• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Bobby Aldian Praja, Yuswanto, Marlia Eka Putri

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jl. Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung 35145

Email: bobbyaldianpraja @yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Alasan penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung (2) Penerapan

prinsip-prinsip good governance dalam penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Alasan penerapan prinsip-prinsip good governance dalam

proses penyusunan APBD adalah konsekuensi otonomi daerah, Peningkatan kepercayaan

masyarakat terhadap kinerja pemerintah kota dan maksimalisasi profesionalisme kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (2) Penerapan prinsip-prinsip good governance

dalam proses penyusunan APBD, adalah: (a) Prinsip partisipasi dilakukan dengan

melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Bedah APBD, yaitu masyarakat

memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan

RAPBD kepada DPRD. (b) Prinsip kepastian hukum, di mana penyusunan APBD

dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan dengan penyusunan

Peraturan Daerah Tentang APBD. (c) Prinsip transparasi, proses penganggaran APBD

dilakukan secara transparan, akuntabel dan alokasi anggaran harus dapat menjawab

permasalahan riil masyarakat. APBD bersifat terbuka, melibatkan berbagai pihak dalam

penyusunannya (d) Prinsip akuntabilitas di mana penyusunan APBD dapat dipertanggung

jawabkan dan sesuai dengan perundang-undangan.

Kata Kunci: Prinsip, Good Governance, RAPBD

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine: (1) The reason the implementation of the

(2)

Implementation of the principles of good governance in the preparation of the budget draft

Bandar Lampung. The results showed: (1) The reason for the implementation of the

principles of good governance in the budget process is a consequence of local autonomy,

Increased public confidence in the performance of the city government and the maximization

of professionalism Local Working Units (2) Implementation of the principles of good

governance the budget process, are: (a) the principle of participation is done by involving the

community in the activities of surgery budget, namely the public to provide input orally or in

writing in order to prepare or budget draft to parliament discussion. (b) The principle of

legal certainty, where the budget process is guided by the legislation with the preparation of

the Local Regulation about Budgets. (c) The principle of transparency, the budget budgeting

process is done in a transparent, accountable and budget allocations should be able to

answer the real problems of society. Budgets are open, involving various stakeholders in the

formulation (d) the principle of accountability in the budget process can be justified and in

accordance with the statutory mandate.

Keywords: Principles, Good Governance, Local Budget Dratf

I. Pendahuluan

Penyelenggaraan pemerintahan dimaksudkan

untuk mencapai tujuan negara, yang dalam

pelaksanaaannya perlu dikelola dalam suatu

sistem pengelolaan keuangan negara.

Pengelolaan keuangan negara sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945, perlu

dilaksanakan secara professional, terbuka,

dan bertanggung jawab untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang

diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang harus dilaksanakan dengan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance).

Salah satu konsep good governance yang

sering dipakai adalah yang dicanangkan

badan PBB yakni United Nations

Development Program (UNDP) telah dapat

dipertanggungjawabkan sebagai prinsip

penyelenggaraan pemerintahan yang

akuntabel. Beberapa negara maju telah

berhasil mengembangkan ekonomi dan

keberhasilan mewujudkan stabilitas politik

dengan menerapkan prinsip good

governance. Diharapkan dengan paradigma

good governance tersebut dapat menjadi

(3)

mewujudkan suatu pemerintahan yang baik.

1

Sesuai dengan asas desentralisasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan Negara,

sebagian kekuasaan Presiden diserahkan

kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku

pengelola keuangan daerah. Suatu daerah

akan dapat menyelenggarakan urusan rumah

tangganya sendiri jika memiliki

sumber-sumber keuangan yang memadai. Salah satu

kriteria penting untuk mengetahui secara

nyata kemampuan daerah dalam mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri

adalah kemampuan self supporting dalam

bidang keuangan. Faktor keuangan

merupakan faktor esensial dalam mengukur

tingkat kemampuan daerah dalam

melaksanakan otonomi.

Penerapan prinsip good governance

tentunnya membawa paradigma baru

perencanaan keuangan daerah dan APBD

yang dilatar belakangi oleh meningkatnya

tuntutan masyarakat di era reformasi

terhadap pelayanan publik yang ekonomis,

efisien, efektif, transparan, akuntabel dan

responsif. Hal tersebut perlu dilakukan untuk

menghasilkan anggaran daerah yang

benar-benar mencerminkan kepentingan

masyarakat daerah setempat terhadap

1 Dadang Solihin, Hasil Uji Coba Pengukuran

Good Governance Index,Final Workshop CGI, Jakarta,2008. hlm 2

pengelolaan keuangan daerah secara

ekonomis, efisien, dan efektif.Asas umum

pengelolaan keuangan daerah dikelola secara

tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

transparan, dan bertanggung jawab dengan

memperhatikan keadilan, kepatutan, dan

manfaat bagi masyarakat

Pemerintahan yang mengedepankan prinsip

good governance mengandung makna bahwa

semua warga masyarakat mempunyai suara

dalam pengambilan keputusan, baik secara

langsung maupun melalui lembaga-lembaga

perwakilan sah yang mewakili kepentingan

mereka.

Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun

berdasarkan kebebasan berkumpul dan

mengungkapkan pendapat, serta kapasitas

untuk berpartisipasi secara konstruktif.

Dengan demikian anggaran dalam setiap

proses mulai dari penyusunan, pembahasan

dan impelementasi maupun evaluasinya

tidak pernah lepas dari konteks relasi politik.

Meski demikian seringkali yang relasi

politik tersebut belum mengartikulasi dan

mengakomodasi kepentingan masyarakat ke

dalam anggaran, bahkan yang terjadi justru

semakin menjauh dari kepentingan

masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi

(4)

bersikap terhadap setiap kebijakan

pemerintah termasuk kebijakan anggaran.

Penerapan prinsip good governance dalam

penyusunan RAPBD memungkinkan

keterlibatan masyarakat dalam proses

penyusunan anggaran. Anggaran memiliki

dampak yang luas yang meliputi seluruh

aspek kehidupan masyarakat. Namun tidak

jarang kalangan tertentu dari masyarakat

yang terpinggirkan karena sumberdaya

ekonomi dan kemampuan untuk

mempengaruhi kebijakan kurang memiliki

akses untuk terlibat dalam proses

penyusunan kebijakan politik termasuk

penyusunan APBD. Sebagai sebuah produk

politik, anggaran merefleksikan relasi politik

antara aktor yang berkepentingan terhadap

alokasi sumber daya, dengan pemerintah

sebagai pemegang otoritas untuk

melaksanakan fungsi alokasi. Relasi

kekuasaan tersebut berpengaruh terhadap

bentuk kebijakan yang dilahirkan berikut

konsekuensi anggarannya

Masalah yang melatarbelakangi penelitian

ini adalah penyusunan RAPBD harus

memenuhi prinsip transparansi atau

keterbukaan sebagai perwujudan dari tata

kelola pemerintahan yang baik (good

governance), tetapi masyarakat masih

kurang mendapatkan informasi mengenai

transparansi penyusunan perencanaan

keuangan daerah tersebut. Hal ini sesuai

dengan permasalahan yang dihadapi dalam

hal pengelolaan anggaran daerah di era

otonomi daerah adalah masyarakat luas

relatif merasa kesulitan untuk mendapatkan

akses informasi mengenai penyusunan

anggaran, sehingga berkembang anggapan

bahwa pengelolaan anggaran merupakan

kewenangan dari pemerintah daerah dan

DPRD, padahal semestinya tidak demikian,

sebab otonomi daerah harus mencerminkan

adanya keterbukaan dalam hal penyusunan

dan pengelolaan anggaran publik2.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengapa prinsip-prinsip good

governance perlu diterapkan dalam

penyusunan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD) di Kota Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip

good governance dalam penyusunan

Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (RAPBD) di Kota

Bandar Lampung?

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan penerapan

prinsip-prinsip good governance dalam

penyusunan Rencana Anggaran

2 Ali Hasan. Tata Pemerintahan Menunjang

(5)

Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD) di Kota Bandar Lampung

2. Untuk mengetahui penerapan

prinsip-prinsip good governance dalam

penyusunan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD) di Kota Bandar Lampung

II. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang digunakan adalah

yuridis normatif dan pendekatan yuridis

empiris. Pengumpulan data dilakukan

dengan studi pustaka dan studi lapangan.

Data dianalisis secara kualitatif. Prosedur

pengumpulan data dilakukan dengan teknik

studi pustaka dan studi lapangan. Analisis

data dilakukan secara kualitatif.

III. Pembahasan

A. Alasan Penerapan Prinsip-Prinsip

Good Governance dalam Proses Penyusunan RAPBD di Kota Bandar

Lampung

1. Konsekuansi Penyelenggaraan Otonomi

Daerah

Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku

Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

konsekuensi dari pemberlakuan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, yaitu pemberian

otonomi kepada daerah kabupaten/kota

didasarkan atas asas desentralisasi dalam

wujud otonomi yang luas, nyata dan

bertanggung jawab. Pemberian kewenangan

tersebut menyangkut penentuan kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengendalian dan evaluasi guna menjamin

perkembangan dan pembangunan di daerah.

Pemberian kewenangan dilaksanakan secara

proporsional yang diwujudkan dengan

pengaturan, pemberian dan pemanfaatan

sumber daya nasional yang berkeadilan,

serta perimbangan keuangan pusat dan

Daerah.

Implikasinya adalah daerah memiliki

kewenangan membuat kebijakan daerah

untuk mengatur urusan pemerintahannya

sendiri. Kewenangan daerah mencakup

seluruh kewenangan dalam bidang

pemerintahan, kecuali bidang politik luar

negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, monet

er fiskal nasional dan agama yang diatur

dalam ketentuan Pasal 10 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Secara spesifik urusan

(6)

diatur dalam ketentuan Pasal 13 dan 14,

yang telah diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Dalam rangka

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah. Untuk

menjalankan urusan pemerintahan daerah

sebagaimana dimaksud Peraturan

Pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah

memerlukan perangkat Peraturan

Perundang-Undangan.

2. Peningkatan Kepercayaan Masyarakat

kepada Pemerintah Kota

Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku

Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya

semaksimal mungkin mewujudkan

pemerintahan yang baik kebijakan

pembangunan diarahkan untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap kinerja aparatur pemerintah yang

profesional, produktif, efektif, efisien,

transparan dan akuntabel dalam rangka

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3. Maksimalisasi Profesionalisme Kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah

Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku

Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

alasan lain penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam proses penyusunan APBD

Kota Bandar Lampung adalah untuk

memaksimalkan profesionalisme kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat

Daerah, yaitu dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, kepala daerah perlu

dibantu oleh perangkat daerah yang dapat

menyelenggarakan seluruh urusan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintahan daerah. Hal ini selaras dengan

Pasal 128 Ayat (1) dan Ayat (2)

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Susunan dan

Pengendalian Organisasi Perangkat Daerah

dilakukan dengan berpedoman pada

peraturan pemerintah.

Pemerintahan daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip Negara Kesatuan Republik

(7)

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah

adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan Peraturan Perundang-Undangan.

Perangkat daerah kabupaten/kota adalah

unsur pembantu kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat

DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah,

kecamatan, dan kelurahan. Pembentukan

Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan

dengan peraturan daerah dengan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi

Perangkat Daerah. Peraturan daerah

mengatur mengenai susunan, kedudukan,

tugas pokok organisasi perangkat daerah.

Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja diatur

lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur/Bupati/Walikota.

Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya

menciptakan kinerja aparatur pemerintahan

Kota Bandar Lampung yang profesional dan

bertanggung jawab yang dilakukan dengan

melakukan optimalisasi dan efisiensi

keuangan daerah, yang bertujuan untuk

pengalokasian anggaran keuangan daerah

yang efisien dalam rangka pemenuhan

kebutuhan pembangunan, terciptanya

pengelolaan keuangan daerah yang efisien

dan efektif.

B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good

Governance dalam Penyusunan Rencana APBD Kota Bandar

Lampung

1. Penerapan Prinsip Partisipasi

Menurut keterangan Rustam selaku anggota

Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

penerapan prinsip partisipasi dalam proses

penyusunan Rencana APBD Kota Bandar

Lampung berdasarkan konteks good

governance memungkinkan keterlibatan

masyarakat dalam proses penyusunan

anggaran. Anggaran memiliki dampak yang

luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Namun tidak jarang kalangan

tertentu dari masyarakat yang terpinggirkan

karena sumberdaya ekonomi dan

kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan

kurang memiliki akses untuk terlibat dalam

proses penyusunan kebijakan politik

termasuk penyusunan RAPBD. Sebagai

produk politik, anggaran merefleksikan

(8)

berkepentingan terhadap alokasi sumber

daya, dengan pemerintah sebagai pemegang

otoritas untuk melaksanakan fungsi alokasi.

Relasi kekuasaan tersebut berpengaruh

terhadap bentuk kebijakan yang dilahirkan

berikut konsekuensi anggarannya.

Asas keterbukaan terdapat dalam negara

demokrasi. Hal ini mengandung makna

bahwa pemerintahan negara tetap di bawah

kontrol masyarakat, salah satunya adalah

melalui keterbukaan (publicity) dalam

pengambilan keputusan. Keterbukaan dalam

pengambilan keputusan merupakan suatu

keharusan, karena pemerintah bertindak

demi dan atas nama seluruh masyarakat,

maka seluruh masyarakat berhak untuk

mengetahui apa yang dilakukannya. Bukan

saja berhak mengetahui, juga berhak

berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan. Hakikat pentingnya partisipasi

masyarakat dalam penyusunan anggaran

adalah:

a) Memberikan landasan yang lebih baik

untuk pembuatan kebijakan publik dalam

menciptakan suatu good governance.

b) Memastikan adanya implementasi yang

lebih efektif karena warga mengetahui

dan terlibat dalam pembuatan kebijakan

publik.

c) Meningkatkan kepercayaan warga

kepada eksekutif dan legislatif.

d) Efisiensi sumber daya, sebab dengan

keterlibatan masyarakat dalam

pembuatan kebijakan publik dan

mengetahui kebijakan publik, maka

sumber daya yang digunakan dalam

sosialisasi kebijakan publik dapat

dihemat.

Partisipasi masyarakat ini merupakan salah

satu bentuk partisipasi politik yang sangat

penting dalam rangka menciptakan good

governance. Masyarakat berhak memberikan

masukan secara lisan atau tertulis dalam

rangka penyiapan atau pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

2. Penerapan Prinsip Kepastian Hukum

Menurut keterangan Rustam selaku anggota

Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

penerapan prinsip aturan hukum (rule of

law) dalam proses penyusunan Rencana

APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan

konteks good governance berkaitan dengan

penerapan aturan hukum dan

perundang-undangan yang berkeadilan serta harus

ditegakkan dan dipatuhi secara utuh dalam

penyusunan anggaran. Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 sendiri telah

disepakati oleh Pemerintah bahwa Pusat dan

seluruh Pemerintah Daerah sebagai Omnibus

(9)

perundangan yang menjadi acuan dalam

Pengelolaan Keuangan daerah guna

menjawab perbedaan penafsiran yang

tertuang dalam berbagai peraturan

perundangan tentang Pengelolaan Keuangan

daerah, secara operasional telah diatur lebih

lanjut dalam Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan daerah yang kemudian

diperbaharui lewat Permendagri Nomor 59

Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik

harus didasarkan pada pengaturan hukum

yang baik pula. Penyelenggaraan

pemerintahan yang didasarkan pada hukum

mengatur hubungan antara pemerintah

dengan masyarakat. Penerapan prinsip

kepastian hukum dalam penyelenggaraan

pemerintahan merupakan instrumen yuridis

Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam

melakukan pengaturan, pelayanan, dan

perlindungan bagi masyarakat. Selain itu

sebagai aturan normatif tentang bagaimana

pemerintahan dijalankan.

Penerapan prinsip kepastian hukum

mengandung makna bahwa dalam kaitannya

dengan penyusunan Rencana APBD, maka

Pemerintah melaksanakannya dengan

berdasar pada peraturan

perundang-undangan atau berdasarkan pada legalitas.

Artinya pemerintah tidak dapat melakukan

tindakan pemerintahan tanpa dasar

kewenangan. Ketentuan bahwa setiap

tindakan pemerintahan ini harus didasarkan

pada asas legalitas. Penerapan prinsip

kepastian hukum mengandung beberapa

fungsi yaitu fungsi normatif menyangkut

penormaan kekuasaan memerintah dalam

upaya mewujudkan pemerintahan yang

bersih. Fungsi instrumental berarti

menetapkan instrumen yang digunakan oleh

pemerintah untuk menggunakan kekuasaan

memerintah. Adapun fungsi jaminan adalah

fungsi untuk memberikan jaminan

perlindungan hukum bagi rakyat.

3. Penerapan Prinsip Transparasi

Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku

Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota

Bandar Lampung, diketahui bahwa

penerapan prinsip tranparansi (transparancy)

dalam proses penyusunan Rencana APBD

Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks

good governance diwujudkan dalam

kebebasan aliran informasi. Dalam kaitanya

dengan penyusunan anggaran, proses

penyusunan kelembagaan yang terkait dan

anggaran yang tersusun harus disediakan

dalam bentuk yang memadai dan mudah

(10)

Pada hakekatnya, anggaran bersumber dari

rakyat dan menjadi instrumen penting dalam

menggerakkan roda pembangunan. Terutama

dalam rangka mewujudkan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat. artinya, segala

sesuatu menyangkut pembangunan tidak

terlepas dari peran dan fungsi anggaran.

Instrumen utama untuk mengukur komitmen

pemerintah kepada masyarakat, salah

satunya diukur dengan sejauhmana proses

penganggaran dilakukan secara transparan,

akuntabel dan yang lebih penting lagi,

alokasi anggaran harus dapat menjawab

problem riil masyarakat. Anggaran publik

memiliki tipikal yaitu bersifat terbuka,

melibatkan berbagai aktor dalam

penyusunannya, mempergunakan dokumen

anggaran sebagai bentuk akuntabilitas

publik, dan adanya keterbatasan yang harus

diperhatikan.

APBD sebagai anggaran publik ketika

hendak disusun harus dapat menyajikan

informasi secara terbuka dan mudah diakses

oleh masyarakat. Meliputi tujuan, sasaran

dan sumber pendanaan pada setiap

jenis/objek belanja. Sekaligus menarik

korelasi antara besaran anggaran dengan

manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari

suatu kegiatan yang dianggarkan. Setiap

pengguna anggaran harus dapat bertanggung

jawab terhadap penggunaan sumber daya

yang dikelola untuk mencapai hasil yang

ditetapkan.

Pentingnya transparansi anggaran bagi

pelaksanaan fungsi pemerintahan dan

menjalankan mandat dari rakyat. Dengan

transparansi, kebohongan sulit untuk

disembunyikan. Karena itu menjadi

instrumen penting untuk menyelematkan

uang rakyat dan mencegah terjadi perbuatan

korupsi politik dan penggelapan uang

rakyat. Di sisi lain transparansi anggaran

juga menjadi penting untuk membuka

partisipasi dan kontrol masyarakat terhadap

proses penganggaran sekaligus untuk

menilai dan mengukur kinerja pemerintahan

dan institusi yang memberi pelayanan

kepada masyarakat. Dengan kata lain

transparansi anggaran mengacu kepada

sejaumana publik dapat memperoleh

informasi atas aktivitas keuangan

pemerintah dan implikasinya secara

komprehensif, akurat dan tepat waktu.

Transparansi anggaran mengacu pada

keterbukaan dalam masyarakat dalam hal

fungsi dan struktur pemerintahan, tujuan

kebijakan fiskal, sektor keuangan publik,

dan proyeksi-proyeksinya. Ini berarti

informasi mengenai aktifitas pemerintah

harus mempunyai akses yang dapat di

(11)

4. Penerapan Prinsip Akuntabilitas

Menurut keterangan Rustam selaku anggota

Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota

Bandar Lampung, maka diketahui bahwa

penerapan prinsip akuntabilitas

(accountability) dalam proses penyusunan

Rencana APBD Kota Bandar Lampung

berdasarkan konteks good governance

menuntut para pengambil kebijakan dan

pelaksana kebijakan untuk memiliki

pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada

publik (masyarakat umum) sebagaimana

halnya kepada para pemilik (stake holders).

APBD merupakan parameter dalam

menentukan maju atau tidaknya suatu daerah

atau progress report yang dilakukan dengan

pendekatan anggaran kinerja atau

performance budgeting system yang

mengutamakan upaya pencapain hasil atau

output daerah. Dengan kata lain APBD

merupakan dekumen penting bagi suatu

daerah, karena dalam APBD tergambar

pendapatan, sumber-sumber pendapatan dan

belanja daerah baik berupa belanja

pembangunan maupun belanja rutin, terlebih

lagi diera otonomi daerah saat ini, di mana

daerah dituntut kemam puannya untuk

mencari sumber-sumber pendapatan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan sebagai

daerah otonom, serta diberikan kewenangan

untuk membelanjakan pendapatan tersebut

secara baik dan benar sesuai dengan

kebutuhan yang terdapat dalam masyarakat.

Penjelasan di atas sesuai dengan

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

yang berimplikasi bahwa pemerintah daerah

memiliki kebebasan untuk mengalokasikan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan

sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah

masing-masing. Pelaksanaan otonomi daerah

dan desentralisasi fiskal membawa

konsekuensi pada perubahan pola

pertanggung jawaban daerah atas

pengalokasian dana yang telah dimiliki.

Penyelenggaraan otonomi daerah diimbangi

dengan kebebasan untuk mengalokasikan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan

sesuai dengan prioritas dan kebutuhan

daerah masing-masing.

Pemerintahan daerah diharapkan dapat

melakukan optimalisasi belanja yang

dilakukan secara efisien dan efektif untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perangkat pemerintah daerah harus memiliki

kemampuan dan pengetahuan yang memadai

dalam perencanaan dan perumusan

kebijakan strategis daerah, termasuk proses

dan pengalokasian anggaran belanja daerah

agar pelaksanaan berbagai kegiatan

pelayanan oleh pemerintah daerah dapat

berjalan secara efisien dan efektif. Otonomi

(12)

penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi dibiayai atas

beban Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD), di sisi lain pembiayaan

pembangunan secara bertahap akan menjadi

beban pemerintah daerah. Keadaan ini akan

semakin memperkuat tekanan internal

kepada keuangan daerah karena peranan

sumbangan dan bantuan pusat dalam

pembiayaan pembangunan daerah akan

semakin kecil. Bantuan pusat dalam

pembiayaan pembangunan hanya akan

diberikan untuk menunjang pengeluaran

pemerintah, khususnya untuk belanja

pegawai dan program-program

pembangunan yang hendak dicapai.

Seiring dengan otonomi daerah perspektif

perubahan yang diinginkan dalam

pengelolaan keuangan daerah dan anggaran

daerah sebagai upaya pemberdayaan

pemerintah daerah di antaranya adalah harus

bertumpu pada kepentingan publik (public

oriented), kejelasan tentang misi

pengelolaan keuangan daerah pada

umumnya dan anggaran daerah pada

khususnya dan desentralisasi pengelolaan

keuangan dan kejelasan peran para

partisipan yang terkait dalam pengelolaan

anggaran seperti DPRD, Kepala Daerah,

Sekretaris Daerah dan perangkat daerah lain

serta masyarakat.

III. Kesimpulan

1. Alasan penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam proses penyusunan

Rencana APBD Kota Bandar Lampung

adalah karena:

a. Konsekuensi otonomi daerah, yaitu

menuntut pemerintah daerah untuk

menyelengarakan pemerintahan yang

menjamin kepastian hukum,

keterbukaan, profesional dan

akuntabel, pemerintahan yang

menghormati Hak Asasi Manusia dan

pelaksanaan demokrasi,

pemerintahan yang dapat

meningkatkan pemberdayaan

masyarakat dan mengutamakan

pelayanan prima kepada masyarakat

tanpa diskriminasi, serta

pemerintahan yang

mengakomodasikan kontrol sosial

masyarakat.

b. Peningkatan kepercayaan masyarakat

terhadap kinerja pemerintah kota

profesional, produktif, efektif,

efisien, transparan dan akuntabel

dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

c. Maksimalisasi profesionalisme kerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) secara profesional dan

bertanggung jawab dalam rangka

(13)

dan terciptanya pengelolaan

keuangan daerah yang efisien dan

efektif.

2. Pemerintah dan Dewan Perwakilan

Daerah Kota Bandar Lampung telah

menerapkan prinsip-prinsip good

governance dalam proses penyusunan

Rencana APBD, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip partisipasi (participation),

dilakukan dengan melibatkan peran

serta masyarakat atau stakeholder

dalam kegiatan Bedah APBD, yaitu

masyarakat bisa memberikan

masukan secara lisan atau tertulis

dalam rangka penyiapan atau

pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah Tentang APBD kepada

DPRD Kota Bandar Lampung.

b. Prinsip kepastian hukum (rule of

law), di mana penyusunan Rencana

APBD dilaksanakan dengan

berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku

atau memenuhi asas legalitas agar

APBD yang disusun memiliki

kepastian hukum. Prinsip ini

diwujudkan dengan penyusunan

Peraturan Daerah Tentang APBD.

c. Prinsip transparasi (transparency), di

mana proses penganggaran APBD

dilakukan secara transparan,

akuntabel dan alokasi anggaran harus

dapat menjawab permasalahan riil

masyarakat. APBD bersifat terbuka,

melibatkan berbagai pihak dalam

penyusunannya.

d. Prinsip akuntabilitas (accountability),

di mana penyusunan Rencana APBD

dapat dipertanggung jawabkan dan

sesuai dengan amanat

perundang-undangan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam. Menggapai

kedaulatan Untuk Rakyat. Mizan,

Bandung. 2004.

Effendi, Taufiq. 2006. Upaya

Pemerintah Meningkatkan

Pelayanan Publik: Standar

Pelayanan Minimal, Jurnal

Demokrasi dan HAM. Jakarta.

Hasan, Ali. 2009. Tata Pemerintahan

Menunjang Pembangunan

Manusia Berkelanjutan. Rajawali

Press. Jakarta

Kaho, Josef Riwo. 2002.Prospek

Otonomi Daerah di Negara

(14)

Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhinya,Penerbit

Rajawali Press,Jakarta.

Krina, Loina Lalolo. 2005. Indikator dan

Alat Ukur prinsip Akuntabilitas,

Transparansi dan Partisipasi,

Sekretariat Good Public Governance

Badan Perencanaan. Jakarta.

Mardiasmo,2003.Pewujudan

Transparansi dan Akuntabilitas

Publik Melalui Akuntansi Sektor

Publik, Candra Press, Pati.

Rochman, Meuthia Ganie. 2003. Good

governance : Prinsip, Komponen

dan Penerapannya. Pelita Ilmu.

Jakarta.

Ritonga, Irwan Taufiq. 2006.

Perencanaan dan Penganggaran

Daerah, Andi Offset. Yogyakarta

2006

UUD 1945 dan Perubahan-Perubahan

UUD 1945.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2008 tentang

perubahan Kedua Atas UU Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi

Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Peraturan Pemrintah Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah

(15)

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan

Referensi

Dokumen terkait

Begitu pula dengan praktikan, praktikan diberi kesempatan untuk mengajar mata pelajaran Seni Budaya (Tari) dan (Rupa) kelas VII dan IX sesuai dengan jurusan yang relevan

Berdasarkan SNI 03-6468-2000, beton yang menggunakan agregat daur ulang dengan penambahan abu kerak boiler 15% pada umur 28 hari dapat digunakan untuk keperluan struktur, karena

Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang berkaitan dengan kurangnya informasi yang didapat ditandai dengan kebiasaan makan pasien yang tidak menerapkan gizi

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peran peran pemerintah berkaitan dengan pemagangan

Kalau upaya agar kinerja karyawan dapat mencapai target biasanya kita menentukan berapa banyak orderan yang masuk setelah itu karyawan tanggung jawab dengan orderan

Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu menentukan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelehan yang berarti, dan tubuh masih memiliki tenaga

kecenderungan naik... Namun ternyata kondisi ini tidak bertahan lama. Pada tahun 2003 sampai 2004 besarnya rasio mulai mengkhawatirkan karena mengalami kenaikan yang sangat

Hasil penelitian dengan menerapkan metode KWL pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman