BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Hakikat Model
Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut (Udin, 2001).
Model bisa menjadi sarana untuk men-terjemahkan teori ke dalam dunia kongkret untuk aplikasi ke dalam praktek. Bisa juga model menjadi sarana memformulasikan teori berdasarkan temuan praktek. Model merupakan salah satu tool untuk teorisasi. Arti teorisasi adalah proses empirik dan rasional yang menggunakan bermacam alat, seperti prosedur penelitian, model, logika dan alasan. Tujuannya adalah memberikan penjelasan penuh mengapa suatu peristiwa terjadi sehingga bisa memandu untuk memprediksi hasil (Sudrajat, 2010).
Model prosedural mendeskripsikan langkah-langkah untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam ilmu pembelajaran, langkah-langkah ini biasanya berdasarkan pengetahuan yang memberikan ke-suksesan produk. Model matematik mendeskripsikan hubungan bermacam-macam komponen dalam suatu situasi. Model ini menjadi abstrak dibandingkan model lainnya. Intinya model ini adalah kuantifikasi dari komponen-komponen yang mempengaruhi produk suatu peristiwa. Dengan memasukkan data dari situasi baru ke dalam model matematik, bisa didapatkan suatu hasil.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas maka dapat dikatakan bahwa suatu model memiliki karakteristik: (1) merupakan deskriptif naratif; (2) memiliki prosedur atau langkah-langkah; (3) memiliki tujuan khusus; (4) digunakan untuk mengukur keberhasilan; dan (5) merupakan representasi suatu sistem. Dalam penelitian ini jenis model yang dikembangkan adalah model prosedural tentang bagaimana pola penyajian hasil belajar berbasis web dan pola prosedural kegiatan tindak lanjut dari hasil belajar dalam kelas online.
2.2.
Penyajian Hasil Belajar
memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, jika terjadi kesalahan dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang kualitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya tidak akan tercapai. Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2002) pada dasarnya “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar”. Sedangkan
menurut Hamalik (2003) menjelaskan bahwa “hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik”. Lebih lanjut disebutkan oleh Jamil (2014: 37) menjelaskan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Jamil (2014:37)
mengatakan secara spesifik bahwa “hasil belajar adalah suatu
kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku
(unjuk kerja)”.
mengikuti program belajar pada waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelaporan hasil belajar yang dilakukan oleh guru kepada orang tua diperlukan manajemen yang baik agar fungsi manajemen sebagai sarana komunikasi dapat berjalan dengan baik. Perlu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi agar proses komunikasi berjalan dengan baik sehingga hasil belajar yang dilaporkan dapat dimengerti dan ditindak lanjuti oleh orang tua sesuai tuntutan kompetensi yang telah ditetapkan.
2.3.
Tindak Lanjut Pembelajaran
Permendiknas 41 tahun 2007 tentang standar proses bagian pelaksanaan pembelajaran disebutkan bahwa setiap kali selesai pembelajaran, guru wajib melakukan penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil penilaian ini akan dilaporkan kepada pesera didik dan orang tua dan digunakan untuk melakukan refleksi dan rencana tindak lanjut dari hasil tersebut. Tindak lanjut biasanya dilakukan dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/ atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
pembelajaran remedial, pengayaan, layanan konseling dan pemberian tugas baik individu maupun kelompok. Kegiatan tersebut didasarkan pada hasil belajar dari masing-masing peserta didik. Tujuan dari kegiatan tindak lanjut ini dalam rangka untuk mengantar peserta didik sukses dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Pola penyajian yang dilakukan dengan kegiatan tatap muka maupun dalam kegiatan online. Dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kegiatan online yang dikembangkan dengan LMS moodle. Untuk memberikan jaminan mutu terhadap pembelajaran online ini maka berikut akan diuraikan syarat penjaminan mutu pembelajaran online.
2.3.1. Penjaminan Mutu Pembelajaran Online
Seringkali dalam menilai sebuah pembelajaran online ataupun pembelajaran berbasis teknologi, masing-masing pengajar memiliki persepsi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya instrumen standard yang mampu mengukur hal tersebut. Dalam penelitian ini digunakan rubrik dari Quality Matters Program (Maryland Online Inc., 2011). Dalam rubrik tersebut terdapat delapan komponen penilaian utama. 1) Course overview and introduction
keahlian awal yang harus dimiliki untuk dapat mengikuti pembelajaran, dan perkenalan antara pengajar dan peserta didik.
2) Learning objectives (competencies)
Komponen yang kedua adalah tujuan pembelajaran. Dalam komponen ini, disebutkan dengan jelas tentang hasil akhir dari pembelajaran materi tersebut yang dapat dengan mudah diukur. Dalam hal ini, perserta didik dapat melihat perkembangan hasil belajarnya. 3) Assessment and measurement
Komponen yang berikutnya adalah penilaian dan pengukuran.Dalam komponen ini diharapkan terdapat kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan aktifitas online yang dinilai, materi, dan sumber belajarnya. Sistem penilaian juga dijelaskan di sini.
4) Instructional materials
5) Learner interaction and engagement
Komponen yang ke-5 (lima) adalah interaksi perserta didik dan ketertarikan. Dalam hal ini aktifitas belajar siswa harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk adanya interaksi untuk mendukung terjadinya belajar aktif. Waktu untuk memberi respon dan umpan balik juga dijelaskan.
6) Course technology
Komponen yang ke enam adalah teknologi. Dalam komponen ini dijelaskan tentang teknologi yang digunakan untuk mendukung pembelajaran. Teknologi yang digunakan juga mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Tombol navigasinya juga mudah untuk dikendalikan. Teknologi yang digunakan adalah terkini dan dapat langsung digunakan oleh perserta didik
7) Learner support
Komponen yang berikutnya adalah dukungan bagi perserta didik. Dalam kelas online ini disediakan link bantuan dan layanan bagi perserta didik yang kesulitan mengakses pembelajaran online tersebut.
8) Accessibility
panduan untuk kemudahan dalam mengakses dan membaca dan juga meminimalkan adanya gangguan.
2.3.2. Persiapan Penerapan Pembelajaran Online sebagai
Kegiatan Tindak Lanjutnya
Untuk dapat menerapkan pembelajaran online dengan model pembelajaran terpadu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, maka ada beberapa langkah persiapan awal yang harus dilakukan sebelum dilaksanakan pembelajaran.
a. Membuat Silabus dan mempersiapan bahan ajar
Dalam pembuatan silabus mata pelajaran, komponen-komponen utama yang terdapat dalam rubrik Quality Matters juga dimasukan dan di unggah ke dalam kelas online sebagai kegiatan tindak lanjut dari remedial nilai yang dibuka di dalam LMS sesuai dengan yang diajarkan langsung dikelas. Semua materi yang digunakan juga dipersiapkan dan dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses dengan mudah nantinya di dalam LMS. Materi-materi tersebut berupa materi multimedia yang dapat berupa kombinasi antara teks dan audio, teks dan visual, atau teks dan video.
b. Membuat kelas dan desain materi di LMS (Moodle)
source program yang dapat digunakan dengan gratis oleh siapapun. Setelah kelas tersebut dibuat, maka saatnya untuk mendesain pembelajaran online. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Setting pembelajaran dibuat kedalam Topical Setting atau diurutkan menurut jumlah topik yang akan disajikan.
2) Topik pertama berisi sebuah link untuk silabus, dan link untuk perkenalan.
3) Topik kedua dan seterusnya berisi 4 hal utama.
a) Judul topik atau materi yang akan dipelajari
sebagai tindak lanjut dari remedial nilai.
b) “Ringkasan Materi” berupa link ke website untuk ringkasan materi dikemas dalam multimedia. c) “Sumber Belajar” berupa link ke materi-materi
tambahan berkaitan dengan topik.
d) “Tugas” tempat pengumpulan tugas atau pelaksanaan kegiatan tindak lanjut remedial dari nilai sebelumnya. Disini diharapkan terjadinya pembelajaran online yang aktif antar peserta didik dan guru serta peran orangtua.
c. Mendaftarkan perserta didik yang akan mengikuti
remedial ke dalam kelas online
dilakukan secara otomatis dengan menyediakan enrolment key atau kata kunci bagi para peserta agar dapat masuk kedalam kelas online tersebut.
2.4.
Belajar Mandiri
Pembelajaran mandiri (self directed learning) dapat diartikan sebagai mata proses, dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut adalah mencakup mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar dan menilai hasil belajar. Haris (2011: 9),
memberikan batasan “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar
Ciri-ciri pebelajar mandiri adalah sebagai berikut:
a. Inisiatif atau dorongan internal.
Konsep belajar mandiri lebih kepada kondisi inisiatif atau motivasi yang ada pada diri siswa. Belajar mandiri bukan dalam artian seseorang belajar sendiri. Proses belajar dapat dilakukan sendiri (seorang diri), atau dalam kelompok. Siswa mandiri selalu memiliki inisiatif atau dorongan dari dalam dirinya untuk memulai suatu proses pembelajaran.
b. Menetapkan tujuan.
Siswa mandiri selalu memiliki tujuan yang ditetapkan sendiri. Tujuan dari siswa mandiri, peserta didik di sekolah misalnya, bukan semata-mata untuk memenuhi kewajiban sebagai peserta didik, yang harus mengikuti proses belajar mengajar, menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Tujuan siswa mandiri sudah lebih komprehensif. Ditetapkan dalam kerangka mencapai tujuan secara mikro dan makro. Tujuan secara mikro, berkaitan dengan penguasaan kompetensi atas mata ajar yang diikuti. Tujuan secara makro dalam rangka mempersiapkan diri mencapai tingkatan tertentu untuk memaknai peran, tugas dan tanggungjawabnya dalam kehidupan yang saat ini dan yang akan datang.
c. Aktif dan kreatif mencari sumber belajar
seringkali hanya menyediakan sumber belajar yang sangat terbatas, dan sifatnya sektoral. Pada umumnya sumber belajar hanya tiga, dan seringkali tidak lengkap, yaitu perpustakaan, buku pelajaran pegangan siswa, dan lembar kerja siswa. Penekanan sumber-sumber belajar ini sektoral, memenuhi tuntutan materi semata. Berbentuk penguasaan secara kognitif dan terpisah-pisah. Bagi siswa mandiri, sumber belajar yang demikian akan selalu dirasakan kurang. Proses penguasaan kompetensi dilakukan dengan memperbanyak sumber belajar. Siswa aktif dan kreatif mencari dan memanfaatkan sumber belajar. Baik sumber belajar yang berbentuk cetak, elektronik, maupun langsung dari masyarakat. Sumber belajar cetak dapat berupa buku-buku diperpustakaan yang secara langsung merujuk pada materi ajar tertentu, maupun dari tempat lain yang secara luas memberikan informasi yang terkait, langsung maupun tidak langsung, dengan materi aja. Sumber elektronik dapat berupa mutlimedia pembelajaran, sumber internet, atau sumber-sumber lain. Langsung kepada masyarakat, dapat kepada orang-orang yang memang mempunyai kompetensi tertentu, maupun dalam mengamati, menyelidiki dan menemukan kaitan materi ajar dengan kehidupan riil, dan menjadi sumber untuk memahami dan menguasai kompetensi tertentu.
Kesadaran dan pengenalan diri sendiri berdampak pada motivasi belajar pada siswa. Kesadaran diri berkaitan dengan kemampuan, bakat, dan minat diri atas ilmu dan pengetahuan, juga terkait dengan tipe belajar yang paling efektif. Siswa dikenalkan pada tipe belajar visual, auditori atau kinestetik. Siswa yang memahami kemampuan, bakat dan minatnya akan termotivasi mempelajari materi ajar dengan tanpa menghiraukan hasilnya. Proses belajar menjadi sesuatu yang sangat bermakna. Karena siswa yang sadar bahwa kemampuan matematikanya rendah misalnya, tidak akan mengalami demotivasi belajar matematika, karena sadar bahwa manfaat belajar matematika akan sangat menentukan dalam proses belajar selanjutnya. Pengenalan diri atas tipe belajarnya, akan memaksimalkan usaha siswa dalam melakukan pembelajaran. Ketika seorang guru hanya memakai metode ceramah misalnya, seorang siswa visual akan memanfaatkan buku dan atau catatan untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajarnya.
dorongan kuat untuk mengembangkan dirinya. Motivasi intrisik membantu siswa membuat pilihan informasi dan mengambil tanggungjawab untuk memutuskan apa yang perlu lakukan dalam rangka untuk belajar. Untuk melakukan ini dan untuk memiliki motivasi belajar independen, peserta didik harus: (1) percaya diri dalam mengambil keputusan dan bertindak, (2) menghargai nilai dalam merefleksikan pembelajaran, (3) memutuskan apakah pembelajaran telah efektif atau apakah perlu mencoba pendekatan lain.
2.5.
Penelitian yang Relevan
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan adalah
tentang “Sistem Pelaporan Hasil Belajar (SIPENHAJAR) Di
SMK Muhammadiyah 1 Moyudan”. Penelitian ini bertujuan
membangun Perangkat Lunak Sistem Pelaporan Hasil Belajar (SIPENHAJAR) berbasis web dan mengetahui unjuk kerja dari segi usability fitur, usability umum, graphic design, sistem navigasi, content dan compatibility serta kelayakan perangkat lunak dari segi usability, sistem navigasi, grapich design, dan content di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan pihak sekolah dalam melakukan pengolahan dan penyajian hasil belajar siswa serta memudahkan siswa dalam melihat nilai hasil belajarnya (Effendi, 2007).
Penelitian selanjutnya yang pernah dilakukan adalah
Kurikulum untuk Pelaporan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1
Curup”. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem
aplikasi berdasarkan web sebagai pendukung kurikulum untuk melaporkan hasil studi siswa di SMA Negeri 1 Curup. Dimana jika kita menggunakan sistem ini, para guru akan memproses nilai-nilai pemeriksaan siswa secara langsung dalam jangka waktu tertentu. Selain itu setelah siswa melakukan pemeriksaan bisa mengetahui hasil pemeriksaan langsung. Jadi transparansi nilai akan diketahui oleh semua siswa (Mochammad dan Anggit, 2013).
Kedua penelitian diatas hanya menyajikan hasil belajar dalam bentuk angka dan deskripsinya, dan hanya diperuntukkan kepada siswa bukan kepada orang tua. Disamping itu belum diintegrasikan bagaimana proses pembelajaran tindak lanjut dari hasil belajar tersebut. Namun dalam penelitian ini akan disajikan hasil belajar beserta report dan harus dikerjakan jika ada siswa yang masih belum sesuai kriteria. Orang tua juga bisa mengetahui bagaimana hasil belajar anaknya secara periodik dan bisa berperan dalam proses perbaikan dalam pembelajaran online yang disediakan.
2.6.
Kerangka Pikir
sampai dengan angka dilengkapi dengan deskripsi. Biasanya disajikan dalam laporan cetak yang diberikan kepada orang tua.
Cara penyajian ini diberikan setiap tengah semester dan akhir semester yang kemudian ditanda tangani orang tua. Sehingga peserta didik dan orang tua hanya melihat saat hasil itu dibagikan tanpa memahami betul bagaimana arti dari hasil tersebut. Jika ada yang kurang bagi anaknya, tidak semua orang tua mampu memberikan dampingan dan/atau memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Sehingga perlu disajikan pola penyajian hasil belajar yang diatur dengan pola manajemen yang baik. Tujuannya peserta didik dan orang tua mendapat informasi yang lengkap dari hasil tersebut sehingga dapat melakukan tindakan untuk mengatasi jika ada hasil anaknya yang belum sesuai kriteria. Tidak hanya memberi informasi tetapi harus bisa diakses secara mudah, kapan dan dimana saja. Salah satunya dalam bentuk penyajian berbasis web.
Secara skematik kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dicermati melalui Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
2.7.
Model Hipotetik
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan hasil pengamatan di lapangan, maka diajukan hipotesis dalam
penelitian ini adalah: “Model Penyajian Hasil Belajar Berbasis
Web dan Tindak Lanjutnya dalam Kelas Online untuk
Membantu Siswa Belajar Mandiri”. Maka model hipotetik
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Hasil belajar diinformasikan kepada peserta didik dan orang tua dengan cara konvensional
(laporan cetak)
Perancangan Penyajian Hasil Belajar Berbasis Web
Perancangan Tindak Lanjut dalam Kelas Online
1. Dapat diakses dengan mudah, cepat, dan dimana saja
2. Mendapat informasi yang lengkap
3. Informasi berupa remedial/ pengayaan
1. Membuat silabus & mempersiapkan bahan ajar 2. Membuat kelas & desain
materi di LMS (Moodle) 3. Mendaftarkan peserta didik
ke dalam kelas remedial