BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Alwi, 2008:95). Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki bahasa tersendiri atau dikenal dengan bahasa daerah.
Bangsa Indonesia pada umumnya memiliki keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. BI digunakan untuk berkomunikasi dengan penutur etnik lain seperti di kantor, di pasar, di sekolah, di tempat-tempat umum lainnya dan bahasa daerah digunakan ketika berkomunikasi dengan penutur sesama etnik.
Seseorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa sekaligus terlibat dengan dua budaya, tentu tidak terlepas dari akibat-akibat penggunaan dua bahasa itu. Salah satu akibat dari kedwibahasaan adalah adanya penggunaan bahasa yang selalu bercampur menjadi satu kalimat atau digunakannya unsur-unsur dari bahasa yang satu pada penggunan bahasa yang lain. Campur kode yang digunakan atau biasa terbentuk karena adanya serpihan-serpihan dari bahasa daerah yang muncul ketika masyarakat sedang bertutur dengan lawan tuturnya. Seorang penutur misalnya, dalam berbahasa Indonesia sering menyelipkan serpihan bahasa daerahnya, bisa dikatakan telahmelakukan campur kode.
Menurut Hymes (dalam Sumarsono 2004 : 312) sosiolinguistik merupakan linguistik yang dapat memberikan sumbangan terhadap etnografi komunikasi. Sosiolinguistik memberikan sumbangan terhadap kajian komunikasi pada umumnya melalui kajian tentang organisasi alat-alat verbal dan tujuan akhir yang didukungnya. Pendekatan di dalam sosiolinguistik yang demikian disebut dengan etnografi wicara.
Campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat tutur (Chaer, 2004:114). Unsur-unsur bahasa yang menyusup ke dalam bahasa lain itu tidak lagi memunyai fungsi tersendiri, melainkan menyatu dengan bahasa yang disusupinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Campur kode dapat terjadi karena perbedaan karakteristik penutur yang terikat konteks. Dalam sebuah tuturan, biasanya setiap penutur mempunyai latar belakang pengetahuan yang berbeda. Campur kode terjadi karena keterbatasan bahasa yang dimiliki penutur sehingga penutur menggabungkan bahasa yang digunakannya dengan bahasa lain yang mudah dipahami.
Kajian mengenai bahasa menjadi salah satu kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa itu meliputi dua bidang yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri (Ritonga, 2016:1).
Sebagai masyarakat dwibahasa dan multibahasa, masyarakat tutur di desa Kedai Durian Delitua tentunya juga memiliki bahasa yang dipakai dalam berkomunikasi antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Bentuk tuturan sehari-hari pada desa ini sangat beragam di dalam proses komunikasisehari-hari
Dari batasan-batasan sosiolinguistik tersebut dapat disimpulkan bahwa kajian sosiolinguistik meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Jadi jelas, dalam studi ini segi kebahasaan berkaitan dengan linguistik dan segi kemasyarakatannya berkaitan dengan sosiologi. Pengertian dasar inilah yang digunakan sebagai dasar penelitian Campur kode pada tuturan sehari-hari di Desa Kedai Durian Delitua.
Adapun yang menjadikan alasan mengapa peneliti tertarik untuk mengambil judul
Campur Kode Pada Tuturan Sehari-hari masyarakat di Desa Kedai Durian Delitua menjadi
objek penelitian ini, karena di desa ini sering menggunakan campur kode ketika sedang berkomunikasi antar masyarakat yang merupakan sesama etnis. Misalnya, masyarakat yang sama-sama bersuku Jawa ketika berkomunikasi mereka menggunakan campur kode bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Adapun alasan lain, karena penelitian tentangCampur Kode Pada Tuturan Sehari-hari masyarakat di Desa Kedai Durian Delituabelum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu meneliti objek tersebut agar dapat menambah pengetahuan dalam meneliti tentang campur kode bahasa.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini mengenai campur kode dalam tuturan sehari-hari di Desa Kedai Durian Delitua. Sebaiknya, masalah ini dibatasi agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai pada permasalahan yang lebih khusus untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Peneliti membatasi objek penelitian ini hanya tentang bentuk dari campur kode yaitu tentang penyisipan kata, penyisipan berupa pengulangan kata, dan frasa. Dalam pembahasan kedua yaitu peneliti membahas tentang faktor penyebab terjadinya campur kode.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk-bentuk campur kode pada tuturansehari-hari masyarakat di Desa Kedai Durian Delitua?
2. Apa faktor penyebab terjadinya campur kode pada tuturansehari-hari masyarakat di Desa Kedai Durian Delitua?
3.
1.4Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan bentuk dari campur kode pada tuturan sehari-hari di Desa Kedai Durian Delitua.
2. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya campur kode pada tuturan sehari-hari di Desa Kedai Durian Delitua.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Menambah pengetahuan dalam meneliti tentang campur kode bahasa, dan
menjadi sumber masukan bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut mengenai campur kode bahasa.
2. Memperkaya pengetahuan penutur, masyarakat yang berhubungan dengan campur kode bahasa.
1.5.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan campur kode bahasa yang dapat merusak atau mengubah bahasa yang sebenarnya.
2. Sebagai informasi mengenai hasil penelitian yang baru tentang campur kode bahasa khususnya untuk mahasiswa Program Study Sastra Indonesia.