• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

R. Farida 987

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

SDN 002 SEKIP HULU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

R. Farida SDN 002 Sekip Hulu

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2018 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dikirim : 20 September 2018 Revisi pertama : 22 September 2018 Diterima : 22 September 2018 Tersedia online : 27 September 2018

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terbagi dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas 4 (empat) tahapan yaitu: (1) Rencana Perbaikan, (2) Pelaksanaan Perbaikan, (3) Pengumpulan Data, (4) Refleksi. Penelitian dilakukan di SDN 002 Sekip Hulu, dengan jumlah siswa kelas IV sebanyak 20 siswa Dari dua siklus yang telah di lakukan dapat dilihat bahwa pada siklus 1, jumlah siswa yang mencapai KKM pada UH 1 adalah 12 orang atau 60% dan yang belum mencapai KKM adalah 8 orang atau 40%, setelah mendapat kan hasil tersebut maka peneliti melanjutkan dengan melakukan siklus 2 jumlah siswa yang mencapai KKM pada UH 2 adalah 17 orang atau 85% dan belum mencapai KKM adalah 3 orang atau 15%. Dari hasil

penelitian tersebut tampak jelas bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran koperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPA Siswa SDN 002 Sekip Hulu.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Hasil Belajar, IPA

(2)

R. Farida 988

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara formal. Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga sebagai tempat berkumpul, bermain dan berbagai keceriaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga terjadi interaksi di dalamnya. Sekolah juga merupakan tempat dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung dan tempat terjadinya interaksi antara guru dan murid. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan membawa fitrah yang merdeka, mempunyai hak dan kebebasan yang telah melekat ada dirinya. Oleh karena itu dalam kehidupan, manusia mempunyai hak untuk hidup, hak bersuara, kebebasan mengemukakan pendapat, dan hak yang lainnya selama kebebasan dan hak tersebut tidak bertentangan dengan norma sosial agama.

Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini siswa mempunyai hak dan kebebasan untuk bersuara, berpendapat atau beragumen di dalam kelas yang berkaitan dengan materi pelajaran di kelas. Saat berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seharusnya yang aktif bukanlah gurunya saja, dimana siswa hanya dianggap sebagai suatu benda yang pasif, yang hanya mendengarkan dan mematuhi apa yang disampaikan oleh guru.

Tetapi seharusnya dalam proses KBM antara siswa dan guru secara seimbang dan bersama-sama berinteraksi secara aktif, dalam transfer ilmu pengetahuan baik dari guru ke siswa atau sebaliknya dari siswa ke guru dan dapat juga transfer ilmu antar siswa satu ke siswa yang lainnya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah perwujudan dari Kurikulum Pendidikan Dasar dan menengah, dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan serta berpedoman pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam Kurikulum Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat membantu peserta didik dalam menumbuhkan pengetahuan dan pemahaman untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan kajian antar disiplin ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, konsep, fakta dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu atau masalah-masalah sosial.

(3)

R. Farida 989 Metode mengajar merupakan teknik yang harus dikuasai guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat diterima, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Dalam memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran dan bentuk pengajaran (individu dan kelompok). Metode mengajar ada berbagai macam misalnya : ceramah, diskusi, demonstrasi, inquiri, kooperatif (kelompok) dan masih banyak yang lainnya. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang paling baik, sebab setiap metode mengajar yang digunakan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, dalam mengajar dapat digunakan berbagai metode sesuai materi yang diajarkan.

Pengalaman belajar secara kooperatif akan menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana teman-temannya belajar dan adanya keinginan untuk membantu temannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerjasama dalam melatih keterampilan-keterampilan tertentu.

Menurut observasi yang dilakukan guru masih banyak menggunakan metode yang didominasi metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar atau teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang aktif selama kegiatan belajar berlangsung. Siswa pada umumnya hanya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Di dalam pembelajaranpun siswa belum banyak yang berani bertanya atau berpendapat. Selain itu hanya beberapa anak saja yang berani mengemukakan pendapatnya sehingga terjadi pendominasian bagi anak-anak yang lainnya yang cenderung pasif. Dengan kata lain bahwa keterampilan proses siswa belum berkembang atau belum dimaksimalkan dengan sepenuhnya.

Data menunjukkan bahwa hasil evaluasi atau ulangan harian pada materi pembelajaran ips terakhir juga menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari KKM yang telah ditentukan yaitu 70, hanya 8 siswa yang mampu melampaui KKM dan selebihnya yaitu 12 siswa belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Selain itu mata pelajaran IPA mempunyai nilai terendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Siswa lebih menyukai mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia dibandingkan dengan mata pelajaran IPA.

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar. Yaitu metode yang memuat pengalaman belajar dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar siswa tersebut adalah model pemebelajaran kooperatif tipe STAD.

(4)

R. Farida 990 maupun belajar dari siswa yang lain. Dengan dasar latar belakang inilah maka

dilakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV di SDN 002 Sekip Hulu Tahun Pelajaran 2016/2017.”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu :

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA?

2. Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui :

1. Hasil belajar siswa pokok bahasan koperasi kelas IV mata pelajaran IPS

2. Peningkatan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SDN 002 Sekip Hulu.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan pembelajaran mata pelajaran IPS, khususnya pada kegiatan belajar mengajar (KBM) di Kelas IV SDN 002 Sekip Hulu. Adapun secara detail manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya :

1. Bagi Peneliti

Memberikan sumbangan pikiran sebagai pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian para mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan khususnya peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing

2. Bagi guru

a. Melalui PTK ini guru dapat menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah mengenai model pembelajaran yang bervariasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.

b. Mendorong guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar.

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memanfaatkan segala sumber daya kreatifitas anak yang ada di lingkungan siswa dalam proses pembelajaran sehingga keterampilan proses siswa dapat dimaksimalkan.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah mampu mengevaluasi model pembelajaran yang tepat untuk peningkatan pemahaman belajar siswa.

(5)

R. Farida 991

KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar IPA

Suprijono (2013:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan kognitif terdiri dari knowledge, comprehension,

application, analysis, synthesis dan evaluating. Kemampuan afektif terdiri dari

receiving, responding, valuing, organization, characterization. Kemampuan

psikomotorik meliputi initiatory, pre-rountie, dan rountinized. Sedangkan menurut Sudjana (2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diukur melalui alat evaluasi baik proses maupun hasil. Hasil belajar siswa digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip- prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan didalam kehidupan sehari- hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi atau memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2007)

Dalam pembelajaran IPA diperlukan pengetahuan akan prinsip belajar IPA (Muslicah, 2011) memaparkan beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD sebagai berikut :

1. Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to do,

learning to be, dan learning to live together. Learning to know, artinya dengan

meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akanmembangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.

(6)

R. Farida 992 demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperolah siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

3. Prinsip Konstruktivisme. Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

4. Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru. 5. Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia

selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6. Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

7. Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat erpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiahyang ada di lingkungannya.

Hasil Belajar

Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013,).

(7)

R. Farida 993 bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2012:22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010:28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes.

Selanjutnya, menurut Hamalik (2012:155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Berdasarkan konsepsi diatas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal dan hasil belajar motorik.

Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2010) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih

luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh

guru atau diarahkan oleh guru”. Menurut Slavin (2005) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dalam belajar dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa dengan struktur kelompok yang heterogen dalam mencapai tujuan.

Model pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E.

(8)

R. Farida 994 kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya.

Menurut Ibrahim (2000) Penerapan Kooperatif Tipe STAD terdiri atas 4 komponen utama yaitu :

1. Presentasi Kelas / Awal Pembelajaran

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu, dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberi persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi yang akan disajikan dan pengetahuan yang telah dimiliki.

Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, siswa saling berbagi tugas. Guru sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok dikumpulkan.

2. Kuis / Tahap Tes Individu

Diadakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui yang dipelajari individu, selama mereka bekerja kelompok. Siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis.

3. Tahap Pemberian Penghargaan

Tahap pemberian penghargaan, tim akan mendapatkan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain, apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, dalam pembelajaran kooperatif yang menggunakan pendekatan STAD guru harus melaksanakan langkah-langkah: penyajian materi, kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan skor setiap individu dan penghargaan kelompok. Guru bisa menyajikan materi baik secara klasikal atau pun melalui diskusi, dan tetap harus menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan mempersiapkan lembar kerja peserta didik atau panduan belajar peserta didik, pembentukan kelompok belajar dan menjelaskan pada peserta didik tentang tugas dan perannya dalam kelompok, juga mengenai perencanaan waktu dan tempat duduk peserta didik. Supaya proses pembelajaran terlaksana dengan baik segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik pula, agar peran aktif peserta didik dan demokrasi benar-benar terlaksana.

Hubungan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran langsung, lebih mendorong kemandirian, keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa, dan dapat mengembangkan cara berfikir dan percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Berkenaan dengan hasil belajar, (Mudjiono, 2006) menyatakan :

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.”

(9)

R. Farida 995 belajar merupakan evaluasi dari proses pembelajaran. Proses belajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik, jika guru dan siswa mampu menjalankan komunikasi yang harmonis dan keduanya saling mendukung. Keberhasilan proses belajar mengajar yang ditandai dengan kemampuan guru menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga hasil yang didapat siswa memuaskan.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat (Slavin, 2005) yang menyatakan bahwa struktur model pembelajaran kooperatif tipe STAD menciptakan situasi dimana satu- satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Untuk meraih tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan hal yang maksimal atau melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil. Sehingga guru memberikan penghargaan yang membuat siswa termotivasi dalam belajar dengan cara siswa akan berusaha keras selalu hadir dalam kelas, membantu teman yang lain belajar yang menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap diri siswa sehingga siswa dengan sendirinya akan merubah prilaku siswa dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan supaya hasil belajar siswa meningkat dalam memperoleh nilai standar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung.

METODE PENELITIAN

Subjek, Tempat danWaktu Penelitian

Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN 002 Sekip Hulu Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 20 orang, terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 002 Sekip Hulu jalan M.T Haryono Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017. Waktu pelaksanaan selama dua bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2017.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah tes dan observasi.

1. Tes

Pengumpulan data dengan teknik tes untuk mengungkapkan keberhasilan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Soal yang digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan perbaikan. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

2. Observasi

(10)

R. Farida 996

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu tes formatif untuk teknik pengumpulan data kuantitatif, dan lembar panduan observasi untuk teknik pengumpulan data kualitatif.

1. Tes Formatif

Tes formatif digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di setiap siklus, pada siswa kelas III SDN 002 Sekip Hulu. 2. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SDN 002 Sekip Hulu.

Teknik Analisis Data

1. Ketuntasan Perorangan

Seorang peserta didik dikatakan berhasil jika nilai yang diperoleh mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 70.

2. Ketuntasan Kelompok

Kelompok atau kelas dikatakan telah berhasil jika paling sedikit 75% dari jumlah seluruh peserta didik di kelas yang nilainya di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Jika 75% atau lebih dari jumlah peserta didik telah menguasai materi maka pembelajaran yang dilaksanakan dapat dikatakan berhasil. Tetapi jika kemampuan belajar peserta didik kurang dari 75% dari jumlah peserta didik maka pembelajaran yang dilaksanakan belum berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian

Prasiklus

Hasil tes kondisi awal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebelum dilaksanakan tindakan diketahui bahwa, pada siswa kelas IV SDN 002 Sekip Hulu tahun pelajaran 2016/2017 ada 12 siswa belum tuntas, dan 8 siswa dinyatakan tuntas dari total 20 orang siswa di kelas, nilai yang masih dibawah KKM 70,00. yang masuk dalam kategori rendah. Bisa dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 1. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus

(11)

R. Farida 997

Siklus I

Dalam penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SDN 002 Sekip Hulu rengat. Pada siklus I masih terjadi beberapa kelemahan yang dialami, pada saat penerapan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD masih ada siswa yang belum aktif, guru tidak membagi waktu untuk membimbing siswa, sehingga tidak semua kegiatan dapat dilaksanakan tepat waktu. Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yaitu, pada pra siklus ketercapaian KKM siswa adalah 8 orang siswa (40%) lalu pada siklus I ketercapaian KKM naik menjadi 12 siswa (60%). Bisa dilihat pada diagram dibawah ini :

Gambar 2. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017)

Siklus II

Pada siklus II rencana pelaksanaan perbaikan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dilaksanakan di Kelas IV SDN 002 Sekip Hulu siswa sangat termotivasi dan terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Tetapi ditemukan sedikit permasalahan siswa yang tidak dapat menyelesaikan kesimpulan hasil pembelajaran. Pada siklus II ini terjadi peningkatan seperti yang diharapkan dari siklus I yaitu, pada siklus I ketercapaian KKM adalah 12 orang siswa (60%) dan pada siklus II naik menjadi 27 siswa (85%).

Keberhasilan pembelajaran diatas disebabkan oleh adanya dampak positif dari penggunaan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa lebih aktif dan termotivasi serta mudah memahami proses pembelajaran. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Gambar 3. Grafik Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2017)

(12)

R. Farida 998 belajar terlihat antusias dan bersemangat. Disebabkan karena telah terbiasa menggunakan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran pada siklus II, sehingga hasil pembelajaran siswa lebih meningkat.

Pembahasan

Pada siklus I dilihat dari data awal pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) ketuntasan 60%. Dari hasil kategori ini tergolong belum memuaskan sehingga diperlukan usaha agar nilai siswa meningkat pada siklus I, salah satu upaya adalah menggunakan penerapan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

Maka dari itu pembelajaran ilmu pengetahuan lebih efektif menggunakan penerapan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD, dimana kegiatan belajar yang dilakukan guru tidak hanya bersifat pada aktivitas guru semata, melainkan seperangkat aktivitas yang memungkinkan peserta didik aktif di dalamnya.

Pada perbaikan pembelajaran menggunakan penerapan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD ilmu pengetahuan alam dalam kegiatan pembelajaran ini siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini siswa belum terbiasa menggunakan moel pembelajaran kooperatif tipe STAD ilmu pengetahuan alam. Siswa juga tampak sulit dalam membedakan tumbuhan hijau sehingga dalam mengerjakan latihan tidak seluruh siswa dapat menjawab dengan sempurna. Adapun perbaikan yang harus diberikan adalah diharapkan siswa untuk lebih teliti dalam mengalisa soal-soal dan persediaan media yang harus mencukupi.

Siklus II mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 85%. Meningkatnya prestasi belajar siswa pada siklus II ini karena siswa memahami materi pelajaran yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ilmu pengetahuan alam. Selain itu meningkatnya prestasi belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa serta peranan guru memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru dituntut mempunyai keluwesan dan kemampuan. Moel pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah metode yang dapat mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui menggunakan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(13)

R. Farida 999 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan membuat kegiatan belajar mengajar lebih menarik. Sehingga akan mendorong minat siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Prosentase ketuntasan belajar siswa menglami peningkatan yang sangat signifikan setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran.

Saran

Saran dari peneliti untuk penelitian ini adalah

1. Saat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD berilah pemahaman pada siswa mengenai tanyakan hal yang kamu tidak mengerti pada teman kelompokmu agar kamu dapat mendiskusikannya, tapi jika teman kelompok mu tidak mengerti dengan yang kamu tanyakan maka kamu atau tim mu dapat memanggil guru mu untuk membimbing kelompokmu.

2. Sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus membuat perencanaan yang matang dan memperhitungkan waktu yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

BSNP. 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslicah. 2011. www.sekolahdasar.net. Retrieved 10 2013, from http://www.sekolahdasar.net/2011/06/prinsip-prinsip-pembelajaran-ipa-di-sd.html#.UlpHUScvT6Y

Oemar Hamalik. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana. 2009. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Referensi

Dokumen terkait

(1979: 156) perlu kita perhatikan ialah bahwa dalam manajemen pendidikan di sekolah yang demokratislah sekolah baru akan mampu menciptakan lingkungan hidup yang

berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah

unlike the early proscenium arch plays that deny the interaction both characters and audience require for self-validation, Beckett’s increasingly diminished ellipses work like

I draw some of the material for this introduction from two of my earlier studies on Cam- panella: the sixth chapter of Hermes’ Lyre: Italian Poetic Self- Commentary from Dante

Hal ini sesuai dengan Suwarna (2006:77) yang menyatakan bahwa memberi penguatan bertujuan untuk 1) meningkatkan perhatian siswa pada pembelajaran; 2) meningkatkan motivasi

Dari sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di muka bumi ini, masing-masing tanaman mengan- dung satu atau lebih mikroba endofit yang terdiri dari bakteri dan jamur (Stro bel

And yet, Katherine Duncan-Jones, in her 1997 Arden edition of the sonnets, refused to let Thorpe stand as the only begetter of his tortuous dedication, suggesting instead that,

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 9 menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio aktivitas (X3) dengan probabilitas signifikan sebesar 0.490, ukuran perusahaan