• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Orang Betawi Antara Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepemimpinan Orang Betawi Antara Politik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kepemimpinan Orang Betawi : Antara Politik, Seni dan Kebudayaan

Dikerjakan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Kepemimpinan Strategik

Dosen : Dr. Amar Ahmad

Disusun Oleh :

Rizki Putra Dewantoro

1506784145

Program Pascasarjana Pengkajian Ketahanan Nasional Peminatan Kajian Strategik Pengembangan Kepemimpinan

▸ Baca selengkapnya: pertanyaan suku betawi

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jakarta merupakan kota terbesar dan terpenting di Indonesia. Selain sebagai

Ibu Kota Negara, Jakarta juga merupakan pusat pemerintahan, pusat kegiatan

perekonomian, dan kebudayaan. Sehingga Jakarta disebut sebagai pusatnya

Indonesia. Sebagaimana Indonesia yang dihuni beragam macam suku, adat, dan

budaya, masyarakat yang tinggal Jakarta di Jakarta pun sangat heterogen. Bahkan,

bisa dibilang beragam suku dan budaya yang ada di Indonesia, ada juga di Jakarta.

Namun, dari beragam masyarakat yang berada di Jakarta, terdapat etnis lokal

yang menamakan dirinya Betawi. Pribumi tanah Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari

perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,

seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon, serta

suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.

Nama Betawi berasal dari jenis kayu akasia guling betawi yang tak ada

kaitannya dengan nama Batavia1. Flora guling Betawi (cassia glauca), famili

papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti

guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi

banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa daerah di

pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, guling

Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata "Betawi" dan

"Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas Hulu dan Betawi

Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa Melayu.

Segala sesuatu hal yang terjadi di Jakarta setidaknya akan mempengaruhi

Indonesia secara keseluruhan. Sebagai penduduk yang berada di Jakarta, tentunya

masyarakat Betawi mewarnai dan memiliki peran sejarah dalam perjalanan bangsa

Indonesia. Sebagai etnis, Betawi memiliki adat dan kebudayaannya tersendiri yang

mempengaruhi masyarakatnya dalam berbagai hal di kesehariannya.

1

(3)

Begitu juga kebudayaan Betawi mempengaruhi masyarakatnya dalam

menjadi pemimpin dan juga bagaimana manusia Betawi dilihat sebagai insan politik.

Dengan perkembangan kota Jakarta yang begitu pesat menjadi kota megapolitan,

etnis Betawi dan kebudayaannya menjadi terpinggirkan. Terbukti saat ini yang

memimpin Jakarta bukan dari etnis Betawi dan banyak orang-orang yang merasa

etnis Betawi malahan sekarang tidak tinggal lagi di Jakarta, tetapi tinggal di daerah

Satelit Jakarta seperti di Bogor, Depok, Tangerang, atau Bekasi.

Oleh karena itu makalah ini mencoba untuk memahami bagaimana konsep

kepemimpinan dalam budaya Betawi. Bagaimanakah kedepannya masyarakat Betawi

yang bukan hanya mempertahankan kebudayaannya yang tergusur, tetapi terus

melestarikan bagi keturunan selanjutnya. Selain itu apasaja kontribusi berbagai

tokoh Betawi bagi perjalanan bangsa Indonesia.

B. Tujuan Makalah

1. Menjelaskan Kepemimpinan Dalam Budaya Betawi

(4)

BAB II

KERANGKA TEORI A. Sejarah Jakarta

Sebagai sebuah kota, Jakarta memiliki sejarah yang panjang. Dapat kita

telusuri sejak masa pra-kolonial, masa kolonial, kemerdekaan dan Indonesia saat ini.

Jakarta merupakan kota pelabuhan yang pada mulanya bernama Sunda Kelapa,

namun pada 22 Juni 1527 Pangeran Fatahillah menghancurkan Sunda Kelapa dan

sebagai gantinya mendirikan kota Jayakarya di area tersebut2.

Kota Jayakarta berkembang sebagai kota pelabuhan yang sibuk, dimana para

pedagang dari Cina, India, Arab dan Eropa serta dari negara-negara lainnya saling

bertukar barang-barang (komoditi). Tahun 1619, Pemerintahan Belanda (VOC) di

bawah komando Jan PieterszoonCoen menghancurkan Jayakata dan dengan serta

merta membangun kota baru yang terletak di bagin barat sungai Ciliwung, yang

dinamakan Batavia, nama yang diambil dari Batavieren, nenek moyang bangsa

Belanda.

Batavia direncanakan dan dibangun nyaris mirip dengan kota-kota di Belanda,

yaitu dibangun dalam blok, masing-masing dipisahkan oleh kanal dan dilindungi oleh

dinding sebagai benteng, dan parit. Batavia ini selesai dibangun pada 1650. Batavia

tua adalah tempat tinggal bangsa Eropa, sementara baangsa Cina, Jawa dan

penduduk asli lainnya disingkirkan ke tempat lain. Kemudian pada masa penjajahan

Jepang di tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi Jakarta.

B. Profil Orang Betawi

Identitas orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnik mulai dikenal adanya

sejak abad ke-19. Mereka merupakan hasil dari suatu melting pot atau percampuran

dari berbagai kelompok etnik yang berasal dari berbagai wilayah di kepulauan

Indonesia dan dari luar Indonesia3. Dari hasil analisis sejarah yang telah dibuat oleh

Lance Castles (1967 : 1-156) dalam pencatatan penduduk tahun 1893 terdapat

2

Sejarah Jakarta http://www.jakarta-tourism.go.id/taxonomy/term/7?language=id#content-495 diakses 29 Desember 2015

3 Suparlan, Parsudi. 2004. Masyarakat dan Budaya Perkotaan: Perspektif Antropologi Perkotaan. Jakarta :

(5)

penyederhanaan golongan sosial dari penduduk di Batavia, terdapat empat golongan

saja, yaitu: (1) Orang Eropa dan Indo; (2) Orang Cina (termasuk peranakan); (3)

Orang Arab dan “Moors”; dan (4) Orang Pribumi Batavia (atau orang Betawi).

Kelompok-kelompok etnik yang ada di Jakarta sampai dengan abad ke-19

semuanya adalah pendatang. Kalaupun ada kelompok etnik yang digolongkan

sebagai kelompok etnik setempat mungkin kelompok etnik tersebut adalah orang

Melayu, yang jumlahnya kecil, tidak merupakan kebudayaan yang baku yang berlaku

di Jakarta dan yang tidak mempunyai kekuasaan atas berbagai pranata yang ada

dalam masyarakat. Karena itu sebenarnya masyarakat Jakarta pada waktu itu dapat

dilihat sebagai masyarakat pendatan, baik yang dari luar kepulauan Nusantara

maupun dari daerah-daerah di kepulauan Nusantara.

Pada waktu itu di Jakarta identitas sebagai orang Betawi belum mengakar

karena yang dikenal bukanlah orang Betawi, misalnya orang Kemayoran, orang

Salemba, orang Matraman, orang Mester, dan sebagainya. Pengakuan terhadap

adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnik maupun sebagai sebuah

satuan sosial dan politik dalam ruang lingkup yang lebih luas (yaitu Hindia Belanda),

nampaknya bar muncul setelah didirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi oleh tokoh

masyarakat orang Betawi Moh. Hoesni Thamrin, pada tahun 1923.4 Dengan

didirikannya perkumpulan tersebut, maka juga kesadaran bahwa mereka itu

tergolong sebagai orang Betawi dibangunkan.

Kesadaran ke-Betawi-an dimulai karena adanya pencatatan penduduk yang

dilakukan oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada waktu itu yang melalui

proses pencatatatan tersebut secara tidak disadari mereka diminta untuk

membedakan diri dari golongan-golongan lainnya yang ada di Jakarta. Membedakan

diri dari golongan lain tersebut menjadi landasan bagi dimulainya kesadaran

mengenai siapa dirnya, berdasarkan asal muasalnya yang paling mendasar dan

umum. Dengan demikian, maka kesadaran mengenai identitas etniknya sebagai

orang Betawi pada waktu itu belumlah kuat dibandingkan dengan kesadaran

lokalitas tempat asal pemukiman mereka. Sehingga yang lebih mendasar dan kuat

adalah identitas lokalitas tempat asal pemikiman masing-masing dalam kehidupan

sehari-hari.

4

(6)

Variasi dalam identitas etnik Betawi pada waktu itu adalah adanya variasi

dalam kebudayaan Betawi. Beberapa tradisi yang berkaitan dengan

upacara-upacara, dialek bahasa, ungkapan-ungkapan kesenian, dan berbagai ungkapan

simbolik dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan adanya variasi-variasi lokal

dalam kebudayaan Betawi berdasarkan atas tempat pemukiman mereka yang

berbeda-beda.

Perbedaan kebudayaan dan identitas karena perbedaan asal tempat

pemukiman tersebut dapat dibedakan berdasarkan atas penggolongan wilayah

Jakarta dalam Jakarta Utara, Selatan Timur, Barat, dan Tengah. Sampai dengan

tahun 50-an, variasi kebudayaan dalam berbagai ungkapannya, di antara

wilayah-wilayah Jakarta tersebut masih Nampak. Di tahun-tahun sebelumnya, pada tahun

akhir abad ke-19 dimana identitas etnik mulai terbentuk, ungkapan-ungkapan

keanekaragaman kebudayaan tersebut dapat disimpulkan sebagai lebih bervariasi.

Sesuai dengan perbedaan wilayahnya di kota Jakarta, tetapi sesungguhnya

kebudayaan Betawi memperlihatkan adanya kesamaan atau keseragaman dalam

perbedaan-perbedaan berdasarkan wilayah pemukimannya yang berbeda-beda.

Keseragaman kebudayaan Betawi terwujud karena adanya tema utama dalam

kebudayaannya yaitu Islam, dan karena adanya bahasa dan pola komunikasi yang

sama yang berdasarkan atas bahasa Melayu lokal sebagai bahasa pergaulan

sehingga perbedaan-perbedaan yang ada dapat dijembatani dan saling disesuaikan.

Agama Islam sebagai pedoman utama dalam kehidupan orang Betawi, yang dapat

dikatakan sebagai konfigurasi dari kebudayaan Betawi.

Betawi tidak pernah mempunyai kerajaan induk, seperti masyarakat Sunda,

Jawa, Sumatera, dan Indonesia Timur. Tetapi di Betawi ada “kerajaan bawahan”,

atau sala-ka-Nagara. Ada sala-ka-Nagara tanpa nama, dan ada yang mempunyai

nama seperti tersebut dalam naskah Sunda, termasuk Wangsakerta, dan Dagh

Register. Beberapa “kerajaan bawahan” itu: Judea Karti, Kalapa Girang, dan Tanjung

Kalapa atau Tanjung Jaya. Meski Tanjung Kalapa merupakan kerajaan bawahan

kerajaan Sunda, tetapi etnik Betawi bukan sub uni suku-bangsa Sunda.

Karena itu masyarakat Betawi tidak mengenal struktur feodalisme. Tidak ada

menak dalam struktur masyarakat Betawi. Tidak pada tempatnya kalau “menak”

(7)

Betawi. Betawi itu Melayu. Ini azas biologi. Mereka yang mengaku turunan siapa

pun, jika tidak ada darah Melayu, tidak ada dasar sama sekali kalau tiba-tiba ingin

bersila di mahjana teratas piramida sosial Betawi. Betawi bukan masyarakat feodal.

Betawi masyarakat egaliter, masyarakat lu gue.

C. Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk menggerakkan dan

mengarahkan anak buah untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan bisa juga disebut

sebagai cara seseorang dalam memimpin. Orang yang menjalankan kepemimpinan

adalah pemimpin. Pemimpin memiliki peran untuk bertanggung jawab dalam

menggerakkan dan memotivasi anggotanya untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Weber, konsep kepemimpinan paling tidak dapat dibedakan menjadi

tiga jenis ideal (ideal type), yaitu :

a. Kepemimpinan tradisional yang tuntutan keabsahannya didasarkan atas

suatu kepercayaan yang telah ada (established) pada kesucian tradisi

kuno.

b. Kepemimpinan rasional yang berdasarkan kepada hukum atau legalitas

peraturan.

c. Kepemimpinan kharismatik yang didapatkan dari pengabdian diri terhadap

kesucian, kepahlawanan tertentu atau sifat yang patut dicontoh dari

(8)

BAB III PEMBAHASAN A. Kepemimpinan Dalam Budaya Betawi

Dalam ekspresi budaya Betawi itu tercermin elastisitas kebudayaan Melayu.

Elastisitas kebudayaan bertolak dari egaliterianisme, kesetaraan. Tanpa sikap

(attitude) yang egaliter tidak akan muncul elastisitas kebudayaan. Egaliterianisme ini

merupakan ruh ideologi politik orang Betawi, sekaligus merupakan pandangan

mereka tentang kehidupan.

Kalapa adalah Bandar Internasional sejak abad XII M. Tentulah orang-orang

Betawi harus dapat memahami dan sejauh mungkin mengapresiasi perilaku para

pelancong dan pendatang yang mengalir dari 36 negeri. Jiwa kepemimpinan disini

diasah dan sekaligus ditantang. Hal lain yang menyangkut karakter etnis pada

masyarakat Betawi, dan sedikit banyak juga terjadi di dunia Melayu, orang Betawi

tidak terlalu suka menonjolkan dirinya.

Menjadi tabiat dasar orang betawi untuk tidak menonjolkan diri5. Begitu

banyak resi di zaman pra Islam, tetapi hanya sedikit saja yang dapat diketahui

namanya, yaitu Resi Buyut Nyai Dawit Cibinong, Resi Gerowak Condet, dan Resi Ki

Balung Tunggal Condet. Perkataan resi itu sendiri berasal dari Ibrani rashi,

pemimpin.

Saat ini sikap humble (tidak menonjolkan diri) tidak selalu membantu dalam

persaingan kepemimpinan. Dalam persaingan kepemimpinan politik, sekali tabiat

rendah hati dapat dilupakan sementara. Dalam persaingan kepemimpinan politik

harus tampil dengan prima, tetapi wajar.

Kepemimpinan dalam jalur rompogan, rerompogan, dan krajan tidak paralel

dengan kepemimpinan dalam ritual. Di dalam jalur politik, kepemimpinan cenderung

di tangan laki-laki, tetapi dalam ritual, kepemimpinan dapat saja dikendalikan

perempuan, contoh Resi Buyut Nyai Dawit. Bahkan Buyut Nyai Dawit dijuluki Pager

Resi.

5 Saidi, Ridwan. 2010. Kepemimpinan Politik Betawi di Daerah Jakarta 1942-1957 dan Akar Kebudayaannya.

(9)

Resi atau Olot, bukanlah sebuah kelas sosial dimana dengan modal omong

terima amplop saban saat. Resi atau olot harus bekerja seperti anggota masyarakat

yang lain. Resi atau olot dalam ritual berfunsi memberi pituah di blandongan tempat

menerima tamu. Agama, atau pun sistem kepercayaan monotheisme, membangun

idealism cita kemasyarakatan. Kesederhanaan bukan berarti sama sekali

meninggalkan kehidupan duniawi. Resi tidak boleh menganggur. Resi tidak boleh

hidup dari amplop hulun, pengikut.

Lokasi Universitas Indonesia di Salemba pada abad XVII disebut kampung

Padri, maksudnya ulama. Karena disini ada paseban tempat pengajaran agama yang

dipimpin Pangeran Sugiri. Pangeran Sugiri adalah salah seorang ulama yang

menyertai penyerbuan ke Batavia. Pangeran Sugiri menikah dengan puteri Betawi

dari kampung Kenari bernama Mayang Sari.

Tingkat akseptasi masyarakat Betawi terhadap Sultan Agng sangat tinggi.

Tampaknya tokoh Jawa yang bersemi di sanubari orang Betawi yaitu Sultan Agung.

Sikap ini jauh berbeda disbanding saat penghancurkan kraton Jayakarta oleh VOC.

Setidaknya orang-orang Betawi membiarkan kraton made in Gujarat itu dihancurkan.

Dalam perjalanan sejarah berikutnya, sepuluh tahun setelah VOC berkuasa, Betawi

berdiri di sisi Sultan Agung dalam menghadapi VOC.

Relasi Betawi-Jawa di masa lampau cukup baik bermula dari ekspedisi militer

Sultan Agung ke Batavia sebanyak dua kali telah menaikkan semangat pribumi

melawan penjajah. Tokoh Sura Agul Agul yang menjadi panglima tempur berakar

dalam masyarakat Betawi. Perkataan agul sebagai nama diri berubah menjadi kata

sifat di-agulin, dibanggakan.

Pitung adalah nama diri yang dipastikan salah penyebutan. Snouck Horgronye

menyebutnya Betong, begitu pun sejumlah korang yang terbit pada waktu itu.

Metatesis b dengan p adalah biasa dalam bahasa Melayu, Persoalannya, bagaimana

membaca betong? Dibaca sebagaimana ditulis, atau dibaca bé’tong. Kalau namanya

Betong, atau Betung, dapat dipahami itu mengacu pada jenis bamboo yang kokoh

dan kuat dan berwarna hitam. Kalau namanya betung itu bearti nama setelah ia

(10)

B. Partisipasi Politik Orang Betawi

Menurut Ridwan Saidi, Manusia Betawi yang berpolitik itu sifatnya, untuk

sebagiannya, mungkin tercermin dalam sejumlah pantun rakyat Betawi yang

merupakan koleksinya yang berjudul Pantun-pantunan. Pantun ini berdar di wilayah

(11)

Dalam pemilu 1955 dan 1957 terlihat kepercayaan partai-partai politik

Masyumi, NU, dan PNI begitu baik pada orang-orang Betawi6. Artinya, dalam

pandangan kepemimpinan partai tersebut orang Betawi cukup berpotensi terjun

dalam jalur kepemimpinan politik. Imbal baliknya, afiliasi politik orang-orang Betawi

juga kepada ketiga partai tersebut. Ini menjelaskan bahwa kebanyakan orang

Betawi menganut keyakinan politik Islam dan Kebangsaan.

Mesin penggerak partai NU di Jakarta kebanyakan putera-putera Betawi.

Peran anak-anak Betawi di partai Masyumi juga tidak kecil dalam mengukuhkan

dominasi Masyumi di Jakarta. Hal yang nyaris serupa terjadi di PNI. Tidaklah

mengherankan kalau pemilu 1955 melahirkan koalisi Masyumi dan PNI di Jakarta

dan peringkat nasional.

Dua putera Betawi: Ali AlHamidi dan Salehah Thabrani adalah komunikator

politik yang cemerlang bagi partai Masyumi. Ayatullah Saleh adalah putera Betawi

yang cukup lama mendapat kepercayaan memimpin NU di Jakarta.

Pilihan politik orang Betawi dilakukan dengan sadar. Jika mereka menolak PKI

karena partai ini dainggapnya sebagai partai yang tidak bertuhan. Artinya,

orang-orang betawi menjunjung tinggi keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

C. Betawi : Antara Pemimpin, Politik, dan Kebudayaan

Salah satu tokoh Betawi yang menonjol adalah Mohammad Husni Thamrin,

lahir 16 Februari 1894 adalah tokoh besar yang telah menggugah kesadaran politik

rakyat, termasuk kaum Betawi, akan hak-hak politiknya. Thamrin mendirikan Kaum

Betawi dan Pemuda Kaum Betawi yang ikut serta menandatangani Sumpah Pemuda

tahun 1938.

Thamrin sebagai tokoh pergerakan yang berkaliber nasional tidaklah

tidak mudah. Untuk mencapai tingkat itu ia memulai dari bawah, dari tingkat

lokal. Dia memulai geraknya sebagai seorang tokoh (lokal) Betawi. Thamrin sejak

muda telah memikirkan nasib masyarakat Betawi yang sehari - hari dilihatnya.

Sebagai anak wedana, dia tidaklah terpisah dari rakyat “jelata”. Malah dia

sangat dekat dengan mereka. Sebagaimana anak-anak sekelilingnya, yang

6

(12)

terdiri dari anak-anak rakyat jelata, dia pun tidak canggung-canggung untuk

mandi-mandi bersama di Sungai Ciliwung. Dia tidak canggung-canggung untuk

tidur bersama mereka. sebagaimana yang pernah disaksikan oleh ayahnya

sendiri. Kelincahannya sebagai pemimpin agaknya telah menampak sejak masih

usia "remaja".

Thamrin dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem

Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat) di Hindia

Belanda, mewakili kelompok Inlanders (pribumi). Pada tahun 1927 ditunjuk sebagai

anggota Volksraad untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh Gubernur

Jendral. Pada mulanya kedudukan itu ditawarkan kepada Hos Cokroaminoto tetapi

ditolak. Kemudian ditawarkan lagi kepada Dr. Sutomo tetapi juga dia menolak.

Dengan penolakan kedua tokoh besar ini, maka dibentuklah suatu panitia, yaitu

panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seorang yang dianggap pantas untuk

menduduki kursi Volksraad yang lowong. Panitia Dr. Sarjito akhirnya menjatuhkan

pilihannya kepada Muhammad Husni Tharnrin. Alasan yang dikemukakannya ialah

bahwa Muhammad Husni Thramrin cukup pantas menduduki kursi itu mengingat

pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad7.

Thamrin wafat dalam status sebagai tahanan rumah pemerintan Belanda

pada 11 Januari 1941 dalam usia 46 tahun. Di zamannya, Thamrin satu-satunya

pejuang politik asal Betawi yang dapat menerobos cakrawala kepemimpinan

Nasional.

Kemudian tokoh Betawi yang berhasil menjadi Pemimpin Jakarta salah

satunya yaitu Fauzi Bowo. Tokoh yang mempunyai julukan Foke ini menjadi

Gubernur Jakarta dari 2007-2012 (5 tahun) merupakan pria berdarah Jawa-Betawi,

lahir di Jakarta, 10 April 1948.

Fauzi Bowo memulai kariernya dengan mengajar di Fakultas Teknik UI. Ia

bekerja sebagai pegawai negeri sejak tahun 1977. Beberapa posisi yang pernah

dijabatnya antara lain adalah sebagai Kepala Biro Protokol dan Hubungan

Internasional dan Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Foke adalah wakil gubernur

DKI Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso tahun 2002-2007.

7

(13)

Dalam sejarah kontemporer rasanya dua tokoh tersebut menjadi contoh

orang Betawi yang menjadi pemimpin di pemerintahan. Sebenarnya masih banyak

lagi, hanya saja kurang begitu dikenal dan menonjol, seperti M. Thahir, Ketua Boedi

Oetomo Weltervreden, yang selalu menggunakan bahasa dan pepatah Betawi serta

menuntut agar anak Betawi boleh sekolah di sekolah Belanda8.

Tokoh Betawi kurang banyak yang menjadi pemimpin di Pemerintahan, bisa

dilihat pada tahun 1950, dibentuk Majelis Perwakilan Kota Jakarta sesuai dengan

amanat UUDS 1950. Keanggotaan MPK Jakarta diambil dari utusan-utusan partai

politik. Dari 25 anggota MPK Jakarta, hanya seorang anak Betawi, yakni Jusuf

Bandjar utusan Persatuan Pemuda Republik.

Selebihnya banyak tokoh Betawi yang berjuang melalui seni dan kebudayaan.

Sebut saja sang legendaris, Benjamin Sueb, lahir di Kemayoran, Jakarta, 5 Maret

1939. Benyamin yang merupakan seniman, aktor, dan sutradara yang telah

menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film. Benyamin meninggal

pada 5 September 1995 diusia 56 tahun.

Selain itu ada juga tokoh Betawi yang merupakan seniman, kemudian terjun

ke dunia politik, yaitu Deddy Mizwar dan Rano Karno. Deddy Mizwar yang lahir di

Jakarta 5 Maret 1955 merupakan seorang aktor senior dan sutradara. Saat ini Deddy

adalah Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018. Sementara itu Rano Karno

lahir di Jakarta, 8 Oktober 1960 yang dikenal sebagai Si Doel Anak Sekolahan adalah

aktor, penyanyi dan sutradara. Kini Si Doel menjadi Gubernur Banten sejak 12

Agustus 2015.

8 Pejuang Betawi yang Masih Dilupakan oleh Sejarah

(14)

BAB IV KESIMPULAN

Jakarta merupakan Ibu Kota Negara, pusat pemerintahan, pusat kegiatan

perekonomian, dan kebudayaan di Indonesia. Segala sesuatu hal yang terjadi di

Jakarta setidaknya akan mempengaruhi Indonesia secara keseluruhan. Sebagai

penduduk yang berada di Jakarta, tentunya masyarakat Betawi mewarnai dan

memiliki peran sejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Identitas orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnik mulai dikenal adanya

sejak abad ke-19. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah

kelompok etnik maupun sebagai sebuah satuan sosial dan politik baru muncul

setelah didirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi oleh tokoh masyarakat orang Betawi

Moh. Hoesni Thamrin, pada tahun 1923.

Tokoh Betawi di kancah politik yang menonjol diantaranya adalah Moh.

Hoesni Thamrin, tokoh yang menandatangi Soempah Pemoeda 1928 dan menjadi

pahlawan nasional, serta Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur DKI tahun 2007-2012.

Selebihnya Gubernur DKI, dimana tempat tinggal masyarakat Betawi, dipimpin oleh

orang non-Betawi. Seperti Ali Sadikin yang kelahiran Sumedang Jawa Barat, Sutiyoso

dari Semarang Jawa Tengah, Joko Widodo dari Solo, hingga Ahok dari Belitung.

Kepemimpinan orang Betawi tidak bisa dipisahkan dari kebudayaannya dan

jiwa seninya. Karena tokoh Betawi yang awalnya seniman, justru kemudian sukses

terjun ke dunia politik, yaitu Deddy Mizwar yang menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat

dan Rano Karno yang menjadi Gubernur Banten.

Orang Betawi cenderung menjadi pemimpin di bidang seni dan kebudayaan.

Nama-nama pengarang Betawi sohor Mahbub Djunaidi, S.M. Ardan, Firman

Muntaco. Ismail Marzuki anak kwitang, adalah legenda musik Indonesia. Perempuan

Berdarah Betawi Mester Dewi Sandara, putri Indonesia Alya Rochali yang juga

Betawi Mester. Meskipun mereka bukan merupakan pemimpin yang ada dalam teori

kepemimpinan. Tetapi mereka mampu berkarya dan memiliki pengikut. Karena

dengan popularitasnya mereka bisa menjadi pemimpin di kancah politik. Meskipun

kalah, Bim Benjamin, anaknya Benyamin Sueb telah mencoba untuk menjadi Wakil

(15)

REFERENSI

Saidi, Ridwan. 2011. Potret Budaya Manusia Betawi. Jakarta : Perkumpulan

Renaissance Indonesia

Saidi, Ridwan. 2010. Kepemimpinan Politik Betawi di Daerah Jakarta 1942-1957 dan

Akar Kebudayaannya. Jakarta : Perkumpulan Renaissance Indonesia

Suparlan, Parsudi. 2004. Masyarakat dan Budaya Perkotaan: Perspektif Antropologi

Perkotaan. Jakarta : YPKIK

ONLINE

Pejuang Betawi yang Masih Dilupakan oleh Sejarah

http://www.gobetawi.com/2014/10/pejuang-betawi-yang-masih-dilupakan.html

diakses 29 Desember 2015

Sejarah Jakarta

http://www.jakarta-tourism.go.id/taxonomy/term/7?language=id#content-495 diakses 29

Referensi

Dokumen terkait

Communication Strategy Public Relations of Angkasa Pura 1 (Ltd) Juanda International Airport Surabaya to Socializing the new Terminal (T2).. On February 14, 2014, 2 nd terminal

Dari dua hal yang teramati ini diketahui bahwa sedikit pengotor yang terdapat dalam karbon aktif, karena sebagian besar activating agent telah habis bereaksi

Penelitian ini digunakan dengan menerapkan data mining berdasarkan asosiasi dengan menggunakan algoritma apriori, untuk memudahkan perusahaan atau analis dalam

Teori baru ”The Foetal Origins of Disease” yang dikemukakan oleh professor David Barker dan kawan-kawan berdasarkan kajian studi di Inggris tahun 1980 merumuskan bahwa bayi

Anggota komite yang merupakan pihak independen tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan Dewan Komisaris,

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa paparan uap bensin pada penjual bensin eceran dapat meningkatkan frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa bukal

membentuk tunas dan akar, maka bibit tersebut akan mengambil unsur hara yang ada dalam tanah, dengan media tanah dan pasir akan menciptakan kondisi yang cukup unsur

beragama yang terdiri dari pemuka agama dan tokoh masyarakat. Dalam mempertahankan toleransi umat beragama FKUB Kota Batam juga. mengalami beberapa hambatan-hambatan seperti