• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUT 3 Faktor Prod dlm Usahaternak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUT 3 Faktor Prod dlm Usahaternak"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN USAHA TERNAK

(2)

Pendahuluan

Faktor produksi: segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menghasilkan produk/jasa =

input

Faktor-faktor produksi terdiri atas: lahan,

modal, tenaga kerja, dan manajemen

Terkait dengan faktor-faktor produksi di atas,

maka materi pada pertemuan ini:

1. Arti penting Faktor-faktor produksi dalam

Usahaternak

(3)

Arti Penting

Faktor-faktor Produksi

1. Faktor Produksi Lahan

 Lahan  faktor produksi:

a. Relatif langka dibanding dengan faktor produksi lainnya

b. Distribusi penguasaannya di masyakat tidak merata

 Sifat tanah:

a. Luas relatif tetap atau dianggap tetap b. Tidak dapat dipindah-pindahkan

(4)

 Dalam usahaternak  Misal: Peternakan ruminansia

 Sebagian besar peternakan rakyat = lahan sempit; langka: kebun rumput

 Masalah lahan dlm usahaternak:

a. Perpecahan (division); b. Perpencaran (fragmentation) lahan

 Penyebab perpecahan dan perpencaran lahan  jual beli, pewarisan, hibah perkawinan dan sistem penyakapan (tenancy).

(5)

2. Faktor Produksi Modal

 Pada pertanian/peternakan

Arti makro  faktor produksi modal yang disalurkan, dikelola dan dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sektor peternakan dalam arti luas dan merupakan salah satu sektor ekonomi nasional.

Arti mikro  faktor produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu perusahaan peternakan, usahatani ternak maupun suatu usahatani ternak yang masih sederhana.

(6)

Modal pertanian/peternakan

 berbentuk

uang kartal, uang giral, atau dalam bentuk

barang yang dipakai dalam kegiatan produksi.

Perusahaan

 modal: seluruh kekayaan

perusahaan yang digunakan dalam usaha.

Modal perusahaan terbagi atas modal tetap

dan modal tidak tetap.

(7)

A. Modal Tetap Perusahaan

 Modal tetap perusahaan  segala barang modal yang dimiliki perusahaan & dapat digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang bertahun-tahun

(8)

 Berkurangnya kegunaan alat-alat dan barang modal disebabkan karena digunakan terus menerus sehingga sedikit demi sedikit menjadi aus. Berapa cepat proses berkurangnya barang modal tergantung bagaimana cara kita mempergunakan dan memperlakukan barang modal tersebut.

(9)

Yang termasuk ke dalam modal tetap

dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Lahan usaha yang dimiliki

b. Bangunan

c. Ternak

(10)

B. Modal Tidak Tetap Perusahaan

 Modal tidak tetap: modal yang dalam proses produksi habis pakai dan pada tiap pengulangan produksi harus disediakan kembali.

 Modal tidak tetap  tanaman berumur semusim, alat-alat kecil yang lekas rusak, dana eksplotasi, pakan ternak dan termasuk pula diantaranya adalah modal operasional.

 Dalam setiap perusahaan ada penerimaan dan pengeluaran  Sumber Modal

(11)

3. Faktor Produksi Tenaga Kerja

Sektor pertanian/peternakan di Indonesia

tenaga kerja usahaternak rakyat dan tenaga

kerja perusahaan peternakan, perkebunan

serta kehutanan.

Usahaternak rakyat

tenaga kerja: tenaga

keluarga yang terdiri dari ayah sebagai kepala

keluarga serta istri dan anak-anaknya.

Fenomena: anak berusia 12 tahun sudah

menjadi tenaga kerja produktif. T

(12)

Menurut Mubyarto: Peternak tidak hanya

menyumbangkan tenaga (

labor)

saja, tetapi juga

sebagai pemimpin (

manager)

usahatani ternak

yang mengatur organisasi secara keseluruhan. Ia

melaksanakan seluruh fungsi-fungsi manajemen

seperti pengambilan keputusan.

(13)

 Berdasarkan macamnya, tenaga kerja: a. tenaga kerja manusia

b. tenaga kerja ternak c. tenaga kerja mesin

Tenaga kerja manusia: sumbernya = tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga  tenaga kerja luar keluarga = buruh, harus di bayar

 Idealnya: upah dibayar atas dasar prestasi buruh dalam perusahaan, dapat harian, mingguan atau bulanan.

 Indonesia upah buruh pertanian/peternakan ini masih berdasarkan kekuatan fisiknya untuk melakukan pekerjaan kasar.

(14)

 Tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dianggap berbeda  upah berbeda: laki-laki dianggap lebih mampu melakukan kerja kasar = diberi upah yang lebih besar dari pada wanita, sedangkan anak-anak dinilai setengah dari kemampuan pria dewasa.

Perhitungannya:

Jumlah jam kerja produktif satu orang tenaga kerja adalah 8 jam per hari:

a. Pria dewasa ( > 15 tahun) = 8 JKP (jam kerja pria) b. Wanita dewasa (> 15 tahun) = 8 JKW

c. Anak-anak (10-15 tahun) = 8 JKA.

Delapan jam kerja (8 JK) ekivalen dengan satu hari kerja ( 1 HK). Bila tidak ada standar upah untuk tenaga kerja wanita dan anak-anak, maka tingkat upah didasarkan pada standar tingkat upah tenaga kerja pria per hari (1 HKP). 1 HKW ekivalen dengan 0,75 – 0,80 HKP dan 1 HKA ekivalen dengan 0,50 HKP.

(15)

 Ada dua cara pembayaran upah buruh: a. Harian (pekerja tidak tetap)

b. Borongan atau bulanan (sebagai pekerja tetap).

Bagi pekerja tetap, keahliannya biasanya sudah diketahui, dapat tersedia setiap saat, karakter individu diketahui, menguasai tugas dengan baik, akan tetapi pada saat tidak sibuk (tidak ada pekerjaan) merupakan pemborosan biaya karena upah buruh tetap harus dibayar.

Pekerja tidak tetap, hanya dipakai pada saat diperlukan saja sehingga tidak ada pemborosan biaya, tetapi seringkali pada saat sibuk (panen raya) sulit sekali mencari tenaga kerja, dan seandainya ada pun dengan tingkat upah yang tinggi. Keahlian tenaga kerja tidak tetap biasanya tidak diketahui dengan baik, kurang menguasai tugas dengan baik serta hubungan sosial dengan pemilik tidak dekat

.

(16)

Efisiensi Faktor-faktor

Produksi

1.

Efisien Faktor Produksi Lahan

 Efisiensi lahan berhubungan dengan hasil panen per hektar (produktivitas).

 Misalnya: prod rumput gajah 120 ton/ha. Untuk mengetahui efisiensi lahan maka produktivitasnya dibandingkan dengan rata-rata tingkat produksi usaha sejenis pada wilayah yang sama.

 Bila rata-rata produksi rumput di wilayah tersebut 150 ton/ha, maka efisiensi lahannya adalah 0,8.

 Luas lahan turut menentukan skala usaha.

(17)

Metoda Peningkatan Efisiensi Lahan:

a. Konsolidasi lahan

b. Meningkatkan produktivitas

lahan

 tumpangsari atau diversifikasi usaha.

c. Mencegah erosi tanah  pembuatan

terasering

d. Memilih cabang usaha yang

memiliki

keunggulan komparatif yang

paling tinggi.

(18)

2. Efisiensi Faktor Produksi Modal

Efisiensi modal dalam usahaternak menyangkut

produktivitas penggunaan modal itu sendiri, baik

modal berupa modal tetap, modal tidak tetap

maupun modal uang.

Modal tetap: mesin-mesin

tingkat efisiensi

dapat dibandingkan dengan kapasitas produksi

barang modal tersebut.

Modal ternak dan tanaman

efisiensi bisa

dihitung dengan cara membandingkan efisiensi

produksinya dengan usaha sejenis di wilayah yang

sama.

Modal uang

tingkat efisiensi bisa dihitung

berdasarkan tingkat keuntungan yang dicapai

dibandingkan dengan tingkat bunga yang

berlaku.

(19)

• Metoda peningkatan efisiensi modal :

a. Memperoleh kredit usahaternak bunga ringan yang

b. Kredit harus bersifat dinamis

c. Kredit selain sebagai bantuan modal juga perangsang untuk menerima petunjuk dan

bersedia berpartisipasi dalam kegiatan

produksi.

d. Penggunaan teknologi baru baik dalam penentuan bibit unggul, pakan ternak dan peralatan.

e. Penggantian ternak yang sudah tidak produktif

 diafkir

f. Pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan

g. Pembelian mesin-mesin yang dikuasai cara

pengoperasiannya, dan sesuai dengan

kebutuhan serta mudah diperoleh suku cadang. h. Pembuatan kandang sesuai dengan

kebutuhan baik dalam jumlah maupun

kualitasnya.

(20)

3. Efisiensi Faktor Produksi Tenaga Kerja

Efisiensi tenaga kerja dalam bidang pertanian/

peternakan ~ jumlah kerja yang produktif

yang dikerjakan per orang dalam usahatani

ternak.

Makin tinggi tenaga efisiensi tenaga kerja,

makin besar pendapatan yang diterima.

Perhitungan efisiensi tenaga kerja.

Perhitungan efisiensi tenaga kerja dapat

dilakukan

dengan

cara

menghitung

produktivitas tenaga kerja per satuan unit

tenaga kerja, kemudian dibandingkan dengan

rata-rata produktiivitas tenaga kerja untuk

usaha sejenis di wilayah yang sama.

(21)

• Produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Luas lahan per orang (hektar/orang).

Cara ini paling sederhana tetapi tidak tepat bila digunakan pada usaha dengan berbagai jenis tanaman.

b. Ternak per orang (ekor/orang)

Cara ini sangat tepat untuk menghitung efisiensi tenaga kerja

pada usahaternak dengan padang penggembalaan (ranch),

tetapi bila tingkat produksinya beragam, cara ini kurang bernilai.

c. Unit produksi per orang (lt susu/orang, kw padi/orang)

Pada perusahaan dengan tanaman dan ternak yang khusus, maka indikasi efisiensi tenaga kerja yang baik adalah jumlah komoditas yang dihasilkan dibagi oleh ekivalen orang.

d. Ongkos tenaga kerja per hektar.

(22)

Metode Peningkatan Efisiensi Tenaga Kerja

a. Perluasan skala usahatani ternak

b. Perencanaan yang teliti dan pengembangan pembagian tenaga kerja.

c. Penggunaan alat-alat dan mesin-mesin.

d. Perbaikan lay out usahatani ternak dan

pengaturan bangunan.

e. Perbaikan manajemen tenaga kerja: hirarki upah ditetapkan berdasarkan prestasi kerja, Pemberian bonus, Penempatan tenaga kerja secara selektif, Pemberian jaminan sosial, dan Ada hubungan sosial yang baik antara pemilik perusahaan, manajer serta pekerja

f. Latihan yang cukup bagi semua tenaga kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Pdt/PL : Sidang jemaat, Tuhan berkenan hadir dalam ibadah Pembukaan Bulan Misi GKPB, marilah kita merendahkan hati dihadapanNya dan bersama-sama mengucapkan demikian : PL +

Menimbang bahwa setelah majelis hakim mencermati tulisan terdakwa ( Vide Bukti Dokumen Elektronik berupa preent schreen / Print Out Facebook) dan menghubungkannya

Gambar 1 memperlihatkan data serapan senyawa hasil isolasi yang diperoleh dari kulit akar tumbuhan sukun (Artocarpus altilis) terhadap sinar UV yang memberikan serapan maksimum pada

jadi masyarakat disekitar hanya tau bahwa keluarga dari widodo tersebut selalu bahagia sekalipun mereka mengalami permasalahan yang begitu berat, namun saat di Tanya mengapa

Untuk itu salah satu cara untuk menghimpun artikel adalah dengan membangun image yang baik, diantaranya dengan meningkatkan regularitas

Dalam kerangka mendapatkan berbagai potensi, peluang, hambatan dan tantangan dalam pengembangan agroindustri UMKM di Provinsi Jambi, dilakukan survai pada

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka penulis tertarik dan merasa perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan model

Capsula articularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari femur diatas