• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Skala Pilot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembuatan Biogas Dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Skala Pilot"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

0.4% 1matches

[34]  "PDUPT_APLIKASI_METODE_PENGAPUNGAN_BA.pdf" dated 2017-09-10

0.4% 1matches

[35]  https://dokumen.tips/documents/la-pres-55b0863dce5f0.html

0.1% 1matches

[36]  https://text-id.123dok.com/document/nq7w...tive-extraction.html

0.4% 1matches

[37]  https://text-id.123dok.com/document/4yr3...-45-ton-tbs-jam.html

0.4% 1matches

10 pagages, 2370 wordds PlaglagLevell: sellectted d / overallall

61matchesfrom38sources,ofwhich17 areonlinesources.

Settingttings

Data policy:Comparewithwebsources,Check against my documents,Check against my documents in theorganization repository,Check against organization repository,Check against thePlagiarismPrevention Pool

Sensitivity:Medium

Bibliography:Consider text

Citation detection:ReducePlagLevel

(3)

--PEMBUATAN BIOGAS DARI

LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA

[13]

SAWIT

PADA SKALA PILOT

Irvan#1, Bambang Trisakti #2, Elton J.M.[8] Situmeang #3, Yoshimasa Tomiuchi *4

#Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Jl[11]. Almamater Komplek USU Medan 20155 Indonesia 1irvan@usu.ac.[11]id, 2b_trisakti@usu.ac.id Elton_situmeang@yahoo., [11]com

*R&D Centre, METAWATER Co.,Ltd.[11],

7, Yawata-kaigandori, Ichihara-city, Chiba 290-8511, Japan 4tomiuchi-yoshimasa@metawater.co.[8]jp

ABSTRAK

Suatu sistem anaerobik tertutup menggunakan tangki fermentor skala pilot telah dibangun dan dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini di Universitas Sumatera Utara[8]. Sistem tersebut dibangun dengan tujuan untuk menghasilkan biogas dari fermentasilimbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang diperoleh dari instalasi pengolahan air limbah salah satu pabrik kelapa sawit milik PTPN IV. Tangki fermentor [9] yang digunakan adalah sebuah reaktor dengan jenis Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) memiliki volume 3.000 liter dilengkapi dengan pemanas listrik, insulator dan baffle di dalamnya. Pemasukan umpan (LCPKS) dilakukan secara intermitten sehingga operasi dapat berlangsung secara kontinu.[23] Pada penelitian ini telah

dilakukan serangkaian percobaan dengan mengatur laju umpan 616 liter LCPKS/hari, temperatur pada tangki umpan 70oC, temperatur tangki fermentor 55oC, laju pengadukan 37,5

rpm, hydraulic retention time (HRT) 6 hari dan recycle sludge 34%. Dengan menggunakan kondisi tersebut diperoleh rata-rata jumlah produksi gas/harinya sebesar 13.795,2 liter/hari.

Kata Kunci :[13]biogas, limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS), skala pilot, termofilik

1. PENGANTAR [10]

Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil, CPO) terbesar di

dunia dengan luas area perkebunan kelapa sawit pada 2010 diperkirakan sebesar 7 juta

hektar (Dinas Pertanian, 2010). Besarnya produksi CPO ini juga diikuti dengan besarnya

produksi limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS).[10] Produksi LCPKS diperkirakan ± 30

juta ton per tahun dan saat ini kebanyakan PKS masih mengolah LCPKS menggunakan

sistem open lagoon sebelum dibuang ke lingkungan. Selain memerlukan lahan yang luas [10]

sistem ini menimbulkan bau, dan juga melepaskan gas rumah kaca (Igwe dan

(4)

Irvan dkk, (2010) telah berhasil melakukan konversi LCPKS menjadi biogas

dengan bantuan mikroba anaerobik menggunakan reaktor berpengaduk kontinu

(continuous stirred tank reactor, CSTR) berkapasitas 2 liter pada temperatur 55oC

(termofilik), sistem tertutup dan pemasukan umpan secara intermitten.[10] Pengurangan

HRT ini akan mengurangi kapasitas dari tangki fermentor dan tentunya juga akan

mengurangi investasi untuk aplikasinya (Irvan et. al., 2010). Pada tahun 2011, peneliti

yang sama juga telah berhasil mengkonversikan LCPKS menjadi biogas yang

dilaksanakan pada skala laboratorium (kapasitas fermentor 2 liter) menjadi skala pilot

yakni dengan kapasitas 3.000 liter dengan kondisi operasi suhu 55oC (termofilik),

kecepatan pengadukan 25 rpm dan hydraulic retention time (HRT) 25 hari diperoleh

biogas sebanyak 4 m3/hari.

Tulisan ini melaporkan konversi LCPKS menjadi biogas pada skala pilot dari

kapasitas 3.000 liter dengan kondisi operasi suhu 55oC (termofilik), kecepatan

pengadukan 25 rpm dan HRT 25 hari menjadi kapasitas 3700 liter dengan kondisi

operasi 55oC (termofilik), kecepatan pengadukan 37,5 rpm dan HRT 6 hari serta

menggunakan recycle sludge 34%. Laporan ini memaparkan mengenai data pengaruh

recycle sludge tehadap laju dekomposisi, kualitas produk gas, dan kualitas umpan dan

keluaran cair pada recycle sludge 34% serta mengetahui pengaruh recycle sludge 34%

terhadap laju dekomposisi.

2. BAHAN DAN METODE

[9]

Bahan yang digunakan adalahLCPKS yang berasal dari PKS Adolina PTPN IV. Bahan

tambahan adalah NaHCO3 dan larutan tapak (trace metals) FeCl2, Ni.6H2O dan

CoCl2.6H2O. Tujuan penambahan NaHCO3 adalah untuk mempertahankan pH pada 6,8

- 7,2 dan kandungan M-alkalinity ≥ 3.000 mg/l. Sedangkan tujuan penambahan FeCl2

adalah sebagai peminimum produksi H2S, dan penambahan Ni6H2O dan CoCl2.6H2O

diperlukan untuk metabolisme mikroba anaerobik.

Percobaan dilaksanakan pada suatu Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg)

[9]

yang secara skematik disajikan pada gambar 1. Pilot plan terdiri dari dua unit utama

(5)

M-21

TI 200 Water

POME Cow Manure

Feed Tank (V- )21 Feed Pump (P- )10

POME Feed Pump (P- )20

M-31

TI 301

TI 300

Fermentor Tank (BR- )31

Sludge Tank (V- )61

yang mengkonversi campuran LCPKS menjadi biogas. Sedangkan, UPL adalah unit

yang mengkonversi biogas menjadi listrik. UPB terdiri dari beberapa alat utama yaitu

tangki umpan berkapasitas 1.000 liter yang dilengkapi dengan pengaduk, fermentor

berkapasitas 3.700 liter yang dilengkapi dengan pengaduk dan pemanas, tangki

pencampur berkapasitas 160 liter yang dilengkapi dengan pengaduk dan pemanas, tangki

pengendapan berkapasitas 260 liter yang dilengkapi dengan pengaduk, tangki penangkap

biogas yang dilengkapi dengan balon karet berkapasitas 2.800 liter, kompresor dan

tangki biogas bertekanan tinggi. UPL yang tersedia ada 2 (dua) yang masing-masingnya

berkapasitas maksimum 12 kW. UPL terdiri dari dua alat utama yaitu engine penggerak

dan generator (dinamo). Engine penggerak yang digunakan adalah engine eks mobil

Daihatsu Taruna/Espass/Feroza. Aslinya engine penggerak adalah berbahan bakar

premium (gasoline engine) yang dimodifikasi sehingga dapat menggunakan biogas

sebagai bahan bakar. Sedangkan generator listrik (dinamo) adalah motor 3 phase yang

berkapasitas 12 kWh.

Gambar 1. Skema peralatan penelitian PLTBg skala pilot

Pembebanan (loading up) dilakukan dengan berpedoman pada peningkatan

produksi biogas yang diukur dengan menggunakan gas meter. Jika produksi biogas

(6)

dinaikkan 1,2 kali pula hingga HRT 6 hari. Konsentrasi H2S dan CO2 yang dikandung

biogas, diukur dengan menggunakan injektor pengisap gas (GASTEC, tipe GV-100S)

dan inspection tube (GASTEC, 25~1600 ppm). Produksi biogas dan karakteristiknya

diukur dengan melakukan percobaan pada suhu 55oC, pH dijaga pada kisaran 6.5-7.8,

M-alkalinity dijaga ≥ 3.[17]000mg/l dengan penambahan NaHCO3 sebanyak 2 g/l LCPKS,

dan HRT adalah 6 hari

Karakteristik effluent ditentukan dengan mengukur penurunan konsentrasi total

solids (TS) yang diukur dengan menimbang sampel yang telah dikeringkan di dalam

oven pada suhu 110oC selama 4 jam, dan penurunan volatile solids (VS) yang diukur

dengan menimbang sampel kering yang telah dipanaskan di dalam furnace pada suhu

700oC selama 2,5 Jam.

Temperatur dan pH diukur dengan menggunakan thermocouple dan pH probe

yang dihubungkan dan dikumpulkan pada data logger. Selain diukur pula komposisi

BOD, COD, VFA, ash, dan NH4-N dari keluaran cair (effluent) fermentor.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

[21]

3.1Perbandingan produksi biogas pada proses fermentasi anaerobik baik recycle

maupun non-recycle sludge.

Produksi biogas pada proses fermentasi anaerobik dengan recycle sludge perlu

[23]

dibandingkan dengan proses tanpa recycle untuk melihat peningkatan produksi biogas

akibat recycle sludge, untuk keperluan ini dilakukan percobaan dengan fermentasi

LCPKS pada skala pilotdengan Laju umpan 616 L/hari, Suhu Umpan pada Feed Tank

70oC, suhu fermentor 55oC, laju pengadukan 37,5 rpm, HRT target 6 hari dan recycle

sludge 34%. Laju produksi biogas per mg VS terdegradasi untuk fermentasi LCPKS

(7)

Gambar 2. Grafik perbandingan produksi biogas pada proses fermentasi anaerobik baik

recycle maupun non-recycle sludge.

Selama pengamatan berlangsung diperoleh bahwa laju produksi biogas per mg

VS terdegradasi mengalami fluktuasi dimana pada awal fermentasi gas mulai meningkat

akan tetapi pada akhir masa fermentasi gas semakin lama semakin mengalami

penurunan. Pada fermentasi LCPKS dengan recycle di laboratorium didapat laju

produksi biogas per mg VS terdegradasi berkisar antara 0,0001716 L/mgVS hari hingga

0,00256858 L/mgVS hari. Sedangkan Pada fermentasi LCPKS non recycle- di

laboratorium didapat Laju produksi biogas per mg VS terdegradasi berkisar antara

0,0006048 L/mgVS hari hingga 0,00151038 L/mg VS hari. Sementara untuk fermentasi

LCPKS dengan recycle di Pilot didapat Laju produksi biogas per mg VS terdegradasi

berkisar antara 0,00070810 L/mgVS hari hingga 0,00176410 L/mgVS hari. Sehingga

didapat Laju produksi biogas per mg VS terdegradasi dengan recycle baik itu pada skala

laboratorium maupun pilot plant lebih tinggi dari pada laju produksi biogas per mg VS

terdegradasi non recycle- di laboratorium.

3.2 Pengaruh recycle sludge te rhadap perubahan M-alkalinity dan pH

Perubahan M-alkalinity dan pH selama proses fermentasi anaerobik dengan recycle

sludge perlu dibandingkan dengan proses tanpa recycle untuk melihat perubahan

M-alkality dan pH akibat recycle sludge. Pengaruh recycle sludge terhadap perubahan

(8)

alkalinity dan pH pada proses fermentasi LCPKS baik dengan recycle sludge maupun

tanpa recycle disajikan pada gambar 3.

(a)

(b)

Gambar 3. Pengaruh fermentasi recycle terhadap a) M-Alkalinity b) pH

Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium, alkalinitas

untuk digester awalnya lebih rendah dibandingkan pada discharge sludge yang

kemudian lama-kelamaan alkalinitas untuk digester meningkat dan alkalinitas pada

discharge sludge menurun. Untuk fermentasi LCPKS dengan non-recycle sludge di

Laboratorium, alkalinitas untuk digester lebih rendah dibandingkan pada discharge

(9)

sludge baik dari awal fermentasi sampai pada akhir, Untuk fermentasi LCPKS dengan

recycle sludge di pilot plant, alkalinitas untuk digester lebih tinggi dibandingkan pada

discharge sludge.

Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium di dapat pH

pada awal fermentasi tinggi dan kemudian turun, grafik pH mengalami kenaikan dan

penurunan mengacu pada kondisi mikroba yang ada pada fermentor. Untuk fermentasi

LCPKS dengan non-recycle sludge di Laboratorium di dapat pH yang lebih stabil,

sedangkan untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di pilot didapat bahwa pH

pada digester lebih tinggi dari pada pH yang ada discharge.

3.3 Pengaruh recycle sludge terhadap kadar TS dan VS

Perubahan banyaknya kadar TS dan VS selama proses fermentasi anaerobik dengan

recycle sludge perlu dibandingkan dengan proses tanpa recycle untuk melihat perubahan

banyaknya kadar TS dan VS akibat recycle sludge.[13] Pengaruh recycle sludge terhadap

perubahan kadar TS dan VS pada proses fermentasi LCPKS baik dengan recycle sludge

maupun tanpa recycle disajikan pada gambar 4.

Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium, kadar TS dan

VS untuk digester jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada discharged walaupun

pada awal proses fermentasi LCPKS kadar TS dan VS discharged lebih tinggi dari pada

digester yang kemudian lama-kelamaan kadar TS dan VS untuk digester meningkat dan

kadar TS dan VS discharged menurun. Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge

di Pilot, kadar TS dan VS untuk digester jumlahnya lebih banyak dibandingkan

discharged dari gambar 4. juga terlihat bahwa kadar TS dan VS discharged non recycle

-selalu lebih besar dari pada kadar TS dan VS discharged recycle baik di laboratorium

maupun di pilot, walaupun discharged di laboratorium pada awal fermentasi lebih besar

karena belum efektifnya recycle sludge yang dilakukan sehingga banyak sludge yang

keluar dari tangki sedimentasi, tetapi setelah itu kadar TS dan VS discharged non

(10)

(a)

(b)

Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh recycle terhadap a) kadar TS b) kadarVS

3.4 Pengaruh recycle sludge terhadap laju dekomposisi VS

Laju dekomposisi VS selama proses fermentasi anaerobik dengan recycle sludge perlu

dibandingkan dengan proses tanpa recycle untuk melihat perubahan Laju dekomposisi

(11)

proses fermentasi LCPKS baik dengan recycle sludge maupun tanpa recycle disajikan

pada gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan pengaruh recycle terhadap laju dekomposisi VS

Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium dan di pilot, laju

dekomposisi VS lebih besar dari pada laju dekomposisi VS non recycle di laboratorium

-ini terlihat jelas pada gambar 5. Dengan kata lain dengan adanya pengembalian sludge

ke dalam digester dapat meningkatkan laju dekomposisi VS, sehingga dapat disimpulkan

recycle sludge yang terus menerus dilakukan akan dapat meningkatkan laju dekomposisi

VS.

4. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan penting yang diperoleh dari penelitian ini diberikan pada

butir-butir berikut :

1. Laju produksi biogas per mg VS terdegradasi dengan recycle baik itu pada skala

laboratorium maupun pilot plan lebih tinggi dari pada Laju produksi biogas per mg

VS terdegradasinon recycle- di laboratorium.

2. Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium maupun di pilot

plan, alkalinitas untuk digester lebih tinggi dibandingkan pada discharge sludge. [15]

Untuk fermentasi LCPKS dengan non-recycle sludge di Laboratorium, alkalinitas

(12)

untuk digester lebih rendah dibandingkan pada discharge sludge baik dari awal

fermentasi sampai pada akhir,

3. Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium maupun di pilot

plan di dapat pH pada awal fermentasi tinggi dan kemudian turun, grafik pH

mengalami kenaikan dan penurunan mengacu pada kondisi mikroba yang ada pada

fermentor. Untuk fermentasi LCPKS dengan non-recycle sludge di Laboratorium di

dapat pH yang lebih stabil.

4. Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium maupun di pilot

plan, kadar TS dan VS untuk digester jumlahnya lebih banyak dibandingkan pada

discharged. Kadar TS dan VS discharged non recycle- selalu lebih besar dari pada

kadar TS dan VS discharged recycle baik di laboratorium maupun di pilot.

5. Untuk fermentasi LCPKS dengan recycle sludge di Laboratorium dan di pilot, laju

dekomposisi VS lebih besar dari pada laju dekomposisi VS non recycle- di

laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1.[18]Dinas Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010, Statistik Perkebunan

Indonesia, Kelapa Sawit (Oil Palm).

2. Igwee J.C. dan Onyegbado C.C.[18], 2007, A review of palm oil mill effluent

(POME) Water Treatment, Global Journal of Environmental Research, 1 (2):

54-62.

3. Irvan, Bambang Trisakti, Hiroyuki Daimon, Yoshimasa Tomiuchi, Yutaka Mori,

Kosei Sasaki, 2010, Research of methane Fermentation Technology Using Palm

Oil Mill Effluent (POME The 44), th Annual Conference of Japan Society on

Water Environment, Fukuoka, Japan.

4.[20]Irvan, Rahmat Mulyadi Nainggolan, Bambang Trisakti, 2011, Kajian Awal

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Skala Pilot dari Limbah Cair Pabrik

Gambar

Gambar 1. Skema peralatan penelitian PLTBg skala pilot
Gambar 3.  Pengaruh fermentasi recycle terhadap  a) M-Alkalinity  b) pH
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh recycle  terhadap  a) kadar TS  b) kadarVS
Gambar 5 Grafik hubungan pengaruh recycle terhadap laju dekomposisi VS

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ketersediaan sistem yang hebat dan jenis alat pengelolaan jarak jauh ini, perusahaan dapat mengurangi jumlah panggilan yang diterima dari pengguna akhir, serta

16 Defisiensi folat ternyata dapat menyebabkan kelainan berat yang mengenai jaringan non hemo- poietik, yaitu neural tube defect NTD yang terjadi dapat merupakan isolate NTD

Future research on this topic will focus on developing methods to increase the accuracy of the direct determination of the image`s exterior orientation parameters and

Adapun tujuan daripada penelitian ini yaitu pertama untuk mengetahui dinamika kasus ahmadiyah dan pengaturan tentang identitas keagamaan pada kartu tanda penduduk,

Pasar modal mempunyai peranan penting baik bagi badan usaha, investor maupun pemerintah. Dalam pasar modal, investor memaninkan peranan sentralnya yaitu dengan membeli dan

Hasil wawancara dengan IbuRahma , selaku guru mata pelajaran Al- Qur’an hadits kelas VII di MTsN 2 Kota Blitar, pada hari Rabu, 21 Maret

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan yang ditunjukkan dengan nilai t hitung

dengan menerapkan metode diskusi bisa membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti. kegiatan