• Tidak ada hasil yang ditemukan

ilmu kesehatan masyarakat (1). docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ilmu kesehatan masyarakat (1). docx"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERANAN KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT, KECACATAN DAN KEMATIAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

1. ARIFAH NUR AINI (1751700158)

2. BURHANUDIN KEMAL FAUZIE (1751700156)

3. EVA TRI WULANDARI (1751700006)

4. LAILA ALFI DAROJAT (1751700165) 5. LENA APRIH TYASTUTI (1751700037) 6. MIFTAHUL UMAM ASEGAF (1751700157) 7. RISTIANA DEWI HAPSARI (1751700029) 8. YOSEPHINA PRIMA CANDRA DEVI (1751700008)

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO PRODI KESEHATAN MASYARAKAT (Non Reguler)

(2)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

BAB II PEMBAHASAN ... 5

A. Faktor Risiko dan Pendekatan Intervensi Untuk Penanggulangan Penyakit Tidak Menular ... ...5

1. Pengertian ...5

2. Faktor Risiko ...5

3. Intervensi ... 7

B. Penyakit Menular dan Prinsip Penanggulangannya ... 9

1. Pengertian ... 9

2. Penyebab Penyakit Menular ... 10

3. Pencegahan ... 11

C. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja ... 12

1. Kesehatan Lingkungan ... 12

2. Kesehatan kerja ... 19

BAB III PENUTUP... 26

A. Kesinpulan... 26

B. Saran... 26

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran, semakin banyak juga macam penyakit yang diderita oleh masyarakat. Hal ini tentu saja di pengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri.

Menurut American Medical Assosiation (Ikatan Dokter Amerika 1948), Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan pencegahan dan pemberantasan penyakit.

Bidang-bidang atau obyek-obyek kajian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat itu ternyata amat luas sekali, sehingga wajar bila penanganannya memerlukan keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu, keterpaduan biaya, keterpaduan tenaga, keterpaduan pikiran dan lain-lainnya. Mengenai hal tersebut di atas Hanlon menyebutkan bahwa secara garis besar Ilmu Kesehatan Masyarakat itu berkaitan dengan 2 (dua) hal, yaitu:

1. Permasalahan lingkungan

2. Permasalahan pelayanan kesehatan

Permasalahan pelayanan kesehatan dalam hal ini juga mencakup masalah kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk mencegah penyakit, kecacatan atau kematian dini. Peningkatan kesehatan (promotif) dan juga pencegahan penyakit ( preventif) merupakan salah satu kajian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat dimana kegiatan riil ini untuk mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan, khususnya yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat (penyakit berbasis lingkungan).

(4)

1. Bagaimana Faktor Risiko dan pendekatan intervensi untuk penanggulangan penyakit tidak menular?

2. Bagaimana prinsip penanggulangan penyakit menular? 3. Pengertian Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja? C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dan kelompok dalam mata kuliah pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Dan juga kami sebagai penulis ingin memberikan informasi kepada rekan-rekan yang lain tentang Pencegahan penyakit, kecacatan, dan kematian.

BAB II PEMBAHASAN

A. Faktor Resiko Dan Pendekatan Intervensi Untuk Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

1. Pengertian

(5)

membutuhkan durasi yang panjang. PTM merupakan masalah yang tengah berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan profil WHO mengenai PTM di Asia Tenggara, ada lima PTM dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernafasan kronis, diabetes mellitus, dan cedera.

PTM sering dikaitkan dengan berbagai faktor risiko seperti pencemaran lingkungan, akibat penggunaan berbagai bahan kimia toksik yang dipadukan dengan perilaku life style yang menyebabkan masyarakat tertentu terpajan pada kondisi lingkungan yang “tidak alamiah”. Secara genetika, hubungan interaktif antara manusia dengan lingkungannya dapat menimbulkan perubahan-perubahan struktur genetik yang menyusun hidup.

2. Faktor Risiko

PTM muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui kesadaran individu itu sendiri dan intervensi sosial. Faktor – faktor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah:

b. Merokok

Efek berbahaya dari merokok terhadap kematian yang disebabkan oleh kanker, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernafasan kronis telah lama diketahui. Selain itu, paparan asap rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak – anak, dan orang dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempat umum menyebabkan hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernafasan pada masa kanak – kanak, dan penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif.

c. Konsumsi Alkohol

Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi.

(6)

Alkohol merupakan faktor resiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan bunuh diri, selain itu konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya menyebabkan risiko cedera secara substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskular dan hati.

d. Pola Makan yang Buruk

Konsumsi cukup buah dan sayur mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, kanker perut, dan kanker kolorektal. Konsumsi makanan tinggi kalori seperti makanan olahan yang tinggi lemak dan gula cenderung menyebabkan obesitas dibandingkan makanan rendah kalori seperti buah dan sayuran.

Jumlah garam yang dikonsumsi merupakan faktor penentu penting dari tingkat tekanan darah dan risiko kardiovaskular secara keseluruhan. Selain itu konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan trans fatty acid berkaitan juga dengan jantung.

e. Kurangnya Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang tidak memadai merupakan satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian global. Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes, dan kanker. Selain itu aktivitas yang cukup mengurangi risiko stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik merupakan penentu utama dari pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energi dan kontrol berat badan.

Empat perilaku umum yang sudah disebutkan diatas (merokok, konsumsi alkohol, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik) menyebabkan gangguan metabolik berupa peningkatan tekanan darah, kelebihan berat badan/obesitas, tingginya kadar glukosa darah, dan peningkatan kolesterol yang berpengaruh terhadap kejadian PTM.

3. Intervensi

(7)

dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko yang terkait, ditargetkan dengan kebijakan kesehatan formal dan informal dari inisiatif pemerintah.

WHO dalam mengatasi dan mengendalikan PTM mendukung negara-negara anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang komperhensif dan terpadu. Komponen program pengendalian dan pencegahan PTM tersebut adalah :

a. Pencegahan pengendalian penyakit kardiovaskular

Solusi untuk penyakit kardiovaskular adalah dengan diit makanan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik dan menghentikan merokok, serta mengetahui kemungkinan risiko.

b. Pencegahan dan pengendalian kanker

Strategi kunci untuk pencegahan kanker adalah dengan mengontrol merokok, promosi makanan sehat dan aktivitas fisik yang cukup, proteksi terhadap agen infeksi seperti dengan melakukan vaksinasi, mencegah konsumsi alkohol yang berlebihan, dan mengurangi paparan terhadap radiasi dan agen karsinogeniklain, serta proteksi diri.

c. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernafasan kronis

Fokus pencegahan pada penyakit pernafasan kronis adalah pencegahan merokok, deteksi dini penyakit paru-paru yang berhubungan dengan paparan, pengaturan diit dan nutrisi, memperhatikan kualitas udara yang dihirup, dan memperhatikan kualitas pernafasan pada fase awal kehidupan.

d. Kontrol diabetes mellitus

Untuk membantu mencegah diabetes mellitus tipe 2 dan komplikasinya, dilakukan dengan cara mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal, melakukan aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, pengobatan, dan menghentikan merokok. Pengendalian diabetes dilakukan dengan memberikan insulin, mengontrol tekanan darah, merawat kaki apabila sudah terjadi komplikasi, skrining dan pengobatan retinopati, mengontrol kadar lipid darah.

(8)

rokok dan promosi ataupun sponsorship, akses terbatas untuk alkohol, melarang iklan alkohol, mengurangi asupan garam dalam makanan, penggantian lemak jenuh dengan lemak tak jenuh ganda, dan menyadarkan publik melalui media massa tentang diit dan aktivitas fisik. Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetapi juga berlaku untuk PTM. Pencegahan PTM dapat dibagi menjadi 4 Tingkat yaitu:

a. Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.

b. Pencegahan tingkat pertama, meliputi :

1) Promosi kesmas, misal : kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesmas.

2) Pencegahan khusus, misal : pencegahan ketrpaparan, pemberian kemoprevntif

c. Pencegahan tingkat kedua, meliputi :

1) Diagnosis dini, misal dengan melakukan screening

Screening atau penyaringan adalah usaha untuk mendeteksi/mencari penderita penyakit tertentu tanpa gejala dalam masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu test/pemeriksaan, yang secara singkat dan sederhana dapat memisahakan mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya didiagnosa dan dilanjutkan dengan pengobatan. Screening ini sangat erat kaitannya dengan faktor resiko dari PTM 2) Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah

d. Pencegahan tingkat ketiga, yaitu rehabilitasi, misal perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.

B. Penyakit Menular dan Prinsip Penanggulangannya 1. Pengertian

Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepada host yang rentan. Cara penularan penyakit adalah sebagai berikut:

(9)

Bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh seseorang melalui saluran pernafasan. Seorang penderita mengeluarkan air ludah atau getah hidung, atau udara yang mengandung bibit penyakit. Apabila titik – titik ludah atau getah hidung atau udara yang mengandung bibit penyakit tersebut terhirup oleh orang lain yang kebetulan karena tubuhnya sedang lemah maka orang tersebut akan sakit karena tertulari penyakit tersebut.

b. Masuk melalui saluran pencernaan

Bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh seseorang melalui saluran pencernaan. Bibit penyakit masuk melalui rongga mulut melalui makanan atau minuman yang di konsumsi. Hal ini akan terjadi apabila seseorang memakan makanan atau minuman yang tidak bersih atau makan menggunakan peralatan yang tidak bersih atau makan terttulari penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang masuk tubuh melalui rongga mulut saluran pencernaan.

c. Masuk melalui kulit

Penyakit yang dapat masuk melalui kulit mengakibatkan penyakit pada kulit dan penyakit bukan pada kulit, penyakit pada kulit dapat ditularkan melalui sentuhan langsung antara penderita dengan orang lain. Dapat pula melalui hubungan tidak langsung, yaitu calon penderita menggunakan peralatan yang telah digunakan oleh penderita. Sedangkan Penyakit bukan penyakit kulit yang di tularkan melalui kulit adalah penyakit yang menyerang tubuh melalui pembuluh darah setelah kulit calon penderita di sengat atau digigit serangga. Cara penularannya adalah serangga menyengat atau menggigit penderita, kemudian menggigit bukan penderita maka melalui alat senggat atau alat penggigitnya bibit penyakit akan masuk ke tubuh calon penderita melalui kulit lalu pembuluh darah.

2. Penyebab Penyakit Menular

Berikut ini beberapa makhluk hidup penyebab penyakit (Ichsan, Yuliati, Rejeki,1993).

a. Serangga

(10)

sebagai perantara penyebaran penyakit adalah nyamuk, ( penyakit malaria, demam berdarah), dan lalat ( penyakit pencernaan), selain itu serangga juga sebagai penyebab penyakit Sarcoptes csab iei ( penyakit kulit scabies).

b. Cacing

Berbagai macam cacing dapat menyebabkan pada manusia. Banyak di temukan di masyarakat adalah penyakit yang penyebabnya seperti, cacing tambang, cacing gelang, cacing kremi, cacing pita.

c. Protozoa

Protozoa merupakan salah satu jenis bibit penyakit yang dapat menyerang manusia. Malaria merupakan salah satu contoh penyakit yang di sebabkan oleh suatu jenis protozoa.

d. Bakteri

Banyak penyakit menular yang di sebabkan oleh bakteri. Kita tentu sudah mengetahui tentang penyakit TBC, kolera, difteri, dan lainnya. Penyakit tersebut di sebabkan oleh bakteri yang menginfeksi tubuh. e. Virus

Virus merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit. Tentu kita mengetahui tentang penyakit polio, campak, demamberdarah hepatitis, dan juga rabies, semua penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus.

f. Jamur

Ada beberapa jenis jamur yang menyerang kulit dan menyebabkan seseorang menderita penyakit kulit. Penyakit yang di kenal dan banyak diderita orang adalah panu, dan kadas (ringworm).

3. Pencegahan

Program pencegahan penyakit menular adalah program yang mencegah agar penyakit menular tidak terjadi penyebaran di masyarakat yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan pada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan immunisasi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003), pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dapat dilakukan dengan 3 pendekatan atau cara yaitu :

a. Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit)

Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :

(11)

2) Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.

b. Memutus Mata Rantai Penularan

Meningkatkan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan adalah merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.

c. Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan

Bayi dan anak balita adalah kelompok yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lingkungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun imunisasi pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria, meningitis, dan disentri baksilus.

Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh karena itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.

C. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja

1. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah pengganggu, menanggulangi kerusakan dan meningkatkan / memulihkan fungsi lingkungan melalui pengelolaan unsur-unsur atau faktor-faktor lingkungan yang berisiko terhadap kesehatan manusia dengan cara identifikasi, analisis, intervensi/rekayasa lingkungan, sehingga tersedianya lingkungan yang menjamin bagi derajat kesehatan manusia secara optimal. (Tri Cahyono, 2000)

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan a. Perumahan

Syarat – syarat rumah yang sehat:

1) Bahan bangunan : lantai, dinding, atap genteng, kayu untuk tiang. 2) Ventilasi : menjaga aliran udara tetap segar dan menjaga

keseimbangan O2 yang diperlukan penghuni rumah.

(12)

b) Ventilasi buatan : yaitu dengan mempergunakan alat – alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut. Misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara.

3) Cahaya : rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Jika cahaya kurang akan menjadi media yang baik untuk berkembang bibit penyakit. Jika terlalu banyak dapat merusak mata.

a) Cahaya alamiah : yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya ( jendela ) luas sekurang-kurangnya 15 % sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah.

b) Cahaya buatan : yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak, listrik, api dan lain sebagainya.

4) Luas bangunan rumah : luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Hal ini harus disesuaikan dengan kadar O2 dalam bangunan rumah tersebut. Luas bangunan yang optimum adalah 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang.

Fasilitas – fasilitas didalam rumah sehat :

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas – fasilitas sebagai berikut:

1) penyediaan air bersih yang cukup 2) pembuangan tinja

3) pembuangan air limbah ( air bekas ) 4) pembuangan sampah

5) fasilitas dapur

6) ruang berkumpul keluarga 7) gudang

8) kandang

b. Penyediaan air bersih

Syarat air minum yang sehat :

(13)

2) Syarat bakteriologis : bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel ( contoh ) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3) Syarat kimia :

Persyaratan dalam membuat jamban yang sehat, sebagai berikut : 1) tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut 2) tidak mengotori air permukaan disekitarnya

3) tidak mengotori air tanah disekitarnya dan tidak menimbulkan bau

4) tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa 5) sederhana desain, mudah digunakan, dipelihara, dan murah 6) dapat ditterima oleh pemakainya

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar persyaratan di atas terpenuhi, adalah:

1) Sebaiknya jamban tertutup, terlindung dari panas dan hujan, serangga, terlindung dari pandangan orang

2) Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat

3) Bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, dan tidak menimbulkan bau

4) Disediakan alat pembersih, seperti air atau kertas pembersih d. Pembuangan sampah, sampah mempunyai prinsip sebagai berikut :

1) adanya sesuatu benda atau bahan padat

2) adanya hubungan langsung / tidak langsung dengan kegiatan manusia. Benda atau bahan tersebut tidak dapat dipakai lagi. Cara pengolahan sampah adalah sebagai berikut :

1) pengumpulan dan pengangkutan sampah

(14)

Tujuan Kesehatan Lingkungan a. Tujuan Umum

Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan sehat

b. Tujuan Khusus

1) Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan

2) Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana

3) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang

4) Terlindungnya Negara dari kegiatan Negara lain yang berkaitan merusak lingkungan sehat

Dampak Lingkungan Tidak Sehat a. Timbulnya berbagai penyakit

b. Menurunnya kualitas kesehatan masyarakat c. Merusak estetika kota

d. Dalam jangka panjang dapat mempengaruhi arus investor ke daerah e. Polusi adanya sampah menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit

infeksi saluran pencernaan, kolera, tifus, disentri dan lainnya. Pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan terhambatnya proses air tanah di musim hujan tiba, sungai yang tercemari sampah akan menyebabkan banjir

f. Terjadinya ketidakseimbangan alam

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan a. Lingkungan Sehat

Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk menciptakan masyarakat yang terbebas dari segala macam penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhinya :

1) Faktor Fisik

Berupa biotik dan abiotik, dimana faktor tersebut sangat berperan penting bagi masyarakat dalam memperhatikan dimana tempat tinggal mereka akan di bangun. Jika suatu rumah dibangun di pedesaan sudah tentu disesuaikan dengan kondisi di pedesaan itu. Misalnya keadaan air yang bersih terhindar dari pencemaran akan membawa dampak yang baik bagi kesehatan masyarakat di pedesaan itu

(15)

Berupa tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, dimana faktor tersebut berperan dalam hubungan masyarakat dan lingkungannya. Misalnya masyarakat yang tinggal dikawasan yang rawan gempa, maka rumah yang mereka bangun dikawasan tersebut harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun kokoh. Disamping itu masyarakat juga berupaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dengan usaha-usaha tertentu. Misalnya masyarakat membuat bak penampungan sampah.

3) Faktor Ekonomi

Berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan dimana pada umumnya apabila dilingkungan tersebut diduduki sebagian besar orang yang tidak mampu maka secara tidak langsung mempengaruhi terhadap kesehatan lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya didaerah-daerah pemukiman kumuh, karena kondisi keuangan mereka tidak memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang sehat baik. b. Lingkungan Tidak Sehat

Faktor-faktor yang mempengaruhinya: 1) Faktor Fisik

Di lingkungan yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai macam bibit penyakit. Misalnya sumber air di suatu kawasan tertentu yang tercemar oleh bahan-bahan kimia, maka masyarakat yang menggunakan air tersebut untuk kehidupan sehari-hari, mereka akan terserang penyakit dari pencemaran air tersebut. 2) Faktor Sosial

Apabila kondisi social disuatu masyarakat tidak diperhatikan maka akan menimbulkan tatanan tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat lingkungan sehat dan masyarakatnya akan terserang penyakit, misalnya seseorang yang tidak sehat dan dia ingin pergi berobat, akan tetapi ia tidak sanggup karena jarak yang terlampau jauh untuk mencapai tempat berobat tersebut.

3) Faktor Ekonomi

(16)

Pengaruh Lingkungan Yang Tidak Sehat Terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

a. Pengaruh terhadap individu :

Apabila lingkungan bersih berpengaruh terhadap individu khususnya pada kualitas kerja(produktivitas)individu tersebut. Sedangkan individu yang berada pada lingkungan yang tidak sehat akan berada pada produktivitas kerja yang cendrung menurun.

Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhannya diambil dari lingkungan. Akan tetapi, berpengaruh terhadap individu baik positif maupun negatif. Makanan sedikit atau berlebihan maka kelainan nutrisi dan minuman yang mengandung racun.

Lingkungan sehat, gizi yang cukup yang ekonomis dapat menghindari seseorang dari penyakit.Lingkungan sebagai alat untuk pergaulan dan tempat lahir budaya. Sarana penyesuaian diri.

b. Pengaruh terhadap keluarga :

Keluarga yang sehat biasanya berasal dari lingkungan rumah yang sehat, maka kesehatan keluarga dapat meningkat. Rumah yang cukup bersih dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Rumah yang ventilasinya cukup, dapat menghindarkan keluarga dari resiko terjadinya penyakit/gangguan saluran pernafasan.

Persentase kepemilikan rumah sehat yang cenderung meningkat mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan prilaku yang bisa memperbaiki tingkat kesehatan lingkungan. Karena bagi mayoritas masyarakat kita, rumah adalah tidak hanya tempat istirahat melainkan tempat berkumpul anggota keluarga, tetangga bahkan keluarga yang jauh. Dengan demikian dalam sebuah rumah yang tidak sehat bisa menjadi tempat saling menularnya penyakit. Menjadi indikasi negatif terhadap upaya meningkatkan kesehatan lingkungan.

c. Pengaruh terhadap masyarakat :

(17)

Upaya Penanggulangan Kesehatan Lingkungan a. Upaya pengelolaan lingkungan hidup

Yang meliputi ekosistem daratan, kawasan pesisir dan ekosistem laut. b. Upaya pengelolaan lingkungan buatan

Yang meliputi pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan perlindungan air, tanah, udara dan pengelolaan limbah.

c. Upaya pengelolaan lingkungan sosial

Meliputi pembangunan kualitas hidup penduduk, pembangunan kualitas lingkungan sosial.

Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja, perusahan, pabrik, kantor dan sebagainya. Dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut.

Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (Menurut UU No.23 tahun 1992 pasal 23)

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun social dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang disebabkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Menurut Rachman. 1990, ruang lingkup kesehatan kerja sebagai berikut: a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja

yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

b. Aspek perlindungan meliputi:

1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian. 2) Peralatan dan bahan yang digunakan.

(18)

5) Karakteristik dan sifat pekerjaan 6) Teknologi dan metodelogi kerja

c. Penerapan hyperkes dilaksanakan secara holistic sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa. d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry perusahaan ikut

bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes Tujuan Kesehatan Kerja

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya

c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan

d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis kerjanya.

Determinan Kesehatan Kerja a. Beban kerja

Setiap pekerjaan apapun jenisnya, memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, yang merupakan beban bagi yang melakukan. Beban dapat berupa fisik,beban mental, ataupun sosial. Oleh sebab itu, penempatan seorang pekerja seharusnya sesuai dengan beban optimum yang sanggup dilakukan kesehatan kerja berusaha mengurangi/mengatur beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan/mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja para karyawan.

b. Beban tambahan

Terkadang pekerja juga harus memiliki beban tambahan yang berupa kondisi/lingkungan yang tidak menguntungkan bagi para pekerja. Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut menggannggu pekerjaan dan harus di atasi oleh pekerja yang bersangkutan. Lima faktor beban tambahan yaitu

1) Faktor fisik : penerangan,suhu,kelembapan,kebisingan dan lain-lain

(19)

3) Faktor biologi : binatang atau tumbuhan yang mengganggu pandangan

4) Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh pekerja

5) Faktor sosial psikologis: suasana kerja yang tidak harmonis misalnya adanya gosip, cemburu dan lain-lain.

c. Kemampuan kerja

Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Kapasitas dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain gizi, genetik, dan lingkungan. Kemampuan seseorang dalam bekerja juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran tubuh.

Penanggulangan Kesehatan Kerja

a. Penaggulangan lingkungan kerja

Biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal b. Evaluasi lingkungan kerja

merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul.sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan

.

c. Pengendalian lingkungan kerja

Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja.

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

(20)

safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Penyebab Kecelakaan Kerja :

a. Perilaku pekerja itu sendiri(faktor manusia), yang tidak memnuhi keselamatan.

b. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman. Klasifikasi Kecelakaan Kerja (ILO)

8) Kontak bahan-bahan berbahaya dan radiasi b. Menurut Penyebab

(21)

a. Lingkungan Fisik : Pencahayaan, kebisingan, kegaduhan kondisi bangunan.

b. Lingkungan sosial : Hubungan kerja yang tidak harmonis.

Lingkungan kerja berikut ini merupakan tambahan kerja yang dapat mengganggu pekerjaan bahkan menimbulkan penyakit.

a. Kebisingan

1) Kerusakan pada indra pendengar sampai pada ketulian 2) Mengganggu komunikasi

3) Mengakibatkan gangguan konsentrasi kerja b. Penerangan atau pencahayaan

1) Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efesiensi kerja.

2) Kelemahan mental

3) Kerusakan alat penglihatan (mata)

4) Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata 5) Meningkatnya kecelakaan kerja

c. Bau-bauan

Bau-bauan merupakan jenis pencemaran udara, yang tidak hanya mengganggu penciuman tetapi juga dari segi hygiene pada umumnya. Pengelolaan Limbah di Lingkungan Kerja

Sampah / limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Yang dimaksud dengan limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pengelolaan limbah adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi (meminimalisasi), penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.Penanganan limbah secara umum dapat dilakukan dengan:

a. penyimpanan dalam gudang.

Syarat umum gudang penyimpanan:

1) Gudang/ruangan penyimpanan harus memiliki sistim ventilasi yang baik

2) Penerangan yang cukup dan stop kontak harus diluar gedung 3) Gudang harus mempunyai penangkal petir

(22)

5) Lantai bangunan yang kedap air

6) Penyimpan harus satu jenis atau yang saling cocok

7) Antara bagian penyimpanan dibuat tanggul/dinding pemisah 8) Masing-masing memiliki bak penampung tumpahan

9) Wadah/tempat penyimpanan tidak boleh bocor 10) Lama penyimpanan paling lama 90 hari b. Pendaur ulangan

c. Pembakaran (Insinerator)

d. Pemadatan (Solidifikasi) dan Pemantapan ikatan (Stabilisasi) umumnya dalam penanganan limbah cair dan lumpur :

1) menjadikan kontaminan yang terkandung menjadi tidak aktif, 2) mengurangi kandungan air.

e. Penimbunan/penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan dilakukan terhadap limbah padat & residu dari proses solidifikasi, sisa dari proses daur ulang, sisa pengolahan fisik-kimia, katalis, lumpur (sludge) dan berbagai limbah yang tidak dapat diolah atau diproses lagi. Konstruksi lokasi penimbunan limbah harus dibangun dengan kedalaman beberapa meter dan dipadatkan dengan lapisan lempung atau lapisan sintesis untuk menahan rembesan.

(23)

A. KESIMPULAN

Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dariorang ke orang. Penyakit tidak menular erat kaitannya dengan faktor linkungan, khususnya faktor perilaku. Terdapat 4 faktor utama yang paling berpengaruh pada penyakit tidak menular, yaitu (1) merokok ; (2) konsumsi alkohol berlebihan; (3) pola makan yang buruk; dan (4) kurangnya aktivitas fisik. Empat faktor perilaku tersebut berpengaruh terhadap empat faktor metabolik kunci penyakit tidak menular, yaitu tekanan darah, kelebihan berat badan, kadar glukosatinggi, dan kadar kolestrol yang meningkat.

Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi atau toksisnya yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditransmisikan kepada host yang rentan. Pencegahan agar penyakit menular tidak terjadi penyebaran di masyarakat yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan pada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan immunisasi.

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum. Kesehatan kerja merupakan pencegahan kecelakaan akibat kerja. Ciri pokok kesehatan kerja adanya upaya preventif dan promotif, upaya preventif berpedoman agar perusahaan tersebut dapat mencegah timbul penyakit akibat oleh limbah atau produk perusahaan tersebut. Sedangkan upaya promotif berpedoman dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan meningkatkan produktivitas kerja. Dengan adanya kesehatan lingkungan yang baik dapat mempengaruhi kesehatan kerja menjadi baik pula.

B. KRITIK / SARAN

Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurna nya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gadis Dentist Berkerudung.2012.Makalah Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Kerja.Diakses tanggal 26 September 2017,

(24)

Tenisia.2016.Makalah Penyakit Menular.Diakses tanggal 26 September 2017,

http://tenisiatawalujan.blogspot.co.id/2016/11/makalah-penyakit-menular.html

Ratna Wahyu.2013.Makalah Kesehatan Penyakit dan Pencegahannya.Diakses

tanggal 26 September 2017,

https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/22/makalah-kesehatan-penyakit-dan-pencegahannya/

Prasko Tujuhbelas.2013.Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menular.Diakses tanggal 26 September 2017,

http://prasko17.blogspot.co.id/2013/03/pencegahan-dan-penanggulangan-penyakit.html

Jevuska.2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (PTM) – Penyebab, Contoh &

Pencegahan.Diakses tanggal 26 September 2017,

https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&ved=0ahUK Ewjr2Orpx8TWAhUDa7wKHfc6ArMQFgheMAg&url=https%3A%2F %2Fwww.jevuska.com%2F2010%2F06%2F20%2Fepidemiologi-penyakit-tidak-menular-ptm

%2F&usg=AFQjCNHnsjRxvPkqVISX75QcFM5uGxNTEw

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular FR PTM yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan

persepsi keseriusan penyakit terhadap perilaku pencegahan faktor risiko SM p = 0.003, ada pengaruh antara persepsi manfaat individu terhadap perilaku pencegahan

Faktor penting lainnya yang juga dapat berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor disamping karakter individu yang diukur dengan locus of control

Makalah ini melaporkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui faktor risiko individu dan masyarakat serta gambaran pelayanan kesehatan terhadap kasus pereklampsia

Risiko Gaya Hidup terhadap Kejadian Kanker Payudara pada Wanita.. Pengetahuan dan Sikap tentang Perilaku Vaksinasi HPV pada Siswi SMA

Dari empat faktor kesehatan diatas dapat kita maknai adanya saling mempengaruhi kesehatan seperti faktor yang barkaitan dengan perilaku manusia yakni bagaimana

Upaya pengendalian potensi bahaya dan risiko kecelakaan secara administratif dari aspek pelatihan diketahui bahwa pelatihan yang ada cukup efektif sebagai upaya

Selain itu juga untuk mempelajari pengetahuan dan tindakan sehat reproduksi remaja slow learner, menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku