• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS BAGI

WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH

TAHANAN NEGARA KLAS IIB PADANG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Magister Dalam Ilmu Agama Islam Program Studi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam

OLEH

ASRUL HARAHAP NIM. 088152326

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini berjudul “Strategi Dakwah Perofesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang”

yang ditulis oleh Asrul Harahap, NIM. 088152326 telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

NIM

Tempat/Tgl Lahir Pekerjaan

: : : :

Asrul Harahap 088 152326

Sialagundi / 24 Oktober 1991

Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul: “Strategi

Dakwah Profesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang” benar karya asli saya kecuali yang dicantumkan sumbernya. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dan kesalahan, hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sendiri.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan seperlunya.

Padang, 06 Agustus 2017 Saya yang menyatakan,

(4)

PERSETUJUAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH

Tesis dengan judul “STRATEGI DAKWAH PROFESOR SALMADANIS

BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI RUMAH TAHANAN

NEGARA KLAS IIB PADANG” yang ditulis oleh Asrul Harahap NIM 088152326 telah diperbaiki sesuai dengan permintaan Tim Penguji Munaqasyah

Tesis yang dilaksanakan tanggal 24 Agustus 2017

Demikian untuk dimaklumi

Padang September 2017

(5)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi berfungsi untuk mempermudah penulis dalam memindahkan

bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Pedoman transliterasi harus konsisten

digunakan dalam penulisan tesis ini. Sistem transliterasi yang digunakan di sini

disesuaikan dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor:

0543/u/1987, kecuali beberapa pengecualian yang dipandang perlu. Berikut ini

disajikan daftar abjad Arab dan transliterasinya dalam huruf latin:

No. Huruf Arab Nama Huruf Latin

Keterangan

1 ا Alif - Tidak dilambangkan

2 ة Ba B

3 د Ta T

4 س Tsa Ts

5 ط Jim J

6 ػ Ha H

7 ؿ Kha Kh

8 د Dal D

9 ر Dzal Dz

10 س Ra R

11 ص Zai Z

12 ط Sin S

13 ش Syin Sy

14 ص Shad Sh

No. Huruf Arab Nama Huruf Latin

Keterangan

(6)

16 ط Tha Th

17 ظ Zhaa Zh

18 ع „ain „

19 غ Ghain Gh

20 ف Fa F

21 ق Qaf Q

22 ن Kaf K

23 ي Lam L

24 َ Mim M

25 ْ Nun N

26 ٚ Waw W

27 ٖ Ha H

28 ء Hamzah „ Apostrof, tetapi lambang ini

tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

29 ٞ Ya Y

Catatan:

A. Vocal tunggal (monoftong)

( َ ) (fathah) = a, misalnya (

ذؾع

) ditulis jahada

B. Vocal rangkap (diftong)

( ِ ) (kasrah) = i, misalnya (

ًئس

) ditulis suila

C. Vocal panjang (maddah)

(

ُ

) (dhammah) = u, misalnya (

ٞٚس

) ditulis ruwiya

(7)

Ta Marbuthah hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan

dhammah, transliterasinya adalah /t/, misalnya: (

حشٙطٌّا خع٠ششٌا

) = ditulis

al-syarî‟at al-muthahharah.

E. Syaddah (tasydid)

Syaddah yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda

(ً), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yakni huruf yang sama

dengan mendapat tanda syaddah, misalnya (

دذغِ

¸

خِذمِ

)

ditulis muqaddimah,

mujaddid.

F. Kata sandang

Kata sandang yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan

huruf (

يا

) transliterasinya adalah /al/, misalnya (

ذفٌّا يٛمٌا

) ditulis qaul

al-mufid.

G. Hamzah

Untuk hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata

ditransliterasikan dengan apostrof. Adapun hamzah yang terletak di awal kata

tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab, huruf hamzah menjadi alif.

Misalnya (

ٗ١ٌا

¸

ءبِٕا

¸

خّئا

) ditulis a‟immah, ummanâ‟, ilaih.

Pengecualian

A. Nama atau kata yang dirangkai dengan kata Allah, ditulis menjadi satu, seperti

(

لله

ا ذجع

) ditulis „abdullâh,

)

للها ٌٝا

) ditulis ilallâh.

B. Untuk kata yang diserap secara baku dalam bahasa Indonesia, ditulis dengan

(8)

C. Untuk nama-nama kota yang sudah populer dengan tulisan latin, ditulis sesuai

dengan nama populer tersebut seperti (

حش٘بل

) ditulis Cairo, (

كشِد

) ditulis

Damaskus, (

ْدسا

) ditulis Yordania.

D. Singkatan

H. = Hijriah

H.R = Hadis Riwayat

h. = Halaman

M. = Masehi

Q.S. = Qur‟an Surah

RA = Radhiyallahu „anhu (ٕٗع للها ٝضس)

SAW = Shalallahu „alaihi wa sallam (

ٍُس ٚ ٗ١ٍع للها ٍٝص

)

SWT = Subhânahu wa Ta‟âla (

ٌٝبعر ٚ ٗٔبؾجس

)

Terj. = Terjemahan

tn. = Tanpa Nama

tp. = Tanpa Penerbit

tt. = Tanpa Tahun

(9)

ABSTRAK

Asrul Harahap NIM: 088152326, Strategi Dakwah Profesor Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang” Tesis: Program Studi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang, 2017. 150 halaman

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dakwah yang dilakukan Salmadanis terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam menyadarkan, menumbuhkan keyakinan dan membangun peraturan. Berdakwah terhadap warga binaan bukanlah perkara mudah, namun dakwah sangat dibutuhkan untuk menyadarkan mereka. Agar dakwah yang disampaikan terhadap warga binaan bisa merubah sikapnya, maka dibutuhkan strategi dakwah yang tepat dan mengenai sasaran. Adapun tujuan penelitian ini: (1) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam penyadaran pikiran warga binaan, (2) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam penumbuhan keyakinan warga binaan, (3) untuk mengungkap strategi dakwah Salmadanis dalam pembangunan peraturan bagi warga binaan, (4) untuk mengungkap apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Salmadanis dalam pengembangan pengamalan agama bagi warga binaan.

Adapun metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif dengan memakai studi tokoh. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, tindakan, gambar dan dokumentasi terkait dengan strategi dakwah Salmadanis dalam pengembangan pengamalan agama bagi warga binaan pemasyarakatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk mendapatkan hasil penelitiannya, maka dilakukanlah wawancara mendalam terhadap Salmadanis.

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul: Strategi Dakwah Profesor

Salmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara

Klas IIB Padang. Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

untuk memperoleh gelar Magister Sosiologi pada Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol

Padang.

Penulis menyadari tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada

semua pihak yang secara langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian

tesis ini. Secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikna terimakasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Awis Karni, M.Ag dan Bapak Dr. Bukhari, M.Ag sebagai

pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis ini hingga selesai. Demikian juga kepada Bapak Prof. Dr. Tamrin Kamal, M.Ag, Bapak Dr. Wakidul Kohar, M.Ag, Bapak Prof. Dr. Edi Safri, dan Bapak Dr. Lukmanul Hakim, M.Ag sebagai tim penguji munaqasyah tesis ini.

2. Bapak Dr. Eka Putra Wirman, MA Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Bapak

(12)

3. Bapak Enjat Lukmanul Hakim, Bc, IP, SH sebagai Ka. Rutan Klas IIB Padang beserta segenap jajarannya, demikian juga penulis ucapkan kepada pegawai dan

keamanan Rutan Klas IIB Padang.

4. Bapak Prof. Dr. Salmadanis, M.Ag sebagai sumber utama dalam penulisan tesis ini dan sekaligus pemberi motivasi untuk penyelesaian tesis ini. Demikian juga kepada warga binaan pemasyarakatan di Rutan Klas IIB Padang.

5. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mengasuh,

mendidik dan memberikan bantuan moril dan materil yang tiada

terhingga kepada penulis.

6. Seterusnya terimakasi kepada rekan-rekan mahasiswa dari Jurusan PMI

dan ruangan Reguler 4 angkatan 2015 yang telah memberikan dorongan

dan motivasinya.

Semoga jasa-jasa dan amal shaleh mereka dibalas oleh Allah SWT dengan

pahala dan kebaikan yang setimpal, penulis hanya bisa berdoa jazakumullaha

khairan katsira. Dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu saran dan keritikan dari pembaca budiman sangat penulis

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI MUNAQASYAH ... iv

TRANSLITERASI ... v

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 14

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14

D. Definisi Operasional... 15

E. Penelitian yang Relevan ... 17

F. Metodologi Penelitian ... 20

BAB II LANDASAN TEORITIK ... 27

A. Pengertian Strategi ... 27

B. Kajian Dakwah ... 31

1. Tujuan Dakwah ... 34

2. Subjek Dakwah ... 37

3. Objek Dakwah ... 38

4. Materi Dakwah... 41

5. Media dakwah ... 43

6. Metode dakwah ... 44

7. Efek Dakwah ... 46

C. Strategi Dakwah ... 49

D. Pemberdayaan Berbasis Dakwah ... 53

E. Rumah Tahanan ... 58

(14)

2. Pembinaan Narapidana dan Pelayanan Rutan/Lapas ... 59

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ... 75

A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang ... 75

B. Biografi Salmadanis ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 84

A. Strategi Dakwah ProfesorSalmadanis Dalam Penyadaran Pikiran Warga Binaan Pemasyarakatan... 84

B. Strategi Dakwah ProfesorSalmadanis Dalam Penumbuhan Keyakinan Warga Binaan Pemasyarakatan... 96

C. Strategi Dakwah ProfesorSalmadanis Dalam Pembangunan Peraturan Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan ... 103

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Dakwah ProfesorSalmadanis Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan ... 112

E. Analisis Hasil Penelitian ... 117

BAB V PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

Lampiran ... 128

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dakwah dalam Islam merupakan suatu tindakan untuk menyeru,

mengajak, memanggil umat manusia untuk beriman dan taat kepada Allah

SWT serta kembali kepada suatu ajaran yang benar menurut syariat Islam.

Dakwah juga merupakan suatu usaha untuk membawa orang lain kepada

agama Islam secara kaffah, melaksanakan segala ketetapanNya, melepaskan

diri dari segala kongkongan yang bukan dari pada Allah (taghut),1 menyeru

kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran dan berjihad pada jalan

Allah. Syaikh Ali Mahfudz mendefenisikan dakwah ialah :

اٚصٛف١ٌ شىٌّٕا ٓع ٌٟٕٙاٚ فٚشعٌّبث شِلأاٚ ٜذٌٙاٚ ش١خٌا ًع طبٌٕا شؽ

ًعلأاٚ ًعبعٌا حدبعسث

“Mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk atau mengikuti ajaran agama, menyeru kepada yang ma‟ruf mencegah perbuatan yang mungkar agar mendapatkan kesenangan hidup di dunia dan di akhirat.”2

Dakwah sangat berperan dalam membina dan mengembangkan

masyarakat Islam, karena tujuan dan target dakwah adalah membimbing

manusia menuju Nur Ilahi. Dalam al-Quran dakwah berperan mengeluarkan

manusia dari gelap gulita:

mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang (Q.S. Ibrahim :1)

Hamka menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

1

Setan dan apa saja yang disembah selain Allah, Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra,1989), h.42.

2

(16)

“Dengan mempedomani al-Quran maka akan mengeluarkan manusia dari gelap gulita kejahilan, kerusakan akhlak, kelalaian, terutama tidak mengenal Tuhan tidak mempunyai pendirian dan tujuan hidup. Dari kegelapan itu mengeluarkan manusia kepada terang benderang yaitu nur cahaya Ilahi, cahaya pengetahuan, cahaya tauhid dan ma‟rifat, mengenal diri, mengenal Tuhan dan mengenal jalan mana dalam hidup ini yang akan ditempuh.”3

Inilah target dan tujuan yang hendak dicapai dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh segenap umat Islam, maka setiap yang bertugas dalam dakwah harus berusaha agar dakwahnya membawa terang bukan membawa gelap.

Dakwah yang dilakukan kepada masyarakat mempunyai tujuan, adapun tujuan dari dakwah itu sendiri menurut Welhendri Azwar: Tujuan dakwah adalah keluarnya manusia dari sempitnya pemahaman, pemikiran dan kebiasaan yang tidak dapat memberi kebaikan. Kemudian memasukkanya pada jalan yang diridhoi Tuhan dengan memperhatikan segenap aturan-Nya tanpa adanya interpensi apa pun.4 Sedangkan tujuan dakwah menurut Moh Ali Aziz adalah perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah sesuai denga

ajaran Islam.5

Tujuan dakwah yang ditargetkan tidak bisa dicapai sekaligus, ini juga

bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena merubah sikap dan perilaku manusia bukanlah pekerjaan sederhana. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat dan mengena pada sasaran dakwahnya. Strategi dakwah yang dilakukan dalam perencanaan berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai target dari tujuan dakwah. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakannya. Kedua, untuk memudahkan mencapai

3

Hamka,Tafsir Al Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983),h.114.

4

Welhendri Azwar, Sosiologi Dakwah, (Padang : Imam Bonjol Press, 2014), h.19.

5

(17)

tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan dalam penyusunan strategi diarahkan pada tujuannya.6

Dakwah yang dilakukan kepada masyarakat pada akhir-akhir ini sangat trend dengan istilah dakwah pemberdayaan, sehingga dalam bangku perkuliahan sudah ada mempelajari mata kuliah pemberdayaan berbasis dakwah. Dalam pelaksanaan pemberdayaan berbasis dakwah dilakukan mencakup tiga aktivitas penting, yaitu: membebaskan dan menyadarkan

masyarakat, berupaya agar masyarakat dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapinya, dan mengarahkan masyarakat agar ia mampu memecahkan sendiri masalahnya.7 Pemberdayaan yang dilakukan tidak bisa dipisahkan dari pembinaan, oleh karena itu diperlukan strategi yang sempurna dalam pelaksanaan pembinaan, karena pembinaan sangat menentukan terjadinya perubahan.

Pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat dengan tujuan supaya

ia memperoleh kesajarteraan baik materil maupun immateril, maka yang

diberdayakan tidak hanya aspek fisik, tapi aspek spritual juga harus

diberdayakan. Menurut Agus Efendi dalam tulisan Nanih Machendrawaty

dan Agus Ahmad Safei mengatakan: setidaknya ada tiga kompleks

pemberdayaan yang mendasar yang mesti dilakukan bagi masyarakat masa

kini, yaitu: pemberdayaan pada ruhaniah, pemberdayaan intelektual dan

pemberdayaan ekonomi.8

Muhammadal-Ghazali dalam kitab Ma‟allahi Diraasat fid Dakwah Wad Du‟ah yang dikutib A. Hasjmy menyebutkan bahwa pembinaan serta pengembangan dakwah dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: penyadaran

pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan atau

6

Ibid.,h.350.

7

Aziz Muslim, Metodologi Pengembangan Masyarakat, (Yogyakarta: Teras, 2009),h.3.

8

(18)

organisasi.9 Untuk lebih jelasnya, maka akan saya uraikan ketiga tahapan

tersebut, sebagai berikut:

Pertama, manusia pada permulaannya akan selalu mengalami suatu

situasi kebutuhan untuk memahami Tuhan dan menyakininya, sebab dalam diri manusia ada fitrah yang ditempatkan Allah, hal ini ditegaskan dalam

Al-Quran surat ar-Rum ayat 30 sebagai berikut :

ُِۡلَأَف

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah10 yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa pada dasarnya manusia itu mempunyai fitrah dan tidak akan ada perubahannya. Oleh karena itu diperlukan penyadaran untuk mengembalikan manusia pada fitrah yang sesungguhnya karena sudah terpengaruh oleh lingkungan. Kebutuhan ini dapat dilakukan dengan cara penyadaran pikiran. Dengan kesadaran akallah manusia bisa menerima dan menolak segala sesuatu.

Kedua, setiap keyakinan yang telah menyatu dalam diri seorang akan semakin berkembang semakin kuat. Kondisi demikian akan memungkinkan seseorang untuk semakin melakukan tindakan sinergi yang kuat akibat perkembangan keyakinannya. Ada tiga tahapan yang dilewati dalam usaha meningkatkan kualitas keyakinan, yaitu:

1. Ilm al-yaqin, yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Dalam tahapan ini pemberian keyakinan dengan trasfer ilmu

pengetahuan, yaitu dengan memberikan pengajaran.

9

A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut al-Qur‟an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h.277.

10

(19)

2. Ayn al-yaqin, yaitu keyakinan yang timbul karena sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dalam tahap ini diperlukan prakteknya, sehingga bisa dilihat dengan mata kepala.

3. Haqq al-yaqin, orang yang telah haqq al-yaqin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Pada tahap ini adalah tahap aplikasi, dengan demikian keyakinan tersebut sudah bisa dirasakan, sudah mandiri dan tahap ini adalah tahapan tertinggi.11

Ketiga, keyakinan yang sudah sangat berkembang dalam diri seseorang

pada akhirnya akan menjadi kontrol untuk semua aktivitasnya, sebab ia akan melaksanakan apa yang disuruh dan meninggalkan apa yang jadi larangan. Pada tahap ini mulailah memberikan peraturan-peraturan, baik yang wajib, haram, makruh dan sebagainya. Kekuatan keyakinan yang sudah menyatu menjadi kekuatan yang luar biasa bagi pengetahuan dan progresifitasnya, akhirnya manusia pada waktu jiwanya telah mengayam sesuatu aqidah, “tercelublah dirinya dengan corak aqidah itu, berbaur perasaannya dengan pengertian akidah itu, hubungannya dengan manusia lain berbaur di dalam sinar aqidah itu, sehingga akidah itu menjadi organisasi pengatur hidupnya.”12

Tahapan-tahapan pembinaan serta pengembangan dakwah yang dipaparkan di atas merupakan proses pembentukan kembali sebagai suatu mata rantai proses pengembangan peribadi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap individu mempunyai talenta, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda, maka proses pembinaan dan nya juga sangat kontekstual

sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.

Meningkatnya keagama seseorang itu sangat tergantung terhadap

individu itu sendiri, namun lingkungan dan sekitar pun sangat

mempengaruhinya. Lingkungan sekolah yang identik dengan pendidikan

11

Ohan Sudjana, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, (Jakarta: Media Dakwah, 1994), h. 10-13.

12

(20)

akademisi bisa membentuk manusia berjiwa ilmiah, lingkungan pedesaan

yang identik dengan kerja keras bisa membentuk masyarakat menjadi kuat,

begitu juga lingkungan penjara yang membatasi segala aktivitas warga

binaannya bisa menjadikan warga binaannya semakin baik dan menjadi

kesempatan bagi mereka untuk meningkatkan pengamalan agama selama

berada di lembaga tersebut.

Pidana penjara dalam sejarahnya dikenal dengan reaksi masyarakat

sebagai tindak pidana yang dilakukan pelanggar hukum. Oleh karena itu

pidana penjara disebut juga sebagai pidana hilang kemerdekaan, seorang

dibuat tidak berdaya dan diasingkan secara sosial dari lingkungan semula.

Pada dasarnya yang masuk penjara adalah orang-orang yang dikenakan

sanksi pidana akibat dari kelakuannya.

Menurut Sahardjo yang dikutip oleh Harsono mengatakan bahwa dalam memperlakukan masyarakat binaan diperlukan landasan sistem pemasyarakatan. Secara singkat tujuan pemasyarakatan mengandung makna:

“Bahwa tidak saja masyarakat diayomi terhadap perbuatan jahat oleh terpidana melainkan juga orang yang tersesat diayomi dengan memberikan kepadanya bekal hidup sebagai warga yang berguna dalam masyarakat. Dari pengayoman itu nyata bahwa penjatuhan pidana bukanlah tindakan balas dendam oleh negara. Tobat tidak dapat dicapai dengan penyiksaan melainkan dengan bimbingan. Terpidana juga tidak dijatuhi pada penyiksaan melainkan pada hilangnya kemerdekaan seseorang dan pada waktunya akan mengembalikan orang itu kepada masyarakat yang mempunyai kewajiban terhadap orang terpidana itu dan masyarakat.”13

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan pada pasal 14 sangat jelas mengatur hak-hak seseorang narapidana selama menghuni Lembaga Pemasyarakata sebagai berikut:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya;

2. Mendapatkan perawatan, baik perawatan jasmani maupun rohani;

13

(21)

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

5. Menyampaikan keluhan;

6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media masa lainnya

yang tidak dilarang;

7. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang-orang

tertentu lainnya;

8. Mendapat upah atas pekerjaan yang telah dilakukan;

9. Mendapat pengurangan masa tahanan (remisi);

10. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;

11. Mendapat pembebasan bersyarat;

12. Mendapatkan cuti menjelang bebas;

13. Mendapatkan hak-hak yang sesuai peraturan perundang-undangan.14

Tujuan pemberian sanksi pidana penjara untuk membina, yaitu

membuat pelanggaran hukum bertaubat dan bukan berfungsi sebagai

pembalasan dari negara. Pandangan seperti itulah yang sesuai dengan

pandangan hidup bangsa yang terkandung dalam Pancasila yang menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Pada dasarnya manusia sebagai pelaku kejahatan tidak ingin melakukan

tindak kejahatan tersebut, mungkin karena desakan dan tuntutan tertentulah

yang mengakibatkan mereka melakukannya. Kenyataan itu terbukti dengan

rasa malu dan penyesalan mereka saat kejahatan tersebut diketahui atau saat

dilakukan penangkapan. Dengan kondisi demikian maka Lembaga

Pemasyarakatan merupakan sebagai tempat shock psikologis atau rasa malu

yang mereka tanggung dari situasi keterasingan sosial untuk memperbaiki

diri.

14

(22)

Sebelum memvonis orang yang masuk penjara itu adalah orang-orang jahat, maka terlebih dahulu perlu menyadari bahwa belum tentu semua yang merasakan penjara itu disebabkan kesalahannya. Karni Ilyas sebagai Peresiden ILC dalam account Twitter yang di updatenya tangga 19 Juli 2013 menyatakan, “tidak semua yang masuk penjara orang jahat, dan tidak semua yang di luar penjara orang baik.”15 Bisa saja orang masuk penjara karena dijebak, difitnah, atau tidak disukai penguasa. Dalam sejarah Islam, tidak

sedikit tokoh Islam yang mendiami penjara karena sebab hal-hal demikian, bahkan dengan keberadaannya di dalam penjara bisa memberi penyadaran bagi warga binaan lainya. Nabi Yusuf AS, salah seorang nabi yang dikisahkan secara detail dalam al-Quran merasakan suasana penjara untuk beberapa saat bukan karena beliau berbuat salah, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surat Yusuf ayat 33:

َيبَل

memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh.

Nabi Yusuf memilih penjara dari pada memenuhi rayuan istri majikannya yang cantik serta kaya raya. Walaupun Nabi Yusuf berada dalam penjara yang bukan disebabkan kesalahannya, namun Nabi Yusuf tetap menjalankan dakwahnya. Kisah Yusuf ini mengajarkan kepada para da‟i bahwa dalam kondisi apa pun dakwah harus tetap dijalankan dan tidak kenal henti.

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang yang berada di Jalan Bay

Pass Anak Air Kecamatan Koto Tangah Kota Padang, berada di bawah

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Barat yang

dijadikan sebagai tempat membina narapidana mengingat kapasitas Lembaga

15

(23)

Pemasyarakatan (LAPAS) Padang yang tidak mencukupi lagi. Penghuni

Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Padang pada data bulan Juli 2017

mencapai 111 Orang warga binaan pemasyarakatan, diantaranya 35 orang

tahanan dan 76 orang narapidana,16 sebahagiannya merupakan titipan dari

Lapas Padang, Lapas Padang Pariaman, titipan dari kepolisian, titipan dari

kejaksaan, titipan dari pengadilan dan yang berstatus sebagai tahanan.

Jenis dan kasus kejahatan yang dilakukan warga binaan Rutan Padang diantaranya: kasus pencurian, kasus narkotika, kasus penipuan, kasus penadahan, kasus penganiyaan, kasus kesusilaan, kasus perampokan, kasus korupsidan kasus disersi. Dari jenis dan kasus kejahatan yang dilakukan warga binaan yang terdiri dari berbagai macam kasus dengan demikian terjalinlah interaksi antara pelaku kejahatan yang sama atau yang berbeda di dalam Rutan. Jika hukuman penjara tidak memberi jera bagi pelaku kejahatan, maka penjara bisa menjadi tempat berbenah untuk aksi kejahatan selanjutnya.

Antar warga binaan bisa saja bercerita bagaimana kejahatannya

sewaktu masih bebas, dari cerita itu bisa menjadi suatu konsep kejahatan baru

bagi warga binaan lainnya dengan melihat kendala dan peluangnya. Dalam

kondisi demikian sangat memungkinkan terbentuk komplotan kejahatan

setelah bebas dari penjara. Untuk mengatasi hal ini, maka sangat tepat teori

pembinaan serta pengembangan dakwah yang di kemukakan Muhammad

al-Ghazali dalam membina warga binaan dengan melakukan penyadaran

pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan atau organisasi.

Teori inilah yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini yang akan

dijadikan sebagai pisau analisis dalam membaca data yang ada dilapangan.

Pada dasarnya kehidupan warga binaan di dalam penjara sangat identik

dengan istilah siapa yang hebat dia yang berkuasa. Di penjara juga berpotensi

16

(24)

terbentuknya sekta-sekta, dengan demikian terjadikah monopoli kekuasaan

dan penindasan terhadap orang-orang lemah. Salmadanis menceritakan

bagaimana pengalaman awalnya masuk penjara, awal-awal masuk penjara

Salmadanis pernah beberapa kali berkelahi di Rutan Padang, “kalau tidak

kuat mungkin sudah tertindas dan selalu diperas.”17 Salmadanis

memanfaatkan kondisi ini dalam dakwah, Salmadanis merupakan yang

disegani oleh warga binaan, dia juga bekerja sama dengan warga binaan yang

berpengaruh terhadap warga binaan lainnya untuk pembinaan keagamaan,

seperti mengarahkan warga binaan untuk beribadah dan bekerja.

Dengan dijadikannya para tahanan dan narapidana sebagai warga

binaan di Rutan Padang, maka hal ini menjadi peluang bagi mereka untuk

mengembangkan potensi keagamaannya, sebagaimana wawancara dengan

Salmadanis: “menjadi warga binaan di Rutan ini merupakan suatu

kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan pengamalan agamanya,

seperti ibadah shalat yang biasanya sering tinggal sebelum menjadi warga

binaan sekarang shalat yang sunat pun sudah mulai rutin dilakukan, begitu

juga dengan pengamalan agama lainnya; seperti puasa, zikir, membaca

al-Quran, mengikuti pengajian dan menjadikan mereka cinta dengan masjid.”18

Dari observasi yang peneliti lakukan sewaktu mengikuti ceramah di

Masjid Baitul Anshar Rutan Padang sebelum masuk waktu shalat zuhur,

warga binaan yang mengikuti pengajian kurang lebih 45 orang. Sebahagian

jamaah yang mendengarkan pengajina badannya dipenuhi dengan tato. Yang

menjadi penceramahnya adalah Salmadanis sekaligus menjadi imam shalat

zuhur.19 Setelah wawancara dengan Salmadanis, dia menceritakan ternyata

17

Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 22 Oktober 2016.

18

Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang wawancara langsung, 29 Oktober 2016.

19

(25)

sebahagian dari mereka yang mengikuti pengajian yang baru saja

dilaksanakan sebahagian baru pertama kali mengikuti ceramah dan shalat

berjamaah di masjid itu, sebelumnya mereka tidak pernah ikut shalat

berjamaah di masjid itu sama sekali.20

Melalui observasi yang peneliti lakukan, Masjid Baitul Anshar Rutan

Padang selalu diadakan shalat berjamaah yang lima waktu, masjidnya juga

dihiasi dengan kaligrafi yang di kerjakan oleh warga binaan, selain dari itu

masjidnya juga dilengkapi dengan perpustakan.21 Sebelum Salmadanis

menjadi warga binaan, masjid yang ada di Rutan Padang tidak

termakmurkan, pelaksanaan shalat berjamaah pun di masjid itu tidak

dilaksanakan dengan aktif begitu juga dengan kebersihannya tidak terjaga,

sebagai mana Salmadanis mengatakan:

“Dulunya masjid ini belum termakmurkan dan belum ada nama masjidnya, lukisan kaligrafi pun belum ada seperti sekarang ini. Keindahan masjid ini muncul dengan bertahap, seperti dalam melakukan kaligrafi, kaligrafi ini dilakukan bersama-sama dengan warga binaan dengan kesadaran masing-masing.”22

Suasana di Rutan Padang pun terasa ada perubahannya setelah

Salmadanis menjadi warga binaan, sebagaimana Awis Karni menceritakan

bagaimana pengalamannya saat melakukan kunjungan ke Rutan Padang;

dulunya sebelum Salmadanis menjadi warga binaan melihat para warga

binaan raut wajahnya seperti ingin menerkam. Setelah Salmadanis menjadi

warga binaan di Rutan Padang, sekarang warga binaan nampak sudah santun

dan tentram. Saat warga binaan melaksanakan shalat berjamaah ke masjid,

20

Salmadanis, sebagai pembina keagamaan di Rutan Padang, wawancara langsung, 15 November 2016.

21

Hasil observasi, tanggal 29 Oktober 2016.

22

(26)

warga binaan nampak beramai-ramai seperti santri. Saat itu Salmadanis

pernah mengatakan; “mungkin saya dikirim Tuhan ke sini.”23

Pembinaan keagamaan yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang

merupakan rekomendasi dari pihak Rutan, sebagai mana wawancara dengan Asrul (Aceng): “warga binaan perlu dibina dengan pendekatan psikologi

maupun agama, kalau pembinaan agama di Rutan ini sudah diserahkan kepada Salmadanis, karena dia juga berkompeten untuk itu, dan memang peran beliau nampaklah dalam pembinaan warga binaan di Rutan ini.”24 Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Asrul, nampaklah bahwa peran Salmadanis dalam pembinaan keagamaan bagi warga binaan di Rutan Padang merupakan rekomendari dari pihak Rutan walaupun tidak ada Surat Keterangannya secara resmi.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Salmadanis dia juga mengatakan bahwa dia sudah dipercayakan untuk membina warga binaan di Rutan Padang. Salmadanis juga mengatakan bagaimana perannya dalam membina warga binaan:

“Sebahagian warga binaan kasus narkoba mengalami depresi di Rutan ini akibat sudah kecanduan dengan narkoba dan lingkungan Rutan yang menghilangkan kebebasannya. Untuk menenangkannya biasanya saya berikan kepada mereka aktivitas ;seperti mewarnai kaligrafi, bersih-bersih dan mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini.”25

Dari pernyataan Salmadanis melalui wawancara ini nampaklah

bagaimana peran yang dilakukananya dalam membina warga binaan di Rutan

Padang. Yang menjadi keunikan dalam hal ini Salmadanis merupakan warga

binaan pemasyarakatan (WBP) di Rutan Padang yang semestinya dia adalah

warga yang dibina, namun dalam realitanya beliau adalah pembina di Rutan

Padang yang mengarahkan dan mengajari warga binaan. Salmadanis juga

23

Awis Karni, pengunjung Rutan Padang, wawancara langsung, 11 November 2016.

24

Asrul, Ka. Subsi Pelayanan Tahanan di Rutan Padang, wawancara langsung, 20 Januari 2017.

25

(27)

sering memberikan ceramah di Rutan Padang baik dalam acara pengajian,

wirid dan khatib Jumat. Melalui mimbar di masjid Rutan Padang Salmadanis

juga sering menceramahi seluruh warga yang ada di Rutan Padang; baik

pegawai Rutan, kejaksaan, penasehat hukum dan tamu Rutan Padang yang

hadir dalam acara pengajian dan shalat Jumat.

Oleh karena itu dengan adanya perubahan pada diri warga binaan akan menjadi pendukung bagi mereka dalam mengembangankan pengetahuan dan pengamalan agamanya, baik dari segi akidah, ibadah, dan akhlak. Dengan demikian kondisi ini sangat membantu para pelaku kriminal untuk berbenah diri di Rutan Padang untuk kembali ke tengah-tengah masyarakat.

B.Rumusan dan Batasan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana

strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di

Rumah Tahanan Negara Klas IIB Padang ?

Karena luasnya pembahasan yang akan diteliti dan untuk menghindari

kesalahan dalam memahami substansinya, peneliti merasa perlu membuat

batasan sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penyadaran

pikiran bagi warga binaan pemasyarakatan.

2. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penumbuhan

keyakinan bagi warga binaan pemasyarakatan.

3. Bagaimana strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam pembangunan

peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Profesor

Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan.

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(28)

1. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam

penyadaran pikiran warga binaan pemasyarakatan.

2. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam

penumbuhan keyakinan bagi warga binaan pemasyarakatan.

3. Untuk mengungkap strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam

pembangunan peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

4. Untuk mengungkap apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi

dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini akan memberi informasi dan

kontribusi pemikiran terkait strategi berdakwah khususnya bagi warga

binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan.

2. Bagi pihak Rumah Tahanan, penelitian ini akan memberi sumbangsih

yang positif dalam rangka perbaikan kualitas dan progresifitas pembinaan

khususnya pada pembinaan keagamaan warga binaan pemasyarakatan di

Rumah Tahanan.

3. Bagi akademisi, penelitian ini menjadi referensi dalam pembahasan

mengena strategi dakwah dalam khususnya di Rumah Tahanan atau

Lembaga Pemasyarakatan.

4. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan keilmuan dan sebagai syarat

pelengkap dalam memperoleh gelar Megister Sosial dalam ilmu dakwah

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

5. Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti lain yang memiliki keinginan

membahas pokok masalah yang sama.

(29)

Strategi dakwah terdiri dari dua kata strategi dan dakwah, Kata strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani ”strato” yang artinya pasukan dan “agenis” yang artinya pemimpin. Jadi strategi berarti hal-hal yang berhubungan dengan pasukan perang.26 Menurut kamus bahasa Indoesia, strategi berarti siasat perang, ilmu siasat. Pada mulanya strategi berasal dari peristiwa peperangan (militer) yaitu suatu siasat mengalahkan musuh, namun pada akhirnya strategi berkembang untuk kegiatan

organisasi; termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama.27 Strategi secara terminologi menurut M. Aliyasir yang dikutip oleh

Sondang adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencari

sasaran yang khusus.28 Sementara menurut Dwi Sunar Prasetyono, stategi

adalah suatu arah dan kebijakan atau rencana yang diutamakan untuk

mencapai tujuan utama lembaga atau perusahaan.29 Jadi, strategi

merupakan faktor yang sangat penting dalam berbagai hal guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Kata dakwah secara etimologi merupakan bentuk masdhar dari kata da‟a - yad‟u - da‟watan yang bermakna memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, dan mendorong. Sedangkan secara terminology dakwah berarti “mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk atau mengikuti ajaran agama, menyeru kepada yang ma‟ruf mencegah perbuatan yang munkar agar mendapatkan kesenangan hidup di dunia dan

di akhirat,”30 sedangkan strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah.31 Dari

26

Mr. Sulaiman Samae, Strategi Dakwah Syekh Daud bin Abdullah al-Fathona di Patani Selatan Thailand, “Skripsi” (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga , 2014), h. 14.

27

Sondang Siagian, Menegemen Stratejik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), h. 15.

28

Ibid.,h.7.

29

Dwi Sunar Prasetyono, Trobosan Strategis Menggali Sumber-sumber kekayaan dalam Bisnis, (Yogyakarta: CV. DIVA Pres, 2005), h.180.

30

Ali Mahfuz, loc.cit.

31

(30)

pengertian strategi dakwah diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi

dakwah adalah cara atau upaya untuk mencapai tujuan dalam rangka

mengajak orang kembali kepada kebaikan dengan ajaran-ajaran Islam,

agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun diakhirat dengan

menegakkan amar ma‟ruf dan nahi munkar.

2. Strategi dakwah Salmadanis

Adapun yang dimaksud dengan strategi dakwah Salmadansi adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain oleh Salmadanis dalam berdakwah, supaya tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Sedangkan Salmadanis merupakan warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang dan merupakan guru besar Pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang.

3. Rumah Tahanan Negara

Rutan adalah tempat tahanan selama proses penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di sidang pengadilan di Indonesia, Rutan juga dijadikan sebagai tempat pembinaan narapidana. Rutan merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor : M.HH-07.OT.01.02 Tahun 2014. Rutan didirikan pada setiap Ibu Kota, Kabupaten atau Kota, dan apabila perlu dapat dibentuk pula cabang Rutan. Yang menjadi penghuni Rutan disebut warga binaan pemasyarakata.

Adapun secara keseluruhan yang dimaksut dengan judul ini adalah rencana atau taktik yang dilakukan Salmadanis dalam melaksanakan dakwahnya di Rutan Padang. Dengan adanya strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis sehingga warga binaan menjadi sadar sepenuhnya terhadap kesalahan yang mereka lakukan, mereka juga kembali pada jalan yang benar

dan mengamalkan apa yang sudah disyariatkan oleh agama Islam secara konsisten dan mandiri.

(31)

Penelitian ini fokus pada pembahasan mengenai “Strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan

Negara Klas IIB Padang.” Ada beberapa pembahasan yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini, hanya saja fokus dan objek kajiannya memiliki perbedaan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan Muhammad Saltut NIM : 08807999 Program Studi Ilmu Dakwah Konsentrasi Dakwah dan

Pengembangan Masyarakat Islam Program Pascasarjana IAIN Imam Bonjol 2012. Dengan judul “Pembinaan Keagamaan Narapidana Anak Oleh Lembaga Pemasyarakatan Pekanbaru”. Adapun hasil dari penelitian yang

dilakukan adalah; Pertama, pembinaan keagamaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan mencakup aspek akidah, ibadah syariah/fiqih, akhlak/budi Pekerti, aspek kemampuan membaca, menulis dan menghafal al-Quran dan aspek kemampuan mengenal kebudayaan Islam. Kedua, bentuk-bentuk pembinaan tersebut secara rutin dilakukan oleh tenaga pengajar dan muballig dari majelis dakwah Islamiyah melalui ceramah dan pengajian

umum. Ketiga, kendala yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan dalam pembinaan keagamaan narapidana anak adalah; minimnya dana, kurangnya petugas dalam pembina narapidana, sarana prasarana/fasilitas kurang memadai, program pembinaan kurang maksimal, kurang diperhatikan kesejahteraan petugas/pembinanya.

Bila dilihat dari satu sisi penelitian ini memiliki kajian yang saling berdekatan yang terletak pada pembinaan keagamaan yang dilakukan

terhadap warga binaan pemasyarakatan dan mencari apa saja kendala yang dihadapi dalam pembinaannya, namun pada fokus penelitiannya memiliki

(32)

Salmadanis (sebagai warga binaan) bagi warga binaan pemasyarakatan yang meliputi; penyadara pikiran, penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan bagi warga binaan pemasyarakatan.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian Murni Prihatin NIM : 9941

4587 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2007. Dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan

Keagamaan Islam Bagi Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan”.

Adapun hasil penelitian yang dilakukannya adalah; Pertama, tujuan

pembinaan keagamaan Islam yang dilakukan bagi narapidana putra dan putri

adalah untuk melatih narapidana dalam melakukan ajaran agama Islam,

sehingga hal demikian menjadi kebiasaan terpuji yang akan menjadi kerakter

dan sifatnya yang sudah terinternalisasi dalam dirinya. Kedua, dalam

pelaksanakan pembinaan keagamaan Islam yang dilakukan di Lembaga

Pemasyarakatan Wirogunan terdapat beberapa situasi yang dapat

dikategorikan sebagai bias gender, namun pada kondisi tertentu juga bersipat

netral. Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan agama Islam

yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan adalah pada usaha

pembinaan kesetaraan gendernya, karena tempatnya tidak memadai

dikarenakan kurangnya pembina, waktunya terbatas, dan minimnya dana

untuk itu.

Bila dilihat dari satu sisi penelitian ini juga memiliki kajian yang saling

berdekatan yang terletak pada pelaksanaan pembinaan Agama Islam yang

dilakukan bagi warga binaan pemasyarakatan dan kendala-kendala yang

dihadapi dalam pembinaannya, namun pada fokus penelitian memiliki

perbedaan. Penelitiannya Murni Prihatin fokusnya pada tujuan pembinaan

keagamaan Islam, pembinaan kegiatan keagamaan Islam terkait kesetaraan

gendernya, dan kendala yang dihadapi dalam pembinaan. Dalam penelitian

(33)

warga binaan pemasyarakatan yang meliputi; penyadara pikiran,

penumbuhan keyakinan dan pembangunan peraturan bagi warga binaan

pemasyarakatan.

F.Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Apabila dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian dalam tesis

ini memakai studi tokoh dan penelitian lapangan (field research). Studi

tokoh merupakan jenis penelitian kualitatif,32 dalam studi tokoh, metode

yang digunakan untuk meneliti subyek penelitian akan mempengaruhi cara

peneliti memandang subyek tersebut.

Melalui metode kualitatif, peneliti dapat mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai sang tokoh tersebut secara peribadi dan melihat dia mengembangkan definisinya sendiri tentang dunia dengan berbagai pemikiran, karya dan perilaku yang dijalaninya.33 Peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan diucapkan sang tokoh dalam pergulatan dengan komunitasnya. Disinilah pentingnya peneliti

membangun keakraban dengan sang tokoh agar sang tokoh secara terbuka bersedia menyampaikan cerita tentang dirinya dan pengalamannya. Dengan adanya penelitian lapangan maka peneliti akan melihat kesesuaian apa yang disampaikan tokoh dengan realitanya. Dalam penelitian ini yang menjadi tokohnya adalah Salmadanis, peneliti akan melakukan pendekatan dan menggali bagaimana strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis di Rutan Padang, seterusnya peneliti juga akan melihat kesesuaian apa yang disampaikan Salmadanis dengan realita di Rutan Padang.

Jenis penelitian kualitatif ini dengan melakukan metode deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, tindakan, gambar dan

32

Arief Furchan, Studi tokoh Metode Penelitian Mengenai Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),h.1.

33

(34)

dokumentasi terkait dengan strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang.34 Semua data yang dikumpulkan akan menjadi kunci terhadap apa yang akan diteliti. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti.35 peneliti ingin menggambarkan bagaiman strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rutan

Padang. Peneliti mengumpulkan data dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga informan dibiarkan berbicara, tujuannya adalah agar mendapatkan laporan apa adanya, kemudian kondisi yang diuraikan harus relepan dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara Klas II B Padang. Yang bertempat di Jalan. By Pass Anak Air Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Dengan luas tanah 30,456 (meter persegi) dan luas bangunan 16,750 (meter persegi). yang dipimpin oleh Kepala Rutan Enjat Lukmanul Hakim, B.Sc, IP, SH, dengan jumlah pegawai keseluruhan 32 orang dan 111 Orang warga binaan.

3. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah darimana data itu diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data pokok yang dibutuhkan

dalam penyusunan tesis ini, sumber data ini diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini data perimernya adalah

Salmadanis, Pihak Rumah Tahanan, dan warga binaan pemasyarakatan. b. Sumber data skunder

34

Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2007), h.6.

35

(35)

Sumber data skunder adalah data pelengkap yang dibutuhkan untuk mendukung penulisan tesis ini, yaitu: buku-buku, artikel, internet dan media lainnya yang memuat informasi mengenai pembinaan warga binaan pemasyarakatan di Rumah Tahanan.

Dalam menentukan kriteria informan peneliti menggunakan teknik

purvosive sampling, yaitu; “teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.”36 Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses

pengambilan sampel berdasarkan tujuan-tujuan tertentu, dan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan, sehingga diperoleh data yang dibutuhkan mengenai strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan pemasyarakatan di Rutan Padang.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, ketiga metode ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan pertanyaan yang muncul pada saat tertentu. Instrumen pokok dari studi ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan alat kamera, tape recorder, pedoman wawancara dan alat-alat lain yang diperlukan secara insidental. Beberapa prosedur pengumpulan data dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara, yaitu peneliti melakukan tanya jawab dengan Salmadanis, pihak Rutan Padang, dan warga binaan pemasyarakatan. Wawancara yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara sistematik, yaitu; “wawancara yang dilakukan

36

(36)

dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada informan.”37 Metode ini digunakan untuk memperoleh data sebagai berikut:

1) Strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penyadaran pikiran warga binaan.

2) Strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam penumbuhan keyakinan warga binaan.

3) Strategi dakwah Profesor Salmadanis dalam pembangunan peraturan warga binaan.

4) Faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Profesor Salmadanis bagi warga binaan.

Pada studi tokoh wawancara yang dipakai dengan sikap santai tapi serius, artinya dalam mengajukan beberapa pertanyaan peneliti melakukan dengan santai, tidak kaku dan tidak cendrung memaksa, namun peneliti tetap serius dalam merekam hasil wawancaranya, hal ini dilakukan agar informannya tidak merasa tertekan atau tegang dalam memberi jawabannya.

b. Observasi

Observasi adalah usaha pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu oleh panca indra lainnya.38 Metode ini peneliti gunakan untuk

mengamati secara langsung terhadap strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan di Rutan Padang.39 Observasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi partisipan, dengan metode ini peneliti

37

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2007), h.127.

38

Burhan Bungin, op. cit., h. 133.

39

(37)

dapat mengetahui secara jelas apa yang dipikirkan, dilakukan dan dihasilkan oleh Salmadanis.

Untuk memperoleh data melalui observasi partisipan peneliti

berusaha mengikuti secara intensif aktivitas sang tokoh dan difokuskan

pada masalah yang menjadi perhatian studi, namun dalam hal ini

peneliti juga tetap memperhatikan prosedur yang sudah ditetapkan oleh

Kementerain Hukum dan HAM RI Kantor Wilayah Sumatera Barat

dalam melakukan riset di Rumah Tahanan sebagai mana dicantumkan

dalam surat riset:

1) Dilakukan pada hari / jam kerja

2) Tidak mengganggu kegiatan rutin

3) Tidak diperkenankan mengambil gambar yang berhubungan dengan

objek pangamanan

4) Wawancara dengan narapidana apabila yang bersangkutan berkenan

diwawancarai.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan data mengenai arsip, dokumen dan profil baik dari tokoh begitu juga dari lembaga. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan dokumen mengenai warga binaan, Rutan Padang, dan program pimbinaan yang dilakukan di Rutan Padang, dan dokumen mengenai strategi dakwah yang dilakukan Salmadanis seperti foto kegiatan dan data yang bersangkutan dengan penelitian ini.

5. Analisis Data

(38)

dipahami oleh peneliti dan orang lain.40 Analisis data kualitatif secara umum dapat dilakukan sebagai berikut.41 :

a. Klasifikasi data, yaitu menyeleksi data dan mengelompokkannya sesuai

dengan topik pembahasan. Dalam penelitian ini data yang di peroleh

akan diklasifikasikan sesuai dengan batasan masalah.

b. Reduksi data, yaitu memeriksa kelengkapan data untuk mencari data

yang masih kurang dan mengesampingkan yang tidak relevan.

c. Deskripsi data, yaitu menguraikan data secara sistematis, induktif, dan

deduktif sesuai dengan sistematika pembahasan.

d. Penarikan kesimpulan, yaitu menerangkan uraian-uraian penjelasan

kedalam susunan yang singkat dan padat.42

Metode analisis data yang peneliti lakukan dengan menggunakan

metode analisis data deskriptif kualitatif, maksudnya proses analisis

dengan didasari pada kaidah deskriptif dan kualitatif. Kaidah deskriptif

adalah proses analisis dilakukan terhadap seluruh data yang telah

didapatkan, diolah dan kemudian hasil analisa tersebut disajikan secara

keseluruhan.43 Adapun kaidah kualitatif merupakan proses analisis yang

ditujukan untuk mengembangkan teori bandingan, dengan tujuan untuk

menemukan teori baru, yaitu berupa penguatan terhadap teori lama

maupun melemahkan teori yang telah ada tanpa menggunakan rumus

statistik.44 Dari hasil penelitian ini nanti akan diketahui apakah teori

pembinaan serta pengembang dakwah yang di kemukakan Muhammad

al-Ghazali yang peneliti pilih sebagai teori bandingan dalam mengkaji data

40

Sugiyono, op.cit., h. 89.

41

Immy Holloway dan Daymon C, Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relation dan Management Communication, terj. Cahya W,(Yogyakarta: Bentang, 2008), h. 369.

42

Lexy J., op.cit,h. 27.SS

43

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 41

44

(39)

tentang strategi dakwah Salmadanis bagi warga binaan di Rutan Padang

bisa sebagai penguat atau melemah melemahkan teori yang sudah ada.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dengan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu di luar data yang diperoleh untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Proses triangulasi dilakukan secara terus menerus sepanjang proses pengumpulan data dan analisis data sampai diyakini sudah tidak ada lagi perbedaan dan tidak perlu konfirmasi kepada informan lagi.45

Pengecekan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan Salmadanis dengan realita di lapangan. Penelitia juga tidak akan puas hanya mengandalkan hasil wawancara dengan Salmadanis, tetapi penelitia juga akan membandingkan hasis wawancara dengan Salmadanis terhadap hasil wawancara dengan warga binaan begitu juga dengan pihak Rutan Padang, sehingga data yang diperoleh betul-betul absah.

45

(40)

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A.Pengertian Strategi

Strategi merupakan rencana yang cermat untuk mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan, dengan adanya strategi, maka dalam pencapaian tujuannya

akan lebih mudah, dapat mengefisien waktu, dan pencapaian yang lebih

optimal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi diartikan dengan “ilmu dan seni memimpin, bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang dan dalam kondisi yang menguntungkan.”46

Pada dasarnya kata

strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang berarti keahlian

militer. Dalam lingkungan militer, strategi menjelaskan manuver pasukan ke

suatu posisi sebelum musuh berada di posisi ini, jadi untuk manuver pasukan

diperlukan gerak pasukan sebagai persiapan terakhir untuk menduduki posisi

musuh. Dengan demikina ketika kita bicara mengenai strategi, maka kegiatan

utamanya adalah mengarahkan pasukan.47 Kata strategi bermakna:

1. Keputusan untuk melakukan sesuatu tindakan dalam jangka panjang

dengan segala akibat.

2. Penentuan tingkat kerentanan posisi kita dengan posisi para pesaing.

3. Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang reletif terbatas

terhadap kemungkinan penyadapan informasi oleh para pesaing.

4. Penggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang

menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis.

5. Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan penggunaan sumber daya

dalam pasar informasi.48

Strategi secara terminologi menurut Dwi Sunar Prasetyono adalah: “strategi adalah suatu arah dan kebijakan atau rencana yang diutamakan

46

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pusat, 2002),h.1092

47

Neni Efrita, Strategi Komunikasi Pengembangan Pemasaran Pariwisata, (Padang: Imam Bonjol Press, 2015). h.31.

(41)

untuk mencapai tujuan utama lembaga atau perusahaan.”49 Menurut Effendi yang dikutif oleh Moh Ali Aziz, strategi adalah sebagai perencanaan

(planning) dan manajeman (management) untuk mencapai tujuan. Ia tidak

hanya berfungsi sebagai peta yang harus ditempuh, tetapi ia juga berisi taktik

operasional.50

Pengertian strategi sering rancu dengan; metode, tekhnik atau taktik,

namun secara konseptual strategi sering diartikan dengan beragam

pendekatan, sebagaiman disebutkan oleh Totok Mardikanto dan Poerwoko

Soebiato dalam tulisannya, yaitu:51

1. Strategi sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau acuan

yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan

yang ditetapkan. Dalam hubungan ini, rumusan strategi senantiasa

memperhatikan kekuatan dan kelemahan internal serta memperhatikan

peluang dan ancaman eksternal yang akan dilakukan oleh para pesaing.

2. Strategi sebagai kegiatan, strategi merupakan upaya yang dilakukan oleh

individu, organisasi atau lembaga demi tercapainya tujuan yang

diharapkan atau yang telah ditetapkan

3. Strategi sebagai suatu instrumen, strategi merupakan alat yang digunakan

oleh semua unsur pimpinan organisasi/perusahaan terutama manajer

puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali pelaksanaan kegiatan.

4. Strategi sebagai suatu sistem, strategi merupakan satu kesatuan rencana

dan tindakanyang komprehensif serta terpadu yang diarahkan untuk

menghadapi tantangan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Strategi sebagai pola pikir, strategi merupakan suatu tindakan yang

dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun

eksternal. Strategi juga merupakan kemampuan dalam pengambilan

49

Ibid,.

50

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 48 51

(42)

keputusan untuk memilih alternative terbaik yang dapat dilakukan dengan

memaksimalkan kekuatan yang dimiliki. Oleh karena itu strategi menjadi

kemampuan dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan

dibarengi dengan upaya untuk menutupi kelemahan guna mengantisipasi

atau meminimalisir ancamannya.

Dengan adanya keberagaman pendekatan dalam memberikan konsep

strategi, maka dari keragaman itu dapat diambil kesimpulan bahwa strategi

merupakan faktor yang sangat urgen dalam berbagai hal untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan akan sulit dicapai tanpa adanya strategi,

pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan tidak terlepas dari strategi.

Strategi yang baik adanya koordinasi tim kerja, memiliki tema,

mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip

pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki

taktik untuk mencapai tujuan.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam rencana penetapan strategi:

Pertama, rencana tindakan, ini mengarah pada penggunaan metode dan

pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi

merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada

tindakannya. Kedua, untuk memudahkan mencapai tujuan, artinya arah dari

semua keputusan dalam penyusunan strategi di arahkan pada pencapaian

tujuannya.52

Ketika strategi dibangun dengan efektif, maka hal ini dapat

memberikan kejutan kepada orang lain yang sebelumnya beranggapan bahwa

tujuan yang akan dicapai terlalu sulit untuk mendapatkannya. Sebagai contoh

strategi yang dilakukan raja Muhammad al-Fatih dalam menaklukkan

Konstantinopel, dilakukang dengan cara menggendong 70 kapal melintasi

bukit galata menuju teluk golden horn setelah meminyaki batang-batang

kayu. Ajaibnya hal tersebut dilakukan dalam waktu yang sangat singkat tidak

52 Ibid.,

(43)

sampai satu malam. Strategi ini membuat penduduk kota beserta pasukan

musuh yang sedang terlelap itu terbangun dan kaget bukan main, kejadian itu

seperti mimpi. Tidak heran bila para sejarawan barat pun memuji taktik

peperangan ini sebagai taktik terbaik dunia hingga saat ini.53 Inilah kehebatan strategi yang dibangun dengan kesungguhan sehingga memberikan hasil yang

mengejutkan orang lain.

Agar arah strategi yang mau dilakukan jelas arahnya maka diperlukan

perumusan strategi. Perumusan strategi merupakan proses penyusunan

langkah-langkah ke depan untuk membangun visi dan misi organisasi.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merumuskan strategi, yaitu:

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki dan menentukan misi

untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi

dalam menjalankan misinya.

3. Merumuskan apa saja faktor ukuran keberhasilan (key success factors)

dari strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target yang dapat terukur, mengevaluasi berbagai

alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki

dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang sesuai dalampencapaian tujuan jangka pendek dan

jangka panjang.

Tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat

bagi setiap pengambil keputusan tertinggi, bahwa mengelola organisasi tidak

hanya melihat dari sudut kerapian administratif semata, akan tetapi

53 Para sejarawan Barat menyebutkan,“Kami sebelumnya tidak pernah melihat dan mendegar perkara yang luar biasa ini. Muhammad al-Fatih merubah bumi menjadi lautan dan kapal-kapalnya telah berjalan melewati pegunungan tinggi sebagai ganti dari ombak lautan. Sungguh Muhammad II ini telah mengungguli al-Iskandar al-Akbar dengan usahanya itu.

“Lihat! Syam‟un Salim, Muhammad Al-Fatih dan Penaklukan Konstantinopel, Makalah,

(44)

hendaklahmemperhatikan kebijakan-kebijakannya dan arah misi yang akan

dicapai olehorganisasi tersebut.

B.Kejian Dakwah

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan Allah tetapi Islam juga mengatur

hubungan manusia dengan dirinya sendiri, lingkungan dan mengatur

hubungan manusia dengan sesamanya. Upaya dalam mewujudkan perubahan

tersebut, maka dibutuhkan pendakwah yang akan menyampaikan

kesempurnaan Islam itu serta menyampaikan syarit-syariat-Nya yang sudah

dirintis oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu mengembangkan

dakwah adalah misi agung dan pekerjaan yang mulia yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi umat manusia agar memperoleh kebahagia dunia dan

akhirat.

Pelaku dakwah mendapat pujian yang istimewa dari Allah SWT dengan

menjulukinya sebagai umat yang terbaik, dalam surat al-Imran ayat 110

Kata dakwah dalam pengertian etimologi berasal dari kata bahasa Arab,

yaitu da‟a - yad‟u - da‟watan. Jumlahnya kurang lebih 198 ayat yang

tersebar pada beberapa surat dengan makna yang berbeda-beda, diantaranya:

memanggil, mengundang mintatolong, meminta, memohon, menamakan,

menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendo‟akan, menangisi dan meratapi.54 Terlepas dari makna keumuman etimologi, dakwah yang disoroti dalam kajian ini adalah kata dakwah yang mengandung

makna menyeruh, memanggil dan mengajak kepada kondisi yang lebih baik,

54

Gambar

Tabel Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pertama,Ady Tjahyadi (2004) “Tinjauan Hukum Islam Terhadap UU Ketenagakerjaan Tentang Upah Pekerja”, penulis memaparkan tentang pekerja adalah tenaga kerja yang

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas

Penelitian ini juga mempertimbangkan hal-hal mendasar yang diperlukan pada saat ini yaitu sebuah korelasi perubahan budaya terhadap konsepsi inovasi yang

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis nilai intrinsik pada perusahaan industri barang – barang konsumsi yang listing di Bursa Efek Indonesia

hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan6. Kesimpulan: Dari

TC and LDL-C baseline levels were significantly different among the apo-E genotypes, yet there were no significant effects on lipid and lipoprotein dietary response..

Dengan segala ketulusan hati ku persembahkan kepada Babah (M. Muchyar Hadi) yang menginginkan seorang anaknya menjadi sarjana atau ahli ekonomi dan Bunda (Pipit Esty