• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DISUSUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DISUSUN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR

PUBLIK

DISUSUN

OLEH :

IRDA

DEWI

FITRAH

1292130010

AKUNTANSI DIPLOMA 3

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI

TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR

(2)

“akuntansi sektor publik”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang menjadi panutan kita umat islam di seluruh dunia.

Makalah ini dibuat dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa

dipertanggungjawabkan hasilnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait

yang telah membantu kami dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah

ini.

Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar dalam makalah

ini. Oleh karena itu, saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih dan semoga makalah

ini bisa memberikan sumbangsi positif bagi kita semua.

Makassar, 2 Juni 2014

Irda Dewi Fitrah

DAFTAR ISI

(3)

BAB I PENDAHULUAN... RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN... BAB II PEMBAHASAN... ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH... UNSUR-UNSUR APBD... BENTUK DAN SUSUNAN APBD... PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA... STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN... BASIS AKUNTANSI... AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL... PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN... TUJUAN LAPORAN KEUANGAN... TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN... BAB III PENUTUP... DAFTAR PUSTAKA...

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

undang-undang ini badan publik memliki kewajiban untuk menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan informasi publik yang berada dibawah kewenangannya. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh lembaga publik merupakan barang publik yang berhak diperoleh oleh masyarakat.

Dalam melakukan pengelolaan keuangan negara tentunya perlu diketahui ruang lingkup dari keuangan negara tersebut. Menurut Halim, ruang lingkup keuangan negara dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Dikelola langsung oleh pemerintah di mana komponen keuangan negara mencakup seluruh penerimaan dan pengeluarannya.

2. Keuangan negara yang dipisahkan kepengurusannya yaitu kompenen keuangan negara yang pengurusannya dipisahkan dan cara pengelolaannya berdasarkan hukum publik dan hukum perdata.

Tuntutan masyarakat agar pengelolaan negara dijalankan dengan transparan dan akuntabel sejalan dengan keinginan masyarakat internasional. Salah satu kunci pengembangan di dalam tata kelola sektor publik selama lebih dari 15 tahun adalah adanya dorongan yang kuat oleh lembaga-lembaga internasional, seperti Organisatiaon For Economic Coorperation and Development (OECD), The Internasional Monetary Fund (IMF), dan World Bank kepada negara-negara di dunia untuk mengganti sistem akuntansi tradisionalnya dari akuntansi berbasis kas ke sistem akuntansi berbasis akrual seperti pada sektor swasta. Hasilnya pada tahun 2010, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menerbitkan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang ditetapkan melalui PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menggantikan PP nomor 24 Tahun 2005 yang menggunakan basis kas menuju akrual.

(5)

A. RUMUSAN MASALAH

1. MENJELASKAN DEFINISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2. MENGURAIKAN UNSUR-UNSUR APBD

3. MENJELASKAN BENTUK DAN SUSUNAN APBD

4. MENGURAIKAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 5. MENGURAIKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

6. MENGURAIKAN BASIS AKUNTANSI

7. MENGURAIKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 8. MENJELASKAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN 9. MENGURAIKAN TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

10. MENJELASKAN TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

B. TUJUAN

1. MEMAHAMI DEFINISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2. MENGETAHUI UNSUR-UNSUR APBD

3. MENGETAHUI BENTUK DAN SUSUNAN APBD

4. MENGETAHUI PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA 5. MENGETAHUI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

6. MENGETAHUI BASIS AKUNTANSI

7. MEMAHAMI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

8. MENGETAHUI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN 9. MEMAHAMI TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

10. MENGETAHUI TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

BAB 2

(6)

1. DEFENISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemda, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu,dan pihaklain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

Sedangkan definisi APBD pada orde lama adalah kegiatan badan legislatif ( DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah)untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar penetapan anggaran dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.

2. UNSUR-UNSUR APBD

Dari kedua definisi tersebut, menunjukkan bahwa APBD sebagai anggaran daerah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara terperinci.

2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.

3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka. 4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.

3. BENTUK DAN SUSUNAN APBD

Pada era prareformasi, bentuk dan susunan APBD telah mengalami dua kali perubahan. Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1975, pada awalnya APBD terdiri atas:

1. Anggaran rutin, yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja rutin.

2. Anggaran pembangunan, yang juga dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja pembangunan.

Susunan tersebut kemudian mengalami perubahan-perubahan, dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan dalam kurun waktu tahun 1984-1988. APBD tidak lagi terbagi atas anggaran rutin dan pembangunan, tetapi:

1. Pendapatan, yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan pembangunan, dan urusan kas dan perhitungan ( UKP )

2. Belanja, yang diperinci lagi menjadi belanja rutin ( diklasifikasikan ke dalam 10 bagian ) dan belanja pembangunan (diklasifikasikan menjadi 21 sektor )

4. PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

(7)

anggaran, dan laporan perubahan saldo anggaran lebih; serta laporan finansial, berupa neraca, laporan operasional, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan ( SAP ). Laporan keuangan tersebut, setelah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selambat-lambatnya enam bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan pertanggungjawaban yang tidak informatif tentunya akan mengganggu terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

5. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pertama kali yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada tanggal 13 Juni 2005. Inilah untuk pertama kali Indonesia memiliki Standar Akuntansi Pemerintahan sejak Indonesia Merdeka. Saat ini, SAP menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tidak lagi berlaku dan diganti dengan SAP menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 yang merupakan SAP Berbasis Akrual yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2010 dan dapat mulai diterapkan sejak peraturan pemerintah tersebut ditetapkan. SAP Berbasis Akrual merupakan amanat dari Pasal 36 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2010 dan Pasal 70 ayat 2 UU Nomor 1 Tahun 2004, sehingga PP Nomor 24 Tahun 2005 memang harus diganti.

Lingkup pengaturan PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.

Laporan keungan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), untuk para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

6. BASIS AKUNTANSI

Basis akuntansi adalah perlakuan pengakuan atas hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi keuangan. Perbedaan basis akan berpengaruh terhadap proses akuntansi. Dalam akuntansi dikenal adanya dua basis yaitu basis kas dan basis akrual. Basis kas adalah basis yang mengakui timbulnya hak atau kewajiban pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Basis akrual adalah basis yang mengakui adanya hak atau kewajiban pada saat perpindahan hak lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan.

(8)

dalamAPBN atau APBD, yaitu basis kas. Jadi, sebenarnya SAP tidak menganut basis akrual secara penuh tetapi basis modifikasian, yaitu akrual modifikasian.

7. AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Sistem akuntansi akrual adalah sistem pencatatan yang mencatat pendapatan pada saat pendapatan tersebut diperoleh (earned)—kas diterima maupun tidak—dan beban dicatat pada saat beban tersebut terjadi (incurred)—kas dibayarkan atau tidak. Sementara, akuntansi berbasis akrual berarti bahwa pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Dalam sistem basis akrual harus diterapkan sistem alokasi yang umumnya dilakukan secara subjektif arbitter karena pembebanan biaya, pengakuan pendapatan, dan prinsip “matching”nya harus mematuhi prinsip “time period”. Artinya, jika terdapat biaya yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan pada periode tahun buku yang dilaporkan, maka walaupun belum dibayar harus diperhitungkan karena memang sudah merupakan hak atas kewajiban entitas. Jadi, dalam basis akrual yang menjadi dasar pencatatan transaksi adalah isu “title” atau hak dan kewajiban tanpa melihat apakah sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas atau tidak. 8. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

SAP Berbasis Akrual (modifikasian) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 dapat diterapkan secara bertahap adari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual (modifikasian). Ketentuan lebih lanjut penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap akan diatur melalui peraturan menteri keuangan (permenkeu) dan peraturan menteri dalam negeri (pemendagri). Begitu juga, apabila diperlukan perubahan terhadap PSAP, perubahan tersebut akan diatur dengan permenkeu setelah mendapat pertimbangan dari BPK dengan tetap melalui proses baku penyusunan. SAP mengatur mengenai informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan, bagaimana menetapkan, mengukur,dan melaporkannya. Oleh karena itu, SAP mengatur penyajian pos-pos yang harus disajikan dalam laporan keuangan seperti pos kas, piutang, aset tetap, dan seterusnya. Laporan keuangan pokok yang wajib disusun dan disajikan oleh entitas pelaporan menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 yaitu sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 2. Neraca

3. Laporan Arus Kas (LAK)

4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Sedangkan, SAP Berbasis Akrual (modifikasian) menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 mewajibkan entitas pelaporan menyusun dan menyajikan tujuh laporan keungan pokok yang terbagi ke dalam dua jenis pelaporan, yaitu pelaporan finansial berbasis akrual dan pelaporan pelaksanaan anggaran berbasis kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pelaporan finansial terdiri atas: 1. Neraca

2. Laporan Operasional (LO) 3. Laporan Arus Kas

(9)

Sedangkan, Laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas: 1. LRA berbasis kas

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Ditambah dengan CaLK yang merupakan laporan yang memerinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos dalam laporan pelaksanaan anggaran maupun finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari kedua pelaporan tersebut.

9. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Paragraf 9 PSAP Nomor 01 memuat tujuan laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan pada paragraf tersebut, terdiri atas tujuan umum dan tujuan spesifik. Tujuan umum laporan keuangan menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Sementara, menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai sumber daya. Tidak adanya kata “kinerja keuangan” pada PP Nomor 71 Tahun 2010, disebabkan karena adanya Laporan Operasional (LO) sebagai bagian dari Laporan keuangan pokok pemerintah yang harus disajikan oleh entitas pelaporan, sebagai nama lain dari Laporan Kinerja Keuangan yang disebutkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005 yang sifatnya opsional.

Sedangkan tujuan spesifik laporan keuangan adalah pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah

2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas pemerintah

3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi 4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya

5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya

6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya

(10)

keuangan. Peran prediktif, artinya laporan keuangan dapat dijadikan dasar referensi bagi pemangku kepentingan untuk memprediksi kondisi keuangan pemerintah di masa yang akan datang berdasarkan data historis yang tercantum dalam laporan keuangan.

10. TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

Paragraf 13 PSAP Nomor 01 memuat tentang tanggung jawab pelaporan keuangan. Dalam hal ini, pihak yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan adalah berada pada pimpinan entitas. Dalam akuntansi sektor publik, terdapat dua jenis entitas yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005 tidak diungkapkan pengertian entitas akuntansi, sementara pada PP Nomor 71 Tahun 2010 pengertian entitas akuntansi diungkapkan pada KK paragraf 21. Entitas akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran,kekayaan dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. Sedangkan, entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Jadi yang dimaksud “pimpinan entitas” pada paragraf 13 PSAP Nomor 01 tersebut adalah pimpinan entitas pelaporan. Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, entitas pelaporan di lingkungan pemerintah pusat adalah masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah pusat itu sendiri (lihat KK paragraf 22), di mana pemerintah pusat berwenang menyusun laporan keuangan konsolidasi dari laporan keuangan seluruh kementerian negara atau lembaga yang dilaksanakan oleh menteri keuangan selaku bendahara umum negara. Sementara, yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara adalah Presiden Republik Indonesia. Pada pemerintah daerah yang menjadi entitas pelaporan adalah seluruh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota. Sehingga, akan terdapat lebih dari 500 entitas pelaporan di republik ini, yang kesemuanya wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

(11)

pencapaian tujuan bernegara mengingat manifestasi pengelolaan keuangan negara dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan adalah disusun dan dilaksanakannya APBN dan APBD setiap tahun.

Semakin meningkatnya tuntutan publik untuk akuntabel dan transparan dalam pengelolaan keuangan negara telah mendorong ke arah wacana untuk menerapkan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Sistem akuntansi berbasis kas telah terbukti memiliki kelemahan. Kelemahan yang mendasar dari sistem akuntansi kas adalah laporan keuangan yang dihasilkan tidak informatif, tidak terintegrasi, dan tidak komprehensif.sehingga jika tetap menggunakan sistem akuntansi kas akan menghambat semangat reformasi untuk menciptakan pemerintahan yang good governance. Namun demikian, bukan berarti penerapan akuntansi akrual pada akuntansi pemerintahan,yang lebih banyak menggunakan akuntansi anggaran,tidak menuai kritik dan perdebatan. Kritik dan perdebatan tersebut telah memberikan keraguan untuk menerapkan akuntansi akrual secara penuh pada organisasi pemerintahan.

Harus diakui, kehadiran PSAP masih memiliki kelemahan pada beberapa hal, terutama terkait dengan basis akuntansi yang digunakan tidak konsisten dan bahkan melanggar undang-undang. Penggunaan basis akuntansi akrual pada PP Nomor 71 Tahun 2010 dianggap tidak penuh dan mengarah pada penggunaan basis akuntansi akrual modifikasian. Tidak dicantumkannya laporan surplus defisit (laporan kinerja) dalam komponen laporan keuangan pemerintah menurut PP Nomor 24 Tahun 2005, menimbulkan tanda tanya besar, apakah pemerintah serius dalam upayanya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, transparan dan akuntabel. Sekalipun masih banyak kelemahan,namun kehadiran standar akuntani pemerintahan tetap perlu mendapat apresiasi positif. Kehadiaran standar ini menjadi langkah awal bagi perbaikan sistem akuntansi pemerintahan yang selama ini dijalankan tanpa standar yang baku.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

1. Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, edisi ke-3. Jakarta:Salemba Empat.

2. Mahsun, M., Firma Sulistiyowati, dan Heribertus,A.P.2011. Akuntansi Sektor Publik, edisi ke-3.Yogyakarta: BPFE-UGM

(12)

1. http://ghodz.files.wordpress.com/2008/04/ak-sek-publik.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Cara kerja alat ini adalah mendeteksi cuaca disekitar melalui sensor air hujan dan sensor cahaya atau LDR, ketika sensor tidak menerima cahaya maka alat akan

Mekanisme sistem pengumpan yang dapat bergerak sempurna menghantarkan material kebagian pemotongan, dan kontruksinya dapat bekerja efektif.Mesin ini dapat mengiris

Makin tinggi dividen yang dibagikan, berarti makin sedikit laba ditahan, dan akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga saham

Sehubungan dengan posisi keuangan Perseroan per 30 Juni 2021 berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan (Unaudited) per tanggal 30 Juni 2021, Perseroan

Pengelola, pimpinan dan/atau penanggungjawab gedung adalah orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha di tempat

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 02 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang

HEPPY INDAH HAPSARI, E0013213, STUDI PUTUSAN YANG TIDAK DAPAT DIEKSEKUSI (NON EKSEKUTABLE) DALAM PERKARA PERDATA (Studi Putusan Nomor 16/Pdt.Plw/2014/PN.Kdl)

Indeks pembangunan manusia adalah indeks komposit yang dihitung berdasarkan tiga dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Adanya upaya