Pada masyarakat tersebut pranata – pranata yang sangat penting menyangkut pemenuhan kebutuhan yang mendasar, seperti pranata sosial nomor 1 sampai dengan nomor 5 sudah ada tetapi sering belum terpisah secara jelas, masih tumpang tindih karena komunitas setempat masih kecil dan belum kompleks. Semakin berkembang suatu masyarakat semakin meningkat jumlah dan keanekaragaman kebutuhan, oleh karena itu semakin meningkat pula keperluan terbentuknya norma – norma yang mengatur pola kelakuan umumnya dan terutaman pola kalakuan yang lahir dan berkembangnya hubungan sosial serta kedudukan sosial yang menyertainya.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

(23)

ada. Secara langsung atau tidak langsung dan sadar atau tidak, didalam masyarakat terdapat perbedaan kedalam-kelas-kelas secara bertingkat yang perwujudannya adalah kelas-kelas tinggi dan kelas yang paling rendah.

Dalam suatu masyarakat terdapat norma-norma yang berlaku dan ditetapkan sebagai pengatur jalannya kebudayaan dan tingkah laku masyarakat tersebut. Didalam suatu masyarakat tidak semua anggota memiliki keperdulian dan kepekaan terhadap kelompok di dalam masyarakat tersebut. Untuk dapat menciptakan masyarakat yang sejahtera dan makmur harus ada komunikasi dan kerjasama yang baik antar anggota yang didalamnya terdapat pemberian saran atau motivasi satu sama lain dan menjadi penengah jika terjadi permasalahan atau perbedaan pendapat. Didalam bermasyarakat harus ada rasa kebersamaan sehingga menimbulkan hubungan yang erat antara mereka. Terkadang tidak semua anggota masakat dapat menerima aturan yang berlaku didalam masyarakat tersebut.

Adanya perbedaan budaya atau tidak, sejalannya pikiran dapat menimbulkan beberapa kesenjangan sosial antar individu dengan individu atau individu dengan kelompok. Dengan adanya kesenjangan tersebut, maka secara tidak langsung diharapkan harus adanya keperdulian untuk dapat memecahkan masalah. Antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan tentunya banyak perbedaan permasalahan yang dihadapi dan berbeda pula cara untuk mengatasinya. Pada umumnya cra pemikiran masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda cara berpikirnya, seperti pemikiran dalam hal pergaulan, dilingkungan perkotaan anak perawan yang pulang tengah malam dianggap sebagai hal yang biasa, beda halnya dengan lingkungan pedesaan yang menganggap anak wanita pulang tengah malam adalah salah satu pelanggaran norma yang ditetapkan dalam masyarakat.

(24)

rendah. Seseorang itu akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Dari permasalahan tersebut maka terciptanya pelapisan masyarakat dari segi kedudukan pekerjaan yang didasari tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Dan didalam kehidupan banyak terjadinya mobilitas sosial baik secara horizontal maupun vertical yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam tata kelakuan masyarakat tersebut.

B. SARAN

Agar terciptanya masyarakat yang sejahtera maka harus mengembangkan sikap saling perduli terhadap anggota masyarakat satu dengan yang lainnya. Adanya pelapisan sosial seharusnya tidak membuat kesenjangan antara masyarakat, karena keberagaman itu yang membuat indah suatu kelompok masyarakat dan dapat bertkar pengalaman dibidang apapun tanpa melihat status sosial dang tingkat pendidikan yang dicapai.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Pembiayaan musyarakah dilakukan antara nasabah dan Bank Muamalat dalam suatu usaha dimana masing-masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai kebutuhan

(2) Pembina Data tingkat pusat dan/atau Walidata tingkat pusat dapat mengusulkan penyelenggaraan Forum Satu Data Indonesia tingkat pusat dengan pembahasan yang bersifat

Dengan penyempurnaan yang ada, buku ini diharapkan semakin berdaya guna dalam membantu peningkatan kemampuan mahasiswa dan pengguna lainnya bidang MIPA serta bidang-bidang lain yang

Pada siklus III (tindakan 2) terjadi peningkatan rata-rata kompetensi sebesar 2,0% dan jumlah kelulusan peserta didik meningkat menjadi 25 peserta didik dari semula

Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang mengharuskan Penyelenggara Negara membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang

 jenis camilan yang mudah ditemkan. yang mudah ditemkan. !ue sus !ue sus warna warni warna warni adalah jenis adalah jenis kue yang kue yang berasal berasal dari eropa.

strategi pembelajaran pemecahan masalah berorientasi kearifan lokal Bali agar dapat dilaksanakan secara efektif, khususnya dalam pembelajaran Matematika SMP, yaitu:

Untuk sampel uji baja normalizing, perubahan fase pearlit kasar menjadi pearlit halus (lihat dalam Gambar 6) dalam baja akibat pendinginan lambat menyebabkan sampel uji