• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN FI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN FI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN

FIBER OPTIK UNTUK SISTEM MONITORING DAN

PENGENDALIAN BAS (Building Automation System)

Rahayu Kartika Dewi

Email:

rkdewipane@gmail.com

Universitas Mercubuana, Fakultas Teknik Elektro

Dosen: Dr. Ir. Iwan Krisnadi., MBA

ABSTRAK

Sistem otomatis suatu gedung diharapkan saat ini tidak hanya untuk pengontrolan yang berhubungan dengan peralatan tetapi juga dilengkapi sistem monitoring berbasis web yang dapat memantau operasional peralatan dan kondisi banyak ruangan pada suatu gedung secara otomatis dan dapat menampilkan data real sehingga menghasilkan informasi bagi pengguna interface yang bisa diakses di manapun dan kapanpun.. Perancangan dan Implementasi jaringan Fiber Optik untuk system monitoring dan pengendalian BAS (Building Automation System). Pada sistem jaringan BAS media transmisi yang digunakan adalah Fiber Optic, pemilihan fiber optic ini dimana diketahui bahwa kabel fiber optik dapat menampung banyak bandwidth. Jaringan akses tembaga yang digunakan selama ini dinilai masih belum bisa untuk menampung bandwidth yang besar. Apalagi untuk saat ini gedung-gedung bertingkat banyak menggunakan kabel fiber optic sebagai media transmisi untuk perangkat elektronik AHU (Air Handling Unit). BAS ini sangat penting perannya pada gedung bertingkat. BAS diintegrasikan dengan perangkat elektronik untuk monitoring dan pengendalian terpusat. Monitoring ini mencakup untuk mengatur dan mengendalian perangkat elektronik secara automatis dan pemberi sinyal jika ada salah satu perangkat ada yang bermasalah, maka BAS akan memberi sinyal pemberitahuan pada monitor PC di ruang monitor. Analisa Quality of Service (QoS) perlu dilakukan untuk melihat bagaimana pelayanan dan kemampuan Jaringan dalam pengiriman data, sehingga untuk kedepannya bisa menunjang penambahan layanan-layanan yang mendukung sistem berbasis Information Communication Technology (ICT).

Kata kunci : BAS, Bandwidth, Fiber Optic

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan gedung-gedung, maka kebutuhan penggunaan energi juga terus meningkat. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan peralatan mekanikal dan elektrikal pada gedung yang jumlahnya banyak dan memerlukan energi yang

besar. Namun kita ketahui bahwa persediaan energi yang ada jumlahnya terbatas, kemudian dalam pengendalian dan pemantauan peralatan-peralatan pada gedung tersebut dibutuhkan suatu mekanisme pengaturan yang dapat mudah dilakukan oleh operator. Sehingga muncul

tantangan baru bagi kita, bagaimana melakukan pengontrolan dan memonitor peralatan mekanikal dan elektrikal yang ada pada gedung tersebut secara cepat, tepat, efisien, dan berkelanjutan dengan manajemen energi yang baik.

(2)

2

BAS dalam suatu gedung ini

merupakan suatu sistem yang dapat mengatur penggunaan energi sesuai atau sebatas yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi peralatan yang dipakai dan meningkatkan kemampuan melakukan manajemen energi suatu gedung. Di dalam suatu gedung, pada umumnya terdapat banyak peralatan mekanikal dan elektrikal seperti pada AHU (Air Handling Unit), CCTV, Acces Card, Door Contact serta perangkat lainya.

Tidak hanya itu, penggunaan BAS akan meningkatkan keamanan dan kenyaman bagi penghuni gedung. Dengan digunakannya sistem BAS, diharapkan gedung-gedung akan bekerja secara optimal dan ramah lingkungan. Namun kebutuhan bandwith untuk memenuhi kebutuhan tersebut juga perlu diperhatikan.

Gigabit Passive Optical Network (GPON) merupakan salah satu teknologi jaringan kabel optik pasif. Teknologi ini menghasilkan kapasitas bandwidth yang lebih besar, akses yang lebih cepat, dan mendukung aplikasi triple play (melayani layanan berupa suara, data, dan video). GPON adalah salah satu teknologi akses dengan menggunakan fiber optik sebagai media transport. Melihat perkembangan dan permintaan layanan internet yang terus meningkat, maka penulis berkeinginan untuk melakukan perancangan dan implementasi jaringan fiber optic untuk sistem monitoring dan pengendalian BAS.

BAB II TEORI PENUNJANG

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum BAS, AHU, CCTV, Acces Card, GPON, dan Fiber Optik.

2.1 BAS (Building Automation System)

Building Automation System (BAS) adalah sebuah pemrograman, komputerisasi, intelijen network dari perlatan elektronik yang memonitor dan memantau sistem mekanis dan sistem penerangan dalam sebuah gedung. Building Automation System mengoptimasi start-up dan perfomansi dari peralatan elektronik. BAS menambah dalam jumlah besar interaksi dari mekanikal subsistem dalam gedung, meningkatkan kenyamanan pemilik, minimasi energy yang digunakan, dan menyediakan off-site control gedung.

BAS juga biasa disebut sebagai

Energy Management and Control System (EMCS). BAS dalam suatu gedung ini merupakan suatu sistem yang dapat mengatur penggunaan energi sesuai atau sebatas yang dibutuhkan tanpa mengurangi fungsi peralatan yang dipakai dan meningkatkan kemampuan melakukan manajemen energi suatu gedung.

2.1.1.

Bagian-bagian Building Automation

Sistem (BAS)

Building Automation System (BAS) terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu :

1)

Intelligent Controller

Intelligent Controller adalah sebuah controller digital untuk mengontrol unit individual. Controller ini secara otomatis mengontrol system operasi, system operasi akan tetap terjaga bahkan jika bagian lain dari sistem operasi berhenti. Controller menyediakan komunikasi dengan Center Unit lewat UIC (Unit Integrated Controller).

(3)

3

SCS (System Core Server) adalah

sebuah kontroler yang terintegrasi dengan DDC (Direct Digital Controller) dan RS (Remote Station). SCS mengumpulkan data atau berbagai informasi manajemen yang dikumpulkan oleh DDC atau remote unit seperti mengenai data point ON/OFF, status data point.Ssaat peralatan beroperasi semuanya akan direkam dan disimpan pada SCS.

3)

MIS (Management IntegrationServer)

MIS merupakan interface antara DDC dengan PC klien, komponen ini merubah bahasa program dari PC operator menjadi digital. Sebaliknya, komponen ini juga menerjemahkan keadaan yang ada pada kondisi aktual yang diinformasikan oleh DDC ke PC klien sehingga dapat terbaca pada operator. Data utama yang dikumpulkan didalam SCS disimpan sebagai data BAS, kemudian data tersebut ditransmisikan ke MIS. Sebagai tambahan terhadap proses informasi, data untuk laporan harian/bulanan/tahunan dikumpulkan dan disimpan pada hardisk lalu diproses untuk informasi manajemen (point informasi, program, dll) pada MIS menggunakan perangkat lunak dari klien PC.

4)

HUB

Berfungsi sebagai connector komunikasi antara Controller ke Controller dan PC

5)

UPS

UPS adalah suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara power suplai dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti komputer, printer , modem dan sebagainya.

Uninteruptible Power Supply merupakan sistem Penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai benteng dari kegagalan daya serta kerusakan sistem danhardware.

6)

PCKlien

PC Klien adalah seperangkat PC (personal computer) yang ditempatkan pada ruang kendali pusat untuk mensupervisi keseluruhan bangunan. PC Klien ini disediakan untuk melakukan:

Mensupervisi ON/OFF, status, trip dan pengukuran data yanglain.

Memasukan Perintah (Command)

Network Alarm Management

PC Klien mengendalikan seluruh point-point dan menyimpan informasi untuk dievaluasi. Setelah dilakukan analisa terhadap keadaan atau kondisi peralatan/lingkungan, PC akan mengirimkan informasi balik ke peralatan kontrol lokal.

7)

Sensor

(4)

4

Sensor yang digunakan pada sistem

BAS ini antara lain:

a.

PressureTransmitter

b.

Room Temperature

c.

Pipe InsertionSensor

2.1.2.

FungsiBuilding Automation System

 Building automation system

memungkinkan pengelola gedung

untuk mengatur jadwal operasi untuk

peralatan dan sistem pencahayaan

sehingga penghematan energi dapat

direalisasikan saat bangunan atau

ruang di bangunan tidak dihuni.

2.1.3.

Cara Kerja Building Automation

System

Building automation system

mengendalikan peralatan pemanas, ventilasi dan

penyejuk udara. Hal ini pada gilirannya

mengendalikan penjadwalan peralatan dan

mempertahankan suhu bangunan, kelembaban,

tekanan dan penggunaan energi. Karena

bangunan menjadi lebih dan lebih cerdas.

2.2 AHU (Air Handling Unit)

Air Handling Unit merupakan bagian

penting dalam system pendingin terpusat

sebagai alat penghantar udara yang telah

dikondisikan dari sumber dingin ataupun panas

ke ruang yang akan dikondisikan. AHU adalah komponen penukar kalor dimana air dingin hasil pendinginan oleh evaporator disirkulasikan ke coil yang ada pada AHU, kemudian udara dinginnya di sirkulasikan oleh blower dan di distribusikan ke ruangan melalui ducting.

2.3 CCTV (Closes Circuit TeleVision) CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit Television. Yang di artikan secara harafia adalah jalur televisi tertutup,

yang dalam pengertiannya bahwa sebuah CCTV sistem bersifat tertutup dari lingkungan umum, atau kata lain yang dapat mengakses CCTV sistem tersebut adalah hanya bagian atau orang tertentu saja.

2.3 Kabel Serat Optik

Meningkatkan sistem keamanan bagi

pemilik bangunan dan property merupakan

salah satu cara meningkatkan keamanan bisnis

bagi para pelaku usaha. Keamanan gedung baik

di dalam ataupun di luar ruangan menjadi

sangat penting bagi kelangsungan sebuah bisnis.

Sistem keamanan Access Control akan sangat

membantu meminimalisir sebuah masalah

sistem keamanan dalam gedung/ruangan dari

kemungkinan adanya orang lain yang masuk

tanpa seizin pemilik bangunan atau property.

2.4 Kabel Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED.

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini berisi langkah penelitian yang dilakukan, dan berisi data-data yang penulis dapatkan dari tempat penelitian.

3.1 Manfaat Sistem Monitoring Jarak

Jauh

(5)

5

maintenance, operasional. Berikut adalah

beberapa manfaat dari pemilihan sistem monitoring jarak jauh sebagai berikut:

 melakukan tindakan koreksi pada saat terjadi kesalahan dengan memberikan sinyal ke stasiun pegendali

 memberikan effisiensi waktu kepada team untuk memonitoring situasi dan melakukan banyak tugas untuk perbaikan semua gejala abnormal dari kejadian mesin.

 memberikan team cara monitoring peralatan secara lebih efektif.

3.2 Proses Perangkat Elektronik Pada

BAS

BAS terdiri dari beberapa Direct Digital Control (DDC) yang mempunyai input dan output. Input dan output tersebut berguna sebagai indikator untuk mengetahui status dari perangkat yang akandimonitoring. Kontroler ini secara otomatis memonitoring perangkat. Kontroler yang digunakan sudah didesain untuk mengontrol perangkat pada gedung, seperti AHU (Air Handling Unit), LP (Lighting Panel), CCTV, Security System dll.

Kontroler mampu mengirimkan kontrol perintah dan mengirimkan laporan alarm secara langsung ke komponen BAS yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi dari beberapa DDC Controller yang lain. Diatantara perangkat elektronik dan kontroler terdapat Modul I/O. Modul I/O merupakan penghubung antara perangkat yang akan dikontrol/dimonitoring pada gedung dengan kontrolerpada panel DDC. Selanjutnya DDC terintegrasi dengan SCS (System Core Server), SCS mengumpulkan data atau berbagai

informasi manajemen yang dikumpulkan DDC seperti mengenai data point ON/OFF, status data point, waktu operasi peralatan semuanya direkam dan disimpan pada SCS.Antara DDC dengan PC klien terdapat sebuah interface yang bernama MIS (Management Integra tion Server), komponen ini merubah bahasa program dari PC operator menjadi digital. Sebaliknya, komponen ini juga menerjemahkan keadaan yang ada pada kondisi aktual yang diinformasikan oleh DDC ke PC klien sehingga dapat terbaca pada operator.

Data utama yang dikumpulkan didalam SCS disimpan sebagai data BAS, kemudian data tersebut ditransmisikan ke MIS. Sebagai tambahan terhadap proses informasi, data untuk laporan harian, bulanan, tahunan dikumpulkan dan disimpan pada hardisk lalu diproses untuk informasi manajemen (point informasi, program, dll). Antara perangkat BAS, PC, dan jaringan fiber optic terhubung dengan router untuk memonitoring dan mengendalikan beberapa perangkat elektronik.

Gambar 3.2 Jalur Fiber Optik

(6)

6

perangkat ODC ini, kabel fiber optic

didistribusikan ke masing-masing ODP menggunakan kabel fiber optic (kabel distribusi). Didalam ODP terdapat splitter yang berguna untuk memecah atau membagi satu core optic ke beberapa tujuan. Bagian akhir dari jaringan fiber optic adalah ONT. ONT inilah yang mengkonversi kembali sinyal optic menjadi sinyal listrik untuk dilanjutkan ke perangkat elektronik pada gedung.

3.3 Perancangan Jaringan Optik

Pada tahapan planning design sebelum jauh kedepan harus memperhatikan kriteria jaringan yang nantinya akan dibangun, disini pada planning jaringanfiber optik dengankonfigurasi jaringan two stage, yang mana dalam konfigurasi two stage tersebut di setiap perangkat ODC (Optical Distribution Cabinet) di gunakan splitter 1:4, dan pada ODP (Optical Distribution Point) menggunakan splitter 1:8 adapun hal-hal yang nantinya akan dibangun mulai dari ODF,ODC,dan ODP. 3.4 Kebutuhan Bandwith

Kebutuhan atas bandwidth dari satu jaringan ke jaringan lainnya bisa bervariasi. Sangat penting menentukan berapa banyak bit per detik yang melintasi jaringan dan jumlah bandwidth yang digunakan tiap-tiap aplikasi agar jaringan bisa bekerja cepat dan fungsional.

Untuk memenuhi kebutuhan bandwidth maka perlu menggunakan teknologi GPON. Kebutuhan data bandwidth yang digunakan setiap aplikasi dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Kebutuhan Bandwidth Aplikasi

No Aplikasi Bandwidth

1 CCTV 15 Mbps

2 AHU 15 Mbps

3 Acces Card 10 Mbps

4 Door Contact

5 Mbps

5 IP PBX 2 Mbps

Total 47 Mbps

Dari Tabel 3.1 diatas dapat dilihat, bahwa end user/customer menginginkan bahwa masing-masing aplikasi diatur penggunaan bandwidth nya pada 15Mbps untuk CCTV, AHU, dan Lighting yang dimana ketiga perangkat tersebut bekerja sangat maksimal sedangkan kebutuhan bitrate nya jauh lebih besar dibandingkan Acces Card dan Fire Alarm yang hanya 10 Mbps. Namun untuk beberapa gedung juga ada yang setiap aplikasinya tidak diatur seperti pada table diatas.

3.5 BAS (Building AutomationSistem)

Penggunaan BAS pada sistem AHU di Pantai Indah Kapuk Mall ini adalah untuk melakukan monitoring dan evaluasi peralatan – peralatan yang berhubungan dengan sistem pendinginan ruangan, sehingga kondisi ruangan yang diharapkan dapat tercapai.

3.5.1 Konfigurasi BAS

(7)

7

Gambar 3.3Konfigurasi BAS

Berdasarkan konfigurasi diatas, sistem dibagi menjadi delapan bagian yaitu PC klien, perangkat sensor input, tombol tekan lokal, tombol tekan remote sebagai masukan. Indikasi lokal, indikasi remote, perangkat lokal sebagai keluaran dan sistemkontrol.

1.

PC Klien

PC Klien ini yang ditempatkan pada ruang kendali pusat untuk mensupervisi keseluruhan sistem HVAC pada pabrik, mengendalikan seluruh point-point dan menyimpan informasi untuk dievaluasi.

2.

Sensor

Perangkat sensor input terdiri dari beberapa sensor yang digunakan untuk system HVAC antara lain: Pressure Transmitter, Room temperature &

Humidity sensor, Pipe Insertion

Sensor, Insertion

Temperature/Humidity Sensor, Flow Switch.

3.

Tombol tekan lokal

Perangkat ini merupakan perangkat masukan yang menerima respon langsung dari operator (pemakai) dan berasal dari lokal site (tempat).

Masukan ini dapat berfungsi untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan sistem atau perangkat lokal yang diatur oleh sistem.

4.

Tombol tekan remote

Perangkat ini merupakan perangkat masukan yang menerima respon langsung dari user (pemakai) atau user yang diberikan izin untuk log in (masuk) dan berasal dari remote site (jarak jauh). Masukan ini dapat berfungsi untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan sistem atau perangkat lokal yang diatur oleh sistem dan juga melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan pada sistem (misalnya perubahan nilai setpoint).

5.

Perangkat lokal

Perangkat ini merupakan perangkat keluaran (output) yang menerima respon langsung dari controller dan terdapat di lokal tempat. Perangkat keluaran ini dapat berupa: mesin Chiller, AHU, motor listrik, dan perangkat- perangkat yang membutuhkan catu daya sebagai penggerak.

6.

Indikasi lokal

Perangkat ini merupakan perangkat keluaran (output) yang menerima respon langsung dari controller dan terdapat di lokal site (tempat). Perangkat keluaran ini berfungsi sebagai indikasi yang menunjukkan kondisi operasi terakhir (real time) dari suatu perangkat lokal.

(8)

8

Perangkat ini merupakan

perangkat keluaran (output) yang menerima respon langsung dari

controller dan terdapat di remote site (jarak jauh). Perangkat keluaran ini berfungsi sebagai indikasi yang menunjukkan kondisi operasi terakhir

3.6 Perangkat Lunak Building

Management System(BMS)

Perangkat lunak yang digunakan pada Building Management System di tempat studi kasus penelitian adalah Scheneider adalah sebuah sistem yang digunakan untuk management terpadu berbagai fasilitas untuk HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning), kelistrikan, Chiller Plant, security, Fire control, dll. Sistem ini mengumpulkan dan mengirimkan berbagai data dan informasi Building Interior. Perangkat lunak BMS memiliki fungsi dasar sebagai berikut:

 Fungsi MonitoringPeralatan

Daily monitoring utamanya dilakukan dengan group list screen. Pada layar ini, informasi mengenai berbagai peralatan dalam gedung dan suhunya ditampilkan. Monitoring dan pengoperasian dibawah ini mungkin saja dilakukan dari group list :

-

Statusmonitoring

-

Alarmmonitoring

-

Operasi On/Off Padaperalatan

Gambar 3.5Tampilan untuk AHU unit

Pada Gambar 3.5 dapat dilihat adalah salah satu contoh tampilan unit AHU pada lantai 3. Dengan menggunakan system automatis maka dapat dengan mudah untuk kita melakukan monitoring dengan spesifik pada area atau lantai suatu gedung. Membuat sistem alarm ke ruang kontrol yang mampu memberikan informasi tentang kejadian yang berlangsung secara real time pada unit AHU.

Gambar 3.6Tampilan untuk AHU koridor

(9)

9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengamatan yang telah dilaksanakan. Sesuai dengan pengamatan tersebut maka ada beberapa hal yang akan di analisis mengenai BAS, dan pengaruh jaringan fiber optik pada sistem ters

4.1

Analisa Jaringan Fiber Optik

Media transmisi yaitu digunakan untuk menghubungkan antara pengirim ke penerima menggunakan media transmit fiber optik. Spesifikasi nya menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh ITU-T G.652 - merupakan Standard Single Mode dengan lamda 1310nm. Untuk jenis fiber optik yang digunakan yaitu jenis Single Mode. Dimana Single Mode memiliki kelebihan dibandingkan dengan Multi Mode. Fiber optik jenis Single Mode memiliki inti/core yang relatif lebih kecil berukuran 8 sampai 10 micrometer dimana menyebarkan/mempropagasi hanya dalam satu mode. Tipe kabel optik Single Mode dapat membawa traffic dengan kapasitas bandwidth lebih besar dan dalam jarak yang lebih jauh.

Maka pilihan serat optik untuk implementasi GPON pada gedung ini adalah G.652. G.652 juga disebut dispersion non-shifted SMF (Single Mode Fiber). Teknologi GPON menggunakan window 1310 nm. Pemilihan G.652 karena serat optik ini pada window 1310memiliki nilai loss terkecil.

4.2

Analisa Perbandingan Fiber Optik

dan Tembaga

Perkembangan teknologikabel fiber optik sampai saat ini, telah dapatmenghasilkan pelemahan (attenuation) kurang dari 20dB/Km.

Dengan bandwidth yang besar sehingga kemampuan dalam mengirimkan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional, yang manahal ini merupakankelebihan fiber optik dibandingkan dengan kabel coaxial. Dengan demikiankabelfiber optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi data. Pada prinsipnya kabelfiber optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yangmerambat didalamnya. Denganinstalasi fiber optik yang tepat akan dihasilkan backbond jaringan fiber optik untuk komunikasi data yang sangat besar sekali.Fungsi fiberoptik inilah yang menyebabkan kenapa kabel fiber optik banyakdigunakan dalam dunia telekomunikasi termasukdunia internet fiber optik dibandingkan kabel tembaga.

4.3

Analisa Kebutuhan Bandwidth

Pada implementasi jaringan GPON ini akan dihitung bandwidth yang dibutuhkan dan digunakan dengan cara melakukan perhitungan.

Tabel 4.3Total Kebutuhan Bandwidth AHU

Tabel 4.4 Total Kebutuhan Bandwidth Door

(10)

10

Tabel 4.5Total Kebutuhan Bandwidth Acces

Card

Tabel 4.6Total Kebutuhan Bandwidth IP PBX

BAB V

SIMPULAN

Dari serangkaian pembahasan yang disajikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebutuhan Bandwidth pada AHU sebesat 1032 Mbps atau 1,032 Gbps. Sedangkan kebutuhan bandwidth untuk Access Card sebesar 40 Mbps. Kebutuhan bandwdith untuk CCTV sebesar 2190 Mbps atau 2,190 Gbps. Kebutuhan bandwidth untuk Door Contact sebesar 315 Mbps. Kebutuhan bandwidth untuk IP PBX sebesar 2 Mbps. Sedangkan jumlah bandwidth yang diberikan pada perancangan ini sebesar 10 Gbps. Jumlah tersebut masih tersisa banyak jika ada penambahan perangkat dimasa mendatang. 2. Perancangan dan implementasi

jaringanfiber optik untuk memonitoring

dan pengendalian BAS (Builing Automation System) sangat membantu operator dalam melakukan monitoring dan untuk mengatasi gangguan yang terjadi pada perangkat elektronik untuk segera dieksekusi.

3. Serat optik yang digunakan untuk implementasi jaringan fiber optik dipilih G.652 pada λ=1310 nm untuk tipe Single Mode, karena memliki loss terkecil dibandingkan tipe serat optik yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyono, Teguh.

(2007). Building & Maintenance Pc Server .J akarta : PT Elex Media Komputindo.

2. Anonim. (2003) ,Gigabit Capable Passive Optical Network (G-PON) : Physical Media Dependent (PMD) Layer Spesefication. ITU-T Recommendation G.984.2

3. Mandariani, P. dan Zaini. Juli 2015. Pengemban Sistem Monitoring Pada Building Automation System (BAS) Berbasis Web di Fakultas Teknik Universitas Andalas. Jurnal Teknik Elektro ITP, Vol 4, No 2,.

4. Reinhold A. Carlson, Robert A. Di Giandomenico (1991). Understanding

Building Automation Systems: Direct Digital Control, Energy Management, Life Safety, Security/access Control, Lighting, Building Management Programs. Michigan : R.S. Means Company.

(11)

11

8887). Al-Nahrain University, Baghdad,

Iraq. 2014.

6. Dwitya Nugraha, Syechu. “Rancang

Bangun Building Automation Sistim Dengan Menerapkan Kontrol Logika Fuzzy Untuk Pengaturan Kipas Angin Dan Air Conditioner Pada Gedung D4 Lantai 3”, Proyek Akhir Program D4 Politeknik Elektornika Negeri Surabaya, 2011

7. Halimah, “RANCANG BANGUN KONSUL

KENDALI SISTEM OTOMASI

BANGUNAN SUB-UNIT AIR HANDLING UNIT (AHU)”, Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung, 2015.

8. Mandarani, Putri, dan Zaini, “Pengembangan Sistem Monitoring pada Building Automation System (BAS) Berbasis Web di F akultas Teknik Universitas Andalas” Universitas Andalas Padang.

9. Agrawal, Govind P. Fiber Optic Communication System. New York: John Wiley & Sons, Inc. 2011.

10. Waluyo “Analisis Sistem Komunikasi

Fiber Optik Single Mode”. Politeknik Negeri Malang. 20011.

11. Purna, Vernia, Yetti, 2012. Analisis Implementasi GPON dan MSAN untuk

Layanan Triple Play pada “Kota 2

ARNET Kota” PT. Telkom Indonesia .

Jakarta : Universitas Bina Nusantara 12. Anonim. Teknologi Jaringan Akses. Divlat PT. TELKOM INDONESIA DIVRE IV. Semarang.

Gambar

Gambar 3.2 Jalur Fiber Optik
Tabel 3.1 Kebutuhan Bandwidth Aplikasi
Gambar 3.3Konfigurasi BAS
Gambar 3.5Tampilan untuk AHU unit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang

Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit bermasalah pada Bank CIMB Niaga Cabang Medan adalah debitur beritikad tidak baik (bersikap tidak kooperatif,

Dan tentu segala kegiatan harus terjadwal dengan baik, segala macamnya harus dilakukan pembukuan, mulai dari kegaitan peminjaman alat mengingat alat-alat yang terdapat di

Menurut Neville (dalam Santoso, 2009) bentuk prokrastinasi yang biasa dilakukan mahasiswa adalah menunda untuk memulai pengerjaan suatu tugas melebihi dari tanggal yang ditentukan

Pada hari ini Kamis Kamis  tanggal   tanggal  S  S embilan embilan B B ulan ulan  J  J uli  uli    Tahun   Tahun Dua Ribu Lima Belas Dua Ribu Lima Belas , telah ,

Dalam e-book 13 Kesalahan Yang Sering Dilakukan Cowok, saya mengomentari racun ini adalah cara jitu cepat untuk menyampaikan pada cewek target bahwa kamu tidak memiliki

Bab III, Hasil Penelitian dan pembahasan tentangteknik dan cara melakukan pembinaan masyarakat sekitar hutan, kebijakan dan sanksipidana tindak pidana illegal

Tindakan yang dilakukan adalah Penerapan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengatar Ekonomi Siswa Kelas XIPS 1 SMA Pariwisata Mahardika Abang