• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Fenomenologi Penyesuaian Diri Maha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Fenomenologi Penyesuaian Diri Maha"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Studi Fenomenologi Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru Perempuan Pada

Program Studi Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada

Qurrota A’yuni Fitriana 14/371817/PPS/2894 Magister Profesi Psikologi Klinis

Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Mahasiswa baru merupakan tahap peralihan dari masa Sekolah Menengah Pertama ke Universitas yang diwarnai oleh berbagai proses yang rumit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman penyesuaian diri pada mahasiswa baru perempuan di program studi teknik nuklir yang didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mengetahui pengalaman dan makna yang dialami oleh individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa baru perempuan di program studi tekni nuklir mengalami pandangan stereotip dari lingkungan sekitar tentang bidang yang dipilihnya, adanya beban akademik berat yang harus diselesaikan selama studi, adanya dukungan sosial dari keluarga dan teman menjadi penguat untuk tetap bertahan, serta motivasi individu dalam menjalani pilihannya merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam proses penyesuaian diri.

Kata Kunci: Penyesuaian Diri, Mahasiswa Baru Perempuan, Teknik Nuklir

Pendahuluan

(2)

2

Universitas dilandasi oleh berbagai alasan, seperti ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan gelar, meningkatkan pengetahuan atau perkembangan pribadi. Universitas memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar berbagai hal baru, bertemu dengan orang baru, mengalami pengalaman dan tantangan baru yang akan membantu untuk perkembangan pribadi individu. Mahasiswa diharapkan menjadi individu yang bisa belajar secara

mandiri di Universitas untuk memenuhi tuntutan akademik. Hal ini tentu berbeda dengan masa SMA, karena di sini mereka akan dihadapkan pada kompetisi dan beban akademik yang lebih berat untuk bisa mengikuti gaya pembelajaran yang baru.

Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu Universitas negeri terbesar di Indonesia. Setiap tahunnya ribuan mahasiswa baru diterima menjadi bagian dari perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta ini, setelah melalui proses seleksi dari puluhan ribu peserta. Pada tahun 2014, UGM menerima sebanyak 6851 mahasiswa baru untuk program sarjana (Humas UGM, 2014). UGM memiliki total 19 Fakultas, dengan mahasiswa terbanyak yaitu berasal dari Fakultas Teknik yang terdiri dari 8 jurusan. Salah satu jurusan yaitu program studi di Fakultas Teknik yaitu Teknik Nuklir memiliki jumlah mahasiswa yang paling sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa dari jurusan lain di Fakultas Teknik. Pada tahun ini prodi Teknik Nuklir yang merupakan bagian dari Jurusan Teknik Fisika menerima sebanyak 53 mahasiswa yang terdiri dari 44 mahasiswa laki-laki dan 9 mahasiswa perempuan.

Teknik menjadi pilihan bidang profesi yang didominasi oleh laki-laki, yang memiliki hubungan kuat dengan perkembangan teknologi dan masyarakat,

dan stratifikasi gender di dalamnya (Fox, 2001). Namun perempuan sekarang melampaui laki-laki dalam kaitannya penyelesaian studi di perguruan tinggi

(3)

3

Dominansi laki-laki pada bidang teknik menjadi salah satu hal yang mempengaruhi proses penyesuaian diri mahasiswa baru perempuan. Tekanan yang dihadapi pada lingkungan yang berbeda dari sebelumnya menjadi salah satu penyebabnya. Penyesuaian diri ialah suatu proses yang alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah peirlaku individu agar tercipta hubungan yang seusia antara kondisi diri dengan kondisi lingkungannya (Wijaya, 2007). Transisi dalam

kehidupan menghadapkan individu pada perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan sehingga diperlukan adanya penyesuaian diri. Runyon dan Haber (1984) mengatakan bahwa setiap orang pasti mengalami masalah dalam mencapai tujuan hidupnya dan penyesuaian diri sebagai keadaan atau sebagai proses. Mereka terus menerus mengubah tujuannya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Individu harus bisa menghadapi berbagai persoalan-persoalan baru dalam hidupnya untuk bisa terus menjalani kehidupan untuk tujuan yang dicita-citakan.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa prestasi mahasiswa semester pertama secara signifikan diprediksi oleh penyesuaian diri, penyesuaian akademis, dan penyesuaian personal emosional (Abdullah, dkk. 2009). Adler, dkk (2008) menyatakan bahwa adjustment to college merupakan aspek penting untuk kesuksesan akademis. College adjustment yang buruk berkorelasi pada buruknya kinerja akademis. Rendahnya tingkat kelulusan dan buruknya peluang sukses di masa depan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat disimpulkan bahwa memasuki dunia perkuliahan dapat menyebabkan stres dan berbagai tekanan emosional serta

psikologis. Mahasiswa baru yang memasuki Universitas telah mengorbankan waktu utama, tenaga hingga finansial, sehingga hal yang menyangkut masalah

(4)

4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi menurut Giorgi & Giorgi (Smith, 2007) bertujuan untuk menjelaskan situasi kehidupan melalui pengalaman individu sehari-hari. Untuk memahami makna dari sebuah fenomena, diperlukan interpretasi terhadap pengalaman hidup, menurut Van

Manen (1997) fenomenologi bermaksud untuk memahami apa yang terjadi di duniak ehidupan. Pada studi ini, peneliti tertarik untuk mengetahui proses penyesuaian diri pada mahasiswa baru perempuan di program studi teknik nuklir.

Partisipan dalam penelitian melibatkan 3 orang mahasiswa baru angkatan 2014 berjenis kelamin perempuan pada program studi teknik nuklir, dengan usia 18-20 tahun, berasal dari luar kota Yogyakarta, dan merupakan lulusan SMA pada tahun 2014 atau tidak pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi sebelumnya.

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan dan wawancara semi terstruktur. Prosedur analisis data yang digunakan mengikuti prosedur dari Giorgi & Giorgi (Smith, 2007) yaitu dengan empat langkah dasar, pertama peneliti menentukan perspektif psikologis yang berkaitan dengan perilaku fenomenologi, secara sadar menentukan fokus bahasan dari studi dalam hal ini yaitu penyesuaian diri. Tahap kedua yaitu membaca dengan cermat deskripsi dari verbatim, dan memahami pengalaman serta memaknainya. Ketiga yaitu mentransformasikan data menjadi kata atau kalimat yang memiliki nilai informasi. Keempat yaitu menentukan arah tujuan dari transformasi tersebut dari yang bersifat implisit menjadi eksplisit dengan pemaknaan psikologis.

Hasil

(5)

5 Pandangan Stereotip

Banyak dari mahasiswa teknik nuklir mengalami beberapa pandangan stereotip yang dijumpai dari lingkungannya. Pandangan serta komenar tersebut telah berkembang luas di masyarakat dan menjadi hal yang aneh ketika seorang perempuan menjadi mahasiswa dan memilih teknik nuklir sebagai bidang ilmu pilihannya. Pandangn tersebut berasal dari teman, guru, atau orang lain yang

memiliki hubungan dekat individu.

“Pemkot itu kaya setengah nyudutkan gitu. Kamu nggak takut? Ntar salah milih

teknik nuklir kamu mau kerja apa? Disini nggak ada reaktor, jadi ragu, jangan-jangan kalo aku maksa tetep nuklir aku nanti mengecewakan segala macem takut

gitu kan, bingung lagi.”

Subjek D yang mendapatkan beasiswa afirmasi dari daerahnya menyebutkan bahwa lingkungan di Pemerintah Kota kurang mendukung pilihannya untuk masuk ke teknik nuklir karena bidang teknik nuklir belum bisa memberikan suatu kontribusi yang bermanfaat. Hal ini membuat individu menjadi ragu dan kembali memikirkan pandangan orang terhadap pilihannya tersebut. Beberapa komentar lain yang dialami subjek S dan subjek G juga hampir serupa.

“Yaa kaya aneh aja, yakin? Cewek lho, ga takut mandul? Ntar kena radiasi

segala macem lah...”

Stereotip semacam ini telah berkembang luas di masayarakat yang tersebar melalui berbagai media informasi. Meskipun begitu, individu telah mengetahui kebaikan serta kerugian dari pilihannya sehingga masukan stereotip dari lingkungan menjadi hal yang sudah biasa didengar dan tidak menjadi ancaman bagi individu.

Beban Akademik

(6)

6

“Kalo susah sih... pas RL (Rangkaian Listrik). Trus soalnya nggak ngerti listrik

emang. Pas pelajaran Fisika tentang membahas listrik juga, aduh cuman ngapalin rumus rumus aja, kaidah tangan nih main logika aja. Kalo listrik itu emang nggak ‘dong’, kurang ini ya... tapi kan ya sudah resiko sih milih teknik.

Jadi ya pasti emang banyak pelajaran cowoknya....”

Selain pemahaman yang lebih mendalam, mahasiswa khususnya perempuan dituntut untuk bisa memahami materi seperti halnya mahasiswa laki-laki. Menurut keseluruhan subjek, mahasiswa laki-laki dirasakan lebih cepat paham terhadap materi perkuliahan sehingga banyak dari mereka yang juga mendapatkan nilai lebih bagus dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.

“Tapi pas Kimia Dasar ya tinggi-tinggi itu.. cowok ada yang rendah, ada yang

tinggi, tapi kan karena kebanyakan cowok jadi ya berarti cowok yang lebih tinggi...”

Kesulitan mendapatkan nilai tersebut, diawali oleh ekspektasi untuk bisa mendapatkan nilai yang tinggi oleh subjek, namun ekspektasi tersebut tidak terwujud.

“Kalo yang hari pertama tuh Kimia masih agak enak gitu mbak, seenggaknya

saya isi semua. Ekspektasinya tuh saya 90 dapet nilainya, tapi nggak tahunya setelah lihat di pengumuman tuh di bawahnya itu kan. Itu udah yang sedih gitu kan... trus dari UTS bertekadnya UAS ga boleh gini, tapi nggak taunya kurang

lebih sama juga....”

Hal inilah yang kemudian membuat individu berusaha untuk bisa mengejar ketertinggalan materi serta nilai tersebut dengan cara belajar bersama dengan mahasiswa laki-laki yang dirasa lebih cepat paham. Mereka seringkali belajar bersama untuk bisa memahami materi. Seringkali ada sistem “barter” di antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Ketika mahasiswa perempuan bisa di satu mata kuliah, maka mahasiswa laki-laki mau untuk mengajari mata kuliah lain yang tidak bisa dikuasai oleh mahasiswa perempuan, begitu sebaliknya. Namun kebanyakan dari seluruh materi di semester 1 ini dikuasai oleh mahasiswa laki-laki.

(7)

7 Dukungan Sosial

Adanya dukungan dari orang tua merupakan hal yang menjadi penguat mahasiswa baru perempuan prodi teknik nuklir tetap bertahan pada pilihannya. Pada subjek S, orang tua menjadi yang berperan penting dalam menetapkan pilihan bidang ilmu teknik nuklir yang akan ia tekuni. Begitu juga pada subjek D dan G dimana orang tuanya memberikan keputusan kepada anaknya untuk memilih bidang yang

ia minati.

Adanya dukungan dari teman sesama perempuan di prodi teknik nuklir membuat individu merasa betah dan nyaman berada di tengah dominasi lingkungan laki-laki. Pada awalnya memang terasa asing, namun lama kelamaan mereka merasa terbiasa dengan lingkungan yang menurut mereka apa adanya.

“Anak-anaknya nyenengin sih mbak. Ya itu yang nggak aneh-aneh mbak,

semuanya juga yang cowok. Kaya udah kuat gitu lho ikatannya, enak di situ. Udah solid...ya kaya gitu sih.”

Subjek G menilai bahwa teman-temannya sederhana dan tidak banyak gaya sehingga ia merasa cocok dengan teman-teman tersebut. Meskipun berasal dari daerah yang berbeda-beda namun mereka memiliki perasaan senasib sepenanggungan sehingga membentuk ikatan yang solid layaknya saudara. Adanya dukungan dari teman ini juga merupakan hasil dari kemampuan sosial mahasiswa baru perempuan dalam menempatkan diri. Kemampuan sosial mencakup kemampuan berkomunikasi antar individu yang terjalin dengan baik. Selain itu, acara-acara informal di luar perkuliahan seperti liburan di akhir pekan sering dihabiskan untuk bersama sehingga ikatan kekeluargaan tersebut semakin erat.

Motivasi Individu

Faktor yang menentukan individu dapat bertahan atau tidak dalam suatu

(8)

8

“Iya..satu-satunya (prodi teknik nuklir di UGM). Swasta malah paling ada STTN,

tapi itu bukan S1 tapi D3. Itu juga nuklirnya bukan kaya kita yang nuklirnya

bener-bener ke teorinya kan....”

Individu telah memahami bahwa pilihannya tersebut mengandung konsekuensi baik dan buruk, sehingga individu tetap bertahan terhadap pilihannya. Keraguan akan tidak diterima muncul pada pikiran seluruh subjek, karena jurusan ini

memang terkenal sulit untuk dimasuki menurut mereka.

“Iya! Tadinya juga agak-agak minder waktu masuk... aduh kayanya ketinggian

nih ngambilnya teknik nuklir... kan misal teknik, trus nuklir kan... belajar kimia,

kayanya bakal lebih aduuuuh... ntar-ntar jadi sampah lagi disini, nggak ngerti...”

Subjek S merasa bahwa ia sempat merasa minder akan masuk ke teknik nuklir karena mata kuliahnya sulit dipahami. Hampir sama seperti yang dikemukakan oleh subjek D.

“Ohh...Iya sih teknik, cowoknya lebih banyak gitu kan. Itu oh, pertama saya

sendiri ragu mbak mau masuk teknik, soalnya ada kakak tingkat saya teknik tapi bukan di sini kan. Teknik tuh masuknya susah, jalaninnya susah, trus keluarnya

susah katanya kan, nyari kerja susah.”

(9)

9 Diskusi

Calhoun dan Acocella (Wijaya, 2007) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup. Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan kepada individu tersebut. Sedangkan menurut Gerungan (Amar, 2009)

menjelaskan bahwa menyesuaikan diri itu diartikan dalam artian yang luas, dan dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri. Maka dari itu penyesuaian diri merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu agar dari perubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi hubungan yang lebih sesuai antara individu dan lingkungannya.

Runyon dan Haber (1984) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut:

a. Persepsi yang akurat terhadap realita

Individu mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa mahasiswa baru perempuan telah siap menghadapi berbagai resiko yang berkaitan dengan keputusannya untuk mengambil bidang teknik nuklir hingga akhirnya nanti dihadapkan pada bidang pekerjaan di bidang teknik dimana didominasi oleh laki-laki. Selama tiga dekade terakhir, perempuan muda telah memperlihatkan minat semakin tinggi pada pekerjaan

yang sebagian besar dipegang oleh laki-laki (Berk, 2012). Teori SCCT yaitu social cognitive career theory dari Lent, Brown & Hackett (2000) yang dapat

(10)

10

b. Kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan

Dalam proses perkuliahan, para mahasiswa baru perempuan mengalami berbagai hambatan yang muncul. Kesulitan dalam menerima materi kuliah, hingga adanya perlakuan yang berbeda oleh Dosen antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan sangat dibutuhkan dalam menghadapi hal ini. Strategi coping yang tepat yaitu

problem focused coping (coping berfokus pada masalah) dapat membuat

individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami. Berdasarkan penelitian Utomo (2008), terdapat hubungan antara problem focused coping dengan stres tingkat sedang dan stres tingkat tinggi pada mahasiswa. Folkman dan Lazarus (Diponegoro & Thalib, 2001) mengungkapkan bahwa problem focused coping mengarah pada usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stres dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stres secara langsung. Kesulitan terhadap materi perkuliahan yang dialami individu dihadapi dengan cara bertanya kepada teman laki-laki yang dirasa lebih bisa. Hal ini adalah salah satu strategi atau usaha yang dilakukan dalam kaitannya dengan problem focused coping.

c. Self- image positif

Penilaian diri yang dilakukan individu harus bersifat positif dan negatif. Kita tidak boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak diinginkan, individu harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu mengakui kelemahan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui dan

memahami dirinya denga cara yang realistik, dia akan mampu mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh. Dalam proses

(11)

11

menyenangkan tersebut merupakan warna yang didapatkan dari proses perkuliahan.

d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan

Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap berada di bawah kontrol. Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan. Kontrol yang

berlebihan dapat menyebabkan dampak yang negatif, sedangkan kurangnya kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan. Stereotip yang seringkali dilontarkan oleh lingkungan membuat individu merasa tidak nyaman. Meskipun sebenarnya individu telah mengetahui bahwa stereotip tersebut hanyalah mitos yang tidak benar. Kontrol diri terhadap pandangan negatif tersebut merupakan hal yang dibutuhkan karena tanpa adanya kontrol diri terhadap pandangan negatif tersebut individu akan dipandang kurang baik. e. Hubungan interpersonal yang baik

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Adanya kesadaran terhadap lingkungan Fakultas Teknik yang didominasi laki-laki membuat mahasiswa baru perempuan berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh teman di angkatannya maupun dengan Dosen. Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan secara keseluruhan dapat berperan besar bagi hasil positif mahasiswa (Berk, 2012).

Pada akhirnya, mahasiswa yang berhasil dalam penyesuaian dirinya diharapkan akan menunjukkan hasil yang lebih baik dalam studinya kelak. Perempuan yang

tertarik di bidang Teknik sebaiknya menyadari bahwa mereka memiliki perspektif berbeda yang akan selalu dihargai. Itulah mengapa dalam bidang Teknik

(12)

12 Kesimpulan

Penyesuaian diri merupakan proses yang terus terjadi pada kehidupan individu tidak terkecuali pada mahasiswa baru perempuan di program studi teknik nuklir UGM. Dominasi mahasiswa laki-laki membuat proses penyesuaian diri mahasiswa perempuan menjadi berbeda dibandingkan dengan jurusan lain Fakultas non Teknik. Penelitian ini menemukan empat tema dasar yang dialami

(13)

13 (2008). College Adjustment in University of Michigan Students with Crohn’s and Colitis. Inflammatory Bowel Diseases. Vol. 14 No. 9, pp. 1281-1286.

Amar, H.R.L. (2009). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempur Sari Ngawi. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negri (UIN).

Berk, Laura E. (2012). Development Throuh The Lifespan Fifth Edition. Boston: Pearson Publishing

Diponegoro, A.M., Thalib, S.B. (2001). Meta-Analisis tentang Perilaku Koping Preventif dan Stres. Jurnal Psikologika, 12, 51-61.

DiPrete, Thomas A., Buchmann, Claudia. (2013). The Rise of Women: The Growing Gender Gap in Education and What it Means for American Schools. Russell Sage Foundation, New York.

Fox, M.F., (2001). Women, science, and academia: graduate education and careers. Gender Society 15, 654–666.

Humas UGM. (2014). Diunduh dari http://ugm.ac.id/id/berita/9183-ugm.resmi.terima.9133.mahasiswa.baru pada tanggal 28 Desember 2014.

Hunter, Diana. (2013). Women in Engineering: A woman’s work in a Man’s World?. www.worldpumps.com. 0262 1762/13 Elsevier Ltd

Kartono, K. (2008). Bimbingan Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Pers.

(14)

14

Smith, Jonathan A. (2007). Qualitative Psychology: A Practical Guide to Research Methods. California: Sage Publications Ltd

Snyder, T.D., Dillow, S.A., (2010). Digest of Education Statistics 2009. National Center for Education Statistics, Institute of Education Sciences. U.S. Department of Education, Washington, DC.

Utomo. (2008). Hubungan antara Model-Model Coping Stres dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Malang.

Van Manen, M. (1997). Researching lived experience: Human Science for all Action Sensitive Pedagogy (2nd.ed). Ontario: Althouse Press.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ramaiah (2006) bahwa salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri disminore adalah melakukan aktifitas olahraga. Beberapa latihan dapat meningkatkan

Adapun analisa data yang digunakan untuk mengetahui biaya-biaya pada masa tunggu pemasaran ternak kerbau terhadap perubahan harga jual ternak kerbau pada tingkat pelaku

Sumber pendanaan yang memiliki present value cash outflow yang lebih kecil, maka alternatif pendanaan itulah yang akan digunakan oleh perusahaan dalam pengadaan

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Pemeliharaan harus diutamakan, masih banyak hal yang harus diperbaiki serta akan lebih bermanfaat apabila dana pengadaan sarana baru digunakan untuk

kebiasaan berdo’a dan membaca al - Qur’an sebelum memulai perkuliahan.. terhadap perilaku mahasiswa PAI di IAIN Tulungagung ” dan

Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengangkut adalah pihak yang mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) dan/atau

KAK/ TOR merupakan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga, dan