• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Pemeriksaan Calon Terampu Sebelum Adanya Penetapan Pengampuan Oleh Pengadilan ( Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2221 K Pdt 2010) Chapter III V"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KEWENANGAN SEORANG PENGAMPU TERHADAP ORANG YANG DILETAKKAN DI BAWAH PENGAMPUAN

A. Pihak yang Berhak menjadi Pengampu

Orang yang diletakkan di bawah pengampuan dianggap tidak cakap untuk

bertindak sendiri dalam lalu lintas hukum karena sifat pribadinya. Atas dasar itu

orang tersebut dengan keputusan hakim dimasukkan ke dalam golongan orang yang

tidak cakap bertindak, karenanya orang tersebut lantas diberi seorang wakil menurut

undang – undang yaitu yang disebut dengan pengampu.

Untuk menjadi seorang pengampu tidaklah mudah hal ini dikarenakan nasib si

terampu diletakkan kepada pengampunya setelah dirinya tidak lagi dapat bertindak

secara sah dan diakui menurut hukum. Berarti untuk dapat menjadi seorana

pengampu haruslah mampu bertanggung jawab atas dirinva sendiri maupun atas

semua hal yang berkaitan dengan orang yang diampunya. Pengampu memegang

peranan dalam pembentukkan dan penentuan nasib atas kejadian di masa lalu, masa

sekarang dan masa yang akan datang si kurandus. Oleh karena itu untuk menjadi

pengampu harus memenuhi kriteria - kriteria seperti yang telah ditemukan dalam

KUH Perdata, ada juga pendapat pendapat dari para ahli hukum mengenai syarat

-syarat untuk menjadi pengampu baik itu orang berasal dari keluarga sedarah baik

dalam garis lurus keatas maupun ke bawah ataupun orang yang yang ditunjuk oleh

(2)

Pada dasarnya syarat- syarat untuk menjadi pengampu tidaklah banyak. Tidak

pula bersifat memaksa dan menunjuk pada satu jenis anggota keluarga saja, dalam

arti tidak hanya orang tua yang boleh mengampu , melainkan saudara-saudara baik

kakak atau adik dari calon terampu pun dapatlah kiranya menjadi pengampu. Hanya

saja ada beberapa hal yang memang harus dipenuhi untuk mendapat kedudukan

sebagai pengampu bagi seseorang. Apalagi hal tersebut mendapat pengesahan di

pengadilan. Menurut pasal 434 kitab Undang-Undang Hukum Perdata :39

"setiap keluarga sedarah berhak meminta pengampuan seorang keluarga sedarahnya.

berdasar atas keadaannya dungu , sakit otak atau mata gelap.

"Berdasar atas keborosannya, pengampuan hanya boleh diminta oleh para keluarga

sedarahnya dalam garis lurus dan oleh para keluarga semendanya dalam garis

menyimpang sampai dengan derajat ke empat"

"Dalam hal yang satu dengan yang lain, seorang suami atau isteri boleh meminta

pengampuan akan isteri atau suaminya".

"Barang siapa karena kelemahan kekuatan akalnya, merasa tidak cakap mengurus

kepentingan-kepentingan diri sendiri sebaik- baiknya, diperbolehkan meminta

pengampuan bagi diri sendiri".

Bila dilihat lagi maka pasal ini menerangkan bahwa yang boleh menjadi

pengampu bagi orang. yang terus menerus hidup dalam keadaan dungu, sakit otak

atau mata gelap dalam kenyataannya adalah keluarga yang memiliki hubungan darah

(3)

dengan si penderita dari garis lurus keatas atau garis lurus ke bawah. Jadi untuk

pengampu, orang yang menderita sakit seperti yang disebutkan maka yang berhak

menjadi pengampunya adalah keluarganya. Dengan kata lain yang biasanya menjadi

pemegang hak untuk mengajukan permohonan pengampuan bagi si calon terampu

adalah anggota keluarga sedarahnya dan atau isteri/ suaminya. Dan sebaik- baiknya

yang diangkat sebagai pengampu adalah istrinya ataupun suaminya.40 Dengan tidak mewajibkan kepada si istri untuk mengenakan sesuatu bantuan atau kuasa apapun

juga, guna menerima pengangkatan itu.41

Jadi sesuai dengan ketentuan pasal 434 KUH Perdata, tidak semua orang

dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai pemegang hak pengampuan. Hukum

mensyaratkan hanya orang yang memiliki hubungan saja yang dapat mengajukan dan

ditetapkan sebagai pemegang hak pengampuan setelah suami atau istri si pengampu.

Bahkan terhadap saudara semenda (hubungan persaudaraan karena tali perkawinan

pun), hukum tetap mengutamakan orang yang memiliki hubungan darah sebagai

pemegang hak pengampuan.42

Lain lagi halnya dengan pengampu bagi pemboros dan orang-orang yang suka

menghamburkan hartanya, maka salah salah satu syarat untuk menjadi pengampu

baginya adalah suami atau istrinya sendiri. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa

yang menjadi pengampu mereka bukanlah seperti yang disebutkan. Hal ini biasa

40Djaja S.Meliala,Perkembangan Hukum Perdata tentang orang dan Hukum Keluarga,Cet 1,CV Nuansa Aulia,Bandung,2006,hlm 76

41

(4)

dikarenakan pertimbangan hakim yang selama pemeriksaan menempatkan pengawas

bila perlu terhadap orang yang akan diampu dan siapa pengampunya. Bila dianggap si

pengampu tidak memenuhi syarat yang akan disebutkan selanjutnya maka hakim

akan mengangkat orang lain atau perkumpulan-perkumpulan dengan diawasi oleh

Balai Harta Peninggalan. Penetapan di bawah pengampuan dapat dimintakan oleh

suami atau isteri, keluarga sedarah, kejaksaan dan dalam hal lemah daya hanya boleh

atas permintaan yang berkepentingan saja.43Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya pemaksaan terhadap si terampu untuk meletakkan dirinya di bawah

pengampuan. Dikarenakan pihak yang lemah daya ini masih memiliki akal yang sehat

dan pemikiran yang waras, tapi hanya lemah daya atau jasmaninya sehingga

membutuhkan seorang pengampu untuk mengurus keperluannya di jalur hukum.

Dengan demikian harus ada alasan kuat untuk meletakkan seseorang di bawah

pengampuan, benar- benar didasarkan pada alasan yang sah dan bukti-bukti yang ada.

Pengangkatan seorang kurator harus diberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan

yang dengan demikian sendirinya menerima tugas sebagai kurator pengawas.

Pengampu adalah orang yang berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan atau

pemberesan terhadap permasalahan si terampu dalam hukum. Khususnya yang

berkaitan dengan keuangan dan uang yang harus dikeluarkan sebagai akibat

ditaruhnya seorang dibawah pengampuan.

Pihak keluarga yang dijadikan pengampu juga diawasi oleh Balai Harta

Peninggalan dalam melaksanakan penetapan hakim. Balai Harta Peninggalan

(5)

berperan sebagai Hakim Pengawas. Tugasnya adalah mengawasi jalannya proses

mengampu serta mengawasi pengampu dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya.

Sebagai pengawas untuk tugas pengelolaan pengampu bertindak sebagai

seorang pengampu-pengawas ( toeziende curator).44 Bila penetapan mengenai siapa pengampu belum berkekuatan hukum tetap maka yang berhak mengawasi si calon

terampu adalah pengurus sementara jika menurut hakim diperlukan (pasal 441 KUH

Perdata). Hakim menetapkan pengawas sementara untuk melakukan pengurusan

terhadap calon terampu dan untuk melindungi kepentingan orang yang bersangkutan

dan menyelamatkan pengelolaan harta bendanya.45

Penunjukkan pengampuan dibuat dalam bentuk penetapan yang dikeluarkan

oleh pengadilan atas dasar keyakinan hakim. Hal ini terjadi setelah dilakukannya

pemeriksaan yang diberitahukan kepada si pengampu dan permintaan surat maupun

laporan yang memuat pendapat-pendapat keluarga sedarah tentang persetujuan

dirinya untuk diangkat menjadi pengampu, apabila hakim telah memperoleh

keyakinan mengenai hal itu, maka baru diangkat seorang pengampu atau curator,

yang diletakkan dalam pengampuan, dalam urusan mengenai diri pribadi maupun

harta kekayaan orang tersebut.46 Seperti yang tercantum dalam pasal 441 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyebutkan :

44

H.F.A Vollmar,op.cit,hlm 177 45Komariah,

Hukum Perdata,cet 4, UPT Penerbitan Universitas

Muhammadiyah,Malang,2010,hlm 30

(6)

" Setelah mengadakan pemeriksaan tersebut dalarn pasal 439, maka jika ada alasan

untuk itu, pengadilan mengangkat seorang pengurus sementara, guna mengurus

pribadi dan harta kekayaan si yang pengampuannya diminta."

Penetapan mengenai pengampuan ini harus dikeluarkan dengan Berita Acara

dan ditempatkan dalam Berita Negara hingga dengan demikian diketahui oleh

umum.47

Ini jelas diatur dalam pasal 444 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang

terbit pada tahun l840 itu.48 Hal ini perlu dilakukan untuk melindungi pihak ketiga dari kerugian yang timbul pada saat sebelum dijatuhkannya peletakkan pengampuan

kepada seseorang yang pernah melakukan perbuatan dalam kancah hukum. Kerugian

yang ditimbulkan dapat saja bersifat materiil dan immaterial. Pengampu biasanya

adalah keluarga sedarah atau orang yang ditunjuk oleh penetapan pengadilan untuk

melaksanakan pemeliharan dan bimbingan terhadap seorang kurandus.49 Pengampu adalah orang yang padanya diletakkan tanggung jawab kelanjutan hak-hak dan

kewajiban si terampu dalam hukum selanjutnya.

Pengampuan adalah pengurusan harta dan kepentingan seseorang oleh orang

atau pihak lain yang ditunjuk oleh pengadilan karena orang tersebut mempunyai

kelainan jiwa atau boros.50

47 Even Alex Chandra,Pengampuan,http://evenalexchandra.webs.com/blog /show/4612457-pengampuan, diakses pada tanggal 10/09/2012

48Indonesia (1)

op.citpasal 444:”segala penetapan dan keputusan,dengan mana pengampuan diperintahkan,harus dalam waktu tersebut dalam penetapan atau putusan itu oleh pihak-pihak yang memintanya. Diberitahukan kepada pihak lawan dan diumumkan dengan menempatkanya dalam berita Negara,kesemuanya itu atas ancaman hukuman menganti segala biaya rugi dan bunga ,sekiranya ada alas an untuk itu”

49

C.S.T Kansil,op.cit,hlm 139

(7)

B. Kewenangan Orang Yang Menjadi Pengampu

Kewenangan yang dimiliki oleh curator keluarga dibatasi oleh

undang--undang. Hal ini memang menjadi beban tersendiri bagi curator agar berhati- hati dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan wewenangnya. Dalam kapasitas pengampu

adalah keluarga harus difikirkan kerugian apa yang akan diderita oleh pihak yang

diampu nantinya. Sebagai contoh untuk orang yang ditaruh di bawah pengampuan

akibat lemah daya atau sakit ingatan, dia bisa kehilangan haknya dalam perjanjian

yang dibuat semasa dia belum diampu. Karena untuk perbuatan hukum yang pernah

dilakukannya bisa saja dibatalkan menurut undang- undang. Oleh karena itu

pengampu harus jeli bahwa memang ada kewajiban - kewajiban dan hak - hak si

terampu dalam perjanjian tersebut yang tetap harus dipenuhi. Walau di kemudian hari

pihak yang membuat perjanjian itu mengalami syarat-syarat sebagai orang yang harus

ditaruh di bawah pengampuan. Untuk pelaksanaan tadi sudah tentu diperlukan kurator

sebagai penuntasannya.

Maka setelah pengajuan permohonan pengampuan diajukan ke pengadilan,

hakim akan mengucapkan putusannya dalam sidang terbuka, mendengar saksi - saksi,

atau saksi-saksi tersebut telah dipanggil secara sah untuk memberikan keterangan

yang berkaitan dengan pengampuan maka turut pula pengampu mendapat

wewenangnya dalam bertugas menjadi kurator.51 Dalam menjalankan peran sebagai pengampu akan banyak penambahan tanggung jawab, tugas dan wewenang bagi

51Wahyono Darmabrata,Hukum Perdata (Asas-Asas Hukum Perdata Orang dan

(8)

orang yang ditunjuk. Pengampu yang notabene adalah keluarga ini mendapat

wewenang hanya dari perintah pengadilan. Hal ini berasal dari putusan hakim yang

didasarkan pada alasan-alasan yang diajukan pada saat pengajuan permohonan.

Antara lain menjual harta milik si terampu, menjual harta warisan milik si terampu

dan lain- lain. Intinya adalah melakukan suatu perbuatan hukum untuk dan atas nama

si terampu.

Adapun hal - hal yang menjadi wewenang pengampu yang berasal dari

anggota keluarga adalah mewakili seorang yang diampu (curatele) untuk melakukan

tindakan hukum. Karena ketidakmampuannya untuk melakukan perbuatan hukum

bagi dirinya sendiri.

Kekuasaan atas anak dari orang yang diletakkan di bawah pengampuan,

dipegang oleh pengampu, jika orang tua yang lain tidak dapat melaksanakan

kewajiban orang tua. Pengampu melaksanakan tugas tersebut, sampai orang tua anak

itu dapat melaksanakan kekuasaan orang tua mereka.52 Hal ini yang diterangkan dalam pasal 453 KUH Perdata.53

52Wahyono Darmabrata,op.cit,hlm 90 53Indonesia(1)op.cit,psl 453 :

“jika si terampu mempunyai anak-anak yang blum dewasa ,yang ia memangku kekuasaan orangtuanya, sedangkan istri atau suaminya telah dipecat atau dibebaskan dari kekuasaan orang tua,atau menurut pasal 246 tidak diperintahkan memangku kekuasaan orang tua atau berada dalam ketidakmampuan untuk memangkunya.

(9)

Tugas dan kewenangan pengampu adalah berkaitan mengurus kepentingan

mengenai harta kekayaan orang yang di bawah pengampuan. Dalam hal diperlukan

maka pengampu berkewajiban untuk melakukan tindakan – tindakan yang diperlukan

bagi kepentingan orang yang diampunya ( diletakkan di bawah pengampuan) atas

perbuatan-perbuatan orang lain yang merugikan orang tersebut, dan melakukan

perlawanan bagi kepentingan orang yang di bawah pengampuannya.54

Pada suatu penetapan pengampuan oleh Pengadilan harus dinyatakan secara

jelas apa tugas dari pengampu tersebut. Seperti yang telah disebutkan bahwa tugas

Pengampu adalah untuk melindungi suatu kepentingan tertentu dari terampu maka

didalam penetapan harus dinyatakan secara jelas apa - apa saja yang akan dilindungi

atau diwakili oleh Pengampu sendiri. Misalnya dalam pengurusan harta kurandus

dikarenakan ia telah diletakkan di bawah pengampuan maka yang melakukan

pengurusan hartanya dilakukan oleh Pengampu. Selain dari tindakan itu Pengampu

tidak mempunyai hak untuk mewakilinya, menandatangani beberapa surat-surat

penting, atau melakukan kekuasaan orang tua pengampu tidak berhak untuk

mewakilinya apabila dalam penetapannya tidak dinyatakan bahwa pengampu dapat

mewakili terampu segala tindakan tersebut. Jadi, semua hanya sebatas pada apa yang

dinyatakan dalam penetapan.55

Sehingga dapat disimpulkan tugas dan wewenang pengampu keluarga antara

lain :

54Wahyono Darmabrata,

op.cit,hlm 91

(10)

1. Pengampu melakukan pengurusan pribadi dan harta kekayaan pihak yang

diampu (pasal 449 jo. 441 KUH Perdata)

2. Pengampu hanya melakukan tugas pengurusan terhadap hal-hal yang terkait

dengan kepentingan si terampu, misalnva dalam situasi menggantikan si

terampu sebagai pemegang kekuasaan sebagai orang tua atas anak si terampu

yang belum dewasa ( pasa1453 KUH Perdata)

Oleh karena itu kurator harus dapat bertanggung jawab atas kesalahan ataupun

kelalaian dalam melakukan kewajiban pengurusan dan/ atau penyelesaian urusan si

terampu. Sebagai manusia biasa tidak tertutup pula kemungkinan bagi pengampu

untuk melakukan kesalahan atau bahkan melakukan perbuatan melawan hukum,

seperti yang tercantum dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

berbunyi :56

"tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan pada orang itu atas salahnya menerbitkan kerugian itu. mengganti

kerugian tersebut."

Pasal ini menggambarkan bahwa dengan pengembanan tugas menjadi seorang

pengampu termasuk wewenangnya akan memperlebar kesempatan untuk orang

tersebut melakukan kesalahan dengan dirinya atau malah yang karena semakin

bertambah tugas dan dibutuhkan orang-orang yang dapat melakukan segala sesuatu

dengan tergesa-gesa kemungkinan yang terjadi penambahan wewenang bukan tak

tunduk pada peraturan yang diawasi pelaksanaannya oleh Pengampu Pengawas yang

(11)

berasal dari BHP ( Balai Harta Peninggalan) jadi tidaklah mudah untuk menjadi

seorang pengampu.57

BHP melakukan pengawasan terhadap pengampu lewat pengampu pengawas.

Hal ini dilakukan untuk melindungi kepentingan-kepentingan kurandus yang terkait

dengan harta benda yang dimilikinya.58Dalam hal ini Pengampulah yang datang dan melaporkan bahwa dirinya diberi tugas dan wewenang untuk menjadi pengampu bagi

seorang. Pengampu yang mendapatkan pengesahan tugasnya dari Penetapan

Pengadilan lalu melaporkan ke BHP, kemudian dipanggil pasal 362 KUH Perdata.59 Dalam hal tidak adanya laporan dari pengampu pada BHP maka tidak akan

ada pengampu pengawas yang ditugaskan baginya. Tidak otomatis pengadilan

langsung menunjuk Pengampu Pengawas setelah membacakan Penetapannya di

Pengadilan setelah penetapan dibacakan. Bukan tugas hakim untuk memberikan

pengampu pengawas bagi si berperan pengampu. Hanya pada saat pemeriksaan

belum selesai dan belum ada pengampu yang diangkat secara resmi maka pengadilan

menugaskan BHP untuk mengawasi pengampu. Tapi jika sudah selesai pemeriksaan

yang diperlukan di persidangan maka Pengampu pengawas tersebut harus dimintakan

57Imran Nating,Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan

harta pailit,Cet 1 ,Raja Grafindo Persada ,Jakarta,2004,hlm 115

58Balai Harta Peninggalan, http:id.wikipedia.org/wiki/Balai-Harta-Peninggalan,diakses pada tanggal 30 September 2012

59Indonesia (1),

op.citpasal 362:

“Wali berwajib segera setelah perwaliannya mulai berlaku,dibawah tangan Balai Harta Peninggalan mengangkat sumpah,bahwa ia akan menunaikan perwalian yang di percayakan kepadanya dengan baik dan tulus hati.

Jika di tempat tinggal si wali atau dalam jarak lima belas pal dari itu tiada Balai Harta Peningalan,pun tiada suatu perwakilan dari itu berkedudukan,maka sumpah boleh diangkat di depan pengadilan Negeri atau pun di muka kepala Pemerintah Daerah tempat tinggal si wali.

(12)

kembali oleh Pengampu dengan cara mendatangi langsung kantor BHP setempat.

Baik sebelum dan sesudah pembacaan Penetapan di Pengadilan nama BHP tetap

disebut Pengampu Pengawas.60

Karena jarangnya Pengampu yang datang melapor maka BHP mengalami

kesulitan dalam pengetahuan mengenai siapa saja yang menjadi pengampu dan siapa

yang diampu. Istilah yang digunakan oleh BHP adalah "bukan kita yang menjemput

bola, melainkan bola yang datang ke kita". Pernyataan ini bukan menunjukkan bahwa

BHP terkesan tidak peduli tapi memang mereka tidak diperintahkan oleh

peraturan-peraturan Negara untuk mencari dan mendata siapa saja yang mengajukan

permohonan pengampuan. Jadi bila si pengampu tidak datang dan melaporkan ke

kantor BHP, maka tidak ada pengawas yang akan ditugaskan oleh BHP. Dan BHP

tidak akan mendatangi pengadilan untuk menyediakan Pengampu Pengawas untuk

kasus pengampuan.61

Di Indonesia hanya terdapat lima BHP yaitu (Jakarta, Surabaya, Yogyakarta,

Medan dan Makasar). Tapi biasanya BHP mempunyai perwakilan di daerah-daerah

yang dirasa perlu. Mereka akrab disebut dengan kamar-kamar BHP yang ada di

daerah penting dan lebih dekat dengan masyarakat. Dari sini dapat terlihat

orang-orang kadang tidak perduli dengan pentingnya menggunakan BHP sebagai payung

hukum dalam bertindak. Biasanya orang yang mengajukan pengampuan, dalam

permohonannya langsung disebutkan tujuan utama dari pengampuan tersebut.

(13)

Misalnya ingin menjual harta milik calon terampu, disebutkan pula benda apa yang

akan dijual untuk kepentingan si calon terampu untuk biaya hidupnya tersebut, baik

apa bentuk bendanya dan dimana berada (contoh tanah). Tidak ada persetujuan dari

BHP terlebih dahulu untuk menjual harta bendanya. BHP tidak menaksir berapa nilai

bendanya dan berapa selayaknya dijual atau disewa ataupun bentuk pemindahan hak

lainnya. Pengadilan langsung mengeluarkan izin jual bagi si pengampu tanpa

persetujuan BHP. Penetapan dibuat oleh hakim telah diberikan sekaligus dengan izin

jual, walaupun pada saat sidang akhir telah dilaporkan pada BHP tapi prosedurnya

mengharuskan pengampu melapor pada BHP dan pengampu disumpah pula sebelum

melaksanakan tugasnya. Kenyataannya BHP seperti tidak dianggap tapi tidak pula

dikesampingkan. Padahal dari data yang diperoleh BHP memberikan persetujuan atas

harta yang ingin digunakan untuk biaya hidup si calon terampu barulah pengampu

membawa persetujuan itu ke pengadilan untuk dibuatkan izin jualnya. Dalam

kenyataan, hal ini tidak dilaksanakan, sehingga hanya menjadi teori belaka dan tidak

sesuai dengan prakteknya. Tapi BHP tetap berusaha untuk menyediakan layanannya

pada masyarakat.62 akan tetapi untuk pengampu yang sadar betapa pentingnya peran pengampu pengawas maka baginya tidak ada alasan untuk tidak menggunakan

jasanya.

Pengawasan pengampuan diperintahkan oleh hakim kepada BHP ( Balai Harta

Peninggalan). BHP disini bukanlah pengampu pengawas demi undang-undang.

Ketentuan bagi wali pengawas berlaku juga untuk pengampu pengawas

(14)

Pentingnya peran BHP bagi pengampu dan si terampu dapat dilihat dari tugas

dan wewenangnya. Tugas dan wewenang BHP secara umum paling tidak ada 5 (lima)

hal antara lain adalah :

1. BHP bertugas membuat pencatatan harta kekayaan dari kurandus (psl. 127

KUH Perdata);63

2. BHP bertugas memuat risalah penaksiran terhadap harta kekayaan milik orang

yang berada di bawah pengampuan ( pasal. 38 Instruksi BHP) untuk

mengambil upah balai. Barang bergerak ditaksir oleh 1 orang penaksir.

Barang tetap ditaksir oleh 3 orang penaksir.

3. BHP berwenang untuk memberikan persetujuan atas penjualan harta benda

kurandus demi biaya hidup pada Pengampu, yang kemudian Pengadilan

Negeri mengeluarkan izin untuk itu dalam bentuk penetapanya.64

4. BHP berwenang untuk menyetujui atau tidak atas laporan hasil penjualan dan

pengajuan pengeluaran tiap bulan atas kepentingan orang yang diampu yang

dibuat oleh Pengampu;65

5. BHP berwenang untuk menerima perhitungan dan pertanggungjawaban

Pengampu pada akhir pengurusannya pada Kurandus.66

63Indonesia (1),op.cit,pasal 127:

“Setelah meninggalnya salah seorang dari suami atau istri ,maka jika ada anak-anak belu dewasa yang ditinggalkannya,si suami atau si istri yang hidup yang terlama,dalam waktu selama tiga bulanharus menyelenggarakan pendaftaran akan barang-barang yang merupakan benda persatuan.Pendaftaran ini boleh diselenggarakan dibawah tangan ,akan tetapi harus dengan hadirnya pengampu pengawas.Dalam hal tak adanya pendaftaran yang demikian,persatuan ini berjalan terus,akan tetapi atas kebahagiaan si anak-anak yang belum dewasa dan tidaklah sekali-kali atas kerugian mereka”

64

Balai Harta Peninggalan,http://id.wikipedia.org/wiki/Balai-Harta-Peninggalan. Diakses pada tanggal 30 September 2012

(15)

Untuk selanjutnya seperti penjelasan di awal bahwa terhadap Pengampu

keluarga diberikan pengampu pengawas terhadapnya setelah ia melakukan pelaporan

ke kantor BHP, maka peran BHP menjadi penting. Terhadap pengampu, BHP

berperan dalam hal :

1. Dengan adanya pelaporan oleh Pengampu tentang tugasnya pada BHP,

sejatinya la ingin melindungi dirinya sendiri dari permasalahan hukum yang

memungkin timbul dikemudian hari. Hal ini dapat terjadi misalnya pada

kurandus yang Pengampunya adalah saudara sekandungnya dan tidak pula

hanya seorang saja saudara sekandungnya tersebut. Dapat saja terjadi pada

saat ia telah melakukan tugasnya dalam Pengampuan maka saudara lainnya

merasa tidak puas dan melakukan tuntutan hukum ke pengadilan. Disinilah

peran BHP diperlukan karena ia telah memberikan keterangan bahwa memang

pengampu adalah benar pengampu yang sah.

2. BHP ikut memberikan persetujuan dalam seolah hal yang terkait dengan

pengalihan hak kepada pihak lain atas harta benda Kurandus demi

kepentingannya terkait untuk biaya hidup. Dengan kata lain tindakan si

pengampu ini punya perlindungan hukum dari BHP bahwa

tindakan-tindakannya tersebut adalah sah demi hukum.67

66

Ibid

67Rini Mela Lolika,

op.cit,hlm 30

(16)

Dia bekerja untuk kurandus untuk melindungi kurandus dari

tindakan-tindakan menimbulkan kerugian. Pengampu pengawas dapat Pengampu Pengawas

dalam masalah Pengampuan. Prosedur pengurusan tetap sebagai pengampu Pengawas

terdapat dalam pasal 449 KUH perdata yang berbunyi :

"apabila keputusan untuk pengampuan, telah memperoleh kekuatan mutlak, maka

diangkatlah oleh pengadilan seorang Pengampu"

“Pengangkatan itu segera diberitahukan kepada Balai Harta Peninggalan"

"Pengampuan Pengawas diperintahkan kepada Balai"

"Dalam hal demikian berakhirlah segala sesuatu usaha pengurus sementara, yang

mana karena itu berwajib mengadakan perhitungan tanggung jawab atas

pengurusannya kepada Pengampu, sekiranya dia sendirilah yang diangkat menjadi

Pengampu, perhitungan tanggung jawab tadi harus dilakukan kepada pengampu

pengawas."

Seyogyanya setiap pengalihan hak atas harta benda milik Kurandus harus

Pengampu kepada BHP. Setelah itu barulah BHP memberikan itu barulah Pengadilan

Negeri memberikan izin dalam bentuk penetapan. Tapi pada kenyataannya hal ini

jarang dilakukan. Notaris melihat bila para pihak sudah setuju dengan hal-hal yang

timbul dari dan akibat perjanjian pengalihan hak, maka tidak diperlukan persetujuan

dari BHP.

C. Pencabutan Hak Menjadi Pengampu

Hak menjadi pengampu diberikan oleh undang-undang. Pengadilan sebagai

lembaga yang berwenang, mengeluarkan pengesahan berupa penetapan atas

(17)

pengampu ada syarat- syarat yang harus dipenuhi dan ada pula wewenang yang harus

dijalankan. Tapi sebagai seorang yang dibebani oleh tugas pastilah terdapat hak-hak

yang diberikan padanya sebagai seorang pengampu.

Pengampu yang berasal dari anggota keluarga tentunya berhak untuk

mendapat hak untuk mengatur dan mengurus harta milik si terampu. Harta benda ini

antara lain digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari orang yang diampu olehnya.

Di lain pihak si pengampu juga memiliki hak untuk ikut menikmati harta benda yang

telah dan akan dimiliki oleh si terampu. Tidak dapat dipungkiri bahwa selama si

terampu (dalam hal ini mengalami lemahnya daya dan pikiran serta terganggunya

kesehatan pikiran) mengalami alasan mengapa ia diampu, berada dalam pemeliharaan

si pengampu. Biasanya sebelum ditetapkan sebagai pengampu si terampu diurus dan

dibiayai kehidupannya oleh pengampu selama kurun waktu yang cukup lama. Hal ini

guna menguatkan dalil bahwa nantinya ia harus memenuhi syarat-syarat sebagai

pengampu dengan mengurus calon terampu dalam jangka waktu yang ditentukan.

Oleh karena itu sudah sewajarnya pengampu juga memiliki hak atas si

terampu. Bukan berbentuk balasan berupa Hak Honorium atau semacam upah karena

pengampu telah membiayai hidup si terampu. Karena tidak ada keluarga yang harus

digaji dalam mengurus anggota keluarga lainnya. Jadi untuk dibayarkan kembali apa

yang sudah dikeluarkan tidaklah ada.

Dapat dilihat bahwa dari pasal-pasal yang terdapat dalam KUH Perdata

(18)

selanjutnya disebut sebagai UU Perkawinan), dapat ditarik suatu kesimpulan

mengenai hak pengampu terhadap kurandus antara lain adalah :

1. Pengampuan berhak memangku kekuasaan sebagai orang tua dari anak-anak

si terampu yang belum dewasa, jika suami atau isteri kurandus dipecat dari

kekuasaannya sebagai orang tua. Pengampu berhak menjadi wali atas

anak-anak sampai pengampuannya dihentikan (pasal 453 KUHPerdata).

2. Setiap kurandus pasti berkedudukan sama seperti seorang yang belum dewasa

jadi pengampu berhak mendampingi (dalam hal boros dan lemah daya),

mewakili (dalam hal sakit otak dan gangguan kejiwaan) dalam melakukan

tindakan-tindakan hukum. Tindakan hukum yang dilakukan oleh kurandus

tanpa dibantu pengampunya adalah batal ( pasal 452, 446 KUH Perdata).

3. Pengampu berhak mewakili si terampu untuk menjual, menyewakan atau

melakukan pemindahan hak atas harta benda milik si terampu untuk sesuai

persetujuan BHP dan izin dari pengadilan berupa penetapan.68

4. Pengampu berhak mencegah berlangsungnya perkawinan atas kurandusnya

guna menghindarkan kesengsaraan yang mungkin timbul bagi calon mempelai

lain (pasal 14 UU Perkawinan);

5. Pengampu berhak melakukan pencegahan perkawinan atas kurandus yang

boros jika ia hendak mengikatkan diri dalam perkawinan (pasal 38, 151, 452

KUH Perdata);

(19)

6. Pengampu berhak mengurus semua pendapatan kurandus yang digunakan

untuk kesembuhannya (pasal 454 KUH Perdata).

Dalam perjalanannya kiranya perlu diingat bahwa mendapatkan hak untuk

menjadi pengampu tidaklah semudah yang dipikirkan. Karena jika ia telah ditetapkan

sebagai pengampu maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh orang lain atas apa yang

berhak dilakukan oleh si pengampu atas si terampu. Didasari atas ini maka tugas

pengampu tidak menjadi hak untuk sembarang orang. Hanya orang- orang yang

memang berhak untuk itu dan lewat keyakinan hakim hak ini diberikan kepada

seseorang demi orang lain.

Hak ini nantinya bisa dicabut dan pengampu dibebaskan dari tugas

mengampunya. Pengampu yang melakukan apa-apa yang termasuk dalam kriteria

pasal 1365 KUH Perdata. Perbuatan melawan hukum yang dilakukannnya akan

mengakibatkan hingga dirinya kehilangan hak untuk menjadi kurator lagi. Hak ini

bukan saja hak yang berkaitan dengan honorium atau semacamnya akan tetapi

pencabutan hak menjadi pengampu Karena tidak bertanggung jawab dan kurang

hati-hati dalam melaksanakan tugasnya.

Pada setiap hak mengampu dapat dikenakan pencabutan atasnya bila ia

menyalahgunakan hak-haknya tadi. Menyebabkan kerugian terus menerus dan secara

nyata dilihat oleh pengampu pengawas maka dapat pula diusulkan untuk pencabutan

hak menjadi pengampu ini. Melakukan pemindahan-pemindahan hak terhadap harta

(20)

dicabutnya hak pengampuan oleh pengadilan. Dicabut karena menjual seluruh harta

benda milik si terampu dan bertindak sewenang-wenang.69

Tapi bisa saja jika menurut penilaian keluarga pengampu melaksanakan tugas

pengurusan dan pemeliharaan dengan sangat baik, maka keluarga berembuk dan

sepakat untuk memberikan uang jasa pada pengampu tersebut. Tapi biasanya

lewat kesepakatan keluarga dan bisa saja penghargaan terhadap pengampu juga boleh

menikmati dan ikut memanfaatkan harta benda kurandus.70

Pencabutan ini terkait pula dengan berlakunya pasal-pasal yang terdapat

dalam perwakilan dan pengampuan. Pasal 380 KUH Perdata misalnya diterangkan

bahwa hak mengurus orang yang perlu diwakili ini dapat dicabut disebabkan

nyata- nyata pengampu :

1. Jika terbukti, mereka berkelakuan buruk.

2. Mereka yang dalam menunaikan tugasnya mengampu menyalahgunakan,

memperlihatkan ketidakcakapan dan mengabaikan kewajibannya;

3. Mereka dalam keadaan pailit;

4. Mengadakan perlawanan kepada si terampu baik terhadap dirinya sendiri, dan

harta bendanya di muka pengadilan;

5. Mereka yang dijatuhi hukuman telah berkekuatan hukum tetap karena

kejahatan atas oraing yang diampunya;

6. Pengampu yang dihukum penjara selama dua tahun atau lebih.

(21)

Menurut pasal 381 KUH Perdata dimana yang melakukan pemecatan terhadap

si pengampu adalah Pengadilan Negeri setempat dimana permohonan pengampuan

diajukan atau tempat tinggal terakhir para pihak. Pemeriksaan perkara ini

dilangsungkan dalam sidang tertutup dan dalam waktu sesingkat mungkin dibacakan

penetapannya. Jika terbukti sah maka pengadilan berhak secara langsung

menghentikan dan memecat pengampu dalam menunaikan pengampuan ini. ( pasal

382 KUH Perdata).

D. Berakhirnya Pengampuan

Pelaksanaan pengampuan dapat dimulai dan dapat pula berakhir. Seperti

halnya sebab-sebab diletakkannya seseorang di bawah pengampuan maka ada pula

kejadian- kejadian yang dapat mengakhiri pengampuan.

Pengampuan mulai berlaku terhitung sejak saat putusan atau penetapan

pengadilan diucapkan. Artinya pengampuan sudah berlaku walaupun putusan atau

penetapan itu dimintakan banding. Pengampuan berjalan terus tanpa terputus-putus

seumur hidup kurandus.

Permohonan penghentian pengampuan atas seorang kurandus dapat dilakukan

oleh pengampu. Namun para ahli hukum berpendapat bahwa permohonan itu juga

dapat dilakukan oleh kurandus sendiri.71

Berakhirnya pengampuan dapat dibedakan secara absolut dan secara relatif.72 a. Secara absolut, yaitu berakhirnya disebabkan:

71Tan Thong Kie,op.cit,hlm 142

(22)

- Meninggalnya kurandus,

- Adanya putusan pengadilan yang menyatakan bahwa sebab-sebab dan

alasan-alasan pengampuan telah hapus.

Bagi orang yang ditaruh di bawah pengampuan. Dengan meninggalnya orang

yang diletakkan di bawah pengampuan (curandus). Pengampuan akan hapus, karena

alasan untuk meletakkan seseorang di bawah pengampuan tidak ada lagi ( pasal 460

KUH Perdata), segala formalitas yang diwajibkan untuk meletakan seseorang di

bawah pengampuan, juga berlaku dalam menghapus pengampuan tersebut.73 Pasa1460 KUH Perdata menentukan bahwa :

"pengampuan berakhir, apabila sebab-sebab yang mengakibatkannya telah

hilang, sementara itu pembebasan dari pengampuan tak akan diberikan,

melainkan dengan memperhatikan acara yang ditentukan undang-undang guna

memperoleh pengampuan, tidak boleh menikmati kembali hak- haknya,

sebelum putusan tentang pembebasan memperoleh kekuatan mutlak".

b. Secara relatif , yaitu berakhirnya yang disebabkan :

- Kurator meninggal dunia;

- Kurator dipecat atau dibebastugaskan;

- Suami diangkat sebagai kurator yang dahulunya berstatus sebagai

kurandus.

- Bagi pengampu ( kurator) kecuali sebab-sebab umum maka syarat yang

berlaku untuk pengakhiran pewakilan berlaku pula dalam hal

(23)

pengampuan. Di samping itu pula berlaku pasal 459 KUH Perdata yang

menentukan bahwa seseorang tidak dapat dipaksakan untuk menjadi

pengampu atas orang lain lebih dari delapan tahun, kecuali apabila

pengampu tersebut merupakan suami atau isteri atau keluarganya dalam

garis lurus ke atas dan ke bawah.

Mengingat sampai sekarang pengaturan mengenai pengampuan belum diatur

dalam peraturan perundang-undangan produk nasional, maka bab VI KUH Perdata

tentang pengampuan ( pasal 433 s/d 434) dapat diperrtahankan.74Adapun bunyi selengkapnya dari pasa1459 KUH Perdata adalah :

"tiada seorangpun kecuali suami isteri dan para keluarga sedarah dalam garis ke atas

atau ke bawah berwajib memangku suatu pengampuan lebih dari 8 ( delapan) tahun

lamanya, setelah lampau waktu itu bolehlah pengampu menurut pembebasannya,

tuntutan mana harus di kabulkan.75

Jadi dengan hapusnya sebab- sebab yang disebutkan undang- undang terhadap

suatu peristiwa pengampuan, maka peletakkan seseorang di bawah mampu

pengampu menjadi hapus pula. Sebagai contoh untuk orang yang sakit ingatan, maka

kesembuhannya lewat pernyataan dokter bisa menghapuskan pengampuan

terhadapnya. Meninggalnya orang yang diampu dalam hal lemah daya maka ampu

mengampu pun hilang padanya. Bagi orang yang karena lemah dayanya memohon

untuk diletakkan di bawah pengampuan ke pengadilan maka berakhirnya juga atas

(24)

permohonannya untuk dilepaskan dari pengampuan. Hal ini terjadi bila sebelumnya

orang tersebut mengalami sakit secara fisik, artinya baik tubuh organ dalam maupun

organ luar mengalami gangguan sehingga menjadi tidak berdaya melakukan

perbuatan hukum atas dirinya sendiri. Dan bila karena tuanya dia diampu maka

meninggalnya subjek hukum inilah yang menyebabkan berakhimya pengampuan.

Ada pihak-pihak yang diberi kewenangan untuk mengajukan permohonan

pengampuan oleh undan-undang. Dimana orang-orang ini juga berhak mengajukan

penghentian terhadap suatu pengampuan ke pengadilan. Berakhirnya pengampuan

juga dapat terjadi dengan peran dari orang-orang ini. Meminta berakhirnya

pengampuan berarti berhenti menjadi pengurus dari orang yang diampu. T'idak

bertanggung jawabnya lagi seorang pengampu terhadap yang diampu dapat dilakukan

oleh orang-orang tersebut. Orang-orang ini dikhususkan pada pengampu yang

merupakan keluarga sedarah dari pihak yang diampu.

Karena persyaratan untuk dimulainya pengampuan sangat jelas diatur maka

pemberhentiannya terhadap proses inipun ada aturan mainnya. Ada prosedur jelas apa

dan kemana harus diajukan serta pihak-pihak mana saja yang berhak mengajukan ini.

Orang yang mengajukan pengampuan berhak menarik kembali pengampuan tersebut.

Adapun pihak- pihak yang berhak meminta pengampuan adalah suami atau isteri

serta keluarga sedarahnya, dalam garis lurus dan oleh para keluarga semendanya

dalam garis lurus menyimpang sampai derajat keenam. Untuk pengampuan karena

sifat keborosannya maka yang berhak mengampu adalah keluarga sedarah dan

(25)

berhak mengakhiri pengampuan tersebut bisa lewat permohonannya sendiri yaitu

dengan mengunakan saksi- saksi yang di dengar oleh hakim di pengadilan dimana

menyatakan telah hilanglah sifat boros daripadanya atau keluarga yang mengajukan

permohonan pengampuan pada awalnya.

Sedangkan untuk permohonan pengampuan terhadap orang yang mengalami

lemah daya dan kesehatan karena usianya adalah berbeda. Permohonan pengampuan

yang diajukannya karena sudah sekurang- kurangnya tidak mampu mengurus

kepentingannya sendiri bisa diakhiri lewat pengadilan yang mencabut pengampuan

atas orang tersebut. Pengampuan terhadapnya diajukan oleh dirinya sendiri

berdasarkan permohonannya ke pengadilan. Orang tersebut mengajukan permohonan

untuk diampu dan hakim menunjuk siapa yang menjadi pengampunya. Apabila

pengampuan ini dihentikan maka yang berhak mengakhiirinya adalah si pemohon

yang tak lain adalah calon bekas terampu tersebut. Topik ini disinggung pada pasal

434 ayat 5 KUH perdata. Bila ada banding terhadap suatu penetapan pengampuan

maka hakim akan mendengar lagi alasan- alasan pengampuan dari orang yang

mengajukan. Jika ditemukan bertentangan maka pengampuan dapat pula berakhir.

(pasa1443 KUH Perdata).76

Setiap orang berkewajiban memegang jabatan sebagai kurator sedikitnya 8

tahun, setelah masa itu ia boleh meminta berhenti dan akan dikabulkan. Ketentuan ini

tidak berlaku bagi suami atau istri kurandus, keluarga sedarah garis lurus keatas dan

(26)

ke bawah, semua orang tersebut tidak dapat membebaskan diri setelah kurun waktu 8

(delapan) tahun itu.77

Pembebasan terhadap pengampuan harus memperhatikan tata cara yang

ditentukan oleh undang- undang seperti permohonannya. Akan tetapi jika si terampu

yang memohon pembebasan ini maka tidaklah dapat ia menikmati kembali hak- hak

sebelum keputusan tentang pembebasan pengampuan itu memperoleh kekuatan

hukum tetap.78

Pembebasan diri dari pengampuan juga harus diumumkan, sama halnya

sewaktu peletakkan pengampuan ( pasal 461 KUH Perdata). Dengan kata lain siapa

yang berhak memulai lalu mengajukan permohonan pengampuan ke pengadilan, jika

tidak ada alasan pemecatan atau pembebasan dirinya dari kewajiban mengampu maka

sampai pemberhentian yang tentunya oleh undang-undang sudah ditentukan, diajukan

juga lewat permohonan ke pengadilan dan telah pula ditentukan oleh undang- undang

yang berlaku di Indonesia. Walau bukan berasal dari Indonesia asli. Tidak pulalah

kiranya dapat dilakukan oleh siapa saja selain yang diatur aleh peraturan perundang

-undangan. Namun, penghentian pengampuan itu tidak diberikan, selain dengan

memperhatikan tata cara yang ditentukan oleh undang- undang guna memperoleh

pengampuan, dan karena itu orang yang ditempatkan di bawah pengampuan tidak

boleh menikmati kembali hak- haknya sebelum putusan tentang pembebasan

pengampuan itu memperoleh kekuatan hukum yang pasti. Pembebasan diri

pengampuan harus diumumkan dengan menempatkan dalam Berita Negara.

(27)

BAB IV

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PENETAPAN PENGAMPUAN DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2221 K/PDT/2010

A. Pertimbangan-Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Mahkamah Agung nomor2221/ K/Pdt/2010

Permohonan peletakkan seseorang di bawah pengampuan harus diajukan

kepada pengadilan. Begitu juga dengan permohonan pembatalan pengampuan.

Pengampuan mulai berlaku terhitung sejak saat putusan atau penetapan

pengadilan diucapkan. Artinya pengampuan sudah berlaku walaupun putusan atau

penetapan itu dimintakan banding.

Sehingga walaupun adanya permohonan pembatalan pengampuan, sepanjang

hakim belum membatalkan penagampuan tersebut, pengampuan tetap berjalan sampai

pengampu itu berakhir . Selama itu pengampu tetap berhak memangku jabatannya

sebagai kurator.

Seperti yang telah dikatakan di awal, Pengadilan Negeri mempunyai

kewenangan untuk menyelesaikan permohonan. Menurut ketentuan hukum bahwa

yang memberi kewenangan tersebut dapat merujuk kepada ketentuan

Undang--Undang no 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pada pokoknya,

pengaturannya masih sangat terbatas atau sangat eksepsional dalam hal tentu

(28)

melalui bentuk permohonan, yaitu hanya boleh terhadap masalah yang disebut dan

ditentukan sendiri oleh undang- undang.79

Permohonanyang diajukan yang disebutkan dalam undang-undang

salahsatunya adalah permohonan pengangkatan pengampuan bagi orang dewasa yang

kurang ingatannya atau orang dewasa yang tidak bisa mengurus hartanya lagi.

Putusan Hakim berisi pertimbangan dan diktum penyelesaian permohonan

yang dituangkan dalam bentuk penetapan. Diktum hanva bersifat menegaskan

pernyataan atau deklarasi hukum yang diminta dan kekuatan pembuktiannya hanya

mengikat pada diri si pemohon.80

Putusan dalam bentuk penetapan ini termasuk kedalam putusan deklarator,

yaitu putusan yang bersifat menyatakan hukum semata-mata, tidak bersifat mengadili

karena tidak ada sengketa.81

Apabila orang yang merasa dirugikan atas suatu penetapan maka pihak-pihak

tersebut dapat mengajukan perlawanan terhadap permohonan selama berlangsung.

Perlawanan ini sangat bermanfaat untuk menghindari terbitnya penetapan yang keliru

dan memberikan hak kepada orang yang merasa dirugikan kepentingannya untuk

mengajukan permintaan pembatalan kepada Mahkamah Agung atas penetapan.

Mahkamah Agung merupakan Badan Pengadilan yang tertinggi di Indonesia,

yang berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia ( Jakarta) atau di lain tempat

yang ditetapkan oleh Presiden.

79Djamat Samosir,Hukum Acara Perdata (Tahap-tahap penyelesaian Perkara Perdata),cet 1,Nuansa Aulia,Bandung,2011,hlm 45

80

Ibid,hlm 49

(29)

Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan pengadilan karena :

1. Tidak bewenang atau melampaui batas wewenang;

2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku ;

3. Lalai memenuhi syarat- syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan.82

Dalam melakukan kasasi, Mahkamah Agung bukan peradilan tingkattertinggi

sebab yang dikasasi itu adalah putusan tingkat tertinggi. Kasasi hanya meliputi bagian

hukumnya saja, tidak mengenai peristiwa. Hakim kasasi bukan hakim yang

memeriksa peristiwa (judex facti). Mengenai peristiwa yang sudah diperiksa dan

diputus oleh Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.83

Salah satu contoh kasus yang terjadi seperti pada Putusan Mahkamah Agung

Nomor 2221/K/ Pdt/2010 yaitu antara AMRI bin RISNO (Pemohon Kasasi dahulu

Penggugat/Pembanding); dengan RAHMANUDIN bin JUMBI, (Termohon Kasasi

dahulu Tergugat/ Terbanding).

Menimbang bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Termohon

Kasasi dahulu sebagai Tergugat, di muka persidangan Pengadilan Negeri Muara

Enim pada pokoknya atas dalil- dalil :

(30)

Bahwa penggugat merupakan saudara se- ayah dengan Sdri. Niswati Binti H.

Risno, yang sekarang ini tidak cakap melakukan perbuatan hukum dikarenakan

sedang mengalami gangguan kejiwaan, Penggugatlah yang merawat Sdri.Nisnawati

binti H. Risno ( terampu), bersama dengan almarhum H. Risno dan Ibunda Penggugat

Hj. Sumawati binti Mayasi, dimana terampu merupakan isteri dari Tergugat yang

sejak dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 diserahkan oleh Tergugat kepada

keluarga Penggugat;

Bahwa penggugat secara hukum berwenang melakukan gugatan dikarenakan

penggugat merupakan anak tertua laki-laki, dan sekarang ini bertanggung jawab

mengurusi keluarga dikarenakan orang tua Penggugat sudah meninggal dunia

sedangkan Sdri. Niswati yang merupakan anak tertua perempuan sedang mengalami

gangguan jiwa, sehingga sangatlah wajar Penggugat mengajukan gugatan ini untuk

kepentingan hukum Sdri. Niswati agar jangan sampai karena keadaan mental yang

dialaminva dapat dipergunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab;

Dasar Pokok Gugatan (Posita)

Adapun yang menjadi alasan Penggugat rneminta pencabutan pengampuan :

- Tergugat adalah Pengampu Beritikad Buruk

Bahwa telah terjadi perkawinan antara Tergugat dengan Sdri Niswati binti H.

Risno ( terampu ) pada tanggal 20 Agustus 1993 dengan Akte Nikah nomor 226128 /

VIII / 1993 bertempat di Muara Enim ;

Bahwa pada tahun yang sama Tergugat pindah tugas di Bangka, pada waktu

(31)

tergugat tinggal di Bangka, setelah anaknya lahir Sdri Niswati binti H. Risno sudah

ada gejala mengalami gangguan jiwa;

Bahwa ketika isterinya Niswati binti H Risno ( terampu) sudah mengalami

gangguan kejiwaan pada bulan Maret 2000, tergugat menyerahkan isterinya Niswati

binti H. Risno kepada orang tuanya untuk dirawat;

Bahwa sejak Sdri Niswati binti H Risno diserahkan oleh tergugat kepada

orang tuanya, H. Risno, istrinya Sumarwati dan Penggugat mengurus Sdri Niswati di

rumah kediaman orang tua penggugat dan selama itu tergugat tidak pernah

menanyakan bagaimana keadaan dari istrinya (terampu), apalagi untuk memberikan

nafkah baik lahir maupun batin kepada istrinya ( terampu) ;

Bahwa pada hari Rabu tanggal 18 Juni 2008, orang tua Penggugat dan

terampu H Risno binti Jamal meninggal dunia, kemudian tergugat mengambil paksa

terampu ( isterinya) dari tangan Penggugat dan ibunya pada tanggal 30 Juli 2008. Hal

ini menimbulkan pertanyaan yang sangat besar dikarenakan sudah delapan tahun

tergugat tidak lagi mengurus istrinya. Mengapa setelah orang tua dari penggugat dan

terampu meninggal tergugat mengambil paksa istrinya;

Dari uraian tersebut jelas terlihat bahwa pengampu mempunyai itikad buruk

dalam mengajukan permohonan penetapan pengampuan atas diri terampu ( Niswati

binti H Risno);

- Tergugat Tidak layak untuk Menjadi Pengampu dari Terampu

Bahwa hubungan antara penggugat dengan terampu karena hubungan

(32)

terampu sejak dilangsungkannya perkawinan pada tanggal 20 Agustus 1993 dengan

akte nikah nomor 226/28/VIII/1993, di Muara Enim sampai sekarang;

Bahwa pada tahun 2008 tergugat telah menikah lagi secara siri dengan Sdri

Herawati dan tinggal serumah dengan terampu, tergugat menempatkan terampu di

kamar khusus dan tergugat tinggal bersama isterinya yang lain, dan anak tergugat

dengan terampu serta anak bawaan dari isteri tergugat;

Dari uraian diatas jelaslah tergugat tidak layak menjadi pengampu yang baik

bagaimana dia menempatkan kedua isterinya dalam satu rumah, sementaraterampu

dalam sakit kejiwaaan;

- Prosedur Penetapan Pengampuan Cacat Yuridis

Bahwa penetapan pengampuan nomor : 2/ Pdt.P/2009/PN.ME cacat yuridis

tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku ;

Bahwa menurut pasal 439 KUH Perdata menyatakan : " Setelah mendengar

atau memanggil dengan sah akan segala yang tersebut dalam pasal yang lain,

Pengadilan harus mendengar akan seseorang pengampuannya diminta jika kiranya

orang ini tidak mampu mengindahkan dirinya, maka pemeriksaan itu harus

dilangsungkan di rumahnya, oleh seorang hakim atau lebih yang diangkat untuk itu,

disertai oleh Panitera dihadiri oleh Kejaksaan, harus dibuat berita acara itu harus

dikirimkan kepada Pengadilan Negeri , dalam hal ini tidak ada pemeriksaan yang

dilakukan terhadap terampu, sehingga prosedurnya tidak sesuai dengan ketentuan

(33)

Bahwa menurut pasal 440 KUH Perdata untuk memberikan penetapan

pengampuan harus didengarkan pendapat dari keluarga sedarah atau semendadalam

hal ini Penggugat merasa tidak pernah dimintai keterangan apalagi Penggugat telah

mengurus pengampu selama ini, sebelum diambil oleh Tergugat;

Bahwa dalam mengajukan penetapan harus dipertimbangkan dahulu siapa

yang mengurus terampu selama ini, sehingga pengampuan bersifat objektif dandemi

kepentingan dari terampu ;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Muara Enim telah

mengambil Putusan, yaitu putusan nomor 09/ Pdt.G/ 2009/PN.ME tanggal 17

November 2009 yang amarnya sebagai berikut :

Menolak gugatan Pengugat untuk seluruhnya:

Menimbang bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat/

Pembanding putusan Pengadilan Negeri tersebut telah diperbaiki oleh Pengadilan

Tinggi Palembang dengan Putusan Nomor 12 /PDT/2010/PT. Plg tanggal 15 April

2010. yang amarnya berbuyi sebagai berikut :

Menerima permohonan banding dari Penggugat / Pembanding;

Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Muara Enim tanggal 17 November

2009, Nomor 09/ Pdt.G/ 2009/ PN.Me yang dimohonkan banding sepanjang

mengenai eksepsi sehingga berbunyi selengkapnya sebasai berikut :

- Menghukum penggugat/ pembanding untuk membayar biaya perkara dalam

dua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding sebesar Rp.

(34)

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi/Penggugat

dengan memori kasasinya tersebut pada pokoknya adalah ;

Bahwa judex facti dalam putusannya telah salah dalam menerapkan hukumnya,

dengan alasan-alasan hukum sebagai berikut :

Bahwa judex factitingkat pertama telah keliru dan salah memberikan pertimbangan

hukum, karena membuat pertimbangan yang kontradiktif., dimana dalam

pertimbangan putusannya pada halaman 23 alinea ke 3 menyatakan bahwa

“menimbang, bahwa hal yang diakui penggugat dan tergugat tidak perlu dibuktikan".

Selanjutnya Termohon Kasasi semula Terbanding/Tergugat dalam jawabannya secara

tegas telah mengakui bahwa Termohon Kasasi benar telah menikah dengan wanita

lain (vide : putusan halaman 5 poin 4). Akan tetapi sebaliknya Judex facti dalam

putusannya pada halaman 24 alinea ke 2 s/d alinea ke 5, yang pada pokoknya

menerangkan bahwa : " dari bukti tulisan yang bertanda : P1, P2, P3 dan P4 serta

bukti saksi-saksi yang diajukan Penggugat, tidak ada yang dapat membuktikan bahwa

tergugat telah menikah secara siri dengan wanita lain ". Putusan yang kontradiktif

tersebut dikarenakan Judex Facti telah mengabaikan fakta hukum di persidangan

yakni terhadap pengakuan secara tegas dari Termohon Kasasi di persidangan, dengan

alasan sebagai berikut :

Bahwa Termohon Kasasi secara tegas telah mengakui adanya perkawinan siri

sebagaimana yang disampaikan oleh Termohon Kasasi dalam jawabannya di

(35)

disampaikan oleh Termohon Kasasi di depan persidangan, maka pengakuan

berdasarkan pasal 311 Rbg/174 HIR Jo 1925 KUH Perdata adalah merupakan bukti

yang sempuma terhadap siapa yang melakukannya, baik oleh dirinya sendiri maupun

dengan perantaraan orang lain yang mendapat kuasa khusus untuk itu. Dengan

demikian apabila Termohon Kasasi telah memberikan pengakuan di depan sidang

pengadilan, maka menurut hukum pengakuan merupakan pembuktian yang

sempurna.

Bahwa terhadap pernikahan Termohon Kasasi lebih dari seorang secara siri selain

perkawinannya dengan terampu sebagaimana diakuinya dalam jawabannya yang

disampaikan di persidangan menjadi nilai pembuktian yang kuat dan sempurna bagi

pihak yang melakukan pengakuan ( vide: ketentuan 311 Rbg Pasal 174 HIR Jo Pasal

1925 KUH Perdata). Dengan demikian pengakuan tersebut telah membuktikan dalil

gugatan pemohon kasasi pembanding yang menyatakan bahwa permohon Kasasi

telah melakukan perkawinan siri dengan wanita lain, sehingga Pemohon Kasasi tidak

perlu membuktikan dengan bukti lain. Bahwa upaya termohon kasasi selaku suami

yang mengambil terampu di rumah orangtuanya dengan serta merta dan tanpa

pemberitahuan adalah tindakan "yang wajar", karena judex facti hanya berdasarkan

pada penilaian formalitas hukum semata dengan melihat "Termohon Kasasi dan

Terampu dalam hubungan hukum formal sebagai suami istri, tanpa melihat

(36)

Judex facti menyatakan bahwa" berdasarkan keterangan saksi-saksi sejak tinggal

dengan tergugat keadaan terampu jauh lebih sehat, sudah dapat berjalan karena tidak

lumpuh lagi dan sudah dapat bersosialisasi dengan tamu dan bisa tersenyum" akan

tetapi kalau dicermati dalam pertimbangan putusan a qou tidak didukung oleh

keterangan saksi-saksi dan bukti lain yang menyatakan bahwa terampu selama ini

sakit lumpuh atau sudah bisa bersosialisasi dengan tamu dan tersenyum.

Judex facti dalam pertimbangan putusannya , menyatakan bahwa pemohon kasasi

tidak dapat membuktikan bahwa penetapan no.02/Pdt.P/2009/PN.ME, mengandung

cacat yuridis denoan alasan :

a. Bahwa dalam proses penetapan pengampuan terhadap setiap orang karena

sebab- sebab yang diatur dalam pasal 433 KUHPerdata, harus mengacu pada

ketentuan sebagaimana tercantum dalam klausul pasal 439 KUHPerdata, yang

pada pokoknya menerangkan : " bahwa pengadilan harus meminta keterangan

pihak yang akan diminta pengampuan. Namunapabila tidak mampu untuk

dihadirkan maka pemeriksaasn harus dilakukan di rumahnya, kemudian hasil

pemeriksaan langsung terhadap calon terampu yang dilakukan di rumahnya

apabila tidak dilakukan langsung oleh Hakim atau Panitera, maka dapat

didelegasikan dengan dibuatkan Berita Acara dan turunan dari Berita Acara

tersebut harus dikirimkan ke Pengadilan Negeri''. Selanjutnya pada bagian

akhir pasal 439 KUH Perdata, pada pokoknya menerangkan bahwa "

(37)

terampu, baik melalui surat permintaan maupun pendapat para keluarga

sedarah.

Kemudian dengan memperhatikan klausul dalam pasal 440 KUH Perdata,

yang pada pokoknya menerangkan bahwa: apabila Pengadilan Negeri telah

memanggil dengan sah akan para keluarga sedarah atau semenda dan telah

pula mendengar si calon terampu sehingga diperoleh keterangan yang cukup,

maka Pengadilan negeri dapat membuat penetapannya, sebaliknya apabila

tidak diperoleh keterangan yang cukup dari pihak keluarga sedarah atas suatu

peristiwa yang dimohonkan maka dapat dilakukan dengan pemeriksaan

saksi-saksi.

b. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan, dimana

termohon kasasi selaku suami terampu telah mengembalikan terampu kepada

orang tua pemohon kasasi dan terampu pada tahun 2000 s/d 2008, sehingga

perawatan terampu menjadi tanggung jawab orang tuanya ( vide putusan :

keterangan saksi);

c. Pemohon kasasi selaku saudara seayah sedarah dengan terampu tidak pernah

diberitahu apalagi dimintakan pendapatnya oleh Pengadilan Negeri Muara

Enim, begitu pula dengan terampu, selaku pihak termohon tidak pernah

dihadirkan di persidangan kediamannya, akan tetapi menghadirkan saksi-saksi

Pengadilan Negeri Muara Enim telah melanggar asas audi et alteram partem

yaitu kewajiban untuk mendengarkan semua pihak yang terkait.

(38)

Bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan karena judex factiPengadilan Tinggi

yang memperbaiki putusan pengadilan negeri tidak salah menerapkan atau melanggar

hukum, putusan dan pertimbangannya telah tepat dan benar yaitu menolak gugatan

penggugat karena penggugat telah berhasil membuktikan dalil gugatannya yaitu

tergugat tidak layak sebagai pengampu istrinya bernama NISWATI, sedangkan

tergugat berhasil mempertahankan dalil bantahannya, lagi pula keberatan-keberatan

tersebut adalah mengenai hasil pembuktian yang bersifat penghargaan terhadap suatu

kenyataan, hal tersebut tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat

kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya

kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya

kelalaian dalam memenuhi syarat- syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang

bersangkutan, atau bila pengadilan tidak bcrwenang atau melampaui batas

wewenangnya.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata bahwa

putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau

undang-undang, maka permohonan kasasi yana diajukan oleh Pemohon Kasasi :

AMRI bin RISNO tersebut harus ditolak.

Dan hasil dari putusan Mahkamah Agung yaitu MENOLAK permohonan kasasi dari

(39)

Dalam kasus ini Hakim Mahkamah Agung tidak membatalkan penetapan

pengampuan terhadap Saudari Niswati dengan pcrtimbangan- pertimbangan :

- Bahwa Judex Fucti tidak salah dalam menerapkan hukum dan telah sesuai dengan

undang-undang.

Tentang penetapan pengampuan yang menurut Penggugat adalah tidak layak

dikarenakan tergugat sebagai suami terampu telah menikah siri dengan wanita lain

oleh tergugat telah diakui didepan hakim sebagaimana yang disampaikan oleh

Termohon Kasasi dalam jawabannya di persidangan, oleh karena pengakuan telah

disampaikan oleh Termohon Kasasi di depan persidangan, maka pengakuan

berdasarkan pasal 311 Rbg/ 174 HIR Jo 1925 KUH Perdata adalah merupakan bukti

yang sempurnaterhadap siapa yang melakukannya, baik oleh dirinya sendiri maupun

dengan perantaraan orang lain yang mendapat kuasa khusus untuk itu. Dengan

demikian apabila Termohon Kasasi telah memberikan pengakuan di depan sidang

pengadilan, maka menurut hukum pengakuan merupakan pembuktian yang

sempurna. Atinya kurang tepat untuk menamakanpengakuan itu sebagai alat bukti,

karena justru apabila dalil salah satu pihak telah diakui oleh pihak lain, lawannya

maka dalil tersebut sebenarnya tidak usah dibuktikan lagi. Yang harus dibuktikan

hanyalah terhadap dalil-dalil yang disangkal oleh pihak lawan. Pengakuan Tergugat

yang memihak pada penggugat, tidak disertai alasan- alasan yang kuat (met redenen

omkleed) maka menurut hukum tidak dapat dipercaya.

Perkawinan siri dalam masyarakat sering diartikan dengan pernikahan tanpa

(40)

nikah/ kawin) namun tidak dicatatkan pada kantor pegawai pencatatan nikah .84Dalam kasus ini Tergugat mengakui telah menikah siri dengan wanita lain. Dan Pengadilan

berpendapat hal ini merupakan suatu pembuktian yang sempurna.

Sedangkan penggugat sendiri tidak dapat melakukan tuntutan terhadap

tindakan tergugat karena pernikahan yang dilakukan tergugat adalah bukan

pernikahan yang sah di mata hukum. Kecuali pernikahan yang dilakukan

adalahpernikahan yang sah maka dapat dimintakan pembatalan. Tergugat dalam hal

ini juga tidak dapat melakukan pernikahan yang sah dikarenakan dia adalah seorang

TNI Angkatan Darat, seorang PNS tidak boleh mempunyai istri lebih dari satu. Hal

ini mengacu kepada UU Perkawinan No 1 tahun 1974. Sehingga Penggugat tidak

dapat mengatakan tergugat tidak layakkarena tidak mempunyai bukti yana kuat.

- Bahwa upaya termohon kasasi selaku suami yang mengambil terampu di rumah

orang tuanya dengan serta merta dan tanpa pemberitahuan adalah tindakan "yang

wajar", karena judex facti hanya berdasarkan pada penilaian formalitas hukum

semata dengan melihat "Termohon Kasasi dan Terampu dalam hubungan hukum

formal sebagai suami istri.

- Bahwa terhadap tuntutan pembatalan penetapan No 02/Pdt.P/2009/PN.ME oleh

penggugat dikarenakan cacat yuridis, karena tidak mengacu kepada ketentuan

sebagaimana tercantum dalam klausul pasal 439 KUH Perdata yang pada

pokoknya menerangkan : "bahwa pengadilan harus meminta keterangan pihak

yang akan dimintakan pengampuan. Namun apabila tidak mampu untuk

(41)

dihadirkan maka pemeriksaan harus dilakukan di rumahnya, kemudian hasil

pemeriksaan langsung terhadap calon terampu yang dilakukan di rumahnya

apabila tidak dilakukan langsung oleh Hakim dan Panitera, maka dapat

didelegasikan dengan dibuatkan Berita Acara tersebut harus dikirimkan ke

Pengadilan Negeri". Selanjutnya pada bagian akhir pasal 439 KUH Perdata, pada

pokoknya menerangkan bahwa " Pemeriksaan dapat tidak dilakukan sepanjang

telah diberitahukan kepada terampu, baik melalui surat permintaan maupun

pendapat para keluarga sedarah". Hakim pada pokoknya menyatakan bahwa

Pemohon Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa Penetapan No.

02/Pdt.P/2009/PN.ME mengandung cacat yuridis.

- Penggugat juga tidak mengajukan bukti apapun sebagai pembanding untuk

membuktikan penggugat lebih baik dari tergugat sebagai pengampu Niswati

(terampu). Sedangkan pihak tergugat sendiri telah mempunyai bukti- bukti yang

otentik yang menyatakan tentang keadaan jiwa si terampu dan juga dapat

menghadirkan saksi- saksi yang menyatakan bahwa terampu menjadi lebih sehat

setelah tinggal bersama tergugat dan sudah dapat berjalan lagi. Sehinga hakim

tidak perlu mengkoreksi tentang pasal ini karena tidak terdapat kesalahan dalam

penerapan hukum.

Menurut apa yang disebutkan diatas bahwa pengajuan penetapan pengampuan

oleh tergugat ini telah melanggar ketentuan dari pasal 439 KUH Perdata yang mana

tergugat sebagai suami tidak memberitahukan kepada pihak keluarga istrinya

(42)

tidak memanggil pihak- pihak keluarga terampu sebagai saksi. Pengadilan hanya

memeriksa saksi-saksi yang dihadirkan oleh tergugat saja.

Pengadilan seharusnya juga mcndatangkan keluarga sedarah terampu utuk

meminta keterangannya. Karena selama tergugat pindah tugas, penggugat dan Ibu

(terampu) yang mengurus terampu selama 8 (delapan) tahun. Tetapi disini Pengadilan

berpendapat karena Tergugat pada saat Pengajuan permohonan pembatalan pemtapan

pengampuan telah melengkapi bukti- bukti bahwa terampu terbukti tidak cakap dalam

melakukan tindakan hukum. Sehingga pengadilan berpendapat penetapan

pengampuan tidak cacat yuridis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suhartato yaitu Hakim pada

Pengadilan Negeri Medan juga menyatakan bahwa hal yang paling terpenting dalam

penetapan pengampuan adalah meminta keterangan dari keluarga sedarah dan juga

bukti-bukti otentik yang lain seperti keterangan dari pihak rumah sakit yang

menyatakan terampu memang mengalami gangguan jiwa, sehingga nantinya tidak

akan ada tuntutan dari pihak keluarga. Penetapan pengampuan harus berdasarkan

persetujuan kedua belah pihak yaitu apabila pihak suami yang menjadi Pengampu

maka harus mendapat persetujuan dari pihak keluarga terampu dan begitu juga

sebaliknya.

Menurut pasal 439 KUH Perdata menyatakan :

"setelah mendengar atau memanagil dengan sah akan segala mereka yang

tersebut dalam pasal yang lalu. Pengadilan harus mendengar akan seseorang yang

(43)

maka pemeriksaan itu harus dilangsungkan di rumahnya, oleh seorang Hakim atau

lebih yang diangkat untuk itu, disertai oleh Panitera, dan dalam segala hal, dengan

dihadiri oleh Jawatan Kejaksaan.

"Pemeriksaan tidak akan dilakukan. melainkan setelah diberitahukankepada si

pengampuannya diminta, baik isi surat permintaan, maupun laporan yang memuat

pendapat- pendapat para keluarsa sedarah''

Tetapi dalam kenyataannya hal ini jarang dilakukan oleh Pengadilan untuk

pemeriksaan secara langsung oleh Hakim tentang keadaan si terampu yang

sebenarnya, karena selain membutuhkan waktu yang lebih lama, dan jika penetapan

ini hanya mengenai perlindungan terhadap diri si terampu maka tidak dilakukan

kecuali ada hal yang mengenai harta kekayaan yang harus di urus. Pengadilan

menganggap apabila semua bukti- bukti maupun pendapat dari keluarga sedarah telah

lengkap maka penetapan pengampuan dapat langsung dilakukan.

Sehingga yang dapat menjadi dasar pembatalan suatu penetapan pengampuan

oleh hakim yaitu :

1. Jika terbukti, mereka berkelakuan buruk, maksudnya disini adalah si Pengampu

tidak merawat terampu dengan baik, bertindak sewenang-wenang terhadap

terampu dan menyiksa si terampu baik secara fisik ataupun mental.

2. Mereka yang dalam menunaikan tugasnya mengampu menyalahgunakan,

memperlihatkan ketidakcakapan dan mengabaikan kewajibannya: yaitu

menyebabkan kerugian terus menerus dan secara nyata dilihat oleh pengampu

(44)

tujuan memperkaya diriserndiri dari menjual seluruh harta benda milik si

terampu.

3. Mereka dalam keadaan pailit, pengampu ditetapkan pailit oleh pengadilan,

sehingga ia mempunyai kedudukan yang sama dengan si terampu sehinga ia tidak

dapat lagi memangku jabatannya sebagai pengampu.

4. Mengadakan perlawanan kepada si terampu baik terhadap dirinya sendiri, dan

harta bendanya di muka pengadilan,yaitu baik pengampu atau bapaknya, ibunya,

istri/ suaminya atau anak- anaknya melancarkan perkara di muka Hakim,

melawan si terampu dan terlibat didalamnya mengenai kedudukan, harta

kekayaan atau sebagian besar barang-barangnya.

5. Mereka yang dijatuhi hukuman telah berkekuatan hukum tetap karena kejahatan

atas orang yang diampunya;

6. Pengampu yang dihukum penjara selama dua tahun atau lebih.85

B. Perwujudan Kepastian Hukum terhadap Putusan Mahkamah Agung nomor2221/K/Pdt/2010

Lembaga-lembaga penegak hukum, khususnya lembaga pengadilan dalam

situasi apapun tetapmenjadi tumpuan harapan bagi masyarakat luas

untukmendapatkan nilai kebenaran, kepastian, kemanfaatan dan keadilan hukm.

Apalagi dengan diterimanya paham demokrasi dalam pergaulan masyarakat

internasional, menjadi tumpuan harapan dapat menjaga dan mempertahankan

nilai-nilai serta hak dcmokrasi masyarakat.

(45)

"Menurut Ir. Susanto (1995 :1) pengadilan sebagai lembaga yang berfungsi melakukan penegakan hukummelayani kepentingan dan hidup di tengah-tengah masyarakat, maka fungsi penegakan hukum oleh pengadilan itu tidak terlepas dari proses yang terjadi sebagai suatu realitas di dalam masvarakat yang lebih memposisikan lembaga pengadilan sebagai lembaga multifungsi dalam artian bukan proses yuridis semata, melainkan proses yang melibatkan perilaku- perilaku masyarakat yang berlangsung dalam suatu struktur.86

"Dari pemikiran para yuris, proses peradilan sering hanya diterjemahkan sebagai suatu proses memeriksa dan mengadili secara penuh dengan berdasarkan hukum positif semata- mata. Pandangan bersifat formal atau legistis ini, mendominasi pemikiran para penegak hukum, sehingga apa yang menjadi bunyi undang- undang, itulah yang akan menjadi hukumnya. Akibatnya terjadilah penegakan hukum yang kaku, cenderung mengabaikan rasa keadilan masyarakat karena lebih mengutamakan kepastian hukum. Proses mengadili pada hakekatnya bukan proses yuridis semata, bukan hanya menerapkan bunyi pasal- pasal dari undang- undana, melainkan proses yang melibatkan perilaku- perilaku masyarakat dan berlangsung dalam suatu struktur sosial tertentu.87

Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan

sewenang-wenang yang paling dominan yang dijadikan hakim dalam memutuskan

perkara yang ditangani, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh

sesuatu vang diharapkan dalam keadaan tertentu.88

Pada praktiknya penekanan kepada asas kepastian hukum oleh hakim lebih

cenderung mempertahankan norma-norma hukum tertulis dari hukum positif yang

ada. Penekanan yang lebih cenderung kepada asas keadilan dapat berarti harus

mempertimbangkan hukum yang hidup di masyarakat, yang terdiri dari

kebiasaan-86Suko wiyono,Peran LEMBAGA Peradilan dalam Mewujudkan Nilai

Kepastian,Kemanfaatan dan Keadilan,http://google.co.id,diakses pada tanggal 2 November 2012 87

ibid

(46)

kebiasaan dan ketentuan hukum tidak tertulis. Hakim dengan alasan serta

pertimbangan hukumnya harus mampu mengakomodir segala ketentuan yang hidup

dalam masyarakat saat memilih asas keadilan sebagai dasar memutuskan perkara

yang dihadapi.

Akan tetapi, dalam beberapa hal tersebut diwujudkan secara berurutan, karena

dalam pertimbangannya hakim memiliki argumentasi yang berbeda dengan bunyi

pasal peraturan perundang- undangan. Inilah yang sebagian pihak dipandang tidak

menciptakan "kepastian hukum" meskipun di satu sisi telah menciptakan keadilan

bagi para pencari keadilan. Adapula yang berpendapat sebaliknya, hakim telah

menciptakan suatu kepastian hukum tetapi di satu sisi tidak tercapainya suatu

keadilan.

Seperti dalam kasus ini putusan hakim seperti kurang adil karena dalam

pertimbangan- pertimbangannya, hakim berpendapat apabila bukti- bukti autentik

telah jelas, maka orang tersebut yang paling berhak untuk menjadi pengampu. Tanpa

adanya melihat fakta- fakta yang selama ini ada dan tanpa adanya pemeriksaan ulang

lebih mendalam.

Dalam tuntutan penggugat yang menyatakan penetapan pengampuan nomor

2/Pdt.P/2009/PN.ME cacat yuridis karena tidak memenuhi ketentuan peraturan yang

berlaku yaitu pasal 439 KUH Perdata berbunyi "setelah mendengar atau memanagil

dengan sah akan segala mereka yang tersebut dalam pasal yang lalu, Pengadilan harus

mendengar akan seseorang yang pengampuannya diminta. jika orang ini kiranya

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kompos TKKS pada dosis 75 g/polybag terhadap kedua media tanah menunjukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan pada dosis 25 dan 50 g/polybag berpengaruh nyata

Dalam Rencana Kerja Tahunan Tahun 2013 telah ditetapkan 9 ( Sembilan ) Program dan 31 Kegiatan yang diwujudkan melalui penetapan Kinerja yang dilaksanakan dan

Kasim maupun Ketua Muhammadiyah pada waktu itu, dimutasi paksa oleh Pemerintah Belanda ke Makassar (1934). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa struktur politik yang

The turbidity value used in this analysis is the turbidity values resulted from the hydrological tank model based on the constant intensity of precipitation input data at 10, 20

[r]

Korelasi antara Nilai Parameter Hemostasis terhadap Tumor Marker pada Pasien Kanker Paru Bukan Sel Kecil dengan Kemoterapi. Pada akhirnya dalam menilai adakah korelasi

 Membaca buku cerita dan melaporkan isi buku secara tertulis tentang penjelasan teks percakapan dengan lafal dan intonasi yang

R Molina et al, 2003, Tumor Markers (CEA, CA 125, CYFRA 21-1,SCC and NSE) in patients with Non-Small Cell Lung Cancer as an Aid in Histological Diagnostic and Prognosis,