commit to user
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN
PELAYANAN KESEHATAN PASIEN RAWAT INAP
DI RSUD SUKOHARJO
SKRIPSI
Digunakan untuk melangkapi dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Sosial Program Studi Sosiologi
pada Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
NINDIA NILAIKA D 0307013
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran
pernyataan saya di atas, maka saya akan bertangungjawab sepenuhnya.
Surakarta, 17 Oktober 2012
commit to user
MOTTO
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai ( dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( urusan ) yang
lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
( Terjemahan Qs. Al- Insyiroh: 6-8 )
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang sabar.
(Terjemahan QS. Al-Baqarah : 153)
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh SWT niscaya Dia akan mengadakan
jalan keluar dan member rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.
(Terjemahan QS. Al-Thalaq : 2-3)
“Hidup adalah Ibadah”
commit to user
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang yang tidak
henti-hentinya memberikan doa dalam setiap langkahku serta tetesan keringat
perjuangan, mendidik dengan penuh cinta tanpa mengenal lelah.
2. Suamiku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan
memberikan bimbingan dalam setiap langkahku.
3. Adik-adikku yang kadang usil, namun selalu menghibur hati disetiap waktu.
4. Teman-teman sosiologi (Dyah, Nurul, Mas Lilin, Dian, Mbak Betli, Teteh
Ganyong) yang selalu memberi semangat dan motivasi kepadaku.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya skripsi ini.
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji syukur dan terimakasih peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena dengan segala Rahmat karuniaNya, memberikan kekuatan, ketabahan, dan
kesabaran, perlindungan dan kesehatan sehingga penulis berhasil menyusun serta
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar sarjana pada FISIP program studi sosiologi Universitas Sebelas
MaretSurakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami
kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan, pengarahan dari berbagai pihak,
akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan kerendahan,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Pawito.Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.
2. Dr. Bagus Haryono. M.Si. sebagai ketua Program Studi Sosiologi FISIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mahendra Wijaya, M.Si, sebagai Pembimbing skripsi yang telah
ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Dra. Suyatmi, M.Si dan ibu Siti Zunariyah, S.Sos. M.Si selaku
penguji pada terselenggarannya ujian skripsi pada tanggal 16 Oktober
commit to user
5. Para pihak tenaga kerja RSUD Sukoharjo yang telah membantu penulis
saat proses penelitian berlangsung.
6. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan semangat doa,
moril maupun materiil yang amat berharga, semoga doa restu dan kasih
sayangmu selalu mengiringi langkahku.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih banyak
kekurangan, Untuk itu kritik ataupun saran yang bersifat membangun untuk
melangkah kearah yang lebih sempurna dalam menulis karya tulis ini sangat
peneliti harapkan.
Karya tulis ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena
keterbatasan penulis. Akhir kata semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Surakarta, 17 Oktober 2012
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN II
HALAMAN PENGESAHAN III
HALAMAN PERNYATAAAN IV
MOTO V
PERSEMBAHAN VI
KATA PENGANTAR VII
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XII
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH 1
B. RUMUSAN MASALAH 7
C. TUJUAN PENELITIAN 7
D. MANFAAT PENELITIAN 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. DEFINISI KONSEP 9
B. LANDASAN TEORI 13
C. PENELITIAN TERDAHULU 26
D. KERANGKA BERFIKIR... 27
commit to user
A. DESAIN PENELITIAN 31
B. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 32
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 33
D. ANALISIS DATA 35
E. VALIDITAS DATA 38
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 40
A. KONDISI 40
B. POTENSI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO 43
C. VISI, MISI DAN NILAI 50
D. NILAI 51
E. BAGIAN STRUKTUR ORGANISASI 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53
A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 53
B. MOTIVASI TENAGA KESEHATAN 55
C. PELAYANAN TENAGA KESEHATAN 65
D. KEPUASAN PASIEN 71
E. PEMBAHASAN 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 90
A. KESIMPULAN 90
B. SARAN 90
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 MATRIKS PENGEMBANGAN INSTRUMENT. 29
TABEL 3.1 : DATA KEPEGAWAIAN / KETENAGAAN BRSUD KAB.
SUKOHARJO 50
TABEL. 4.1 GAMBARAN SAMPEL TENAGA KESEHATAN 53
TABEL. 4.2 GAMBARAN SAMPEL PASIEN 54
TABLE 4.3.DATA BOR DAN TARGET RSUD SUKOHARJO BULAN
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 KERANGKA TEORI 27
commit to user
ABSTRAK
Nindia Nilaika. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO, Skripsi, Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien di RSUD Kabupaten Sukoharjo khususnya berdasar dimensi kualitas jasa yaitu terdiri dari variabel-variabel : reliability (keterandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), dan tangible (nyata) serta kepuasan pasien. Variabel-variabel tersebut digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di RSUD Kabupaten Sukoharjo selama ini sesuai dengan harapan pasien atau belum. (2) Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh variabel reliability, responsiveness , assurance, empathy, dan tangible terhadap kepuasan pasien. (3) Untuk menganalisis variabel apa yang paling dominan dari dimensi kualitas pelayanan RSUD Kabupaten Sukoharjo yang mempengaruhi kepuasan pasien. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 responden, teknik pengambilan sampel ditentukan dengan Purposive Sampling.
Pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih memfokuskan pada kebutuhan pelanggan, sejalan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih baik, dan perkembangan teknologi. Rumah sakit sebagai salah satu unit pelaksana pelayanan kesehatan harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada para pengguna jasa pelayanan karena pelayanan yang berkualitas sangat diharapkan oleh para pengguna jasa pelayanan.
Kualitas pelayanan Rumah Sakit dapat diketahui dari penampilan professional personil Rumah Sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan yang diberikan, indikator yang sering dapat digunakan sebagai objektif adalah jumlah keluhan pasien atau keluarga, kritik dalam kolom surat pembaca, pengaduan mal praktek, laporan dari staf medik dan perawatan.Dalam pengalaman sehari-hari, ketidakpuasan pasien yang paling sering dikemukakan dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku petugas RS, antara lain: keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter sulit ditemui, dokter yang kurang komunikatif dan informatif, lamanya proses masuk, dan lain-lain (Sabarguna, 2004:2).
Kata kunci : Kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan, Reliability,
commit to user
ABSTRACT
Nindia Nilaika. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO, Skripsi, Surakarta: Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Oktober 2012.
This study is aimed to analyze the factors that influence patient satisfaction in hospitals Sukoharjo especially based on dimensions of service quality that is composed of the variables: reliability (reliability), responsiveness (quick response), assurance (security), empathy (empathy), and tangible (real) and patient satisfaction. These variables are used to analyze the factors that influence patient satisfaction in hospitals Sukoharjo. This study aims to: (1) To determine the factors that influence patient satisfaction in hospitals Sukoharjo in line with expectations for this patient or not. (2) To analyze the effect of the existence of variable reliability, responsiveness, assurance, empathy, and tangible to patient satisfaction. (3) To analyze what is the most dominant variables of service quality dimensions that affect hospitals Sukoharjo patient satisfaction. The sample used in this study were 10 respondents, the sampling technique is determined by purposive sampling.
Health services are required to better focus on customer needs, in line with the increasing demands of society of the better services and technological developments. Hospital as one implementing unit of health services should be able to give a sense of security and comfort to the service users because the quality services are expected by service users.
The quality of hospital services can be ascertained from the professional appearance of hospital personnel, efficiency, effectiveness of services, and patients’ satisfaction. Patients’ satisfaction is determined by the overall services they provide indicators that can often be used as the objective is the number of patient or family complaints, critics in letters to the editor column, the complaint of mal practice, a report from the medical and treatment staff. In daily experiences, patients’ dissatisfaction most often raised in relation to the attitudes and behavior of hospital personnel, are: delays in the care of doctors and nurses, doctors become rare to be met, doctors are less of communicative and informative, the length of the entry process, and others (Sabarguna, 2004:2).
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Arah pembangunan Indonesia di antaranya adalah mencapai
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuh hidup sehat bagi setiap
penduduk. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada penyembuhan
penderita, berangsur-angsur berkembang ke arah upaya kesehatan yang
menyeluruh dan pelaksanaannya harus melibatkan pemerintah dan
masyarakat. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan
tersebut, diperlukan kebijakan pembangunan yang dinamis dan proaktif
dengan melibatkan semua sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut telah dirumuskan Visi Indonesia Sehat 2011.
Program Visi Indonesia Sehat tersebut harus didukung oleh
pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten. Berkaitan dengan hal
tersebut, dilaksanakan sistem pemerintah otonomi daerah sesuai dengan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang
disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 32 tahun2004 tentang
pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi tersebut sesuai dengan amanat
pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 berikut yaitu pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan Pemerintah Pusat.
Demikian pula salah satu kewenangan yang merupakan urusan wajib oleh
commit to user
Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, kabupaten Sukoharjo
dalam mewujudkan cita-cita yang telah dirumuskan secara nasional telah
meletakkan landasan visi Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup Sehat
Menuju Sukoharjo Sehat Tahun 2011, dengan harapan bahwa penduduk
kabupaten Sukoharjo pada tahun 2011 hidup dalam lingkungan sehat,
berperilaku sehat dan memiliki derajat kesehatan yang optimal.
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan lima misi utama
pembangunan kesehatan kabupaten Sukoharjo yaitu : 1). Meningkatkan
profesionalisme yang berlandaskan iman dan taqwa 2). Meningkatkan
sistem informasi manajemen yang terpadu dan komunikatif 3).
Meningkatkan pelayanan menuju pelayanan prima 4). Meningkatkan
pemanfaatan sarana dan prasarana medik dan non medik 5). Meningkatkan
penampilan citra.
Strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai
upaya peningkatan pelayanan di bidang kesehatan adalah peningkatan
sarana rumah sakit Kabupaten Sukoharjo. Saat ini Kabupaten Sukoharjo
terdapat fasilitas kesehatan sebagai berikut :
¾ Posyandu sebanyak 1087 buah
¾ Puskesmas 21 buah
¾ Industri Farmasi 1 buah
¾ Rumah Sakit
1) RSUD Kab. Sukoharjo
commit to user
3) Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru Sukoharjo
4) Rumah Sakit Orthopedi “ Prof. Suharso “
5) Rumah Sakit Islam “ Yarsis “
6) RS Paru “ Suka Sari “
7) RS Bersalin PKU Muhammadiyah Sukoharjo
Dalam hal ini objek penelitian adalah RSUD Sukoharjo. Dari data
pelayanan kesehatan diatas, maka RSUD Kabupaten Sukoharjo yang
didukung oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
mempunyai peluang menjadi Rumah Sakit kelas B sebagai Rumah Sakit
Rujukan di sekitarnya.
Rumah sakit dinyatakan berhasil, tidak hanya pada kelengkapan
fasilitas yang diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan, sumberdaya
manusia merupakan elemen yang berpengaruh signifikan terhadap
pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan pasien. Bila elemen tersebut
diabaikan maka dalam waktu yang tidak lama, rumah sakit akan kehilangan
banyak pasien dan dijauhi oleh calon pasien. Pasien akan beralih ke Rumah
Sakit lainnya yang memenuhi harapan pasien, hal tersebut dikarenakan
pasien merupakan asset yang sangat berharga dalam mengembangkan
industri rumah sakit.
Hakikat dasar dari Rumah Sakit adalah pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya
pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit yang
commit to user
pemulihan atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien mengharapkan pelayanan
yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadap keluhan penyakit pasien.
Dalam memenuhi kebutuhan pasien tersebut, pelayanan prima menjadi
utama dalam pelayanan di Rumah Sakit. Pelayanan prima di Rumah Sakit
akan tercapai jika setiap seluruh SDM rumah sakit mempunyai keterampilan
khusus, diantaranya memahami produk secara mendalam, berpenampilan
menarik, bersikap ramah dan bersahabat, responsif (peka) dengan pasien,
menguasai pekerjaan, berkomunikasi secara efektif dan mampu menanggapi
keluhan pasien secara professional.
Sebagai tenaga kesehatan yang mengemban tugas negara, melalui
organisasi pemerintah terutama yang bergerak dalam bidang pelayanan
masyarakat, seyogyanya memahami cara melayani pasiennya dengan baik.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Woworuntu 1997 :
19 bahwa :
“Seseorang yang profesional dalam dunia administrasi negara menguasai kebutuhan nasyarakat dan mengetahui cara memuaskan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat perlu dipuaskan melalui pemenuhan kebutuhannya. Sehingga masyarakat merasa sebagai seorang raja, maka harus dilayani dengan baik”.
Faktor manusia sebagai pemberi pelayanan terhadap publik dalam
organisasi dianggap sangat menentukan dalam menghasilkan pelayanan
berkualitas. Pelayanan yang berkualitas tergantung pada individual aktor
dan sistem yang dipakai ( Thoha, 1995 : 181 ). Di samping itu berhasil
tidaknya pelayanan masyarakat adalah kemauan yang berkaitan dengan
commit to user
Pelayanan rumah sakit secara umum cenderung belum mencapai
kualitas optimal. Kualitas pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit
merupakan suatu fenomena yang unik, sebab dimensi dan indikatornya
dapat berbeda di antara orang-orang yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut dipakai pedoman yaitu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan ( Azwar, 1996 ).
Indikator pelayanan kesehatan yang dipilih pasien sebagai prioritas
ukuran kualitas pelayanan kesehatan, cenderung akan menjadi sumber
utama terbentuknya tngkat kepuasan pasien. Kepuasan pasien adalah hasil
penilaian pasien berdasarkan perasaannya terhadap penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang telah menjadi bagian dari
pengalaman atau dapat dinyatakan sebagai cara pasien rumah sakit
mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat kualitas pelayanan di rumah
sakit, sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa kepuasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelayanan di rumah sakit
adalah motivasi dan perilaku dari tenaga kesehatan. Menurut /Thoha (2003 :
253)motivasi merupakan pendorong agar seseorang itu melakukan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuannya. Kekuatan motivasi bagi seseorang itu
dapat berubah sewaktu-waktu. Perubahan tersebut terjadi karena kepuasan
kebutuhan yakni seseorang telah mencapai kepuasan atas kebutuhan yang
dipunyai sehingga dapat memotivasi perilaku seseorang.
Menurut Thoha (2003 :207) perilaku seseorang dapat dikaji sebagai
commit to user
suatu lingkaran. Unsur-unsur itu secara pokok terdiri dari motivasi dan
tujuan. Perilaku seseorang tenaga kesehatan sebagai pelayanan terdepan
menurut Siagian harus bersifat adil, cepat, ramah, dan tanpa diskriminasi.
Masih adanya paradigma bahwa rumah sakit adalah badan sosial,
artinya masih banyak yang berpendapat bahwa jika membuka usaha
perumahsakitan maka dengan sendirinya akan lancar karena rumah sakit
dibutuhkan oleh masyarakat. Bagi rumah sakit pemerintah mengelola rumah
sakit masih semata-mata menjalankan tugas kepemerintahan untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan. Padahal saat ini
kemampuan untuk bersaing haruslah segera dirintis secara bertahap. Untuk
mampu bersaing memerlukan SDM yang memadai dengan kehandalan
pribadi (personal mastery), kemampuan, dan ketrampilan manajerial yang
sangat dibutuhkan dalam pengelolaan organisasi yang memiliki pesaing.
Dalam perumahsakitan ada lima dimensi yang perlu dicermati, yaitu :
1. Faktor sumber daya manusia sebagai kunci dalam organisasi, yang
intinya berada pada moralitas (Morality)
2. Kemampuan dalam cara memberikan pelayanan (Delivery)
3. Menjaga dan mengembangkan mutu pelayanan (Quality)
4. Menjaga rasa aman terhadap pelanggan (Safety)
5. Mengatur alokasi pembiayaan agar efisien, terjangkau konsumen dan
commit to user
Rumah Sakit sangat tergantung terhadap kepercayaan dari pasiennya,
oleh karena itu titik pangkal keberhasilan rumah sakit adalah bagaimana
mengelola lima dimensi itu secara benar dan konsisten agar rumah sakit bisa
dipercaya oleh pasiennya. Untuk itu diperlukan perangkat yang tepat
melalui manajemen srategis sebagai jembatan menuju tujuan yang ingin
dicapai.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian,
masalah penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan pelayanan pasien
rawat inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo ?
2. Bagaimana bentuk kepuasan pelayanan pasien rawat inap di RSUD
Kabupaten Sukoharjo ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien rawat
inap pelayanan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
2. Memperoleh penjelasan tentang bentuk kepuasan pelayanan pasien
commit to user
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dari aspek keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat
teori-teori tentang motivasi dan perilaku sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
2. Dari aspek praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi pemerintah daerah berkaitan dengan kegiatan
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.DEFINISI KONSEP
1. Definisi Sosiologi Kesehatan
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
pergaulan hidup antara seseorang dengan seseorang, perseorangan
dengan golongan, atau golongan dengan golongan. Ada dua unsur pokok
dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial (masyarakat).
Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang dahulunya berinduk pada
ilmu filsafat. Sehingga pokok-pokok pikiran sosiologi tidak bisa terlepas
dari pemikiran para ahli filsafat yang mengkaji tentang masyarakat.
Sosiologi mempunyai bidang kajian yang sangat luas, antara lain
Sosiologi industri, Sosiologi Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi
Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi Kesehatan, dan lain-lain.
(Sarwono dan Solita, 1997)
Sosiologi kesehatan menurut Sarwono (1997) merupakan cabang
sosiologi yang relatif baru. Di masa lalu dalam sosiologi telah lama
dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu
sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya. Menurut Mechanic tugas
medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang
dipertimbangkan baik faktor biologis maupun faktor sosial dan
commit to user
keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan
berkembangnya sosiologi medis. Straus membedakan antara sosiologi
mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis. Menurutnya
sosiologi mengenai bidang medis terdiri atas kajian sosiologis terhadap
faktor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang
menempati posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan
mengembangkan sosiologi serta untuk menguji prinsip dan teori
sosiologi. Menurut Kendall dan Reader, sosiologi mengenai bidang
medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan
sosiologi organisasi. Menurut Straus sosiologi dalam bidang medis
merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan
pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin,
dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam
perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai
masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian,
berkembanglah bidang sosiologi kesehatan.
2. Aspek-Aspek Layanan Kesehatan
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan
terus-menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat
commit to user
semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan epidemiologik
penyakit, perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang
lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.
Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa perubahan
yang mendasar dalam berbagai bidang kehidupan termasuk masalah
pelayanan kesehatan. Salah satu perubahan yang mendasar dalam berbagai
bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan kesehatan. Salah satu
perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah manajemen
negara yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis
daerah secara resmi perubahan manajemen ini diwujudkan dalam bentuk
Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang
kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa Peraturan Pemeritah RI
Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan propinsi sebagai daerah
otonomi konsekuensi logis dari undang-undang dan peraturan pemerintah
tersebut adalah bahwa efektivitas pelayanan kesehatan harus disesuaikan
dengan jiwa dan semangat otonomi sesuai dengan peraturan tersebut maka
disusunlah tugas pokok dan fungsinya yakni; (1) menyelenggarakan,
melaksanakan pelayanan kesehatan meliputi promotif, pemulihan
rehabilitasi. (2) penyelenggaraan pelayanan medik, penyelenggaraan
sistem rujukan, penyelenggaraan pelayanan penunjang dan non medik,
penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan, penyelenggaraan
commit to user
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal
yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi
berbagai syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat
diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu
(Azwar, 1996).
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur
kepuasan yang berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada
institusi yang memberikan pelayanan kesehatan yang efektif. Untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga dapat memperoleh
kepuasan yang ada pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pada
rumah sakit melalui pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, rumah
sakit diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetitif (competitive
advantage) dengan pelayanan bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan
sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
pasien.
Bentuk pelayanan yang efektif antara pasien dan pemberi pelayanan
(provider) disadari sering terjadi perbedaan persepsi. Pasien mengartikan
pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanannya nyaman,
commit to user
memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan provider
mengartikan pelayanan yang bermutu dan efesien jika pelayanan sesuai
dengan standar pemerintah. Adanya perbedaan persepsi tersebut sering
menyebabkan keluhan terhadap pelayanan (Azwar,1996).
Adapun kondisi yang menunjukkan masalah mutu dan keefektifan
yang ada di rumah sakit yakni adanya keluhan yang sering terdengar dari
pihak pemakai layanan kesehatan yang biasanya menjadi sasaran ialah
sikap dan tindakan dokter atau perawat, sikap petugas administrasi, selain
itu juga tentang sarana yang kurang memadai, kelambatan pelayanan,
persediaan obat, tarif pelayanan kesehatan, peralatan medis dan lain-lain.
B.LANDASAN TEORI
Berdasarkan terbitan jurnal Titin Rahayu (2009).1 Maka dari itu
landasan teori dalam penelitian ini memberi jabaran terhadap faktor –
faktor yang mempengaruhi kepuasan pelayanan kesehatan pasien rawat
inap di RSUD Sukoharjo sebagai berikut:
a. Pasien 1) Pengertian
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis.
Seringkali, pasien menderita penyakit atau cedera dan memerlukan
bantuan dokter untuk memulihkannya (Wikipedia, 2008).
1
commit to user
2) Hak Pasien
Adapun hak-hak pasien yaitu hak untuk hidup, hak atas tubuhnya
sendiri dan hak untuk mati secara wajar, memperoleh pelayanan
kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi kedokteran,
memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang
mengobatinya, menolak prosedur diagnosis dan terapi yang
direncanakan, bahkan dapat menarik dari kontrak terapeutik, memperoleh
penjelasan tentang riset kedokteran, kerahasiaan atas hal pribadi dan
rekaman mediknya, memperoleh penjelasan tentang peraturan–peraturan
Rumah Sakit, dan memperoleh penjelasan perincian biaya dari Rumah
Sakit (Hanafiah, 2003).
3) Kewajiban Pasien
Adapun kewajiban pasien yaitu memeriksakan diri sedini mungkin
pada dokter, mematuhi nasehat dan petunjuk dokter, menandatangani
surat-surat, surat jaminan dirawat di Rumah Sakit, yakin pada dokternya
dan yakin akan sembuh, melunasi biaya perawatan di Rumah Sakit, biaya
pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium dokter.
b. Pelayanan Kesehatan
a) Pengertian Pelayanan Kesehatan
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak
hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang
mempunyai peran yang cukup penting ialah penyelenggaraan pelayanan
commit to user
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi
dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin
secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain (Adunair, 2007).
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan
secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat (Levey and Loomba (1973), dikutip oleh Azwar,
1998).
b) Macam Pelayanan Kesehatan
Meskipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan beraneka ragam,
namun jika disederahanakan secara umum dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Pelayanan kedokteran (Medical services)
Ditandai dengan pengorganisasian yang dapat berdiri sendiri
(Solo Practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(Institution). Tujuan utama dari pelayanan ini untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama
commit to user
2) Pelayanan Kesehatan masyarakat ( Public Health Services).
Ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah, serta
sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
c. Kepuasan Pasien
Berdasarkan jurnal penerbitan Setyopurnomo (2007)2 rasa puas
adalah Kepuasan dapat diartikan sebagai rasa kepuasan, sukacita dan
lega karena seseorang mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk
memperoleh jasa layanan yang baik.
Menurut Supranto (1997) kepuasan pasien adalah persepsi pasien
bahwa harapannya telah terpenuhi, diperoleh hasil yang optimal bagi
setiap pasien dan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
kemampuan pasien dan keluarganya, perhatian terhadap keluarganya,
perhatian terhadap kebutuhan pasien, kondisi lingkungan fisik, serta
tanggapan terhadap kebutuhan pasien sehingga kesinambungan yang
sebaik-baiknya antara puas dan hasil.
Menurut Tjiptono yang dikutip oleh Noviyantie (2001) :
“Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil
(outcome) sama dengan harapan pelanggan. Ketidakpuasan
timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan”.
2
commit to user
Menurut Hentorne yang dikutip oleh Noviyantie (2001) pasien
memilih pelayanan rumah sakit dengan mempertimbangkan
kenyamanan pelayanan, mutu, keterampilan pelayanan, dan biaya
pelayanan. Pasien tidak hanya menilai mutu pelayanan semata,
melainkan juga seberapa cepat mereka dilayani, sehingga mereka
mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan oleh Rumah
Sakit.
Menurut Kottler (1994) kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia
terima dibandingkan dengan harapannya. Pasien baru akan merasa puas
apabila kinerja pelayanan kesehatan yang mereka dapatkan sama atau
melebihi dari apa yang mereka harapkan dan perasaan kecewa pasien
akan timbul apabila kinerja yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa
yang menjadi harapannya.
Dan pada tahun 1998, Kotler berpendapat, kepuasan adalah psikis
yang menyenangkan dirasakan karena terpenuhinya secara relatif semua
kebutuhan secara memadai, meliputi terciptanya rasa aman, kondisi
lingkungan yang menyenangkan, menarik, keadaan sosial yang baik,
adanya penghargaan,adanya perasaan diri diakui dan bermanfaat dalam
commit to user
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelayanan Kesehatan. a. Faktor Dari Pemberi Jasa (provider)
Menurut trisantoro (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit adalah
sebagai berikut:
1) Gambaran lingkungan dan struktural, misalnya adalah
rambu-rambu dan petunjuk yang jelas, kenyamanan yang mudah di
dapat, dan tersedianya bangku tunggu yang cukup.
2) Pelayanan kamar, misalnya kebersihan ruangan.
3) Hubungan interpersonal, misalnya apakah tugas mempunyai
kehangatan dan keramahan di dalam memberikan pelayanannya
kepada pasien.
4) Kompetensi klinis dari penyedia layanan kesehatan, misalnya
kemampuan staff, dan petugas untuk menunjukkan keterampilan
dalam tugas teknis, menyediakan informasi yang akurat dan
penuh ketelitian.
5) Tarif pelayanan yang dapat jangkau oleh pelanggan atau pasien.
6) Adanya promosi yang sehat dengan para pasien rumah sakit yang
lain, agar para pelanggan dapat memberikan persepsi tentang citra
yang baik bagi rumah sakit.
Sedangkan menurut Azwar (1994) kepuasan pasien mengacu
kepada pelayanan yang bermutu sebagai penerapan semua
commit to user
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan yaitu bahwa pelayanan
kesehatan harus tersedia di masyarakat.
2) Kewajaran pelayanan kesehatan, yaitu bahwa pelayanan
kesehatan harus sesuai dengan masalah kesehatan yang ada.
3) Keseimbangan pelayanan kesehatan, yaitu bahwa pelayanan
kesehatan harus tersedia setiap saat menurut waktu dan
kebutuhan.
4) Ketercapaian pelayanan kesehatan, yaitu bahwa pelayanan
kesehatan harus terjangkau pembiayaan oleh pasien atau
masyarakat.
5) Efisiensi pelayanan, yaitu bahwa pelayanan kesehatan yang
diberikan tidak melalui prosedur yang berbelit-belit.
6) Mutu pelayanan yang baik, yaitu bahwa pelayanan kesehatan
harus dapat memberikan kesembuhan.
b. Faktor dari individu pasien.
1) Umur pasien
Action (1997) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang
mungkin menjadi penilaian kepuasan berdasarkan karakteristik
individu, seperti karakteristik umur yang mempengaruhi kepuasan
pasien, dimana pasien yang berusia lanjut cenderung merasa puas
terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya karena dokter
commit to user
2) Pendidikan
Sementara itu Notoatmodjo (1989) menyatakan bahwa
pendidikan juga berpengaruh terhadap kepuasan pasien, dimana
pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mengerti dan
memahami tentang penyakit yang di deritanya.
3) Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan, karena pasien yang bekerja adalah pasien
yang sedang produktif, pasien yang produktif biasanya lebih peka
terhadap keadaan sekitar yang dialami.
4) Jenis kelamin
Pasien perempuan lebih cenderung merasa puas terhadap
pelayanan kesehatan di bandingkan dengan laki-laki. Hal ini
kemungkinan laki-laki cenderung dominan, aktif, dan bebas.
Sedangkan sifat perempuan cenderung sensitive dalam hubungan
formal yang ditunjukan dengan sifat penuh perhatian, hangat
bijaksana, dan sabar.
5) Pengalaman berobat keluarga
Kerabat atau keluarga biasanya dapat menjadi acuan bagi
seseorang untuk menggunakan jasa pelayanan termasuk jasa
pelayanan kesehatan Hal ini bisa diartikan, bila keluarga atau
kerabat yang pernah menggunakan jasa pelayanan di sebuah
commit to user
rumah sakit tersebut kepada kerabatnya yang akan menggunakan
pelayanan jasa rumah sakit itu, bila pengalamannya baik atau
memuaskan, seseorang tidak akan ragu untuk memakai pelayanan
jasa di rumah sakit tersebut, namun sebaliknya bila kekecewaan
yang diketemukan sebelumnya terhadap pelayanan rumah sakit
maka kerabat cenderung akan urungkan niatnya untuk berobat di
rumah sakit tersebut.
c. Faktor Pendukung
1) Cara Pembayaran
menurut Mongol dan Babakus (Mukhtiar, 2004)
menemukan rata-rata tingkat kepuasaan responden yang dibayar
oleh pihak ketiga lebih tinggi dari pada responden yang bayar
sendiri. Pada penelitian ini yang dibayar pihak ketiga adalah
dengan kartu miskin dan yang ditanggung oleh asuransi kesehatan
(ASKES).
2) Ketersediaan Obat
Obat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit harus sesuai dengan populasi berarti jumlah (kuantum) obat
yang tersedia di gudang minimal harus sama dengan jumlah
kebutuhan obat yang seharusnya tersedia (lisnakesmas.blogspot,
commit to user
Sementara itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
pasien adalah sebagai berikut :
a) Apa yang didengar oleh pelanggan dari kerabat dekatnya (word of
mouth communication)
b) Karekteristik dari pasien berbeda-beda, seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan dan cara pembayaran.
c) Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk / jasa tersebut.
d) Komunikai melalui iklan dan pemasaran yang dapat mempengaruhi
persepsi pelanggan (external communication).
e. Rumah Sakit 1) Pengertian
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat keehatan yang setinggi-tingginya. (Undang-Undang RI No.44
Tahun 2009).
Sejalan dengan amanat pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak
commit to user
dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
2) Kelas Rumah Sakit
Menurut Azwar (1996) jika ditinjau dari kemampuan yang dimiliki,
rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan atas lima macam, yakni:
Rumah sakit kelas A, adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialisasi dan subspesialisasi luas. Oleh
pemerintah rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan
rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit
pusat.
Rumah sakit kelas B, adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Direncanakan Rumah Sakit ini didirikan di setiap ibu kota provinsi
(provincial hospital) yang menampung rujukan dari Rumah Sakit
kabupaten.
Rumah Sakit kelas C, Rumah Sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam
pelayanan spesialis yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,
pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan
dan kandungan.
Rumah Sakit kelas D, adalah Rumah Sakit yang bersifat transisi
commit to user
Pada saat ini kemampuan Rumah Sakit ini hanyalah memberikan
pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Rumah Sakit kelas E, adalah Rumah Sakit khusus (special hospital)
yang menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja,
misalnya Rumah Sakit jiwa, Rumah Sakit kusta, dan lain-lain.
3) Organisasi Rumah Sakit
Menurut Djojodibroto (1997) secara umum organisasi Rumah Sakit
dapat dibedakan atas tiga macam kelompok:
1) Para penentu kebijakan Rumah Sakit, dikenal dengan nama
dewan perwalian (board of trustes). Pada saat ini untuk Rumah
Sakit swasta anggota dewan perwalian umumnya adalah para
pemilik rumah sakit sedangkan pada awal sebelumnya adalah
wakil-wakil masyarakat.
2) Para pelaksana pelayanan non medis, diwakili kalangan
administrator. Adapun yang dimaksud dengan kalangan
administrator disini adalah mereka yang ditunjuk oleh dewan
perwakilan untuk mengelola kegiatan Rumah Sakit. Tugas
utamanya adalah mengelola kegiatan aspek non medis.
3) Para pelaksana pelayanan medis, diwakili oleh kalangan medis
(medical staff). Adapun yang dimaksud dengan pelaksana
pelayanan medis disini adalah mereka yang bekerja di Rumah
commit to user
f. Rawat Inap
Pelayanaan rawat inap merupakan pelayanan medis yang utama di
rumah sakit dan merupakan tempat untuk interaksi antara pasien dan rumah
sakit berlangsung dalam waktu yang lama. Pelayanan rawat inap melibatkan
pasien, dokter, dan perawat dalam hubungan yang sensitive yang
menyangkut kepuasan pasien, mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Semua
itu sangat membutuhkan perhatian manajemen rumah sakit (Goodler, 1996).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan
yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin. Pelayanan
kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama
dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa
pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang
diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari penerima jasa
pelayanan tersebut. Di samping itu, penekanan pelayanan kualitas yang
tinggi tersebut harus dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung
jawabkan .
Rumah sakit didirikan sebagai suatu tempat untuk memenuhi berbagai
permintaan pasien dan dokter, agar penyelesaian masalah kesehatan dapat
diselesaikan dengan baik. Perkembangan dewasa ini, rumah sakit (meskipun
tidak seluruhnya) juga menjadi sarana untuk praktek, pengembangan ilmu
commit to user
C.PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang pernah dilakukan oleh M.Waseso Suharyono
(2006) yang berjudul Analisis minat pasien dalam memilih layanan
kesehatan di suatu rumah sakit menyatakan bahwa:
“Layanan jasa Rumah Sakit (RS), merupakan suatu layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Banyak unsur yang berperan dan mendukung berfungsinya operasional RS. Salah satu unsur utama pendukung tersebut adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang padat karya dan berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan penghayatan pengabdian kepada kepentingan masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan. RSUD merupakan salah satu unit penunjang umum, sangat memerlukan SDM yang berkualitas untuk menjamin produksi layanan yang bermutu tinggi. Perencanaan SDM atau disebut juga sebagai manajemen personalia.”
Sementara itu, penelitian lain dari Anggun Indrayantie (2009) yang
berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi minat pasien untuk rawat inap
di RSUD tugurejo semarang berkesimpulan bahwa bahwa :
“(1) secara serempak faktor Competence, Courtessy,
Credibility, Security, Access, Communication, dan Understanding the customer mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat pasien untuk rawat inap di Paviliun Amarilys, (2) faktor yang paling dominan mempengaruhi minat pasien RSUD Tugurejo adalah Credibility, (3) minat pasien untuk menggunakan kembali jasa pelayanan rawat inap di Paviliun Amarilys RSUD Tugurejo dikategorikan tinggi”
Menurut Nirsetyo Wahdi (2006) dalam tesisnya yang berjudul
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Sebagai
Upaya Meningkatkan Loyalitas Pasien menyatakan bahwa:
commit to user
penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa atau rumah sakit.
Menengok dan membandingkan penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini, maka dapat
diperoleh kesamaan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
minat pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh RSUD
kabupaten Sukoharjo yaitu credibility atau bentuk kepercayaan pasien
terhadap segala urusan yang berkaitan dengan layanan kesehatan yang
diberikan oleh RSUD Sukoharjo.
D.KERANGKA BERFIKIR
Kerangka berfikir dijelaskan bahwa motivasi tenaga kerja kesehatan
merupakan dorongan bagi tenaga kerja kesehatan agar mereka mau
bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upaya dalam
melakukan pelayanan kesehatan. Untuk kepentingan penelitian digunakan
konsep teori motivasi menurut Luthans dalam Thoha (2003 : 207) yaitu 1.
Kebutuhan, 2. Dorongan, 3. Hadiah
Konsep teori yang digunakan mengenai perilaku tenaga kesehatan
menurut Siagian (1997 : 91) yaitu 1. Keramahan, 2. Kecepatan, 3. Tanpa
commit to user
Konsep kepuasan pelayanan digunakan konsep teori Kotler dalam
Supranto (1997 : 231) yaitu :1. Kehandalan, 2. Ketanggapan, 3. Keyakinan, 4.
Empati, 5. Berwujud.
Motivasi dan perilaku tenaga kesehatan bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat sehingga masyarakat
memperoleh kepuasan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti
seberapa besar pengaruh motivasi dan perilaku tenaga kesehatan terhadap
kepuasan pelayanan.
Kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
Penentuan kualitas suatu jasa pelayanan kesehatan dinyatakan bisa
menimbulkan kepuasan pasien apabila ditinjau dari lima dimensi
dalam menentukan kualitas jasa, yaitu :
1. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu respon atau kesigapan
perawat dalam membantu pasien dan memberikan pelayanan yang
cepat dan tanggap.
3. Assurance (Jaminan), meliputi kemampuan perawat atas :
pengetahuan terhadap produk / jasa secara tepat, kualitas keramah
tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan,
keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam
memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan,
dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pasien terhadap
rumah sakit.
4. Emphaty (Empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan
perawat kepada pasien.
5. Tangibles (Bukti Langsung), meliputi penampilan fasilitas fisik
seperti gedung dan ruangan front office, apotik, tersedianya tempat
parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan
commit to user
Tabel 2.1
Matriks Pengembangan Instrument.
No Variable Dimensi Sumber data Instrumen
5. Pendidikan Terakhir
6. Pekerjaan
7. Penghasilan
8. Jenis Penyakit
9. Kelas perawatan
10.Lama Dirawat
Pasien
4. Pendidikan Terakhir
5. Status kepegawaian
6. Lama bekerja
Tenaga kesehatan
commit to user
4. Tanpa diskrimasi
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian yang diajukan, maka penelitian ini
termasuk kedalam metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
menurut Irawan (2006 : 49) adalah penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan atau menjelaskan tentang kepuasan pelayanan
subjek/elemen/unit/anggota/item (misalnya, manusia) dari sebuah riset.
Populasi penelitian adalah :
1. Tenaga kesehatan adalah tenaga bidan dan perawat yang ada di RSUD
Kabupaten Sukoharjo berjumlah 238 orang.
Pasien yang sedang mengalami proses rawat inap di RSUD Kabupaten
Sukoharjo saat penelitian berlangsung.
2. Sampel (Sample, Study Population ) merupakan sebuah subset yang
dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau diukur peneliti. Sampel
penelitian merupakan bagian dari populasi yang menjadi data
sebenarnya dalam suatu penelitian. Dipakainya sampel dalam
penelitian ini karena ingin menjadi kesimpulan penelitian sebagai
commit to user
B. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan tidak memberi
kesempatan yang sama kepada seluruh anggota populasi serta menetapkan
tujuan tertentu pada sampelnya. Karakteristik subyek serta menetapkan
tujuan tertentu pada sampelnya.
Variasi maksimum (terkadang disebut sampel keragaman maksimum
atau heterogenitas sampel maksimum) adalah jenis khusus dari purposive
sampel. Biasanya, sampel purposive tidak representatif, dan tidak mengaku.
Alih-alih mencari keterwakilan melalui probabilitas yang sama, sampling
variasi maksimum mencarinya dengan memasukkan berbagai ekstrem.
Prinsipnya adalah bahwa jika peneliti sengaja mencoba untuk
mewawancarai pilihan yang sangat berbeda orang, jawaban agregat mereka
dapat dekat dengan seluruh penduduk itu. Dengan pengambilan sampel
variasi maksimum, peneliti mencoba untuk memasukkan semua ekstrem
dalam populasi untuk bagan organisasinya adalah sebagai berikut :
1. Staff bagian Perencanaan, Hukum, dan Informasi
2. Staff bagian keuangan
3. Staff bagian umum
4. Staff bidang pelayanan medis
5. Staff bidang pelayanan perawatan
commit to user
Dengan pengambilan sampel variasi maksimum, peneliti mencoba
untuk memasukkan semua ekstrem dalam populasi untuk pasien meliputi :
1. 2 pasien di Bangsal Cempaka atas kelas III Jamkesmas
2. 1 pasien di Bangsal Cempaka atas kelas III umum
3. 1 pasien di Bangsal Dahlia kelas VIP
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut ini :
1. Wawancara
Wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Dalam proses wawancara dengan menggunakan
pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman
wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus
diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak
terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas
commit to user
memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara
kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan
dengan konteks actual saat wawancara berlangsung.
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang
tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami
dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek
dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat
memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian
yang diamati tersebut
3. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang berasal dari pelayanan rawat inap
commit to user
D. ANALISIS DATA
Dalam penelitian kuantitatif, metode analisis data yang digunakan adalah
model analisis interaktif. Model analisis interaktif ini dilakukan dengan tiga
langkah analisis data kualitatif, yang terdiri dari reduksi data,penyajian
data,dan verifikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke
dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Adapun
data yang direduksi antara lain seluruh data mengenai permasalahan
penelitian dan kemudian dilakukan penggolongan ke dalam beberapa
bagian. Kemudian dari masing-masing bagian tersebut dikelompokkan
lagi berdasarkan sistematisasinya. Adapun perolehan data mengenai
hal-hal yang tidak relevan dengan penelitian, sebaiknya tidak dimasukkan
dalam penyajian hasil, namun tetap disimpan untuk masa yang akan
datang jika diperlukan.Dengan demikian, data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih spesisifk dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan
commit to user
akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah
diperlukan reduksi data sehingga data tidak betumpuk dan mempersulit
analisis selanjutnya.
2. Penyajian data (Display Data)
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian
(display) data. Penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan
kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta
bentuk data yang dimasukkan ke dalam kotak-kotak matriks. Penyajian
data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam
pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori,
diagram alur ( flow chart ), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam
bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang
terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini,
peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu.Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan
membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai
tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan jelas alur
pikirnya merupakan hal yang sangat diharapkan oleh setiap peneliti.
Display data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
commit to user
3. Menarik Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah
dilakukan di lapangan. Sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan,
pola-pola, penjelasan,alur sebab akibat atau proposisi. Penarikan
kesimpulan sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Menurut Miles (1992:20) kesimpulan adalah
tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau
sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya.
Pada saat menarik kesimpulan awal, biasanya yang dikemukan masih
bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk
mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi
data.Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang
ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang
diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Bila kesimpulan dinilai
kurang, maka penulis dapat kembali ke lapangan untuk mengumpulkan
commit to user
E. VALIDITAS DATA
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian. Triangulasi
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara,
observasi, dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek
kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Triangulasi juga
dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data,
karena itu triangulasi bersifat reflektif. Triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik, pengumpulan data, dan triangulasi
waktu Pada penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan triangulasi tehnik
dan triangulasi waktu.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi, dokumentasi, atau pedoman wawancara. Bila dengan tiga teknik
pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda,
maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain. Atau mungkin semua benar, karena sudut
commit to user
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang
lebih valid dan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang
commit to user
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH
A. KONDISI
1. Kondisi Geografis, Topografis, dan Demografis
Kabupaten Sukoharjo secara geografis terletak di bagian timur
dari Propinsi Jawa Tengah, di sebelah utara berbatasan dengan Kota
Surakarta dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Klaten dan Boyolali, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul, menempati lalu lintas darat yang
strategis yaitu dilalui jalan Semarang – Yogyakarta - Surakarta.
Keadaan topografi Kabupaten Sukoharjo terdiri dari :
a. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah 46.666 hektare yang terdiri
atas tanah sawah seluas 21.096 hektare dan tanah kering seluas
24.472 hektare. Tanah kering merupakan jenis terluas yang ada di
Kabupaten Sukoharjo yaitu seluas 24.472 hektare yang merupakan
tanah potensional untuk pengembangan produk perindustrian.
b. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat 12 wilayah Kecamatan, yang terdiri
dari 160 desa dan 17 kelurahan, dimana terdapat pula 525.150
commit to user
Gambar 3.1 :
Gambar Peta Kabupaten Sukoharjo
2. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 adalah
tercatat sebesar 826.289 jiwa yang terdiri atas 408.506 jiwa berkelamin
laki–laki dan 417.783 jiwa berkelamin perempuan. Sedangkan jumlah
prosentase daya beli pada masyarakat Kabupaten Sukoharjo meningkat
yaitu 69,4 % pada tahun 2007 dan 70,15 % pada tahun 2007. Kepadatan
penduduk pada tahun 2007 adalah 1.569 jiwa / km². Kepadatan penduduk
tertinggi ada di Kecamatan Kartasura yaitu 4.594 jiwa / km². Tingkat
pertumbuhan penduduk 1,06 % pada tahun 2007 dan umur harapan hidup
commit to user
Keadaan desa tertinggal, di Kabupaten Sukoharjo dan
kemungkinan penduduknya kurang mampu adalah dari 167 Desa /
kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggal 239.882 jiwa dan jumlah
Kepala Keluarga Tertinggal 69.944 KK di Desa tertinggal.
3. Pelayanan Kesehatan
Saat ini di Kabupaten Sukoharjo terdapat fasilitas kesehatan
sebagai berikut :
¾ Posyandu sebanyak 1087 buah
¾ Puskesmas 21 buah
¾ Industri Farmasi 1 buah
¾ Rumah Sakit
1) RSUD Kab. Sukoharjo Kapasitas 180 tt ( tempat tidur ) Kelas
C
2) RS Nirmala Suri Sukoharjo
3) Rumah Sakit Dr. Oen Solo Baru Sukoharjo
4) Rumah Sakit Orthopedi ” Prof. Suharso”
5) Rumah Sakit Islam “ Yarsis”
6) RS Paru “ Suka Sari “
7) RS Bersalin PKU Muhammadiyah Sukoharjo
Dari data pelayanan kesehatan diatas, maka RSUD Kabupaten
Sukoharjo yang didukung oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten
Sukoharjo mempunyai peluang menjadi Rumah Sakit Kelas B sebagai
commit to user
B. POTENSI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
1. Keadaan Umum
Status RS : Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten.
Nama RS : RSUD Kab. Sukoharjo
Alamat : Jl. Dr. Muwardi 71 Sukoharjo
Kabupaten : Sukoharjo
Propinsi : Jawa Tengah
Kelas : B
Kapasitas TT : 200 TT
Luas Tanah : 33.397 m2
Luas Bangunan : 17.150 m2
Luas Halaman : 16.600 m2
2. Sejarah Pendirian RSU Kabupaten Sukoharjo
Potensi yang dimiliki tidak lepas dari sejarah yang mewarnai
pendiriannya, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahun 1960 – 1976 dengan nama DKR (Djawatan Kesehatan Rakyat)
terdiri dari BP, Juru Imunisasi, BKIA dan Juru Malaria.
b. Pada Tahun 1995 dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
111/Menkes/I/1995 menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Dati II Sukoharjo dengan kelas C.
c. Pada Tahun 1995, dengan Perda No.18 Tahun 1995 ditetapkan
Organisasi dan Tata Kerja RSUD Kab. Dati II Sukoharjo.
commit to user
e. Tahun 1999 telah terakreditasi penuh 5 Bidang Pelayanan.
f. Tahun 2002 terakreditasi penuh 12 Bidang Pelayanan
g. Tahun 2003 ditetapkan menjadi RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan
Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2003.
h. Tahun 2005 mendapat penghargaan sebagai Rumah Sakit terbaik
kedua Tingkat Jawa Tengah pada Program Terpadu Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Sayang Bayi Propinsi Jawa Tengah..
i. Tahun 2008 telah dilaksanakan Penilaian Akreditasi Rumah Sakit
dinyatakan lulus dan terakreditasi penuh 16 Pelayanan.
j. Tahun 2008 ditetapkan kembali menjadi RSUD Sukoharjo dengan
Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008
k. Dan pada tahun 2009 ditetapkan menjadi RS Kelas B Non Pendidikan
3. Dasar Hukum
Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sukoharjo
sebagai suatu organisasi instansi pemerintah dilandasi oleh peraturan -
peraturan sebagai berikut :
1) Surat Keputusan MENKES RI No. 233/MENKES/SK/IV/1983 Tentang
Penetapan beberapa RSU Pemerintah kelas B dan C.
2) Keputusan Menteri Kesehatan No. 111/Menkes/I/1995 Tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo
dalam kelas C.
commit to user
Organisasi dan Tata Kerja RSUD Kab. Dati II Sukoharjo.
4) Keputusan Menteri No. ym.0003 35.1932 Tahun 1999 tentang
Pemberian Status Akreditasi Tingkat Dasar kepada RSUD Kab. Dati II
Sukoharjo.
5) Surat Keputusan Menteri No. ym.0003 22.1327 Th. 2002 tentang
Pemberian Status Akreditasi Tingkat Lanjut kepada RSUD Kab. Dati II
Sukoharjo.
6) Surat Keputusan Menteri No. ym.0.10/III/3756/08 Th. 2008 tentang
Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap untuk 16
Pelayanan RSUD Kabupaten Sukoharjo.
7) Tahun 2008 ditetapkan menjadi RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo No. 4 Tahun 2008,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Sukoharjo Nomor 2 Tahun 2010.
8) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 824/Menkes/SK/IX/2009
tentang Peningkatan Kelas RSUD Kabupaten Sukoharjo Milik
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
4. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD Kabupaten Sukoharjo
a. Kewenangan :
1) Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan
kesehatan.
commit to user
peraturan peruadang-undangan yang berlaku
3) Memanfaatkan peluang pasar sesuai kemampuannya dengan tetap
melaksanakan fungsi sosial.
4) Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
6) Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan upaya kesehatan.
b. Tugas Pokok :
Membantu Bupati dalam melaksanakan upaya kesehatan secara
berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan, serta melaksanakan upaya rujukan
dan memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan
Rumah Sakit.
c. Fungsi:
1) Pelayanan Medis
2) Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
3) Pelayanan Dan Asuhan Keperawatan
4) Pelayanan Rujukan
5) Pendidikan Dan Pelatihan
6) Penelitian Dan Pengembangan
7) Pengelolaan Urusan Ketata-Usahaan dan Keuangan Rumah Sakit