• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHA PENGGILINGAN DAGING SAPI (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS USAHA PENGGILINGAN DAGING SAPI (4)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN BENGALON KABUPATEN KUTAI TIMUR)

Al Hibnu Abdillah1, Juraemi2

1 Program Studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Email : [email protected] 2 Program Studi Agribisnis Universitas Mulawarman

ABSTRACT

Since it was operated in the beginning of 2016, the meat grinding business, which included meat grinding service and meat ball processing at the Rural Agricultural Training Center had never been evaluated in relation to income analysis. This research aimed to analyze the meat grinding business activity (A case study at the Rural Agricultural Training Center of Cahaya Purnama in Tepian Baru Village, Bengalon Sub-district, East Kutai District). This research was conducted from February to March 2018, at the Agricultural Training Center of Cahaya Purnama in Tepian Baru Village, Bengalon Sub-district, East Kutai District. The instruments for financial analysis i used to analyze the data were income analysis, B/C Ratio, and Payback Period. These business activities were then divided into three divisions, meat grinding, grinding service, and meat ball processing. Based on the result of income feasibility analysis, there was a surplus income with the amount of Rp. 389,096,667. This means that this business was feasible to run and it should be continued. The value of B/C ratio was 1.28, which means that it was higher than 1. The value of Payback Period was 1.004 or 1 year, meaning that this business was feasible viewed from the period of the business, namely 2 years. Based on the above criteria, it was found that this business was feasible, so that it should be continued to increase the income of the agricultural training center of Cahaya Purnama. Keywords: meat grinding, grinding service, meat balls, income analysis

ABSTRAK

Sejak awal berproduksi pada awal tahun 2016, usaha penggilingan daging sapi, jasa penggilingan daging, dan pengolahan pentol bakso di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) belum pernah dilakukan evaluasi analisis pendapatan. Tujuan penelitian adalah evaluasi analisis usaha penggilingan daging sapi (studi kasus di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya Purnama di Desa Tepian Baru Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2018, di P4S Cahaya Purnama Desa Tepian Baru Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur. Alat analisis finansial yang digunakan adalah analisis pendapatan, B/C Ratio, dan Payback Period. Usaha terbagi menjadi tiga bagian, yakni penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso. Berdasarkan analisis kelayakan pendapatan, nilai pendapatan memperoleh surplus sebesar Rp 389.096.667. Ini berarti usaha tersebut layak dan perlu diteruskan. Nilai B/C Ratio 1,28, yang artinya lebih besar dari 1. Nilai Payback Period 1,004 atau 1 tahun artinya usaha ini akan layak ditinjau dari waktu usaha selama ini yakni 2 tahun. Berdasarkan kriteria diatas maka usaha ini layak, sehingga perlu diteruskan untuk menambah pemasukan bagi P4S Cahaya Purnama.

(2)

1. PENDAHULUAN

Daging sapi adalah produk pertanian yang menjanjikan dan memiliki daya minat yang tinggi. Komposisi daging sapi terdiri atas air, lemak, protein, mineral, dan karbohidrat. Kandungan gizi yang lengkap dan keanekaragaman produk olahannya menjadikan daging sapi sebagai bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia (Prasetyo, et.al,. 2013).

Kecamatan Bengalon merupakan satu dari delapan belas kecamatan di Kabupaten Kutai Timur. Konsumsi daging sapi penduduk di Kecamatan Bengalon mengalami fluktuatif. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur (2016), peningkatan konsumsi terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9.455,10 kg menjadi 21.907,67 kg. Tahun 2014 dan 2015 konsumsi daging sapi menurun menjadi 18.313,07 kg dan 11.725 kg. Jumlah konsumsi sedemikian besar ini tentunya harus diimbangi dengan jumlah produksi daging sapi yang tinggi. Kondisi fluktuatif juga dialami jumlah produksi daging sapi. pada tahun 2012 ke tahun 2013 sebesar 9.952 kg menjadi 23.060,70 kg. Tahun 2014 dan 2015 konsumsi daging sapi menurun menjadi 19.276,92 kg dan 12.342,11 kg (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, 2016). Kondisi ini harus diwaspadai melihat jumlah produksi daging sapi yang menurun pada tahun 2014 dan 2015. Hal ini untuk mengimbangi jumlah konsumsi daging sapi penduduk Kecamatan Bengalon yang dipastikan meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya.

Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya Purnama Desa Tepian Baru adalah satu dari beberapa P4S yang tersebar di daerah Kalimantan Timur. Bermula dari kelompok tani yang kemudian melakukan penggabungan menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), hingga kemudian mengusulkan pembentukan P4S. P4S ini bergerak dalam bidang kegiatan agribisnis yang berfokus pada integrasi kelapa sawit dengan sapi. Sistem ini selalu digalakkan oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur, dan telah mendapatkan respon yang positif sehingga banyak diterapkan oleh para pekebun kelapa sawit.

(3)

serta memaksimalkan pemanfaatan peternakan dari sektor hulu hingga hilir. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, daging banyak diolah menjadi produk makanan yang menarik. Pengolahan produk daging tersebut mampu meningkatkan harga jual. Bahan makanan yang berasal dari produk olahan daging antara lain bakso daging, korned, dendeng, dan abon. (Hanif, 2011) dalam Nasaruddin (2015). Salah satu produk peternakan yang berasal dari daging adalah bakso. Produk ini sudah dikenal umum dilapisan masyarakat. Selain memiliki cita rasa yang lezat, makanan ini memiliki harga yang relatif terjangkau.

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis usaha penggilingan daging sapi (studi kasus di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya Purnama di Desa Tepian Baru Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan terhitung dari bulan Februari sampai bulan Maret 2018, dengan obyek penelitian adalah data produksi daging sapi yang dikelola. Lokasi penelitian di P4S Cahaya Purnama, Desa Tepian Baru, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

Alat perhitungan analisis usaha berdasarkan studi kelayakan menggunakan analisis deskritif dengan menggunakan standar kelayakan bisnis, yang mana tiap-tiap komponen bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2.1 Total Cost

Menurut Rosyidi (2014), Total Cost merupakan penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan, baik untuk biaya tetap (fixed cost) maupun untuk biaya variabel (variable cost). Menurut Rahardja (2010), biaya total sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Rumusnya sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC : Total Cost

TFC : Total Fixed Cost

(4)

2.2 Total Revenue

Menurut Rosyidi (2014), Total Revenue merupakan penerimaan total yang diterima oleh produsen dari penjualan output-nya. Jumlah ini tentu sama besarnya dengan pengeluaran seluruh konsumen yang membeli output-nya. Rumusnya sebagai berikut:

TR = P x Q Keterangan:

TR : Total Revenue

P : Price (Harga)

Q : Quantity (Jumlah unit)

2.3 Income (Laba)

Menurut Rosyidi (2014), income merupakan selisih antara hasil penjualan output dikurangi biaya untuk menghasilkan output tersebut. Rumusnya sebagai berikut:

I = TR - TC Keterangan:

I : Income

TR : Total Revenue

TC : Total Cost

2.4 Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

Menurut Siregar (2012), B/C Ratio adalah ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya. Dalam batasan besaran nilai B/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Rumusnya sebagai berikut:

B/C Ratio = B / C Kriteria pengujian:

Jika B/C > 1 maka usaha sapi potong layak untuk dikembangkan Jika B/C < 1 maka usaha sapi potong tidak layak untuk dikembangkan

Jika B/C = 1 maka usaha sapi potong itu marginal (tidak untung dan tidak rugi). TR : Total Revenue

P : Price (Harga)

(5)

2.5 Payback Period

Menurut Kadariah (1990) dalam Handayanta, et al., (2013), Payback Period (PBP) dapat dihitung dengan rumus:

Payback Period

=

I

Ab

Keterangan:

I = Besarnya biasa investasi yang diusahakan

Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh usaha pada setiap tahunnya

Kriteria penilaiannya yaitu jika payback period lebih pendek dari maksimum payback period-nya, maka usaha dapat diterima. Proyek akan ditolak jika payback period lebih lama dari maksimum payback period-nya (Riyanto, 2001,

dalam Handayanta, et al., 2013).

2.6 Asumsi-Asumsi Yang Digunakan Dalam Penelitian

Asumsi yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Periode perhitungan dilakukan setiap bulan terhitung dari Januari hingga Desember tahun 2016

2. Output yang dihasilkan oleh usaha ini berupa daging giling, jasa penggilingan, dan pentol bakso

3. Penggilingan daging dilakukan setiap hari dengan produksi harian secara tetap, yakni sebesar 35 kg/hari

4. Pengolahan pentol bakso selama tiga hari sekali memproduksi 5 kg. Dalam sebulan memproduksi secara tetap sebanyak 10 kali produksi

5. Diasumsikan produk pentol bakso dibagi menjadi dua jenis, yakni pentol bakso kelas ekonomis sebesar 80%, dan pentol bakso kelas super sebesar 20%, dari total produksi pentol bakso

6. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2 orang, dengan jam kerja 3-4 jam per hari

7. Biaya adalah nilai yang harus dikeluarkan/dibayarkan untuk dapat menghasilkan output (Rp)

8. Harga adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain (Rp)

9. Kriteria keuntungan usaha didasarkan pada nilai Income, B/C Ratio, dan

(6)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Cahaya Purnama Desa Tepian Baru adalah satu dari beberapa P4S yang tersebar di daerah Kalimantan Timur. Bermula dari beberapa kelompok tani yang kemudian melakukan penggabungan menjadi Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). GAPOKTAN didirikan oleh Bapak Patemo, berdiri pertama kali pada 22 Februari 2008, diketuai oleh Bapak Patemo. Seiring berjalannya waktu dengan mempertimbangkan perluasan usaha GAPOKTAN yang telah ada, diusulkanlah untuk menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan Pelatihan Terpadu (P4S) pada 3 Maret 2015, dengan usulan Ketua P4S Bapak Patemo, Sekretaris Bapak Rudi Hartono, dan Bendahara Suhardin. Pada 30 Desember 2015 terbitlah Surat Keputusan (SK) dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Provinsi Kalimantan Timur, dengan nomor 420.1538/SK.P4S/PENY-BKPP, yang menetapkan berdirinya P4S Cahaya Purnama Tepian Baru dan menetapkan Bapak Patemo sebagai pengelola P4S Cahaya Purnama Tepian Baru sejak surat SK ditetapkan. P4S Cahaya Purnama memiliki usaha pembesaran sapi Bali sebagai usaha utama, serta pengolahan pupuk kandang sebagai usaha sampingan. Sebagaimana yang telah disampaikan diatas bahwa usaha penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso merupakan anak usaha, yang berarti ketiga usaha tersebut adalah bagian dari usaha sampingan dari P4S Cahaya Purnama.

3.1 Usaha Penggilingan Daging Sapi Biaya Tenaga Kerja

Pengelola P4S Cahaya Purnama mempekerjakan sebanyak 2 orang, dengan jam kerja selama 3-4 jam/hari. Upah per hari sebesar Rp 87.500. Pekerjaan dilakukan setiap hari dalam sebulan. Kondisi ini dikarenakan konsumen datang setiap hari untuk membeli daging. Biaya tenaga kerja bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

(7)

Agustus 175.000 5.250.000

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Biaya Operasional

Ternak yang baik memiliki konidisi sehat dan memiliki kondisi yang kuat. Agar mencapai hal itu diperlukan pemeliharaan yang rutin. Pengelola mengeluarkan biaya biaya pada tabel berikut.

Tabel 5. Biaya Operasional Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

Bulan Daging Sapi Bahan BakuPentol DieselSolar Jumlah

Januari 99.750.000 7.200.000 960.000 113.160.000

Jumlah 1.197.000.000 86.400.000 11.520.000 1.357.920.000

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Biaya Alat

Alat adalah benda yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional yang bersifat tidak habis pakai dalam sekali penggunaan. Berbeda dengan bahan yang digunakan sekali pakai dan dalam waktu yang sebentar, alat memiliki ketahanan waktu yang lama dan bisa digunakan berulang-ulang kali. Kegiatan pengelolaan sapi potong menggunakan alat-alat sebagai berikut.

Tabel 6. Biaya Alat Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)

Rincian Kedai PenggilinganAlat Freezer Genset Baskom Pisau Timbangan

Biaya Alat 50.000.000 75.000.000 14.000.000 8.000.000 100.000 100.000 150.000 Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Penyusutan Alat

(8)

karena alat memiliki ketahanan dalam jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, analisis data menggunakan nilai penyusutan bukan berdasarkan nilai asli suatu alat seperti halnya data diatas. Untuk mengetahui penyusutan bisa menggunakan rumus berikut :

Penyusutan =

Jumlah alat

Usia ekonomis

x nilai produk

Tabel 7. Biaya Penyusutan Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)

Rincian Kedai PenggilinganAlat Freezer Genset Baskom Pisau Timbangan Jumlah

Januari 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Februari 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Maret 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

April 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Mei 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Juni 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Juli 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Agustus 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

September 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Oktober 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

November 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Desember 277.778 625.000 116.667 66.667 8.333 8.333 6.250 1.109.028

Jumlah 3.333.333 7.500.000 1.400.000 800.000 100.000 100.000 75.000 13.308.333 Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Total Biaya Usaha Penggilingan Sapi

Secara keseluruhan biaya untuk usaha penggilingan daging sapi telah diketahui. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan secara keseluruhan nilai jumlah untuk tiap sub bagian yang telah dibagi sebelumnya. Detail perhitungan ada pada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Total Biaya Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

Bulan Biaya Tenagakerja OperasionalBiaya PenyusutanBiaya Jumlah Januari 5.250.000 113.160.000 1.102.778 114.275.278

(9)

Penerimaan

Sebagaimana dipaparkan pada asumsi diatas bahwa ada tiga output yang dihasilkan dari pengolahan daging sapi, yakni penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso. Daging giling dijual seharga Rp 120.000/kg, dalam sehari rata-rata habis terjual sebanyak 35 kg. Dalam sehari penerimaan penjualan daging sebesar Rp 4.200.000. Maka dalam sebulan penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 126.000.000.

Jasa penggilingan daging dikenakan harga sebesar Rp 10.000/kg. Jasa penggilingan daging mengikuti jumlah daging yang terjual yakni 35 kg/hari. Dalam sehari penerimaan dari jasa penggilingan daging sebesar Rp 350.000. Penerimaan dalam sebulan sebesar Rp 10.500.000.

Pentol bakso kelas ekonomi seharga Rp 1.000.000/5 kg, sedangkan kelas super seharga Rp 1.100.000/5 kg. Penjualan pentol bakso kelas ekonomi rata-rata per bulan sebanyak 40 kg, yang jika di Rupiahkan sebesar Rp 8.000.000. Penjualan pentol bakso kelas super rata-rata per bulan sebanyak 10 kg, atau sebesar Rp 2.200.000.

Data pemasukan penjualan dan pendapatan usaha penggilingan daging sapi terlampir dibawah ini.

Tabel 9. Penerimaan Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

Bulan PenggilinganDaging PenggilinganJasa Pentol Bakso Jumlah Januari 126.000.000 10.500.000 10.200.000 146.700.000

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Tabel 10. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Bali (Rp)

(10)

Juni 146.700.000 114.275.278 32.424.722 Juli 146.700.000 114.275.278 32.424.722 Agustus 146.700.000 114.275.278 32.424.722 September 146.700.000 114.275.278 32.424.722 Oktober 146.700.000 114.275.278 32.424.722 November 146.700.000 114.275.278 32.424.722 Desember 146.700.000 114.275.278 32.424.722 Jumlah 1.760.400.000 1.371.303.333 389.096.667

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

3.2 Analisis Kelayakan Usaha Daging Sapi

Analisis ini merupakan analisis gabungan dari usaha pengolahan daging sapi, yakni penggilingan daging, jasa penggilingan, dan pengolahan pentol bakso. Tujuannya adalah mengetahui apakah usaha penggilingan daging di P4S telah menguntungkan atau belum.

Berikut adalah analisis usahanya.

Tabel 11. Analisis Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

Analisis

Pendapatan Nilai Kriteria Hasil

Pendapatan 389.096.667 Pendapatan > 0 Layak B/C Ratio 1,28 B/C Ratio > 1 Layak

Payback Period 1,004 atau 1 tahun Payback Period < usaha = layak Layak

Sumber: P4S Cahaya Purnama (diolah dan dianalisis)

Jika memperhatikan pada tabel diatas diketahui bahwa nilai pendapatan memperoleh surplus sebesar Rp 389.096.667. Ini berarti usaha tersebut layak dan perlu diteruskan. Nilai B/C Ratio 1,28, yang artinya lebih besar dari 1. Nilai

Payback Period 1,004 atau 1 tahun artinya usaha ini akan layak ditinjau dari waktu usaha selama ini yakni 2 tahun. Berdasarkan kriteria diatas maka usaha ini layak, sehingga perlu diteruskan untuk menambah pemasukan bagi P4S Cahaya Purnama.

4. Kesimpulan dan Saran

(11)

sehingga perlu diteruskan untuk menambah pemasukan bagi P4S Cahaya Purnama.

Berikut ini adalah saran-saran yang perlu mendapat perhatian adalah: 1. Pengelola perlu menaikkan produksi daging dari yang sebelumnya 35 kg/hari. Hal ini melihat jika dengan jumlah produksi harian sudah mampu untuk mendapatkan untung yang besar, maka jika kedepannya produksi harian naik tentu akan membuka peluang untung yang lebih besar lagi.

2. Jika kedepannya pengelola menambah kapasitas produksi penggilingan daging lebih dari 35 kg/hari, pengelola perlu mempertimbangkan menambah tenaga kerja sebanyak satu orang untuk mempercepat proses produksi daging.

Daftar Pustaka

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2012. DataTernak Kabupaten Kutai Timur 2011. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2013. Data Ternak Kabupaten Kutai Timur 2012. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2014. Data Ternak Kabupaten Kutai Timur 2013. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2015. Data Ternak Kabupaten Kutai Timur 2014. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, Sangatta

Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur. 2016. Data Ternak Kabupaten Kutai Timur 2015. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kutai Timur, Sangatta

Handayanta, E., Rahayu, E.T., dan Sumiyati, M. 2016. Analisis Finansial Usaha Peternakan Pembibitan Sapi Potong Rakyat Di Daerah Pertanian Lahan Kering, Studi Kasus di Wilayah Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sains Peternakan. 14 (1) “http://bit.ly/2v0mcBe” diakes pada 6 Juni 2017

Nasaruddin, M., Utama, S.P., dan Andani, A. 2015. Nilai Tambah Pengolahan Daging Sapi Menjadi Bakso Pada Usaha Al-Hasanah di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan. AGRISEP. 14 (1) “http://bit.ly/2sItjie”, diakses pada 20 Feburari 2018

(12)

Rahardja, P., dan Manurung, M. 2010. Teori Ekonomi Mikro; Suatu Pengantar. Universitas Indonesia, Jakarta

Rosyidi, S. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi dan Makro. Rajawali Pers, Jakarta

Gambar

Tabel 4.  Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Tabel 5.  Biaya Operasional Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)Bahan BakuSolar
Tabel 8.  Total Biaya Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)
Tabel 11.  Analisis Usaha Penggilingan Daging Sapi (Rp)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan harga dan permintaan daging sapi di Kota Medan; dan untuk menganalisis pengaruh faktor- faktor harga daging sapi,

ADITYA HADIWIJOYO. Analisis Permintaan dan Penawaran Domestik Daging Sapi Indonesia. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sri

RESTI PRASTIKA DESTIARNI. Analisis Permintaan Daging Sapi Impor Indonesia. Dibimbing oleh SUHARNO dan NETTI TINAPRILLA. Daging sapi merupakan komoditas yang

Konsumsi daging sapi ideal adalah jumlah daging sapi segar, daging sapi olahan industri, daging sapi dari makanan jadi, hati, dan jeroan yang seharusnya dimakan oleh rumah

Hasil proyeksi lima tahun ke depan dari tingkat populasi dan produksi daging sapi di Provinsi Bali menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2015 populasi sapi bali akan

Sedangkan pada tingkat elastisitas, harga impor daging sapi bersifat elastis terhadap impor daging sapi sebesar -1,2147, elastisitas rasio kecukupan bersifat hampir elastis

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan daging sapi di Kabupaten Jember adalah harga daging sapi,

Impor Daging Sapi IndonesiaTahun 1989-2019 dalam Ton Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa perkembangan impor daging sapi di Indonesia mengalami