LAPORAN TAHUNAN
2015
PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN
DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pageii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Laporan Tahunan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK EK)Tahun 2015 ini terselesaikan.
Buku Laporan Tahunan ini merupakan salah satu evaluasi setiap tahun dari pelaksanaan kegiatan yang memuat gambaran ringkas tentang kinerja Pusat TTK EK dengan menggunakan pendekatan sistem, yakni meliputi masukan (input), proses, keluaran (output), outcome dan impact. Outputdiukur dengan capaian indikator kinerja kegiatan. Sedangkan outcome dan impact hasil penelitian dan pengembangan tidak dapat diukur di tingkat masyarakat, karena penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penunjang program, maka parameternya adalah seberapa jauh hasil penelitian dan pengembangan dapat dipakai oleh penentu kebijakan atau pemegang program untuk perbaikan kebijakan maupun perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Terbitnya Buku Laporan ini diharapkan akan bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang terdapat pada Buku Laporan Tahunan ini diharapkan dapat dipakai sebagai alat untuk mawas diri sekaligus masukan untuk perbaikan perencanaan tahun berikutnya.
Kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan buku ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya.Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu saran dan usulan yang membangun dan bermanfaat akan kami terima.
Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pageiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..………..…… i
DAFTAR ISI ……….……….……..… ii
DAFTAR TABEL ….……….……..… iii
DAFTAR GAMBAR ……….……..… iv
DAFTAR SINGKATAN ..………...….…..… v
BAB I. ANALISA AWAL TAHUN ….………..……… 1
A. HAMBATAN TAHUN LALU ……….……….. 1
B. KELEMBAGAAN ...………. 2
C. SUMBER DAYA ……….. 4
BAB II. TUJUAN DAN SASARAN KERJA ………. 13
A. DASAR HUKUM ………..………. 13
B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR ..……… 14
BAB III. STRATEGI PELAKSANAAN …….……… 17
A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ……… 17
B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI ….……….. 17
C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN ……… 18
BAB IV. HASIL KERJA ……….……… 19
A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ……… 19
B. PENCAPAIAN KINERJA ………..……….. 21
C. REALISASI ANGGARAN ... 34
D. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ... 35
BAB V. PENUTUP ……… 36
Lampiran:
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pageiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. : Sarana dan Prasarana, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
Tabel 1.2. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2015
Tabel 1.3. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Output Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik,Tahun 2015
Tabel 2.1. : Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
Tabel 4.1. : Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
Tabel 4.2. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan, Jumlah rekomendasi kebijakan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2015 Tabel 4.3. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Jumlah Produk / Informasi/ Data di
bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
Tabel 4.4. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
Tabel 4.5. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi KlinikTahun 2015
Tabel 4.6. : Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2015
Tabel 4.7. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2015
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pagev DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. : Struktur Organisasi Pusat TTK EK
Gambar 1.2. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan
Gambar 1.3. : Jumlah Pegawai Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional
Gambar 1.4. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Fungsional Peneliti
Gambar 1.5. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Umur
Gambar 1.6. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 1.7. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Gambar 1.8. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambar 4.1. : Sertifikat Akreditasi Majalah Ilmiah
Gambar 4.2. : Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pagevi DAFTAR SINGKATAN
ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan
ACT : Artemisinin-based combination therapy
AIDS : Aqquaired Imunodefeciency Syndrom
AKE : Angka Kecukupan Energi
AKP : Angka Kecukupan Protein
AN : Artemisinin-naphthoquine
ARV : Anti Retroviral
BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial
BS : Blok Sensus
BTA : Bakteri Tahan Asam
BUKR : Bina Upaya Kesehatan Rujukan
CAPD : Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis
CT Scan : Computerized Tomography Scan
D1, D2, D3 : Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3
DHP : Dihidroartemisinin piperaquine
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DKI : Daerah Khusus Ibukot
DM : Diabetes melitus
DMF-T : Decay Missing Filled Teeth
DP : Dihydroartemisinin-piperaquine
EK : Epidemiologi Klinik
EK PM : Epidemiologi Klinik Penyakit Menular
EK PTM : Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular
ESRD : End Stage Renal Disesasses
Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
HbA1C : Hemoglobine A1C
HD : Hemodialisis
HIV : Human Imunodeficiency Virus
IKK : Indikator Kinerja Kegiatan
ILSI : Institute Life Science International
INA : Indonesian
INA CBGs : Indonesian Case Based Groups
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pagevii
IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
ISO : International for Standardization Organization
Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KDIGO : Kidney Disease Improving Global Outcome
KUA : Kantor Urusan Agama
KKU : Keuangan, Kepegawaian dan Umum
LDL : Low Density Lipoprotein
LFG : Laju Fitrasi Glomerulus
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
MRA : Mutual Recognition Arrangement
OR : Ods Ration
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PCR : Polimerase Chain Reaction
Permenkes : Peranturan Menteri Kesehatan
Permensos : Peraturan Menteri Sosial
PERNEFRI : Perhimpunan Nefrologi Indonesia
PKM : Pusat Kesehatan Masyarakat
PKS : Program dan Kerjasama
PP : Peraturan Pemerintah
PPI : Panitia Pembina Ilmiah
PGK : Penyakit Ginjal Kronik
PPK 1 : Pemberi Pelayanan Kesahatan Tingkat 1
QoL : Quality of Life
Raker : Rapat Kerja
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RS : Rumah Sakit
RSJ : Rumah Sakit Jiwa
RSU : Rumah Sakit Umum
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RSUPN : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SEAICRN : South East Asia Infectious disease Clinical Research Network
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Pageviii
SLTA : Sekolah Lanjutan Atas
SPPD : Surat Perintah Perjalanan Dinas
STR : Surat Tanda Registrasi
S1, S2, S3 : Strata 1, Strata 2, Strata 3
TB : Tuberkulosis
TK : Taman Kanan Kanan
TP2U : Tim Penilai Peneliti Unit
TTK : Teknologi Terapan Kesehatan
TTK FK : Teknologi Terapan Kesehatan Farmasi dan Kedokteran
TTK GM : Teknologi Terapan Kesehatan Gizi dan Makanan
TU : Tata Usaha
UGM : Universitas Gadjah Mada
UU : Undang Undang
UNILA : Universitas Lampung
WHO : World Health Organization
XDR TB : Extensively drug resistant tuberculosis
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page1
BAB I
ANALISA SITUASI AWAL TAHUN 2015
A. HAMBATAN TAHUN 2014
Pencapaian pembangunan jangka menengah sektor kesehatan ditandai dengan membaiknya beberapa indikator kesehatan, baik penyakit menular maupun tidak menular. Namun demikian, kondisi sekarang berbagai penyakit menular, terutama penyakit infeksi menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi ancaman bagi negara lain.
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK EK), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, harus ikut berperan dalam upaya perbaikan indikator kesehatan dan upaya pemecahan masalah dan penanggulangan penyakit, melalui penelitian dan pengembanganbidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Selama pelaksanaan Tahun 2015, terdapat beberapa hal yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, yakni:
1. belum adanya rumah sakit penelitian dan laboratorium penunjang,
2. terbaginya kantor Jakarta Bogor menyebabkan terhambatnya rentang kendali bidang manajemen dan administrasi,
3. masih rendahnya kemampuan untuk melaksanakan penelitian klinik, 4. masih sedikitnya peneliti yang berlatar belakang klinisis.
5. Masih kurangnya kemampuan untuk menyusun rekomendasi kebijakan, serta, kurangnya waktu dikarenakan pengusul juga terlibat untuk kegiatan lain,
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page2
B. KELEMBAGAAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat TTK EK mempunyai tugas mengelola, melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik menyelenggarakan fungsi :
1. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;
2. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;
3. pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;
4. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan
5. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat
Penjabaran dari tugas dan fungsi tersebut, maka dalam susunan organisasi Pusat TTK EK yang terdiri dari:
1. Bagian Tata Usaha (Bagian TU)
2. Bidang Teknologi Terapan Kesehatan (Bidang TTK) 3. Bidang Epidemiologi Klinik (Bidang EK)
4. Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub-bagian PKS)
5. Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum (Sub-bagian KKU)
6. Sub Bidang Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran (Sub-bidang TT FK) 7. Sub Bidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan (Sub-bidang TTGM) 8. Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Menular (Sub-bidang EKPM)
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page3
Gambar 1.1.
Struktur Organisasi Pusat TTKEK
Di samping itu, Pusat TTKEK, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga mempunyai struktur ad-hoc yakni:
1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI)
Tugas Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:
a) Memberikan masukan kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik tentang prioritas dan kualitas penelitian pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
b) Memberikan saran dalam penyusunan rencana program dan kerjasama penelitian dan pengembangan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik serta pengembangan kemampuan institusi
c) Melakukan seleksi dan menilai usulan penelitian sesuai dengan kriteria pedoman yang telah ditentukan dan memberikan saran perbaikan sebagai masukan untuk Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
d) Melakukan pembinaan penelitian dari proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan akhir
e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap laporan hasil penelitian, penyebarluasan hasil penelitian termasuk dalam seminar hasil penelitian dan publikasi
Kepala Dr. Siswanto, MHP, DTM
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page4 f) Membina peneliti melalui seminar, diskusi ilmiah, kursus, perumusan pedoman dan
lain sebagainya.
g) Memupuk lingkungan kehidupan ilmiah
2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U)
Tugas Tim Penilai Peneliti Unit Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:
a) Membantu para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional
b) Memberikan saran perbaikan kepada para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional
c) Memberikan penjelasan kepada para peneliti tentang Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti
d) Melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
e) Mengecek kebenaran artikel/tulisan yang diajukan
f) Mengingatkan/memberi peringatan pada peneliti yang angka kreditnya akan habis sesuai batas waktu yang ditentukan
C. SUMBER DAYA
Sumber daya yang dipunyai Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta dana. Jabaran tentang sumber
daya dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset utama dalam organisasi
penelitian. Berdasarkan data kepegawaian sampai dengan 31 Desember 2015, Pusat
TTK EK memiliki 178 orang pegawai. Berikut adalah penjabaran jumlah pegawai
berdasarkan jabatan struktural dan fungsional, kelompok umur, jenis kelamin,
golongan, pendidikan.
Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jabatan pegawai negeri sipil
dikelompokkan menjadi 2 yakni jabatan fungsional dan jabatan struktural. Berikut
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page5 Berdasarkan jenjang jabatan, fungsional tertentu merupakan jumlah pegawai terbanyak. pegawai. Struktural sebanyak 10 pegawai, dan dalam jenjang struktural terdapat pegawai yang merangkap jabatan, sebagai pejabat struktural dan yang bersangkutan juga memiliki jenjang fungsional.
Apabila dipilah, maka jenjang jabatan fungsional, dapat dibagi menjadi peneliti, teknisi litkayasa dan analisis kepegawaian. Berikut adalah gambaran pegawai berdasarkan jenjang jabatan fungsional.
Berdasarkan jenjang jabatan fungsional tertentu maka peneliti merupakan jenjang
jabatan fungsional dengan jumlah pegawai terbanyak.
Jenjang fungsional penelitipun bila dilihat lebih detil dapat dibagi lagi berdasarkan
ketentuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yakni peneliti utama, peneliti
madya, peneliti muda, dan peneliti pertama. Berikut gambaran jenjang fungsional
peneliti berdasarkan kriteria LIPI.
0
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan
Jumlah Pegawai
Jumlah Pegawai Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional
Jumlah Pegawai
62
22
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page6
Berdasarkan jenjang jabatan fungsional peneliti maka peneliti madya merupakan
jenjang jabatan fungsional peneliti dengan jumlah pegawai terbanyak.
Menurut kelompok umur pegawai dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur, yakni
1) ≤ 30 tahun, 2) 31- 40 tahun, 3) 41-50 tahun, 4) 51-55 tahun, dan 5) ≥ 56 tahun. Berikut jumlah pegawai berdasarkan umur.
Menurut jenis kelamin, pegawai dibagi berdasarkan jenis kelamin laki laki dan
perempuan. Berikut jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin ;
0 5 10 15 20 25
Pertama Muda Madya Utama
Gambar 1.4.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Fungsional Peneliti
Jumlah Pegawai
20
15
23
4
0 10 20 30 40 50 60
≤ 30 31 - 40 41 - 50 51 - 55 ≥ 56 Gambar 1.5.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Umur
Jumlah Pegawai
16
53
45
28
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page7
Menurut golongan, pegawai dibagi berdasarkan golongan I, II, III, dan IV. Berikut
jumlah pegawai berdasarkan golongan;
Berdasarkan golongan, dari 178 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan
golongan III.
Menurut tingkat pendidikan, pegawai dibagi berdasarkan tingkat pendidikan SD,
SLTP, SLTA/D1, D2/D3, S1, S2, dan S3. Berikut jumlah pegawai berdasarkan
tingkat pendidikan;
0 20 40 60 80 100 120
Laki-laki Perempuan Gambar 1.6.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Pegawai
77
102
0 20 40 60 80 100 120
I II III IV
Gambar 1.7.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan
Jumlah Pegawai
1
43
102
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page8
Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 178 pegawai banyak didominasi oleh pegawai
dengan tingkat pendidikan S2.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Pusat TTK EK meliputi yang bergerak maupun
tidak bergerak. Secara umum sarana yang tidak begerak meliputi: gedung
perkantoran, gedung pelatihan, gedung peneliti, gedung laboratorium, gedung
perpustakaan.
Tabel 1.1. Sarana dan Prasarana
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi
(Baik/Rusak)
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page9
10 Alat komunikasi 48 buah Baik
11 Alat kedokteran 204 buah Baik
12 Alat kesehatan umum 6 buah Baik
13 Unit alat laboratorium 602 buah Baik
14 Unit alat laboratorium kimia nuklir 363 buah Baik
15 Alat laboratorium fisika nuklir elektronika 31 buah Baik 16 Alat proteksi radiasi/ proteksi lingkungan 2 buah Baik
17 Alat laboratorium lingkungan hidup 15 buah Baik
18 Alat laboratorium standarisasi kalibrasi dan instrumentasi
3 Koleksi barang-barang perpustakaan/non buku
1 buah Baik
VIII Laboratorium
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page10
Tabel 1.2.
Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
No Alokasi Jumlah
1 Belanja Pegawai Rp. 13.149.276.000
2 Belanja Barang Rp. 10.241.325.000
3 Belanja Modal Rp. 4.285.599.000
Jumlah Rp. 27.676.200.000
Diluar belanja pegawai, alokasi anggaran terbanyak adalah alokasi untuk belanja barang. Apabila dipilah berdasarkan output maka alokasi anggaran tersebut sebagai berikut:
Tabel 1.3.
Alokasi Anggaran Berdasarkan Output
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
No Output Jumlah
1. Layanan Perkantoran Rp. 16.270.472.000
2. Penelitian Bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
4.625.045.000
3. Dokumen perencanaan program dan anggaran 290.860.000
4. Laporan Kinerja 102.031.000
5. Dokumen Keuangan, kekayaan negara dan tata usaha
236.395.000
6. Sarana dan prasarana lingkungan kantor 2.275.700.000
7. Manajemen Laboratorium 121.660.000
8. Dokumen informasi, publikasi dan diseminasi 435.949.000
9. Peralatan Fasilitas Perkantoran 34.800.000
10. Dokumen hukum, organisasi dan kepegawaian 133.665.000
11. Dokumen bidang ilmiah dan etik 1.026.156.000
12. Alat Pengolah Data 590.002.000
Fasilitas Laboratoium 1.419.897.000
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page11
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN KERJA
A. DASAR HUKUM
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat TTK EK mengacu pada dasar hukum sebagai berikut:
1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);
2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609);
5) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-2015
6) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 2012
7) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Prioritas Pembangunan Nasional 8) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
10) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/X/2002 tentang Persetujuan Penelitian Kesehatan Terhadap Manusia;
11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025
12) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
13) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2015
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page12 15) DR. Dr. Trihono, MSc. (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes,
Jakarta.
16) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Tahun 2010 – 2015.
B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.1144 Tahun 2010 Tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Dan untuk mencapai tugas pokok fungsi tersebut telah ditetapkan, visi, misi, tujuan, sasaran, dan indikator.
1. Visi
Visi yang ingin dicapai adalah menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan beberapa misi, yang dilaksanakan oleh segenap jajaran dilingkungan Pusat TTK EK. Adapun misi yang telah ditetapkan meliputi:
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang kedokteran dan farmasi.
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang gizi dan makanan.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian dan epidemiologi klinis penyakit menular dan penyakit tidak menular.
d. Menjadikan Badan Litbangkesmenjadi koordinator jejaring penelitian klinis di Indonesia melalui Pusat TTKEK.
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page13
3. Tujuan
Tujuan organisasi ditetapkan berdasarkan yang ingin dicapai dalam jangka panjang selam 5 tahun dan jangka pendek selama satu tahun. Untuk tahun 2015, tujuan yang ingin dicapai meliputi:
a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
b. Melaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
4. Sasaran
Untuk mencapai tujuan telah ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran ini merupakan hasil nyata yang akan dicapai dengan rumusan yang spesifik, terarah. Adapun sasaran yang telah ditetapkan meliputi:
a. Terlaksananya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan jumlah produk/model intervensi/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
b. Terlaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik, baik nasional maupun internasional
5. Indikator Kinerja Kegiatan
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page14
Tabel 2.1.
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Sasaran
Strategis Indikator Target Realisasi
1 Meningkatnya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Jumlah rekomendasi
kebijakan yang dihasilkan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik
7 8
Jumlah Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:
a. Nasional b. Internasional
13 5
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page15
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN
A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
Strategi pencapaian sasaran dilakukan dengan menyusun program tahun 2015, dengan mengacu pada RPJMN, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, dan Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTK EK Tahun 2010 - 2015. Secara umum strategi pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan 3 kegiatan, yakni;
1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan
2. Melaksanakan penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbang
3. Melaksanakan riset kesehatan nasional berupa Riset Kesehatan Dasar
B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI
Dalam melaksanakan strategi pencapaian tujuan dan sasaran, dirasakan adanya beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari internal maupun eksternal Pusat TTK EK. Adapaun hambatan yang dirasakan meliputi:
1. Adanya pembagian kantor Jakarta Bogor, dimana manajemen administrasi berada di Bogor, memberikan kesulitan dalam rentang kendali manajemen dan administrasi 2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian
3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik 4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim 5. Belum terakreditasinya laboratorium terpadu
6. Penelitian klinik yang dilakukan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan masih belum terkoordinasi.
C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN
Terobosan telah dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang ada agar tidak menganggu dalam pencapaian tujuan. Terobosan yang dilakukan berupa:
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page16 secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.
2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian dilakukan diansipasi dengan melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah sakit dan laboratorium penunjang.
3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik dilakukan antisipasi dengan mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.
4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim dilaksanakan dengan membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.
5. Melaksanakan akreditasi laboratorium pemeriksaan .
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page17
BAB IV
HASIL KERJA
A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
Pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan kegiatan berupa input dan output. Detil capaian dari masing-masing kegiatan adalah:
1. Masukan (Input)
Untuk melaksanakan kegiatan agar diperoleh output maka telah dilakukan dengan masukan berupa:
a. Sumber daya manusia sebanyak 178 sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan. Sumber daya manusia yang terbagi antara struktural dan fungsional, fungsional yang
terbagi penelitian dan litkayasa serta analis kepegawaian, jenjang pendidikan yang
lebih banyak S2, jenjang peneliti yang lebih didominasi peneliti madya, umur
pegawai yang lebih didominasi usia produksi 31-40 tahun.
b. Sarana dan Prasarana yang dimiliki meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi, dan jaringan. Sarana berupa kantor, ruang peneliti, laboratorium, gedung pelatihan, alat laboratorium dll.
c. Biaya yang teralokasi sebesar Rp 27.676.200.000,- sangat membantu untuk kelancaran kegiatan.
d. Komunikasi dengan menggunaan internet, short massage service. Semua komunikasi dilakukan secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.
e. Melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah sakit dan laboratorium penunjang
f. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.
g. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain. h. Melaksanakan pelatihan penulisan publikasi.
i. Mengoptimalkan fungsi Panitia Pembina Ilmiah
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page18 2. Keluaran (Output)
Output yang dicapai setelah dilakukan upaya dengan memberikan masukan baik berupan sumber daya manusia, dana, saran dan prasarana, teknologi meliputi:
a. Pelaksanaan jejaring penelitian klinik dengan fasilitas pelayanan kesehayan sebagai antisipasi ketiadaan rumah sakit dan laboratorium penunjang. Jejaring dilakukan dengan wadah Indonesia Research Partnership on Infectious Disease = INA RESPOND, yang terdiri dari 8 rumah sakit dan 7 fakultas kedokteran. Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, FK Universitas Padjadjaran/RSUP Dr Hasan Sadikin, FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr Kariadi, FK Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, FK Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah dan FK Universitas Hasanuddin/RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo.
b. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan,
c. Mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.
d. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.
e. Panitia Pembina Ilmiah melakukan monitoring setiap pelaksanaan penelitian, dan dengan bersama tim manajemen melakukan supervisi penelitian
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page19 etik. Dan nantinya setiap penelitian klinik akan mendapatkan satu nomor registrasi. Registri dilakukan melalui web: www.ina-registry.org (Indonesia Diseases Registry Web Portal).
B. PENCAPAIAN KINERJA
Berbagai upaya yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran baik berupa masukan maupun keluaran berujung pada pencapaian indikator kinerja kegiatan. Dan berikut capaian kinerja tersebut:
Tabel 4.1.
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Indikator Target Realisasi Realisasi
1. Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik
8 8 >100
2. Jumlah produk/Informasi/ Data di bidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan, Farmasi dan Kedokteran, Epidemiologi Klinik Penyakit Menular dan Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular
12 31 >100
3. Jumlah Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik: terkait dengan jumlah rekomendasi kebijakan dibidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page20
Tabel 4.2.
Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Rekomendasi Kebijakan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Judul Rekomendasi Kebijakan Ketua Penelitian
1 Penataan Pengaturan Minuman Bersoda dan Berenergi untuk Mencegah Penyakit Ginjal Kronik
Dr. Delima, M.Kes
2 Peningkatan Pemanfaatan Terapi Continues Ambulatory Peritoneal Dialisis (CAPD) pada Penyakit Ginjal Kronis Stadium Akhir
Drg. Lelly Andayasari, M.Kes
3 Mempersiapkan Calon Pengantin untuk Melahirkan Anak yang Sehat dan Cerdas
Ir. Erna Lucisari, M.Si
4 Penatalaksanaan Terintegrasi TB-DM Dr. Hadjar Siswantoro,
MPH
5 Deteksi Dini Hipertensi untuk Pencegahan Stroke Dr. Dona Arlinda
6 Membangun Sistem Kesiapsiagaan dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas di Daerah Rawan Kecelakaan
Dr. Frans Suharyanto, SpOP
7 Kajian Tata Laksana HIV/AIDS dalam konteks asuransi.
Dr. Armedy Hasugian, M.Biomed
8 Kajian Pelayanan Kesehatan Tradisional (akupunktur dan jamu) dihubungkan dengan program JKN.
Dr. Hadi Siswoyo, M.Epid
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page21
Tabel 4.3.
Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan
Jumlah Produk / Informasi/ Data di bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
No Output Judul Penelitian Ketua
Pelaksana
Satker
1 Data validasi pembacaan dengan sistem pencatatan dan pembacaan Rontgen
Validasi penilaian dengan
2 Data validasi Riset berbasis penyakit
3 Data Penggunaan Teknik Isotop Untuk Situasi dan Intervensi Gizi Dalam Rangka Promosi
4 Informasi Mengenai Hubungan Status Gizi Lahir Terhadap Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Hubungan status gizi lahir terhadap perkembangan
5 Informasi Mengenai Infeksi Rumah Sakit
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page22 7 Informasi tentang
Konsumsi Makanan Tinggi Kalori dan Lemak, serta kurang Aktivitas Fisik kaitannya dengan kegemukan pada usia 5 - 18 tahun di Indonesia
Aditianti, SP,M.Si
Pusat TTK EK
8 Informasi tentang Pencapaian Gizi
9 Informasi tentang Pola Konsumsi, Gaya
10 Informasi tentang Kontribusi Asupan Zat
11 Informasi tentang Konsumsi Sayur dan
12 Informasi tentang Keragaman Konsumsi Anak Balita di Indonesia
Keragaman Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein Hewani dan Nabati pada Anak Berusia dibawah Lima Tahun dan Hubungannya dengan masalah Gizi Anak Balita di Indonesia
Dr. Fitrah Ernawati, M.Sc
Pusat TTK EK
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page23 14 Informasi tentang
Asupan Energi dari
15 Informasi tentang Uji diagnostik kumpulan gejala saluran pernafasan untuk mendiagnosis
16 Informasi tentang Konsumsi Karbohidrat dan Gula di Indonesia Kaitannya dengan Prevalensi Diabetes Mellitus Tipe 2
Konsumsi Karbohidrat dan Gula di Indonesia Kaitannya dengan
17 Informasi tentang Sumbangan Ikan Laut
18 Informasi tentang Identifikasi Bahan
19 Informasi tentang Karakteristik Konsumsi
20 Informasi tentang Praktek Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0 – 5 Bulan di Indonesia
Praktek Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0 – 5 Bulan di Indonesia
Ir. Tjetjep Syarif Hidayat, M.Kes
Pusat TTK EK
21 Informasi tentang Besaran Keragaman dan Kualitas Konsumsi Bahan Makanan Pada Ibu Hamil di Indonesia
Besaran Keragaman dan Kualitas Konsumsi Bahan Makanan Pada Ibu Hamil di Indonesia
Ir. Yuniar
Rosmalina, M.Sc
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page24 22 Informasi tentang
Kontribusi Zat Gizi
23 Informasi tentang Faktor Determinan Pemanfaatan
24 Informasi tentang Pemetaan Gangguan
25 Informasi tentang Pola Pangan Harapan
26 Informasi tentang Identifikasi Jenis
Permenkes No. 30 Tahun 2013
Identifikasi Jenis
Makanan Produk Industri yang Menyumbangkan Gula, Natrium dan Lemak Berlebih Kaitannya dengan Permenkes No. 30 Tahun 2013
27 Informasi tentang Kontribusi Beberapa Kelompok Bahan MakananTerhadap Asupan Energi dan Protein Pada Anak Usia 5 – 18 Tahun
Kontribusi Beberapa Kelompok Bahan MakananTerhadap Asupan Energi dan Protein Pada Anak Usia 5 – 18 Tahun
drh. Endi Ridwan, MS
Pusat TTK EK
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page25 29 Informasi tentang Kajian
Asupan Lemak menurut
30 Informasi tentang Kajian Berat, Tinggi Badan dan Status Gizi Data Survei Konsumsi Makanan Badan dan Status Gizi Data Survei Konsumsi
31 Informasi tentang Kajian Asupan Air menurut
Capaian ke tiga belas Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4.
Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan
Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No. Judul Artikel Nama Penulis Satker Media Publikasi
1 Pola penyebab kematian di Kota Ambon 2010-2012
Eva Sulitiowati Pusat TTK EK Buletin Surabaya, Januari 2015
2 Perbandingan IMT dan indikator obesitas
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page26 sentral terhadap
terjadinya DMT2
Susilowati No 1 Maret 2015
3 Lama pemberian obat anti tuberkulosa dan kadar zinc serum pasien paru anak(studi kasus di kabupaten Bogor)
Made Dewi Susilowati
Pusat TTK EK Media Gizi Mikro Indonesia, Vol. 6 No 2, Juni 2015
4 Proporsi Seksio Sesarea dan Faktor yang
Berhubungan dengan Seksio Sesarea di Jakarta
Lelly Andayasari Pusat TTK EK Buletin Penelitian Kesehatan
Vo. 43 No. 2 Juni 2015 5 Konsumsi minyak
goreng dan Vitamin A pada beberapa
kelompok umur di dua kabupaten
Sandjaja Pusat TTK EK Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 38, No. 1, Juni 2015.
6 Faktor risiko sindrom metabolik pada orang dewasa di Kota Bogor
Marice Sihombing
Pusat TTK EK Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 38, No. 1, Juni 2015.
7 Pengaruh tapioca termodifikasi ekstrak hijau terhadap glukosa darah dan histologi pancreas tikus diabetes
Elisa Diana Julianti
Pusat TTK EK Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 38, No. 1, Juni 2015.
8 Pendampingan minum tablet tambah darah dapat meningkatkan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil anemia
Aditianti Pusat TTK EK Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 38,
Pusat TTK EK Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015
10 Infeksi Japanese Encephalitis Pada Babi di Beberapa Provinsi Indonesia Tahun 2012
Sahat
Ompusunggu
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page27 11 'Determinan Kejadian
Cedera pada Kelompok Pekerja Usia Produktif di Indonesia
Lusianawaty Tana
Pusat TTK EK Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015
12 Analisis Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi dengan Kegiatan Penambalan dan Pencabutan Gigi di Puskesmas
Lelly Andayasari Pusat TTK EK Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia Vol. 3 No. 2
September 2015
13 Asupan lemak orang dewasa normal dan kelebihan berat badan di Indonesia
Nurfi Afriansyah Pusat TTK EK Penelitian Gizi dan Makanan, Vol. 38, No. 2, Desember 2015.
Untuk capaian kelima publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional, adalah sebagai berikut
Tabel 4.5.
Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan
Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Judul Artikel Nama
Penulis
Satker
Media Publikasi
1 Polymorphism of PXR gene associated with the increased risk of drug-induced liver injury in Indonesian pulmonary tuberculosis patients. Journal of Clinical Pharmacy and
2 The effect of dosing strategies on the therapeutic efficacy of artesunate-amodiaquine for uncomplicated malaria - a meta-analysis of individual AQ Study Group BMC Medicine (2015) 13:66 DOI 10.1186/s12916-015-0301-z
3 Treatment policy change to dihydroartemisinin–
Emiliana Pusat TTK
EK
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page28
No Judul Artikel Nama
Penulis
Satker
Media Publikasi
piperaquine contributes to the reduction of adverse maternal and pregnancy outcom
Tjitra
4 Impaired Systemic Tetrahydrobiopterin
Bioavailability and Increased Dihydrobiopterin in Adult Falciparum Malari
Emiliana Tjitra
Pusat TTK EK
PLOS Pathogens |
DOI:10.1371/journal.ppat. 1004667 March 12, 2015
5 RePORT International - Advancing Tuberculosis Biomarker Research Through Global Collaboration
M. Karyana Pusat TTK EK
RePORT International • CID 2015:61 (Suppl 3) • S155
a) Akreditasi Laboratorium
Pelaksanaan penelitian perlu didukung oleh adanya laboratorium yang terstandar. Tahun 2015, telah dilakukan akreditasi terhadap Laboratirum Pusat TTK EK. Akreditasi diperoleh untuk ISO 17025 yakni standar utama untuk Laboratorium Penguji dan Kalibrasi, untuk pengujian Vitamin A dan Zinc.
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page29
Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji
b) Panitia Pembina Ilmiah
Panitia Pembina Ilmiah dibentuk untuk membantu Kepala Pusat TTK EK dalam pelaksanaan kegiatan terutama penelitian dan pengembangan. Anggota PPI adalah para peneliti yang mempunyai komitmen untuk membina dan memberikan masukan kepada peneliti lain agar pelaksanaan penelitian tidak lepas dari kaidah ilmiah. Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi:
Tabel 4.6.
Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2015
No Tanggal Topik Bahasan
1. 5 Januari 2015 Penyelesaian Laporan Akhir Penelitian 2014 Penyusunan Rekomendasi Kebijakan
2. 22 – 23 Januari 2015 Pemaparan Protokol 2015 Laporan PPI
Laporan Akhir Penelitian 2014
3. 2 - 3 Februari 2015 Penyusunan Protokol Infeksi Rumah Sakit Terkait Penggunaan Alat Medis Invasif 4. 13 – 14 April 2015 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan
Kegiatan penelitian
Pembahasan Proposal Analisis Lanjut
5. 20 April 2015 Pembahasan Hasil Review Protokol Analisis Lanjut
Penyusunan Rencana Kerja PPI
6. 12 Juni 2015 Penajaman Kegiatan Penelitian dalam
mendukung RPJMN
7. 6 Agustus 2015 Pembahasan Rencana Pelaksanaan Penilaian Teknologi HTA secara ekstramural
8. 20 Agustus 2015 Pembahasan Usulan Rekomendasi Kebijakan sebagai sebagai bahan Advokasi Litbang 9. 25 Agustus 2015 Paparan Proposal penelitian 2016
Paparan Proposal Risbinkes 2016 10. 11 September 2015 Harmonisasi Analisis Lanjut 11. 7-8 Desember 2015 Pembahasan Laporan Akhir
c) Diseminasi Hasil Penelitian
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page30 mulai Agustus 2015 berhasil mempertahankan akreditasinya. Akreditasi berlaku sampai dengan 3 tahun.
Gambar 3.3.
Sertifikat Akreditasi Majalah Ilmiah Gizi dan Makanan
Kepesertaan pameran dari Pusat TTK EK dilakukan pada kegiatan Pameran Produk Inovasi di Semarang dan Simposiun Internasional Badan Litbangkes di Jakarta. Topik yang dipamerkan meliputi; 1) Isolat galaktomanan dari ampas kelapa, 2) Ready Use Therapeutic Food untuk penanggulangan gizi buruk, 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan sesar, dan 4) Faktor risiko terjadinya balita stunting.
C. REALISASI ANGGARAN
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page31 Realisasi masing-masing indikator kinerja kegiatan sebagai berikut:
Tabel 4.7.
Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Alokasi Pagu Realisasi %
1 Belanja Pegawai Rp. 13.149.276.000 Rp. 12.186.309.053 92,68%
2 Belanja Barang Rp. 10.241.325.000 Rp. 8.671.449.366 84,67% 3 Belanja Modal Rp. 4.285.599.000 Rp. 3.875.217.135 90,42% Jumlah Rp. 27.676.200.000 Rp. 24.732.975.554 89,76%.
Tabel 4.8.
Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan IKK Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik
Tahun 2015
No Alokasi Pagu Realisasi %
1 Jumlah produk/Informasi/ Data di bidang Teknologi Terapan Gizi dan
Makanan, Farmasi dan Kedokteran, Epidemiologi Klinik Penyakit Menular dan Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular
Rp. 21.921.673.000 Rp. 18.979.988.554 86.58%
2 Jumlah Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:
Rp. 5.754527.000 Rp. 5.752.987.000 99.97%
Jumlah Rp. 27.676.200.000 Rp. 24.732.975.554 89,76%
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page32
D. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKASI
Upaya untuk pelaksanaan reformasi birokrasi telah dilakukan. Upaya tersebut meliputi:
1. Penatausahaan Barang Milik Negara-aset tetap 2. Penatausahaan barang persediaan
3. Proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik
4. Pengelolaan hibah dimana semua penelitian dimasukan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
5. Penatalaksanaan perjalanan dinas; surat tugas, kelengkapan SPPD ditandatangani pejabat tempat tujuan, tiket pesawat dilampiri boarding pass, kuitansi hotel, pengeluaran riil, laporan perjalanan dinas.
Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2015 Page33
BAB V
PENUTUP
Secara umum kegiatan Pusat TTK EK¸ yakni penelitian dan pengembangan teknologi terapan kesehatan dan epidmeiologi klinik dapat berjalan. Indikator keberhasilan ditentukan oleh tingkat capaian dari ketiga Indikator Kinerja Kegiatan, yang melebihi target, terutama publikasi internasional.
Keberhasilan dibidang penelitian dan pengembangan dikarenakan adanya pembinaan yang dilakukan manajemen Litbangkes, baik oleh struktural maupun komisi ad hoc PPI. Pun demikian, untuk capaian publikasi disokong oleh adanya Jurnal Gizi dan Makanan, serta keaktifan peneliti untuk publikasi di internasional. Adapun untuk capaian status kesehatan masyarakat dapat terlaksana dikarenakan adanya dukungan dari berbagai pihak.
iii
iv
Rekomendasi Kebijakan
Penataan Pengaturan Minuman Bersoda dan Berenergi
untuk Mencegah PGK
a. Isu pokok
Penyakit ginjal kronik (PGK) semakin meningkat dan menghabiskan dana besar terutama PGK stadium terminal.Selamaini, diabetes melitus dan hipertensi dipercaya sebagai faktor risiko utama PGK baik di negara maju maupun berkembang. Saat ini berkembang pula beberapa hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara konsumsi minuman bersoda dan berenergi dengan kejadian PGK, sementara minuman-minuman tersebut menjadi gaya hidup konsumsi masa kini dengan iklan gencar yang menyasar kalangan muda usia produktif.
b. Masalah kebijakannya
Masyarakat sebagai konsumen berhak atas perlindungan dari kemungkinan dampak negatif suatu produk. Perhatian mengenai hal ini masih kurang sedangkan iklan kedua jenis minuman ini semakin gencar.
Semua produk minuman di Indonesia harus teregistrasi di BPOM. Peraturan tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan serta peraturan label dan iklan pangan sudah diatur oleh pemerintah dan BPOM. Peraturan mengenai pencantuman peringatan risiko kesehatan jika mengonsumsi melebihi aturan belum ada. Sanksi jika terjadi pelanggaran oleh produsen sudah ada namun belum tegas pelaksanaannya.
Pemasaran produk minuman bersoda dan berenergi semakin gencar baik melalui iklan di media massa maupun sebagai sponsor kegiatan olahraga dan kesenian generasi muda. Produk mudah didapatkan dan tidak ada pembatasan jumlah pembelian.
25,8
6,6
2,3 2,2 1,4
0 5 10 15 20 25 30
Jakarta1) Yogyakarta2)North Carolina3) NHS, USA4) NHANES, USA5)
v
Di Indonesia sudah ada UU no. 39 Tahun 2007 tentang cukai yang menyatakan bahwa barang yang mempunyai dampak terhadap kesehatan perlu dikenai cukai untuk mengendalikan dan mengawasi peredarannya. Namun cukai ini belum berlaku untuk minuman bersoda dan berkarbonasi.
c. Opsi pemecahan masalah
Kebijakan dengan sasaran produsen maupun konsumen dapat direkomendasikan sebagai upaya pencegahan. Pengaturan produksi lebih fisibel dilakukan daripada perubahan perilaku konsumen.
Beberapa alternatif kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemegang kebijakan di Kementerian Kesehatan bersama denganBPOM dan instansi-instansi terkait yaitu:
1. Mengatur produsen untukwajib mencantumkan peringatan “Bukan minuman rutin sehari-hari”, pada setiap kemasan serta mencantumkan risiko kesehatan jika mengonsumsi melebihi aturan.
2. Mengatur batas maksimum konsumsi minuman bersoda per hari dengan mengacu pada ketentuan maksimum konsumsi gula per hari. Demikian juga untuk minuman berenergi dengan mengacu pada ketentuan maksimum konsumsi kafein dan taurine per hari.
3. Pembatasan iklan di media massa dengan menambahkan “peringatan dan anjuran”.
4. BPOM melakukan uji petik produk di pasaran secara rutin dan berkala (post marketing surveillance).
5. Memberi sanksi tegas bagi produsen yang melanggar aturan.
6. Mengenakan cukai untuk produk minuman bersoda dan berenergi seperti untuk produk tembakau karena kedua minuman ini bukan kebutuhan primer dan berdampak pada kesehatan.
d. Rekomendasi kebijakan yang dipilih (evidence based)
Produk minuman bersoda dan berenergi perlu diberi label peringatan risiko kesehatan dan batas konsumsi per hari. Post marketing surveillance oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) perlu dilakukan lebih intensif dengan sanksi tegas bagi pelanggar.
e. Kemungkinan dampak jika tidak dilaksanakan/tidak ditindak lanjuti.
vi
Rekomendasi Kebijakan
PeningkatanPemanfaatanTerapiContinuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
Pada Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Stadium Akhir
Ringkasan
Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan utama karena jumlah kasusnya meningkat dengan pesat di Indonesia. Penderita gagal ginjal biasanya memerlukan hemodialisis jangka panjang yang terus menerus. Penyakit ginjal kronis stadium akhir membutuhkan terapi dialisis yang biayanya mahal, paling banyak menyerap anggaran BPJS. Saat ini di Indonesia terapi PGK stadium akhir yang paling banyak digunakan adalah hemodialisa (80%), transplantasiginjal (15%),continuous renal replacement therapy CRRT (3%) dancontinuous ambulatory peritoneal dialisis (2%). CAPDmerupakan metode dialisis yang secara psikososial-ekonomi lebih menguntungkan dibandingkan dengan hemodialisa. Untuk itu perlu kiranya meningkatkan penggunaan CAPD bagi pasien PGK di Indonesia.
LatarBelakang
Proporsi PGK di Indonesia pada usia ≥15 tahun sebesar 0,2%. Penderita di pedesaan (0,3%) lebih banyak daripada di perkotaan (0,2%). Jumlah penderita akan semakin bertambah karena tingginya prevalensi hipertensi dan diabetes di Indonesia. Penanganan PGK di Indonesia seluruhnya sudah dijamin oleh pemerintah melalui BPJS. Pembiayaan PGK tersebut saat in imenempati urutan nomor satu dalam penyerapan anggaran BPJS.
Hemodialisa adalah terapi pengganti ginjal dengan alat khusus dengan tujuan mengeluarkant oksinuremik dan mengatur cairan elektrolit tubuh.Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan terapi pengganti fungsi ginjal yang mempergunakan peritoneum/selaput pelapis rongga perut dan membungkus organ dalam penderita.
vii
Gambar 1. JenisTerapi PGK Stadium AkhirPada Renal Unit di Indonesia Sumber : 6th Annual Report of Indonesian Renal Registry 2013 (PERNEFRI)
Di Indonesia, biaya yang dikeluarkan pasien PGK dengan CAPD lebih rendah dibandingkan dengan HD. Berdasarkan perhitungan tarif harga sesuai Permenkes No 59 tahun 2014,perbandingan rasio biaya HD:CAPD = 1,96:1 atau dibulatkan menjadi 2:1.Biaya satu orang pasien HD bisa untuk membiayai 2 orang pasien CAPD (Tabel1). Perkiraan harga tersebut diluar harga obat-obatan penunjang HD yang cukup mahal seperti eritropoetin (EPO), transfusi darah, biaya transportasi menuju pusat dialisa, maintenance mesin HD, kebutuhan listrik, serta hilangnya waktu kerja.
viii
Tabel 1.Perkiraan Biaya CAPD dan HD perbulan Berdasarkan Permenkes No 59 Tahun 2014
Selain dari segi biaya, kualitas hidup pasien CAPD secara psikologis dan emosional juga lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Mereka dapat menjalani hidupnya dengan normal tanpa banyak batasan untuk mengkonsumsi makanan dan dapat menjalankan fungsi sosialnya seperti biasa. Pasien PGK dan keluarganya tidak kehilangan waktu efektif bekerja karena tidak perlu ke rumah sakit serta tidak memerlukan biaya non medis lainnya seperti transport ke rumah sakit, biaya makan/minum selama menunggu di rumah sakit. Beberapa analisis juga menunjukkan bahwa survival pasien PGK dengan CAPD maupun HD secara umum tidak berbeda. Melihat hal tersebut di atas, penggunaan CAPD akan menghemat banyak dana negara dan pasien dapat menjalani hidup dengan kualitas lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Tabel2 menunjukkan perbandingan kelebihan dan kekurangan dari kedua metode tersebut.
HD CAPD
Prosedur dialysis Rp.982.600
Biaya HD pertahun:
Rp.11.791.200 x12bulan = Rp.141.494.400
Penggunaan consumables dan jasa pada pelayanan CAPD dibayarkan.
Rp.5.940.000,00/bulan
Transfer set Rp250.000,00/set (minimal diganti 6 bulan sekali)
Perkiraan biaya CAPD pertahun Rp5.940.000,00 x12 = Rp 71.280.000
Jika transfer set diganti 3 kali dalam setahun, maka total biaya CAPD dalam 1 tahun :
Rp.71.280.000 + (3x Rp.250.000) = Rp. 72.030.000
Selisih biaya pertahun antara HD dan CAPD :
ix
Tabel2.Perbandingan HD dan CAPD
HD CAPD
Dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatihsecara tim.
Dilakukan sendiri oleh pasien setelah mendapat pelatihan. Prosedurnya dianggap sulit bagi beberapa orang.
Dilakukan di rumah sakit/klinik pusat hemodialisa.
Dapat dilakukan di rumah atau ditempat kerja.
Dilakukan dalam waktu 3-5 jam, 2-3x/minggu.
Dilakukan dalam 30 menit, 4-6x/hr, dilakukan setiap hari.
Makanan dan minuman dibatasi. Tidak banyak pembatasan makan dan minum,tidak memerlukan jarum.
Selama proses HD tekanan darah sering turun, terjadi gumpalan darah (clothing), pusing, mual, muntah dan kram otot.
Proses CAPD tidak menganggu kerja jantung,tekanandan volume darah lebih stabil.
Memerlukan biaya lebih besar dibandingkan CAPD.
Lebih cost efektif.
HD menjadikan urin lebih sedikit, bahkan akan hilang. Jika ginjal sudah tidak berfungsi, maka akan terjadi anemia berat sehingga membutuhkan eritropoetin (EPO) yang lebih tinggi.
Fungsi ginjal masih ada dan bisa dipertahankan lebih lama sehingga kadar hemoglobin lebih tinggi dan kebutuhan eritropoetin (EPO) lebih rendah. Proses lebih alami.
Selama proses HD penderita merasakan kelelahan.
Dengan CAPD penderita merasa lebih bugar.
Berisiko terinfeksi virus Hepatitis B, C dan HIV.
Berisiko infeksi peritoneum/peritonitis.
x
Rekomendasi Kebijakan:
1. Meningkatkan penggunaan CAPD sebagai pilihan utama terapi dialysis melalui pendekatan dengan pihak rumah sakit.
2. Disusun permenkes tentang aturan criteria pasien dengan terapi CAPD sesuai dengan clinical pathway yang disusun oleh PERNEFRI;
3. Mapping dan pemanfaatan fasilitas kesehatan ruang steril untuk pelayanan metode CAPD di fasilitaskesehatan rumah sakit tipe A-D;
4. Pelatihan pemasangan kateter tenkhoff olehdokter umum tersertifikasi oleh PERNEFRI;
5. Permenkes desentralisasi fasilitas serta pengadaan perlengkapan CAPD dan cairan dialisat CAPD.
6. Permenkes ketentuan pengawasan dan kendali mutu (Quality control) pelaksanaan metode CAPD.
xi Latar Belakang
Kekurangan gizi ibu saat hamil berisiko untuk melahirkan BBLR dan stunting. Untuk itu pencegahan terjadinya anak stunting dimulai dari sebelum konsepsi.1
Calon pengantin (Catin) putri harus mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ibu yang akan mengandung, melahirkan dan mengasuh serta merawat anak dengan pengetahuan gizi dan kesehatan.
Pengetahuan gizi tentang makanan beraneka ragam dan ASI eksklusif pada remaja masih sangat rendah (7%)4.
Hasil penelitian lain mengemukakan pengetahuan remaja dan catin tentang body image belum benar 2,3,4,, perempuan
cenderung terlalu melebih-lebihkan ukuran tubuhnya.
POLICY BRIEF
MEMPERSIAPKAN CALON IBU UNTUK MELAHIRKAN ANAK YANG SEHAT DAN CERDAS
Erna Luciasari, Yuniar Rosmalina dan Dewi Permaesih
Ringkasan
Catin atau calon pengantin adalah kelompok calon ibu yang sangat potensial untuk upaya
penanggulangan stunting dan BBLR melalui promosi kesehatan. Selama ini penyuluhan gizi
untuk remaja dilakukan melalui pendidikan formal. Sementara tidak ada jalur pendidikan gizi
dan kesehatan untuk kalangan remaja yang akan menikah. Buku Catin dan leaflet merupakan
alat yang dapat digunakan untuk memberikan promosi kesehatan tersebut. Slogan yang dipakai
adalah Hallo Catin (Himbauan Aman Lima Langkah yang harus dilakukan Oleh Calon
xii
Empat dari sepuluh remaja perempuan Indonesia memiliki persepsi body image yang negatif, merasa dirinya gemuk tetapi sebenarnya kurus. Body image yang demikian akan berpengaruh pada pola makan sehingga mengakibatkan kekurangan gizi 5.
Pengetahuan dan praktek perawatan kehamilam juga masih rendah, perawatan setelah melahirkan lengkap hanya 20%, imunisasi lengkap anak umur 12-23 bulan hanya 50%, dan semakin menurun melakukan penimbangan Balita.2
Pendidikan gizi dan kesehatan telah diberikan sejak pendidikan dasar termasuk taman kanak-kanak hingga menengah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Namun, bagi
remaja yang telah menyelesaikan sekolah dan hendak menikah, keterpaparan tidak didapatkan lagi. Program kesehatan yang ditujukan untuk remaja dan Catin sejak 1986 sampai saat ini hanya pemberian tablet tambah darah dan imunisasi TT.6,7,8 Hal ini dimungkinkan penyebab prevalensi stunting (pendek) semakin meningkat dari 35,6% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI telah mengembangkan slogan HALLO CATIN
(Himbauan Aman Lima Langkah yang harus dilakukan Oleh Calon Pengantin) dituangkan dalam bentuk buku dan leaflet. Hal ini diharapkan mendukung memecahkan masalah gizi dan kesehatan pada bayi dan anak terutama dalam upaya pencegahan stunting.
Modul dengan slogan “HALLO CATIN” berbentuk buku dan leaflet. Masa Perawatan dan Pengasuhan Anak
Modul diberikan pada saat pembinaan di KUA. Modul yang berbentuk buku dipakai oleh petugas KUA untuk memberikan penyuluhan sedangkan leaflet diberikan kepada calon pengantin, setelah pembinaan untuk dipelajari sendiri
Materi dalam buku dan leaflet sama, akan tetapi penjelasan dalam buku lebih terperinci dibandingkan leaflet. Pembahasan dalam buku dibagi dalam lima sub tema yaitu:
I. Masa Persiapan Perkawinan II. Masa Kehamilan
III. Saat Melahirkan
IV. Masa Setelah Melahirkan
xiii Strategi Rekomendasi
1. Direktorat Gizi, Promosi Kesehatan, dan Kesehatan Ibu dan Anak melakukan koordinasi untuk menyusun langkah - langkah implementasi slogan Hallo Catin di tingkat puskesmas.
2. Diperlukan pilot project untuk implementasi pada beberapa kabu-paten/kota, sebelum diterapkan secara nasional.
3. Dengan berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, pilot project dapat dibingkai sebagai riset operasional.
xiv
MASALAH HIV/AIDS
HIV/AIDS adalah penyakit menular dengan stigma negatif yang berdampak beban berat di bidang sosial, ekonomi dan kesehatan. Jumlah kasus terus meningkat setiap tahunnya, terpapar pada gambar 1.1
Gambar 1. Kasus HIV,AIDS dan Kematian AIDS dari tahun 2005 – Juni 20141
Pengendalian HIV telah dilaksanakan dengan landasan Permenkes No 21 tahun 23 tentang penanggulangan HIV/AIDS.2Hal yang utama adalah diagnosis pasti dan pemberian Anti Retroviral (ARV). Pemberian obat ARV yang tepat dan dini terbukti memperpanjang usia penderita. Untuk itu diperlukan ketersediaan ARV yang mana meningkatkan pembiayaan untuk penyediaannya. Hal ini menjadi beban bagi anggaran negara.
Infeksi oportunistik (IO) merupakan masalah yang memperberat orang yang hidup dengan HIV (ODHA). Pada gambar 2 terpapar IO yang paling sering dialami ODHA yaitu Kandidiasis, Tuberkulosis dan Diare.1 Kondisi ini menyebabkan perawatan (hospitalization) dari ODHA meningkat. Pengobatan ODHA menjadi beban karena selain ARV harus juga menanggung pengobatan IO. Oleh karenanya selain dana program yang menyediakan obat ARV dibutuhkan jaminan kesehatan untuk merawat ODHA.
0 10000 20000 30000 40000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Ju
m
lah
Tahun
Jumlah Kasus HIV Jumlah Kasus AIDS Kematian AIDS
Kajian Tatalaksana HIV/AIDS dalam konteks Asuransi
xv
Gambar 2. Kasus AIDS dengan Infeksi Oportunistik dari tahun 2005 – Juni 20141
HIV/AIDS DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Pembiayaan terhadap infeksi HIV/AIDS oleh Kementerian Kesehatan dimasukkan sebagai pelayanan kuratif/rehabilitatif dan upaya kesehatan masyarakat. Sementara untuk pengobatan IO ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Adapun dalam sistem JKN, pengobatan IO dibayar berdasarkan tarif Indonesian - Case Based Groups (INA-CBGs) yang diamanatkan pada Permenkes No 59 tahun 2014 tentang Standar tarif pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.3 Besaran tarif berdasarkan rata – rata biaya perawatan ODHA dengan IO dari berbagai fasilitas kesehatan. Penderita mendapat layanan rawat jalan dan inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjut (FKRTL) setelah mendapatkan rujukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (FKTP)sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam sistem JKN. Khusus untuk tenaga kerja, mulai tahun 2015 akan ditanggung dalam sistem JKN melalui BPJS Ketenagakerjaan.
HIV/AIDS DALAM ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL
Berbagai negara di dunia telah mencoba mengikutsertakan asuransi swasta tetapi sangat sulit diterima karena rendahnya life expectating living serta tingginya angka morbiditas. Walaupun berbagai bukti menunjukkan dengan pemberian ARV akan meningkatkan peluang hidup4 tetapi tetap saja sangat sulit diterima. Pertanggungan HIV/AIDS oleh asuransi komersial di
0 200 400 600 800 1000 1200
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Diare
Kandidiasis
Herpes zooster
Herpes Simplex
Limfadenopati generalisata persisten
Enchepalopati