• Tidak ada hasil yang ditemukan

GOOD HANDLING PRACTICES KACANG TANAH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GOOD HANDLING PRACTICES KACANG TANAH (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

GOOD HANDLING PRACTICES KACANG TANAH

GHP Pascapanen

Pascapanen merupakan semua tahapan kegiatan yang dilakukan pada produk hasil pertanian dimulai dari pemanenan sampai produk tersebut dikonsumsi. Tahapan tersebut meliputi pemanenan, pembersihan, pengeringan, sortasi, pengemasan dan penyimpanan/ penggudangan. Penanganan hasil pertanian yang baik pada setiap tahapan tersebut diharapkan dapat mempertahankan mutu dan mengurangi jumlah susut.

Tujuan Penerapan GHP

Tujuan yang diharapkan dari penerapan GHP pada kacang tanah adalah memperoleh kacang tanah polong dan biji dalam jumlah yang banyak dengan jumlah kehilangan sekecil mungkin serta mempunyai mutu tebaik. Kriteria mutu kacang tanah yang telah ditetapkan Badan Standarisasi Nasional dan diharapkan mampu membuat petani kacang tanah lebih memperhatikan cara penangan dan pengolahan pascapanen kacang tanah agar memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi serta mampu bersaing dengan kacang tanah dari luar negeri.

Penerapan GHP pada kacang tanah dimulai dari pemanenan kacang tanah, pengumpulan, perontokan (pelepasan polong dari brankasannya), pengeringan dan sortasi. Setelah dilakukan sortasi, kacang tanah dapat diolah sesuai dengan kebutuhan atau dapat langsung dikemas dan disimpan dalam bentuk polong kacang tanah untuk selanjutnya disimpan atau langsung didistribusikan ke pasar.

1. Pemanenan

Pemanenan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hasil pascapanen pertanian. Penerapan cara panen yang baik pada kacang tanah berujuan untuk dapat memberikan hasil yang maksimal, mengurangi angka kehilangan akibat tercecer atau terluka saat panen dilakukan.

a. Penentuan waktu panen kacang tanah

(2)

menguning dan sebagian mulai berguguran, c) polong sudah berisi penuh dan padat, d) warna polong coklat kehitam-hitaman.

b. Cara panen

Pemanenan kacang tanah dapat dilakukan secara manual yaitu menggunakan tangan dan secara modern dengan menggunakan mesin. Brangkasan yang telah tercabut dikumpulkan dan dibersihkan dari tanah. Polong kacang tanah dibersihkan dari tanah/kotoran yang melekat kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang bersih untuk selanjutnya dibawa ke tempat pengeringan. Pemanenan sebaiknya dilakukan oleh tenaga terampil untuk mengurangi penyusutan bobot dan kehilangan hasil panen.

Di Indonesia penggunaan mesin untuk memanen kacang tanah masih sangat jarang karena jumlah lahan relatif lebih kecil dan tidak datar. Pada umumnya petani memanen dengan menggunakan peralatan yang tajam seperti cangkul, akan tetapi apabila tidak dilakukan dengan baik alat ini dapat melukai polong yang masih berada di dalam tanah. Biji kacang yang terluka akan membusuk dengan cepat karena kadar airnya masih sangat tinggi.

c. Kondisi lingkungan saat panen

Kondisi ini dikaitkan dengan cuaca saat dilakukan pemanenan. Panen yang dilakukan setelah turun hujan dapat meningkatkan angka kehilangan hasil. Hujan membuat tanah menjadi lengket dan padat sehingga jika pencabutan dilakukan, akan banyak hasil yang tertinggal di dalam tanah. Selain itu kadar air polong akan menjadi lebih tinggi sehingga perlu dilakukan pengeringan yang lebih cepat agar tidak terjadi kebusukan yang dapat merusak mutu polong dan biji.

2 Perontokan

Perontokan polong kacang tanah dari brangkasannya dapat dilakukan secara manual dan dengan mesin. Penggunaan cara manual biasanya dilakukan oleh petani yang memiliki lahan yang relatif lebih kecil sehingga hasilnya-pun masih sedikit. Saat ini para petani kacang tanah sudah mulai menggunakan mesin semi modern yang sudah mulai dikembangkan karena dinilai lebih efisien terhadap waktu dan tenaga kerja.

(3)

Alat - mesin perontok polong kacang tanah

Alat-mesin perontok polong kacang tanah yang telah di desain berukuran ( p x l x t ) 170 cm x 80 cm x 150 cm, terbuat dari bahan utama besi plat, besi siku, besi begel dan menggunakan motor bensin 5 Hp/2200 rpm sebagai tenaga penggerak. Bagian utama alat-mesin ini terdiri atau meja pengumpan, silinder perontok, bagian pembawa, ayakan, kipas pembersih (blower), roda penggerak dan unit transmisi. Hasil rancang bangun alat-mesin perontok polong kacang tanah (Gambar 1).

Gambar 1. Alat-mesin perontok polong kacang tanah

Kinerja suatu alat-mesin ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kapasitas alat, efisiensi perontokan, tingkat kehilangan hasil, mutu hasil dan keselamatan/kenyamanan kerja. Kapasitas alat ditentukan oleh keterampilan operator, kemampuan bagian pembawa bahan melalui silinder perontok dan kualitas bahan awal. Pada pengoperasian alat ini diperlukan keterampilan operator dalam menyusun dan memasukkan bahan dimana bagian yang terdapat polong kacang tanah harus masuk ke dalam silinder perontok agar polong dapat dirontokkan seluruhnya. Bagian pembawa didisain untuk dapat membawa 1500 – 1750 kg brangkasan/jam pada putaran puli pembawa 200 rpm. Pada pengujian kinerja mesin digunakan bahan awal dengan nisbah polong rata-rata 19.34%.

(4)

3. Pengeringan

Pengeringan merupakan salah satu tahap yang selalu dilakukan pada biji-bijian. Pengurangan kadar air akan memberikan beberapa keuntungan berupa menurunkan biaya pengangkutan, memperpanjang daya simpan dan mempermudah proses lanjutan.

Polong kacang tanah yang telah dipisahkan dari berangkasnya harus segera dikeringkan (< 48 jam) sampai kadar air < 11 %. Tujuan dilakukan pengeringan adalah untuk menghindari terjadinya kebusukan akibat kadar air yang masih tinggi dan agar aman dari resiko kontaminasi aflatoksin. Terlambatnya proses pengeringan dapat mengurangi mutu dan menyebabkan meningkatnya angka kehilangan. Kandungan air kacang tanah yang baru dipanen berkisar antara 35 – 50%, kondisi ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan juga mengundang keberadaan cendawan Aspergilus flavus untuk menghasilkan aflatoksin pada kacang. Kondisi kering kacang tanah yang aman dari serangan mikroorganisme adalah dengan kadar air bahan < 11% (ICAR, 1987 dalam Astanto, 2004).

Proses pengeringan yang umum digunakan yakni proses pengeringan secara alami (natural dryer) yaitu dengan bantuan sinar matahari langsung. Pada musim kemarau, kadar air dapat dicapai dengan pengeringan 3 hari di atas lantai jemur, namun menjadi lebih lama bila pemanenan jatuh pada musim hujan. Untuk mengatasinya dapat digunakan alternatif lain yaitu dengan menggunakan alat pengering secara mekanik (mechanical dryer) diantaranya adalah dengan menggunakan pengering ulir (screw dryer).

1) Pengeringan Solar dryer

Penelitian mengenai cara pengeringan pada kacang tanah telah dilakukan oleh Philip dan Thies (2006). Cara pengeringan yang dilakukan yaitu, pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung dan pengeringan dengan menggunakan solar dryer. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengeringan dengan solar dryer lebih efektif, yaitu polong yang dikeringkan mengalami penurunan kadar air mencapai 8% dalam waktu pengeringan 24 jam dan pengeringan di bawah sinar matahari langsung mengalami penurunan kadar air sampai 10% membutuhkan waktu pengeringan 3 hari.

(5)

dikarenakan plat ini yang akan menerima sumber panas yang pertama dari sinar matahari. Sumber panas dari matahari yang diterima oleh plat kaca akan diserap oleh penyerap energi (lempengan besi) kemudian udara panas akan mengalir melewati bagian bawah storage heat material (pasir hitam) menuju ruang pengeringan pada waktu malam hari, sehingga energi panas tersebut akan ditangkap oleh udara dan udara inilah yang akan digunakan untuk mengeringkan bahan (Serafica and del Mundo, 2003).

2) Pengering ulir (Screw dryer)

Screw dryer berbentuk silinder yang berputar dan dipasang horizontal. Silinder ini dihubungkan dengan motor sebagai daya penggeraknya dan bahan yang ada di dalamnya juga ikut berputar sehingga proses pengeringan berjalan merata. Bahan basah dimasukkan ke dalam silinder dari salah satu ujung dan bahan yang kering akan keluar dari ujung lain melalui saluran pengeluaran. Sebagai media pengering pada screw dryer digunakan pemanas dari heater .

4 Pengupasan polong

Proses pengupasan polong kacang tanah secara manual sudah mulai ditinggalkan oleh para petani. Penggunaan peralatan mesin lebih dipilih karena efisien terhadap waktu dan tenaga kerja serta menghasilkan biji dengan jumlah yang maksimal dan angka kehilangannya lebih kecil. Sekarang sudah mulai dikembangkan mesin-mesin pengupas polong kacang tanah dengan berbagai tipe berdasarkan kapasitas polong yang dapat di masukkan.

(6)

Gambar 2. Alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah

5 Sortasi Biji

Biji yang didapat dari pengupasan polong selanjutnya disortir untuk memisahkan biji yang rusak atau luka, busuk dan biji pecah. Penyortiran juga dilakukan untuk mengelompokkan biji berdasarkan ukurannya.

Alat-mesin sortasi biji kacang tanah dirancang untuk mensortir kacang tanah berdasarkan ukuran/diameter yang dibagi dalam 4 grade yaitu 8 mm, 7 mm, 6 mm dan lebih kecil 6 mm dengan kapasitas 250 kg/jam. Alat-mesin ini terbuat dari plat dan pipa stainless steel dan kerangka besi siku. Alat-mesin ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu hopper, silinder penyortir dan sistem transmisi yang digerakkan oleh motor listrik ½ Hp/1400 rpm/1 phase. Untuk mensortir biji kacang tanah digunakan putaran silinder sortasi 30 rpm. Pada putaran ini adalah putaran optimum yang mendapatkan hasil sortasi yang paling baik, karena bahan cukup waktu untuk melalui proses sortasi dan gaya sentrifugal cukup untuk mengeluarkan biji melalui lubang pensortiran.

6 Pengemasan

(7)

penampakan jernih, kedap terhadap air dan uap air serta mudah digunakan sebagai laminasi (Syarief, 1989).

1) Pengemasan kacang tanah biji

Dalam suatu penelitian dilakukan percobaan penggunaan kemasan plastik untuk penyimpanan kacang tanah biji untuk melihat daya serangan cendawan Aspergillus flavus selama penyimpanan. Penelitian menggunakan tiga jenis bahan kemasan plastik dari jenis PE (isi 1.5 kg/kantung) pada kondisi konsentrasi oksigen normal (konsentrasi O2 pada awal penyimpanan ± 21%) dan konsentrasi

oksigen rendah (konsentrasi O2 pada awal penyimpanan ± 10%). Selanjutnya

disimpan selama satu, dua, tiga dan empat bulan pada kondisi gudang.

Ketiga jenis bahan kemasan plastik baik untuk menyimpan kacang tanah pada konsentrasi oksigen rendah (±10%). Populasi Aspergillus flavus berfluktuasi selama penyimpanan dan kandungan aflatoksin terus meningkat setiap bulannya. Setelah empat bulan penyimpanan, didapatkan populasi Aspergillus flavus terendah yaitu pada kacang tanah yang dikemas pada konsentrasi oksigen rendah dan kandungan aflatoksin pada kacang tanah yang dikemas pada konsentrasi oksigen normal lebih tinggi daripada yang dikemas pada konsentrasi oksigen rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk menekan pertumbuhan Aspergillus flavus selama penyimpanan dengan kemasan plastik PE, perlakuan kosentrasi oksigen rendah (±10%) lebih menguntungkan.

2) Pengemasan kacang tanah polong

(8)

3) Pengemasan benih kacang tanah

Gambar

Gambar 1. Alat-mesin perontok polong kacang tanah
Gambar 2. Alat-mesin pengupas kulit polong kacang tanah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mutu benih sembilan varietas kacang tanah yang dipanen dari tanaman induk dimana penetapan umur panen dilakukan berdasarkan

Bagi petani yang akan melakukan budidaya tanaman jagung dan tanaman kacang tanah dalam sistem tanam tumpangsari dapat menggunakan waktu tanam kacang tanah ditanam

tanah yang biasa dilakukan oleh petani yaitu dijual secara tebasan atau. sebelum waktu panen dan dijual setelah kacang tanah di

pengawasan pada usaha produksi tanaman sayuran, baik pada usaha budidaya, panen dan pasca panen, terhadap penerapan pelaksanaan manajemen mutu produk sayuran yang dilakukan

indicator Waktu panen yang tepat: visual fisik kimia komputasi Fisiologis. Metode dan alat pemanenan

Keun- tungan yang diperoleh jagung lebih tinggi daripada kacang tanah, namun petani masih dominan bertanam kacang tanah karena modal yang dibutuhkan untuk biaya usahatani lebih

Peran tenaga kerja wanita dilihat dari curahan waktu kerja wanita dalam usahatani kacang tanah yang tertinggi yaitu pada kegiatan penyiangan, kedua panen, ketiga pasca

panen kacang tanah, harga kacang tanah, harga pupuk TSP dan penawaran kacang tanah pada periode sebelumnya berpengaruh nyata dan positif terhadap penawaran kacang tanah,