BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Taman Kanak-Kanak SEMPUR yang berlokasi di jalan Sempur Kaler No. 85A RT. 02 RW. 03 Kelurahan Sempur Kota Bogor. Subjek penelitian yang akan diteliti adalah anak kelompok B TK Sempur dengan jumlah 13 orang. Subjek yang diambil sama dengan jumlah populasi yang ada dalam kelas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat dalam tabel berikut;
Tabel 3.1
Jumlah anak kelompok B TK SEMPUR Tahun Ajaran 2014-2015
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan B (usia 4-6
tahun) 6 7 13
Pemilihan TK Sempur sebagai lokasi penelitian ini karena belum ada program khusus pembelajaran dengan menggunakan media puzzle yang mengarah pada peningkatan kecerdasan spasial anak.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada apa yang dilakukan oleh guru didalam kelas untuk mengkaji kembali secara seksama dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang kurang atau dirasakan kurang agar menjadi lebih efektif, efisien dan menarik. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru serta mengatasi permasalahan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan. Menurut Kunandar (2008: 46) dalam penelitian tindakan kelas terdapat tiga konsep, yaitu:
1. Penelitian adalah akivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan para guru. Menurut Kunandar (2008: 48) PTK dapat mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Penelitian tindakan kelas juga dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai.
26
Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari model penelitian Jhon Elliot. Desain tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Jhon Elliot
Keterangan:
Siklus akan diberhentikan apabila dalam siklus satu dan siklus dua sudah mencapai 75%, karena rata-rata anak sudah baik dalam kecerdasan spasialny
.
Sumber: Mushlihudin (2009)
C. Definisi Operasional
Untuk membatasi istilah atau Definisi Operasional dalam penelitian yang dilakukan, maka peneliti memandang perlu untuk memberikan penjelasan yang terdiri dari Kecerdasan Spasial dan Media Permainan Puzzle untuk Anak Usia Dini. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kecerdasan Spasial dan (2) Media Permainan Puzzle, berikut ini adalah definisi operasional tersebut:
1. Kecerdasan Spasial
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan
Siklus I Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan
Kecerdasan spasial adalah kemampuan seorang anak untuk memahami secara lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dengan ruang. Dalam kemampuan visual-spasial diperlukan adanya pemahaman kiri-kanan dan pemahaman perspektif, pada anak usia sekolah kecerdasan spasial ini sangat penting karena kecerdasan spasial erat hubungannya dengan aspek kognitif secara umum. Kecerdasan spasial terdapat seperangkat kemampuan dengan indikator sebegai berikut:
a. Anak mampu mengimplikasikan persepsi tentang tempat suatu objek atau symbol (gambar, bentuk dan warna)
b. Anak mampu mengimplikasikan hubungan keruangan yang menyatu dengan sekitarnya
c. Anak mampu menemukan objek yang berbeda dari objek yang lainnya d. Anak mampu memasangkan gambar dan bentuk yang sama
e. Anak mampu memusatkan perhatian pada suatu objek f. Anak mampu mengenal berbagai bentuk geometri.
2. Media Permainan Puzzle
Media permainan puzzle merupakan media pembelajaran yang terdiri dari kepingan-kepingan yang terbuat dari kayu atau lempengan karton yang didalamnya terdapat teka-teki yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam menyusunnya. Adapun media permainan puzzle yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media puzzle geometri dan puzzle logika. Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan mengenali bentuk geometri (segitiga, persegi dan lain-lain) dan puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan, serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle geometri dan puzzle logika digunakan sebagai alat untuk bermain sehingga dapat meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini.
D. Instrumen Penelitian
28
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih lengkap, lebih cermat, sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen penelitian kecerdasan spasial yang digunakan dari saat observasi sebelum tindakan, siklus I dan siklus II:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Peningkatan Kemampuan Spasial Anak
Dimensi Variabel Kecerdasan
Spasial
Indikator Pernyataan Item Pernyataan
1. Kemampuan
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
3) Membedakan simbol gambar laki-laki.
f) Anak dapat membedakan simbol gambar perempuan. bentuk segitiga dari kumpulan bentuk
geometri.
h) Anak dapat menemukan bentuk persegi
30
bentuk persegi panjang dari berukuran lebih kecil. berukuran lebih besar.
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
belakang yang mengelilingin ya
Sumber: di adaptasi dari Watiah (2010:62) dan Permen N0.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, disesuaikan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini bentuk instrumen yang dipergunakan mencakup:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya tentang hal-hal yang akan diamatinya. Observasi dapat dilakukan diantaranya dengan melihat, mendengarkan dan mencatat segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan dan mengevaluasinya.
Lembar observasi sebagai alat observasi yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas anak selama penelitian berlangsung, serta sebagai fasilitas dan sumber belajar dengan membubuhkan tanda checklist (v) pada lembar observasi yang telah disiapkan. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi nonpartisipatif yang hanya mengamati dan mencatat semua perilaku anak dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media permainan puzzle dalam meningkatkan kecerdasan spasial.
Dibawah ini adalah daftar pedoman observasi yang merupakan dari kisi-kisi instrumen di atas yang digunakan dari saat observasi sebelum tindakan, siklus I dan siklus II:
32
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Pernyataan Item Pernyataan Penilaian
B C K
1. Menunjukan dan memberi keterangan tentang arah, yaitu kanan dan kiri.
melanjutkan pola deret dengan dua bentuk geometri berbeda yang di buat oleh guru.
b. Anak dapat
melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk geometri berbeda yang di buat oleh guru.
3. Membedakan simbol berdasarkan bentuk
a. Anak dapat
membedakan simbol gambar laki-laki.
b. Anak dapat
membedakan simbol gambar perempuan. 4. Menemukan salah
satu bentuk geometri yang berbeda dari kumpulan bentuk geometri.
a. Anak dapat
menemukan bentuk segitiga dari kumpulan bentuk geometri
b. a. Anak dapat
menemukan bentuk persegi empat dari
kumpulan bentuk
geometri.
c. Anak dapat
menemukan bentuk persegi panjang dari
kumpulan bentuk
geometri.
Keterangan:
Baik : Indikator tercapai tanpa bantuan guru Cukup : Indikator tercapai dengan bantuan guru
Kurang: Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut
Penilaian Indikator (KEMAMPUAN)
Kategori Baik
(Indikator tercapai tanpa bantuan guru)
Anak dapat menunjukan dan memberi keterangan yang berhubungan
dengan arah kanan tanpa bantuan guru.
Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk geometri berbeda
yang di buat tanpa bantuan guru.
Anak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk geometri berbeda
yang di buat tanpa bantuan guru.
Anak mampu menemukan bentuk segitiga dari kumpulan bentuk geometri
tanpa bantuan guru.
Anak mampu menyusun benda dengan bentuk yang sama tanpa bantuan
guru.
Anak mampu meniru pola deret yang di buat tanpa bantuan guru.
Kategori Cukup
(Indikator tercapai dengan bantuan guru)
Anak dapat menunjukan dan memberi keterangan yang berhubungan
dengan arah kanan dengan bantuan guru.
Anak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk geometri berbeda
yang di buat dengan bantuan guru.
Anak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk geometri berbeda
yang di buat dengan bantuan guru.
Anak mampu menemukan bentuk segitiga dari kumpulan bentuk geometri
dengan bantuan guru.
Anak mampu menyusun benda dengan bentuk yang sama dengan bantuan
guru.
34
Kategori Kurang
(Indikator tidak tercapai dan anak perlu stimulasi lebih lanjut)
Anak tidak dapat menunjukan dan memberi keterangan yang berhubungan
dengan arah kanan.
Anak tidak mampu melanjutkan pola deret dengan dua bentuk geometri
berbeda yang di buat oleh guru.
Anak tidak mampu melanjutkan pola deret dengan tiga bentuk geometri
berbeda yang di buat oleh guru.
Anak tidak mampu menemukan bentuk segitiga dari kumpulan bentuk
geometri.
Anak tidak mampu menyusun benda dengan bentuk yang sama. Anak tidak mampu meniru pola deret yang di buat oleh guru.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Wawancara dilakukan kepada responden seperti kepala sekolah dan guru untuk mengetahui kondisi guru serta sekolah, latar belakang siswa dan bagaimana kemampuan spasial anak, program yang digunakan dalam merangsang kemampuan spasial anak, kendala dan upaya yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan spasial anak. Wawancara digunakan untuk mempertegas dan melengkapi data yang diperoleh melalui observasi dan dokumentasi, melalui wawancara diharapkan data yang diperoleh benar-benar menggambarkan kejadian sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Berikut ini pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan peneliti terkait dengan permasalahan penelitian yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan.
Tabel 3.5
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
Pedoman Wawancara bagi Guru Sebelum Tindakan
No. Pertanyaan Jawaban
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spasial dalam kegiatan pembelajaran?
Apa yang menjadi pertimbangan bagi ibu untuk memilih strategi pembelajaran tersebut? Menurut pengalaman ibu apakah anak antusias dengan program pembelajaran yang diterapkan di kelas selama ini?
Apakah tujuan peningkatan kecerdasan spasial anak sudah tercapai dengan menggunakan strategi tersebut?
Kendala apa yang ditemui dalam pembelajaran peningkatan kecerdasan spasial tersebut? Upaya apa yang dilakukan untuk mencegah kendala tersebut?
Media apa yang digunakan dalam kegiatan mengembangkan kecerdasan spasial dalam pembelajaran?
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara bagi Guru Setelah Tindakan
No. Pertanyaan Jawaban
1.
2.
Pernahkah ibu memberikan kegiatan permainan menggunakan media puzzle?
36
3.
4.
5.
6.
permainan menggunakan media puzzle yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kecerdasan spasial?
Menurut ibu adakah kendala yang dihadapi selama kegiatan permainan dengan menggunakan media puzzle yang diterapkan dalam meningkatkan kecerdasan spasial? Apakah tujuan peningkatan kecerdasan spasial anak sudah tercapai dengan program pembelajaran menggunakan permainan puzzle? Adakah keunggulan dari kegiatan program pembelajaran dengan menggunakan permainan puzzle yang telah dilakukan dibandingkan dengan strategi yang telah TK laksanakan sebelumnya?
Apa saran ibu terhadap kegiatan permainan program pembelajaran dengan menggunakan permainan puzzle dalam upaya meningkatkan kecerdasan spasial?
Pedoman wawancara sebelum dan setelah melakukan tindakan diatas merupakan uraian beberapa pertanyaan yang akan diberikan pada ibu kepala sekolah dan guru kelompok B, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat, tanggapan dan kesan dari pihak pengajar di TK Sempur tersebut mengenai penerapan media permainan puzzle untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak.
3. Catatan Harian
Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru.
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
4. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat data-data yang ada serta pendokumentasian hasil penelitian di lapangan. Dokumentasi yang dilakukan adalah hasil data yang dikumpulkan dan foto-foto selama penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur penelitian tindakan kelas dibagi menjadi empat tahapan tindakan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan atau observasi, dan tahap refleksi. Siklus tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan dapat mengidentifikasi aspek dan hasil pembelajaran, sekaligus mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan.
Rancangan tindakan pembelajaran menggunakan permainan media puzzle didasarkan pada masalah penelitian yaitu menentukan kelas atau kelompok yang akan digunakan untuk penelitian. Adapun kelompok yang digunakan yaitu kelompok B. Dan membuat rencana pembelajaran atau Rencana Kegiatan Harian (RKH) mulai dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan sesuai dengan tema.
38
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Setelah melakukan perencanaan, maka peneliti akan melakukan aktivitas sebagai brikut:
a. Melakukan penerapan program pembelajaran menggunakan permainan puzzle untuk meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini.
b. Peneliti mengamati aktivitas anak selama kegiatan belajar.
Dalam pelaksanaannya peneliti diharapkan dapat mengenali dan merekam dengan lengkap gejala-gejala yang direnanakan maupun yang tidak direncanakan, yang bersifat mendukung dan menghambat efektivitas tindakan penelitian.
Pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus, mulai dari tindakan pertama atau siklus pertama dan siklus kedua. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan, hambatan yang dialami selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil dari penelitian tersebut akan memberi pengaruh tindakan selanjutnya. Catatan peneliti akan menghasilkan suatu bahan untuk mengadakan refleksi dan secara langsung akan memberikan masukan guna memperbaiki kegiatan selanjutnya.
3. Tahap Refleksi
Tahap ini merupakan bagian yang sangat penting untuk dilaksanakan, karena refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.
Rangkaian kegiatan penelitian di atas dilaksanakan sampai perencanaan pembelajaran berhasil secara maksimal atau terjadi perubahan yang signifikan dalam pembelajaran meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini dengan menggunakan media permainan puzzle.
Sifa Nurul Mentari, 2014
Upaya meningkatkan kecerdasan spasial anak usia dini melalui penggunaan media permainan puzzle
F. Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data. Teknik data dalam penelitian ini berlangsung dari awal penelitian yaitu mulai dari saat melakukan observasi, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, sampai refleksi terhadap tindakan. Kegiatan pengumpulan dan analisis data yang benar serta tepat merupakan jantungnya penelitian.
Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, ajeg, dan benar. Analisis data juga diberikan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Data yang diperoleh dari lapangan harus dituangkan dalam bentuk lisan dan analisis. Analisis data bisa dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi Data
Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Dalam tahap ini peneliti membuang data yang tidak relevan.
2. Mendeskripsikan Data
Untuk mempermudah dalam membaca data yang diperoleh dan melihat gambaran secara keseluruhan, maka data yang telah direduksi tersebut kemudian disajikan dalam grafik, matrik, tabel, atau deskripsi menyeluruh pada setiap aspek penelitian.
3. Kesimpulan