• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya akar permasalahan ekonomi tersebut. Dari permasalahan-permasalahan ekonomi yang terjadi sekarang ini, kemiskinan merupakan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Kemiskinan ini sudah terjadi sejak lama dan telah menjadi kenyataan dalam hidup. Perkembangan penduduk yang sangat cepat menyebabkan persaingan kehidupan manusia semakin ketat. Perbedaan tingkat kemampuan dan kepandaian serta keterampilan seseorang menyebabkan hasil yang diperoleh dari kegiatan ekonomi yang dilakukan berbeda. Perbedaan penghasilan yang diperoleh menyebabkan tingkat hidup dan tingkat perekonomian seseorang berbeda-beda.

(2)

Angka ini turun jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 berjumlah 1.499.700 orang (11,51%). Sedangkan selama periode Maret 2009–Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang (0,27%), sementara di daerah perkotaan bertambah sekitar 1.000 orang namun persentasenya berkurang sebesar 0,11 poin. Demikian pula Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) angkanya mengalami peningkatan dari 1,92 tahun 2009 menjadi 2,04 pada tahun 2010. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumut tahun 2010 meningkat dibanding tahun 2009 dari 0,50 menjadi

0,57 (Sumber

Berdasarkan fakta yang ada, kemiskinan masih menjadi masalah yang besar bagi bangsa Indonesia. Berbagai cara telah pemerintah lakukan untuk menghadapi masalah kemiskinan tersebut. Namun, hal ini belum mampu diatasi secara menyeluruh. Salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia adalah kurangnya lahan pekerjaan sehingga banyak masyarakat Indonesia yang menganggur. Ada juga yang ingin memulai usaha tetapi tidak mempunyai modal karena pinjaman dari bank atau lembaga keuangan masih menerapkan sistem bunga dan jaminan. Sistem bunga dan jaminan ini merupakan satu masalah dan beban bagi masyarakat dalam mendapatkan modal dan dana usaha sehingga sebagian masyarakat mencari alternatif sumber modal dan dana dari lembaga-lembaga keuangan lainnya.

(3)

menerapkan sistem bunga pun telah mulai tersaingi dengan hadirnya perbankan syariah yang menerapkan sistem ekonomi berbasis syariah di Indonesia.

Sistem ekonomi berbasis syariah, belakangan ini makin populer bukan hanya di negara-negara Islam tetapi juga di negara-negara barat (Monica, 2010: 1). Di Indonesia, perkembangan pemikiran tentang perlunya menerapkan sistem Islam dalam berekonomi muncul pada 1974. Tepatnya dimulai dalam sebuah seminar ‘Hubungan Indonesia-Timur Tengah’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK). Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsip-prinsip muamalah dalam hukum ekonomi Islam yang selanjutnya diterapakan kedalam bentuk lembaga keuangan syariah bank dan non-bank. Dalam perkembangan dewasa ini, dikenal beberapa jenis lembaga keuangan syariah bank yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank-Bank Konvensional dengan Unit Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Sedangkan lembaga keuangan syariah non-bank diwujudkan dalam bentuk Asuransi Takaful (AT), Koperasi Syariah, Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Unit Simpan Pinjam Syariah (USPS), Koperasi Pesantren (Kopontren) di berbagai wilayah di Indonesia, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Pegadaian Syariah, bahkan Multilevel Marketing Syariah, dan Hotel Syariah (www.ekonomisyariah.com).

(4)

keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya yang ada di Indonesia. Dalam satu dasawarsa pertama (1995 - 2005), di Indonesia telah tumbuh dan berkembang lebih dari 3.300 BMT dengan asset lebih dari Rp 1,7 triliun, melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberikan pinjaman terhadap 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil. BMT sebanyak itu telah mempekerjakan tenaga pengelola sebanyak 21.000 orang (Data PINBUK,2005). Saat ini, menurut PINBUK terdapat 3.038 BMT yang tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Berdirinya lembaga keuangan syariah sejenis BMT di Indonesia merupakan jawaban terhadap tuntutan dan kebutuhan kalangan umat muslim. Kehadiran BMT muncul di saat umat Islam mengharapkan adanya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah dan bebas dari unsur riba.

Kurang lebih 7 tahun lamanya, terhitung sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter pada akhir tahun 1997, peranan BMT cukup besar membantu masyarakat kecil (Suhendi, 2004: 27). BMT sering melakukan observasi ke berbagai lapisan masyarakat untuk memperbaiki keadaan hidup masyarakat dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dengan kata lain, kehadiran BMT membantu kegiatan perekonomian masyarakat dan juga sebagai upaya untuk membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

(5)

Mal wa Tamwil karena prinsip, tujuan, visi, dan misi keduanya hampir sama. Koperasi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan juga masyarakat pada umumnya serta turut membangun perekonomian dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Salah satu tujuan didirikannya koperasi syariah adalah untuk mengentas kemiskinan dengan membantu masyarakat miskin. Dengan demikian, terdapat persamaan konsep antara koperasi syariah dengan BMT sehingga hal ini mendukung dijadikannya koperasi syariah sebagai dasar hukum untuk BMT. Dengan demikian, BMT dan koperasi syariah merupakan lembaga swadaya ekonomi yang dibentuk untuk masyarakat.

Hampir sama dengan lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan non-bank sejenis BMT pun menerapkan prinsip-prinsip Muamalah dalam setiap kegiatannya (Janwari, 2004: 2). Banyak prinsip dalam fikih muamalah yang dijadikan sebagai prinsip operasional atau produk yang digunakan dalam mekanisme lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan syariah kontemporer, seperti mudharabah, musyarakah, wadi’ah, murabahah, Al-bai bitsaman ajil, salam, istishna’, wakalah, kafalah, qardhul hasan dan sebagainya. BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki produk yang sangat beragam dan bisa dikatakan lebih dari sebuah bank (Beyond Banking). Tidak semua Bank Islam maupun lembaga keuangan non-bank memiliki produk pembiayaan diatas.

(6)

adalah pinjaman kebajikan yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Di BMT, pengembalian pinjaman tidak ditentukan waktunya (tidak ada tempo). Berbeda dengan prinsip Qardhul Hasan pada Bank BNI Syariah, dimana Qardhul Hasan adalah perjanjian pembiayaan antara bank dan nasabah yang dianggap layak menerima dengan prioritas bagi pengusaha kecil yang potensial dan perorangan yang berada dalam keadaan terdesak, peminjam (nasabah) wajib melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (Buku Pedoman Qardhul Hasan BNI Syariah, 2000). Perbedaan lainnya adalah bank menyalurkan dana Qardhul Hasan kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) sehingga bank secara tidak langsung menyalurkan dana Qardhul Hasan tersebut. Sedangkan BMT bertindak sebagai penghimpun sekaligus penyalur dana Qardhul Hasan kepada nasabah.

(7)

Hasan di kedua lembaga keuangan syariah tersebut memiliki pemaknaan yang hampir sama (Janwari, 2004: 22).

Kerangka operasional prinsip Qardhul Hasan pada bank Islam dan BMT itu mengandung arti bahwa bank atau BMT memberikan pinjaman lunak kepada nasabah yang membutuhkan dana, khususnya untuk pinjaman produktif dan pinjaman konsumtif. Prinsip ini sama dengan pinjaman lunak di lembaga-lembaga keuangan konvensional. Berbeda dengan praktek lembaga-lembaga keuangan konvensional, prinsip Qardhul Hasan di lembaga keuangan syariah tidak dikenakan suku bunga. Dalam pengertian kewajiban nasabah hanya mengembalikan sejumlah uang yang telah dipinjamnya. Kalaupun ada beban yang mesti ditanggung oleh nasabah, hanyalah beban biaya untuk pengurusan administrasi saja (Ahmad, 2004: 22).

(8)

Peran strategis BMT dalam mengurangi kemiskinan terlihat dari kegiatan ekonomi BMT yang mempunyai kegiatan sosial (Baitul Mal) dan kegiatan bisnis (at-Tamwil). Kegiatan sosial ekonomi BMT dilakukan dengan gerakan zakat, infaq, dan sedekah. Hal ini merupakan keunggulan BMT dalam mengurangi kemiskinan. Dengan menggunakan dana ZISWAF ini, BMT menjalankan produk pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan).

Dari hasil himpunan dana zakat, infaq, dan sedekah ini digunakan untuk menolong masyarakat yang kesulitan dalam ekonomi. Pinjaman masyarakat hasil dana titipan umat tersebut biasanya digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan. Tetapi dana titipan umat seperti zakat, infaq, dan sedekah ini biasanya digunakan untuk membantu masyarakat melalui pembiayaan Qardhul Hasan. Dimana pembiayaan Qardhul Hasan ini memang dirancang untuk kaum dhuafa penerima zakat, infaq, sedekah yang ingin memulai usaha atau untuk membayar lilitan hutang mereka (Janwari, 2000: 107).

(9)

membutuhkan. Adapun data awal jumlah dana yang terhimpun dan tersalur yang dilakukan oleh BMT Waashil kepada masyarakat pada tiga tahun pertama pendiriannya diuraikan dalam Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Jumlah Dana Terhimpun dan Jumlah Dana Tersalur di BMT Waashil Medan Pada 3 Tahun Awal Pendirian

Sumber: BMT Waashil Medan

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan mengalami perkembangan di 3 tahun awal pendiriannya. Hal ini dapat terlihat dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang terhimpun oleh BMT Waashil Medan. Dari tahun 1997-1999, dana zakat mengalami kenaikan yang signifikan dimana pada tahun 1997 jumlah yang terhimpun sebesar Rp 3.286.000. Sedangkan pada tahun 1999, terjadi kenaikan sebesar Rp 8.773.000. Sementara dana infaq tahun 1997-1999 juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari jumlah dana infaq tersebut yaitu Rp 1.870.000, Rp 3.610.000, dan Rp 5.860.000 . Sedangkan untuk dana sedekah pada tahun 1999 sebesar Rp 6.750.000. Angka ini turun jika dibandingkan dengan tahun 1998 sebesar Rp 8.488.000.

Tahun

Jumlah Dana Terhimpun (Rp 000)

Jumlah Dana Tersalur (Rp 000)

Zakat Infaq Sedekah Qardhul Hasan

Produktif Konsumtif

(10)

Berdasarkan uraian diatas, BMT Waashil Medan ini merupakan BMT yang memiliki kelebihan dan keutamaan dibandingkan dengan BMT lainnya terutama dalam keberhasilan penghimpunan dan penyaluran dana Qardhul Hasan, sehingga hal tersebut membuats penulis tertarik memilihnya sebagai objek kajian. Disamping itu, pada wawancara awal dengan pihak BMT Waashil Medan, sebagai lembaga keuangan, BMT Waashil Medan lebih terprogram, terencana, terstruktur, transparan, amanah, obyektif, berdasarkan skala prioritas dan sangat potensial sebagai lembaga yang dikelola oleh masyarakat dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Sebagai lembaga keuangan, BMT Waashil Medan ikut membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan produk-produk jasa keuangan yang dimilikinya. Disamping itu, BMT Waashil Medan juga merupakan lembaga penghimpun dana umat seperti zakat, infaq, dan sedekah. Dana ini, dapat membantu masyarakat miskin melalui pinjaman pembiayaan kebajikan atau yang biasa disebut dengan Qardhul Hasan. Dengan pinjaman tersebut akan membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya konsumtif dan untuk melakukan usaha-usaha yang bersifat produktif.

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan?

2. Bagaimanakah perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan ditinjau dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan, dan jumlah pengumpulan dana zakat, infaq, dan sedekah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat (nasabah) melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan.

2. Untuk mengetahui perkembangan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan ditinjau dari jumlah nasabah, jumlah pembiayaan, dan jumlah pengumpulan dana zakat, infaq, dan sedekah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi lembaga keuangan syariah.

(12)

Kenaziran Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.

3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

tanggapan personal tentang buku yang dibaca juga dibuat sebagai pilihan (tidak diwajibkan). Pemberian tugas seperti membuat ringkasan cerita akan menghilangkan sifat kegiatan

The aim of this study are to analyze the text of female sexuality articles that realized in the women magazines (i.e. vocabulary, grammar, cohesion and text

Hasil ini sesuai dengan grafik perbedaan sikap sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan pencegahan demam berdarah dengue di Asrama Wisma Violet dan Asrama

Pemberian motivasi yang diberikan oleh guru secara rutin baik di kelas maupun di luar kelas menjadi nilai tambah tersendiri. Para guru di MI Plus Wateskroyo

Based on the cost of the use of vitamin K only and vitamin K-transamin in the study samples, the result was a significant difference in comparison with the cost of treatment

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga