• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Makanan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Makanan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

37 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode mixed methods research, yaitu

penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode

kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan teknik survey dengan pendekatan

deskriptif terhadap sekelompok obyek (cukup banyak) yang diselenggarakan

dalam jangka waktu tertentu. Metode kualitatif menggunakan pendekatan

deskriptif melalui prosses dan makna atau perspektif subjek (Imron., dkk, 2010).

Adapun metode kuantitatif adalah metode yang akan lebihdominan

digunakan dalam penelitian ini. Survei tidak melakukan penelitian untuk membuat

suatu deskripsi saja, akan tetapi juga mengaitkan dan menjelaskan tentang adanya

hubungan dari berbagai variabel terkait dengan persoalan(Azwar, 2003). Dalam

penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas yang mencakup

indikator-indikator pelayanan makanan dan variabel terikat yaitu kepuasan pasien pada

penyelenggaraan makanan di RSU Haji Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan yang beralamat di Jl.

Rumah Sakit Haji Medan. Jangka waktu penelitian ini dimulai dari bulan

(2)

38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau subjek riset dalam arti lain

populasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki nilai yang semua

ingin diteliti sifatnya (Azwar, 2003). Populasi juga bukan sekedar jumlah yang

ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh karakteristik

atrau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah sebanyak 740 orang yang terdiri dari 213 orang pasien rawat

inap kelas I, 125 orang pasien kelas II, dan 402 orang pasien kelas III di RSU

Haji Medan yang diambil dari data pasien dalam satu bulan terakhir yaitu dari

awal bulan November sampai awal bulan Desember. Selain itu, penelitian ini juga

menjadikan kepala instalasi gizi sebagai informan dalam memperoleh gambaran

pelayanan makanan di rumah sakit tersebut.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan

diamati atau diukur peneliti. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling. Simple random sampling adalah pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan secara acak sederhana (Azwar., dkk, 2014).

Semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri. Sampel yang di

ambil dalam penelitian ini adalah pasien yang sedang menjalani rawat inap di

(3)

a. Tidak menderita penyakit jiwa atau dalam perawatan intensif

b. Pasien dalam keadaan sadar dan bisa diajak berkomunikasi

c. Pasien bersedia untuk diwawancarai.

Agar responden (sampel) yang diambil dalam penelitian ini dapat

mewakili populasi, jumlah responden ditentukan menurut perhitungan

berdasarkan rumus Slovin (Azwar., dkk, 2014), yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

e= Presentase tingkat kesalahan; e = 0,1 (10%).

Perhitungan sampel untuk pasien dimasing –masing kelas, yaitu sebagai berikut.

n =

n = 740

1 + 7,40 (0,1)2

n = 740 = 88,09

8,40

Berdasarkan perhitungan diatas, maka keseluruhan sampel yang menjadi

responden dalam penelitian ini disesuaikan oleh peneliti menjadi sebanyak 89

orang. N 1 + N (e)2

N

1 + N (

e

)

2

(4)

40

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Sumber data yang dgunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh

langsung dari responden atau pasien berupa jawaban terhadap pertanyaan dalam

kuesioner. Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen Rumah

Sakit Umum Haji Medan, termasuk lampiran Standar Pelayanan Minimal RSU

Haji Medan yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 17

Tahun 2014 dan Peraturan Perundang-Undanganstudi kepustakaan yang melalui

kegiatan pengumpulan keterangan melalui buku-buku, jurnal, skripsi, tesis, dan

penelitian-penelitian terdahu.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam fungsinya masing-masing teknik pengumpulan data penelitian

dipilih teknik yang tepat dan sesuai dengan permasalahan penelitian Adapun

teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui kuesioner (angket).

Kuesioner (angket) adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu

penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut

kepentingan umum (orang banyak). Angket ini dilakukan dengan mengedarkan

suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis

kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan

sebagainya. Berdasarkan strukturnya, angket terbagi menjadi dua yaitu angket

(5)

Angket atau kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dijadikan

sebagai alat pengambil data kepuasan pasien. Angket yang digunakan yaitu

angket berbentuk pilihan (closed ended item), alasan digunakannya angket

berbentuk pilihan adalah untuk membantu responden mempermudah mengisinya

dan juga untuk mempermudah peneliti menganalisa hasilnya. Selain itu

diperlukan juga kuesioner terbuka yang berguna untuk memperoleh gambaran

pelayanan makanan di instalasi gizi.

3.5 Instrumen Penelitian

Pada dasarnya sebuah penelitian bekerja atas data, maka data tersebut

perlu dikumpulkan terlebih dahulu. Cara dan atau pun alat untuk mengumpulkan

data dalam penelitian dikenal dengan istililah instrumen penelitian. Suatu

instrumen haruslah sesuai dengan macam dan tujuan penelitian yang akan

dilakukan. Instrumen sebagai alat pengukur data harus valid dan reliabel sehingga

data empiris dapat diperoleh sebagaimana mestinya. Penelitian ini menggunakan

metode survey dan data dikumpulkan dengan angket (Azwar, 2003).

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik kuesioner

atau angket. Maka, untuk pembuatan instrumen penelitian disusun melalui

pedoman dari kajian teori. Adapun didalam kajian teori tersebut tercantumlah

beberapa variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut kemudian akan

dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dituangkan dalam beberapa

pertanyaan/pernyataan. Peran responden yang sudah ditentukan akan memberikan

(6)

42

dikumpulkan oleh peneliti. Adapun indikator-indikator tersebut tercantum

didalam tabel berikut.

(7)

Variabel

Berdasarkan variabel yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini skala

pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Skala likert merupakan suatu

skala yang dirancang untuk memungkinkan responden menjawab dalam berbagai

tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa/produk. Skala likert paling

sering digunakan dalam penelitian yang menggunakan metode survey. Skala likert

sering digunakan untuk kuesioner yang mengungkap sikap dan pendapat

seseorang terhadap suatu fenomena (Supranto, 2001). Dengan skala likert,

variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi beberapa indikator.

Indikator-indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk membuat item-item

instrumen yang perlu dijawab oleh responden. Dalam instrumen harus ada kriteria

penilaian. Kriteria penilaian merupakan alat untuk menilai hasil/jawaban

instrumen/angket dan untuk mengklasifikasikan nilai yang dicapai. Angket ini

dituangkan dalam bentuk checklist yang terdiri dari dua pertanyaan, yaitu

pertanyaan yang mendukung (positif) dan pertanyaan yang tidak mendukung

(negatif) (Alifianti, 2015). Adapun alternatif jawaban tersebut diberi bobot seperti

(8)

44

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian untuk Angket Kepuasan Pasien Kenyataan

Jawaban Nilai

Sangat Puas (SP) 5

Puas (P) 4

Cukup Puas (CP) 3

Tidak Puas (TP) 2

Sangat Tidak Puas (STP) 1

3.6 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Dalam suatu penelitian, dituntut pertanggungjawaban secara ilmiah, maka

untuk memperoleh hasil penelitian yang akurat harus melalui pengukuran

validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang

ingin diukur. Maka, sebuah instrumen yang sudah disusun dalam bentuk

kuesioner dapat teruji validitasnya (Sunyoto, 2012).

Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu

dengan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi instrumen itu terdapat variabel yang

diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yang telah

dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas

dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis. Adapun uji instrumen validitas

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas internal dan validitas

eksternal. Pengujian validitas eksternal pada penelitian ini digunakan rumus

korelasi Product Moment dari Pearson yaitu yaitu dengan mengkorelasikan antara

nilai tiap-tiap butir pertanyaan atau pernyataan dengan skor total (Supranto,

(9)

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas disini menunjukkan

tingkat konsistensi dan stabilitas dari data berupa skor hasil persepsi suatu

variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. Dengan demikian reliabilitas

meliputi stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran. Stabilitas mampu

menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan

terhadap perubahan situasi apapun.

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai cronbach’s alphadan taraf keyakinan (coefficients

of confidance = CC) dengan ketentuan sebagai berikut :

- Jika CC < cronbach’s alpha, item pertanyaan reliabel (konsisten).

- Jika CC > cronbach’s alpha, item pertanyaan tidak reliabel (tidak konsisten).

Secara matematis, besarnya reliabilitas dirumuskan sebagai berikut

(Sunyoto, 2012).

Berdasarkan hasil uji coba kuesioner yang dilakukan terhadap 29 orang

pasien di RSU Haji Medan menunjukkan bahwa terdapat beberapa pernyataan

(10)

46

a. Variabel Variasi Menu Makanan

Tabel 3.3 Validitas dan Reliabilitas Variabel Waktu Makan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,000 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,000 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) lebih

kecil daripada tingkat signifikansi yang digunakan yakni 5% (0,05). Dengan nilai

Conbrach Alpha 0,773. Maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel waktu

makan telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas.

Tabel 3.4 Validitas dan Reliabilitas Variabel Penampilan Makanan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,000 0,05 Valid

2 0,011 0,05 Valid

3 0,001 0,05 Valid

4 0,005 0,05 Valid

5 0,002 0,05 Valid

6 0,000 0,05 Valid

7 0,000 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) pada

seluruh variabel lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan

(0.011>0,05). Dengan nilai Conbrach Alpha 0,783. Maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh variabel penampilan makanan telah memenuhi uji validitas dan

(11)

Tabel 3.5 Validitas dan Reliabilitas Variabel Rasa Makanan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,062 0,05 Tidak Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,001 0,05 Valid

4 0,000 0,05 Valid

5 0,000 0,05 Valid

6 0,000 0,05 Valid

7 0,000 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) pada

variabel nomor 1 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan

(0.062>0,05). Dengan nilai Conbrach Alpha 0,720. Maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh variabel rasa makanan telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas,

kecuali variabel nomor 1.

Tabel 3.6 Validitas dan Reliabilitas Variabel Keramahan Pramusaji

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,000 0,05 Valid

2 0,001 0,05 Valid

3 0,361 0,05 Valid

4 0,002 0,05 Valid

5 0,001 0,05 Valid

6 0,000 0,05 Valid

7 0,277 0,05 Valid

8 0,007 0,05 Valid

9 0,000 0,05 Valid

10 0,002 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) pada

variabel nomor 3 dan nomor 7 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang

digunakan (0.361>0,05 dan 0,277>0,05). Dengan nilai Conbrach Alpha 0,767.

Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel keramahan pramusaji telah

(12)

48

Tabel 3.7 Validitas dan Reliabilitas Variabel Kebersihan Alat dan Makanan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,000 0,05 Valid

2 0,025 0,05 Valid

3 0,012 0,05 Valid

4 0,642 0,05 Valid

5 0,062 0,05 Valid

6 0,972 0,05 Valid

7 0,000 0,05 Valid

8 0,122 0,05 Valid

9 0,000 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) pada

variabel nomor 4, 5, 6 dan 8 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang

digunakan (0,642>0,05; 0,062>0,05; 0,972>0,05; dan 0,122>0,05). Dengan nilai

Conbrach Alpha 0,760. Maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel

Kebersihan Alat dan Makanan telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas,

kecuali variabel nomor 4, 5, 6 dan 8.

Tabel 3.8 Validitas dan Reliabilitas Variabel Variasi Menu Makanan

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,000 0,05 Valid

2 0,000 0,05 Valid

3 0,296 0,05 Valid

4 0,003 0,05 Valid

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. (2-tailed) pada

variabel nomor 3 lebih besar daripada tingkat signifikansi yang digunakan

(0.296>0,05). Dengan nilai Conbrach Alpha 0,568. Maka dapat disimpulkan

bahwa seluruh variabel variasi menu makanan telah memenuhi uji validitas dan

(13)

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif

kuantitatif. Untuk menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana

kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan yang diberikan oleh Rumah Sakit

Umum Haji Medan dengan jasa yang diharapkan pasien.

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda

merupakan analisis hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu

variabel dependen. Data yang diperoleh, dikumpulkan kemudian diolah dengan

langkah-langkah editing, coding, dan entry data. Selanjutnya data akan dianalisis

menggunakan SPSS. Metode analisis data menggunakan uji regresi linear

berganda dapat diukur dengan persamaan :

Y = b

0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + μ

di mana :

Y = Kepuasan pasien

X

1 = Waktu makan

X

2 = Penampilan makanan

X

3 = Rasa makanan

X

4 = Keramahan pramusaji

X

5 = Kebersihan alat dan makanan

X6= Variasi menu makanan

b

0 = Intercept

b

1 – b6= Koefisien Regresi

(14)

50

3.8 Definisi Operasional

a. Waktu makan adalah jadwal yang tepat dan sudah disesuaikan untuk

memberikan makanan kepada konsumen. Hal ini mencakup waktu makan pagi,

siang dan malam

b. Penampilan makanan merupakan bentuk pernyataan dari gambaran

penyelenggaraan makanan yang dapat dinilai baik secara objektif maupun

objektif. Hal ini mencakup warna, tekstur, bentuk, porsi dan penyajian makanan.

c. Rasa makanan adalah tanggapan indra pengecap terhadap rangsangan yang

dihasilkan oleh makanan yang dikonsumsi oleh konsumen. Hal ini mencakup

aroma, pengolahan bumbu dan temperatur makanan.

d. Keramahan pramusaji adalah sikap dari pramusaji yang diharapkan dapat sigap,

cekatan., mampu berkomunikasi, baik dalam bersikap, berekspresi wajah dan

senyum akan mempengaruhi pasien untuk menikmati makanan dan akhirnya

dapat menimbulkan rasa puas.

e. Kebersihan alat dan makanan yaitu upaya yang dilakukan untuk menghindari

kontaminasi organisme atau bibit penyakit yang tertinggal akan berkembang biak

dan mencemari makanan. Hal ini mencakup kelengkapan dan kebersihan

peralatan makan seperti piring, sendok, mangkuk, gelas, tisu makan dan plastik

penutup makanan.

f. Variasi menu makanan adalah beraneka ragam jenis menu makanan yang

disajikan secara bergantian dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi dan

(15)

g. Kepuasan pasien adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan di mana pasien memandang pelayanan makanan yang diberikan

oleh pihak rumah sakit yang diukur menggunakan fungsi dari tingkat harapan

(16)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat RSU Haji Medan

Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan Umat

Islam di Sumatera Utara, khususnya di Kotamadya Medan, gagasan mendirikan

rumah sakit yang bernafaskan islam terus berkembang. Pada musim haji tahun

1990 terjadi musibah terowongan Mina yang banyak menimbulkan korban

Jemaah Haji Indonesia. Mulai pada saat itu timbullah gagasan pemerintah untuk

membangun rumah sakit yang bernafaskan islam. Pembangunan rumah sakit ini

mendapat persetujuan dari pemerintah pusat yakni berupa penyaluran bantuan

Garuda Indonesia, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila bahkan bantuan dari

Pemda Tk. II Sumatera Utara, Instansi Pemerintah dan Swasta, serta dukungan

dari masyarakat melalui infaq para jamaah haji.

Pada tanggal 7 Maret 1991, melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi

Sumatera Utara No. 445.05/712.K, maka dibentuklah Panitia Pembangunan RS

Haji Medan dan diadakan peletakan batu pertama oleh Bapak Menteri Agama RI

dan Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Peresmian RS Haji Medan dilakukan oleh

Bapak Presiden Soeharto pada tanggal 4 Juni 1992. Pada tanggal 3 Juni 1998

terbentuklah yayasan RS Haji Medan dengan Ketua Umum Gubernur Provinsi

(17)

pengalihan Pengelolaan Yayasan RS Haji Medan Kepada Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara.

4.1.2 Visi dan Misi RSU Haji Medan

Visi RSU Haji Medan adalah menjadi “Rumah Sakit Unggulan dan Pusat

Rujukan dengan Pelayanan Bernuansa Islami, Ramah Lingkungan Berdaya Saing

sesuai Standar Nasional dan Internasional”. Untuk mewujudkan visi tersebut RSU

Haji Medan mempunyai misi yaitu :

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia RSU Haji

Medan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki intregitas dan religius.

2. Meningkatkan Kualitas sarana dan prasarana RSU Haji Medan sesuai standar

Nasional dan Internasional dengan prinsip kenyamanan dan keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia RSU Haji Medan Provinsi

Sumatera Utara melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

4. Meningkatkan Kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih, ramah, aman dan

nyaman serta lingkungan yang sehat bernuansa Go Green.

4.1.3 Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di RSU Haji Medan

Jumlah tenaga medis di RSU Haji Medan sebanyak 116 orang dokter

umum dan spesialis, 204 orang perawat, 19 orang teknisi Medis, 18 orang

pegawai khusus bidan, 7 orang pegawai khusus kefarmasian dan 1 orang pegawai

(18)

54

4.1.4 Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Berdasarkan informasi yang didapatkan melalui wawancara singkat

dengan Kepala Instalasi Gizi RSU Haji Medan, maka diperoleh beberapa

informasi penting mengenai pelayanan makanan di RSU Haji Medan. Pedoman

Gizi Rumah Sakit (PGRS) sebagai starndar pelayanan makanan pasien yang

ditetapkan Departemen Kesehatan bagi setiap rumah sakit di Indonesia telah

digunakan oleh RSU Haji Medan. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat

beberapa hambatan dalam hal pendistribusian, perencanaan menu, sarana

prasarana dan peralatan yang digunakan.

Adapun sumber daya manusia, khususnya tenaga pengelola makanan yang

terdapat di instalasi gizi RSU Haji Medan adalah sebanyak 37 orang, yang terdiri

dari 1 orang kepala instalasi gizi, 1 orang kepala gudang dan administrasi, 8 orang

ahli gizi, 13 orang tenaga pengolah tamatan SMU dan SMK Tata Boga, 8 orang

prakarya dan 6 orang pramusaji tamatan SMU.

Penganggaran dalam instalasi gizi dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu

setiap bulan Oktober. Penyusunan anggaran didasarkan pada siklus menu yang

telah ditetapkan oleh pihak instalasi gizi. Adapun besar anggaran biaya makanan

pasien secara umum berkisar antara Rp 35.000,- s.d Rp 40.000,- per hari. Menu

makanan disusun bervariasi dengan menggunakan menu siklus 10 hari, baik

menu untuk pasien diet khusus maupun pasien dengan diet normal masing-masing

disesuaikan.

Adapun sarana prasarana yang terdapat di instalasi gizi RSU Haji Medan

(19)

makanan basah (freezer), timbangan, kompor, frying pan, rice cooker, food troli,

alat makan berdasarkan kelas. Peralatan makanan untuk pasien kelas I dan kelas II

yaitu berupa baki berbahan melamin, sendok plastik, piring, mangkuk dan tissu

makan. Peralatan makanan untuk pasien kelas III yaitu berupa ompreng dan

sendok plastik. Dalam setiap penyajiannya ditutupi dengan menggunakan plastik

wrap.

Waktu pendistribusian makan pagi yaitu pada pukul 07.00 WIB dan snack

pukul 10.00 WIB, makan siang pukul 12.00 WIB dan snack pukul 16.00 WIB,

serta makan malam pukul 17.00 WIB. Namun, ketentuan waktu pendistribusian

tersebut tidak seterusnya berjalan lancar. Beberapa kali juga pernah mengalami

keterlambatan pendistribusian, hal ini disebabkan oleh penyelenggaraan makanan

RSU Haji Medan yang menggunakan sistem sentralisasi. Sistem sentralisasi

mengatur segala jenis kegiatan yang berlangsung dalam penyelenggaraan

makanan melalui instalasi gizi. Oleh karena itu,sistem sentralisasi ini memiliki

kelemahan yaitu pada kegiatan distribusi makanan kepada pasien. Keterlambatan

pendistribusian makanan kepada pasien mengakibatkan makanan tidak lagi terasa

hangat, hal ini juga menjadi keluhan bagi pasien.

Permasalahan lain juga ditemukan melalui penghitungan sisa makanan

pasien, pasien diet khusus memiliki sisa makanan yang lebih tinggi dibandingkan

pasien dengan diet normal. Sisa makanan ini juga tergantung pada menu yang

disajikan oleh pihak instalasi gizi, pada umumnya pasien tidak banyak

(20)

56

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 89 orang. Karakteristik dalam

penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, etnik,

status perkawinan, kelas perawatan, lama perawatan, perilaku merokok,

perawatan sebelumnya, dan jenis diet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden terbanyak adalah wanita yaitu sebanyak 49 orang (55,1%), umur

terbanyak antara 39-59 tahun, yaitu sebanyak 44 orang (49,4%), pendidikan

terakhir terbanyak adalah SMA, yaitu sebanyak 39 orang (43,8%), pekerjaan

terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 37 orang (41,5%), etnik terbanyak

adalah Jawa, yaitu sebanyak 32 orang (36,0%), status perkawinan terbanyak

adalah kawin, yaitu sebanyak 74 orang (83,1%), lama perawatan terbanyak adalah

antara 3-6 hari, yaitu sebanyak 60 orang (56,2%), perilaku merokok terbanyak

adalah sebanyak 61 orang yang tidak merokok (68,5%), perawatan sebelumnya

terbanyak adalah 61 orang yang belum pernah dirawat sebelumnya (68,5%), dan

jenis diet terbanyak adalah sebanyak 71 orang dengan diet normal (79,8%).

Berikut hasil uji statistik.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di RSU Haji Medan

No. Karakteristik Jumlah Pasien

n %

1. Jenis Kelamin Pria

Wanita

40 49

44,9 55,1

Jumlah 89 100,0

2. Umur

18-38 39-59 60-80

29 44 16

(21)
(22)

58

4.2.2 Kepuasan Pasien terhadap Variabel Waktu Makan di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap waktu makan pasien terbagi menjadi beberapa

kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas (TP), dan

sangat tidak puas (STP). Berikut hasil pengukuran.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Waktu Makan Pasien Kelas di RSU Haji Medan

Pernyataan

Kepuasan terhadap Waktu Makan Pasien

STP TP CP P SP

1. Ketepatan waktu makan pagi yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit

2. Ketepatan waktu makan siang yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit

3. Ketepatan waktu makan malam yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit

Berdasarkan Tabel 4.2 ditemukan sebanyak 74,2% responden menyatakan

tidak puas terhadap kenyataan waktu makan yang disajikan oleh pihak rumah

sakit. Terutama pada waktu pagi hari. Hal ini terlihat dari persepsi pasien yang

menyatakan bahwa waktu makan pagi sering mengalami keterlambatan.

4.2.3 Kepuasan Pasien terhadap Variabel Penampilan Makanan di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap penampilan makanan terbagi menjadi beberapa

kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas (TP), dan

(23)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Penampilan Makanan Pasien di RSU Haji Medan

Pernyataan

Kepuasan terhadap Penampilan Makanan Pasien

4. Sayur yang dihidangkan berwarna segar 5. Tekstur makanan yang mudah dicerna 10

(11,2) 6. Bentuk makanan yang rapi dan

menarik 7. Porsi sayur sesuai dengan kebutuhan

pasien kurang lebih ¾ mangkok

7 8. Porsi lauk yang sesuai dengan ukuran

dan kebutuhan pasein 9. Penyajian makanan yang tertutup 1

(1,1) 10. Penyajian makanan yang menggugah

selera makan

Berdasarkan Tabel 4.3 ditemukan sebanyak 77,5% responden menyatakan

tidak puas terhadap penampilan makanan yang disajikan, terutama pada bentuk

makanan yang disajikan. Hal ini terlihat dari persepsi pasien yang menyatakan

bahwa bentuk makanan yang disajikan oleh pihakrumah sakit kurang menarik dan

rapi.

4.2.4 Kepuasan Pasien terhadap Rasa Makanan di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap rasa makanan terbagi menjadi beberapa

kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas (TP), dan

sangat tidak puas (STP). Berikut hasil pengukuran.

Berdasarkan Tabel 4.4 ditemukan sebanyak 78,7% responden menyatakan

tidak puas terhadap rasa makanan. Terutama pada aroma makanan yang kurang

(24)

60

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Rasa Makanan di RSU

11. Aroma makanan yang dapat menggugah selera makan 12. Pengolahan bumbu yang matang 7

(7,9) 13. Lauk yang dihidangkan terasa empuk 8

(9,0) 14. Bubur yang dihidangkan terasa renyah 5

(5,6) 15. Aroma makanan harum dan tidak

menyengat 16. Nasi yang dihidangkan masih hangat 17

(19,1) 17. Sayur dan lauk yang dihidangkan

masih hangat

4.2.5 Kepuasan Pasien terhadap Variabel Keramahan Pramusaji di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap keramahan pramusaji terbagi menjadi beberapa

kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas (TP), dan

sangat tidak puas (STP). Berikut hasil pengukuran.

Berdasarkan Tabel 4.5 ditemukan sebanyak 67,4% responden menyatakan

tidak puas terhadap keramahan pramusaji. Terutama terhadap petugas yang kurangdapat

(25)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Keramahan Pramusaji di RSU Haji Medan

18. Petugas selalu bertindak cepat dalam memenuhi permintaan pasien 19. Petugas selalu mengutamakan pasien 0

(0) 20. Petugas bersikap sopan terhadap pasien

saat pelayanan 21. Petugas mempunyai pengetahuan yang

luas tentang makanan yang disajikan

22 22. Petugas dapat dipercaya oleh pasien dalam

hal kualitas makanan yang disajikan

0 23. Petugas meluangkan waktu khusus untuk

berkomunikasi dengan pasien untuk membahas tentang makanan yang telah disediakan

24. Petugas memberikan kepeduliaan terhadap kondisi pasien 25. Petugas selalu berusaha mengetahui

kebutuhan pasien 26. Petugas menghibur dan memberikan

dorongan kepada pasiem supaya cepat sembuah dan mendoakan mereka

27. Petugas berpakaian rapi dan bersih sesuai dengan seragam

4.2.6 Kepuasan Pasien terhadap Variabel Kebersihan Alat dan Makanan di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap kebersihan alat dan makanan terbagi menjadi

beberapa kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas

(26)

62

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Kebersihan alat dan Makanan di RSU Haji Medan

Pernyataan

Kepuasan terhadap Kebersihan Alat dan Makanan

28. Penyajian makanan disediakan piring 18 (20,2) 29. Penyajian makanan disediakan sendok 18

(20,2) 30. Penyajian makanan disediakan mangkuk 23

(25,8) 31. Penyajian makanan disediakan gelas 27

(30,3) 32. Penyajian makanan disediakan tisu makan 33

(37,1) 33. Gelas minum yang selalu diberi tutup 20

(22,5) 34. Nasi yang dihidangkan bersih dan putih 6

(6,7) 35. Petugas menghidangkan lauk dan sayur

dalam kondisi bersih 36. Makanan yang dihidangkan lengkap 17

(19,1)

Berdasarkan Tabel 4.6 ditemukan sebanyak 68,5% responden menyatakan

tidak puas terhadap kebersihan alat dan makanan. Terutama terhadap kelengkapan

hidangan makananyang kurang memadai bagi kebutuhan pasien.

4.2.7 Kepuasan Pasien terhadap Variasi Menu Makanan di RSU Haji Medan

Tingkat kepuasan terhadap variasi menu makanan terbagi menjadi

beberapa kategori, yaitu sangat puas (SP), puas (P), cukup puas (CP), tidak puas

(27)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Tingkat Kepuasan terhadap Variabel Variasi Menu Makanan di RSU Haji Medan

Pernyataan

Kepuasan terhadap Variasi Menu Makanan

STP TP CP P SP

37. Sayur yang dihidangkan bervariasi 0 (0) 38. Olahan lauk yang dihidangkan

bervariasi 39. Sayur yang dihidangkan beda dengan

hidangan sebelumnya 40. Kesesuaian makanan dengan penyakit 21

(23,6)

Berdasarkan Tabel 4.7 ditemukan sebanyak 76,4% responden menyatakan

tidak puas terhadap variasi menu dan makanan. Terutama terhadap variasi olahan

lauk yang dihidangkan.

4.2.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden

Adapun variabel yang dikategorikan dalam penelitian ini adalah mencakup

waktu makan, penampilan makanan, rasa makanan, keramahan pramusaji,

kebersihan alat dan makanan dan variasi menu makanan. Berikut distribusi

responden berdasarkan kategori pada masing-masing variabel.

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan sebanyak 68,0% pasien yang

(28)

64

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden berdasarkan Kategori pada Variabel Waktu Makan, Penampilan Makanan, Rasa Makanan, Keramahan Pramusaji, Kebersihan Alat dan Makanan, Variasi Menu Makanan, dan Kepuasan Pasien di RSU Haji Medan

No. Kategori Jumlah %

1. Waktu Makan

a. Sangat Baik 3 3,4

b. Baik 10 11,3

c. Cukup Baik 67 75,3

d. Tidak Baik 9 10,0

e. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 89 100

2. Penampilan Makanan

a. Sangat Baik 0 0

b. Baik 16 19,4

c. Cukup Baik 43 47,8

d. Tidak Baik 30 32,8

e. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 89 100

3. Rasa Makanan

a. Sangat Baik 1 1,1

b. Baik 1 1,2

c. Cukup Baik 37 42,1

d. Tidak Baik 50 55,6

e. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 89 100

4. Keramahan Pramusaji

a. Sangat Baik 0 0

b. Baik 0 0

c. Cukup Baik 11 12,4

d. Tidak Baik 46 62,5

e. Sangat Tidak Baik 22 25,1

Jumlah 89 100

5. Kebersihan Alat dan Makanan

a. Sangat Baik 0 0

b. Baik 0 0

c. Cukup Baik 7 8,0

d. Tidak Baik 47 54,0

e. Sangat Tidak Baik 35 38,0

(29)

6. Variasi Menu Makanan

a. Sangat Baik 0 0

b. Baik 5 5,5

c. Cukup Baik 36 40,8

d. Tidak Baik 48 53,7

e. Sangat Tidak Baik 0 0

Jumlah 89 100

7. Kepuasan Pasien

a. Sangat Puas 0 0

b. Puas 0 0

c. Cukup Puas 26 29,9

d. Tidak Puas 61 68,0

e. Sangat Tidak Puas 2 2,1

Jumlah 89 100

4.3 Analisis Bivariat

Hubungan karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,

pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan, kelas perawatan, lama perawatan,

perilaku merokok, perawatan sebelumnya, dan jenis diet) terhadap kepuasan

pasien pada pelayanan makanan dapat diuraikan sebagai berikut.

4.3.1 Hubungan Jenis Kelamin terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Jenis Kelamin

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Pria 0 0 31 50,8 9 34,6 40 44,9

Wanita 2 100 30 49,2 17 65,4 49 55,1

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

(30)

66

Pasien pria yang cukup puas sebesar 34,6%, sedangkann pasien wanita

yang tidak puas sebesar 49,2%. Dari hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,165

artinya pada ∝ = 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

pasien dengam kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan di RSU Haji

Medan.

4.3.2 Hubungan Umur terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan Tabel 4.10 Hubungan Umur terhadap Kepuasan Pasien pada

Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Umur

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

18-38 1 50,0 22 36,1 6 23,1 2 100

39-59 0 0 31 50,8 13 50,0 61 100

60-80 1 50,0 8 13,1 7 26,9 26 100

Total 29 32,6 44 49,4 16 18,0 89 100

X2 = 5,249; df = 4; P = 0,263

Pasien dengan umur 18-38 yang merasa tidak puas sebesar 36,1%, pasien

dengan umur 39-59 yang merasa tidak puas sebesar 50,8%,sedangkann pasien

umur 60-80 yang tidak puas sebesar 13,1%. Dari hasil uji statistik diketahui p

sebesar 0,263 artinya pada ∝ = 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara

umur pasien dengam kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan di RSU Haji

(31)

4.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.11 Hubungan Tingkat Pendidikan Terakhir terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Pendidikan Terakhir

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

SD 1 50,0 12 19,7 6 23,1 19 21,3

SMP 0 0 6 9,8 1 3,8 7 7,9

SMA 0 0 27 44,3 12 46,2 39 43,8

D3 0 0 4 6,6 2 7,7 6 6,7

S1 1 50,0 12 19,7 5 19,2 18 20,2

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 3,861; df = 8; P = 0,869

Pasien dengan pendidikan terkahir SD yang merasa cukup puas sebesar

19,7%, pasien dengan pendidikan terkahir SMP yang merasa tidak puas sebesar

9,8%, pasien dengan pendidikan terkahir SMA yang tidak puas sebesar 44,3%,

pasien dengan pendidikan terkahir D3 yang merasa tidak puas sebesar 6,6%, dan

pasien dengan pendidikan terkahir S1 yang merasa tidak puas sebesar 19,7%. Dari

hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,869 artinya pada ∝ = 5% tidak ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan terakhir pasien dengam

(32)

68

4.3.4 Hubungan Pekerjaan terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.12 Hubungan Pekerjaan terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Pekerjaan

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Petani 1 50,0 2 3,3 1 3,8 4 4,5

Nelayan 0 0 1 1,6 0 0 1 1,1

Pedagang 0 0 8 13,1 6 23,1 14 15,7

Swasta 1 50,0 16 26,2 5 19,2 22 24,7

PNS 0 0 7 11,5 4 15,4 11 12,4

Tidak

Bekerja 0 0 27 44,3 10 38,5 37 41,6

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 13,737; df = 10; P = 0,185

Pasien dengan pekerjaan sebagai petani yang merasa tidak puas sebesar

3,3%, Pasien dengan pekerjaan sebagai nelayan yang merasa tidak puas sebesar

1,6%, Pasien dengan pekerjaan sebagai pedagang yang tidak puas sebesar 13,1%,

Pasien dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta 26,2%, Pasien dengan pekerjaan

sebagai PNS yang merasa tidak puas sebesar 11,5%, dan Pasien yang tidak

bekerja yang merasa tidak puas sebesar 44,3% . Dari hasil uji statistik diketahui p

sebesar 0,185 artinya pada ∝ = 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara

pekerjaan pasien dengam kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan di RSU

(33)

4.3.5 Hubungan Etnik/Suku terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.13 Hubungan Etnik/Suku terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Pekerjaan

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Jawa 1 50,0 21 34,4 10 38,5 32 36,0

Batak 0 0 22 36,1 5 19,2 27 30,3

Melayu 1 50,0 7 11,5 4 15,4 12 13,5

Padang 0 0 7 11,5 4 15,4 11 12,4

Aceh 0 0 4 6,6 3 11,5 7 7,9

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 5,963; df = 8; P = 0,651

Pasien dengan suku Jawa yang merasa tidak puas sebesar 34,4%, Pasien

dengan suku Batak yang merasa tidak puas sebesar 36,1%, Pasien dengan suku

Melayu yang sangat tidak puas sebesar 50,0%, Pasien dengan suku Padang yang

tidak puas sebesar 15,4%, Pasien dengan suku Aceh yang merasa cukup puas

sebesar 11,5%. Dari hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,651 artinya pada ∝ =

5% tidak ada hubungan yang bermakna antara etnik/suku pasien dengam

(34)

70

4.3.6 Hubungan Lama Perawatan terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.14 Hubungan Lama Perawatan terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Lama Perawatan

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

3-6 1 50,0 32 36,1 17 23,1 50 56,2

7-10 1 50,0 26 42,6 7 26,9 34 38,2

11-14 0 0 3 4,9 2 7,7 5 5,6

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 2,171; df = 4; P = 0,704

Pasien dengan lama perawatan 3-6 hari yang merasa sangat tidak puas

sebesar 50,0%, pasien dengan lama perawatan 7-10 hari yang merasa tidak puas

sebesar 42,6%, sedangkann dengan lama perawatan 11-14 hari yang cukup puas

sebesar 7,7%. Dari hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,704 artinya pada ∝ =

5% tidak ada hubungan yang bermakna antara lama perawatan pasien dengam

kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan di RSU Haji Medan.

4.3.7 Hubungan Perilaku Merokok terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Pasien perokok yang merasa tidak puas sebesar 32,8% dan pasien yang

tidak perokok yang merasa tidak puas sebesar 67,2%. Dari hasil uji statistik

diketahui p sebesar 0,615 artinya pada ∝ = 5% tidak ada hubungan yang

bermakna antara perilaku merokok dengam kepuasan pasien terhadap pelayanan

(35)

Tabel 4.15 Hubungan Perilaku Meokok terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Perilaku Merokok

Kepuasan Pasien

Total Sangat Tidak

Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Ya 0 0 20 32,8 8 30,8 28 31,5

Tidak 2 100 41 67,2 18 69,2 61 68,5

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

.

4.3.8 Hubungan Perawatan Sebelumnya terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.16 Hubungan Perawatan Sebelumnya terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Perawatan Sebelumnya

Kepuasan Pasien

Total Sangat

Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Pernah 1 50,0 21 34,4 6 23,1 28 31,5

Tidak

Pernah 1 50,0 40 65,6 20 76,9 61 68,5

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 1,415; df = 2; P = 0,493

Pasien yang sudah pernah menjalani perawatan sebelumnya yang merasa

sangat tidak puas sebesar 34,4%, dan pasien yang tidak pernah menjalani

perawatan sebelumnya yang merasa cukup puas sebesar 76,9%. Dari hasil uji

statistik diketahui p sebesar 0,493 artinya pada ∝= 5% tidak ada hubungan yang

bermakna antara perawatan pasien sebelumnya dengam kepuasan pasien terhadap

(36)

72

4.3.9 Hubungan Jenis Diet Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.17 Hubungan Jenis Diet Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Jenis Diet

Kepuasan Pasien

Total Sangat

Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Normal 2 100 53 86,9 16 61,5 71 79,8

Sesuai

Penyakit 0 0 8 13,1 10 38,5 18 20,2

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 7,778; df = 2; P = 0,020

Pasien yang diberikan diet normal dan merasa tidak puas sebesar 86,9%,

dan pasien yang diberikan diet sesuai penyakit dan merasa cukup puas sebesar

38,5%. Dari hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,020 artinya pada ∝= 5% ada

hubungan yang bermakna antara jenis diet pasien dengam kepuasan pasien

terhadap pelayanan makanan di RSU Haji Medan.

4.3.10 Hubungan Status Kawin Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.18 Hubungan Status Kawin Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Status Kawin

Kepuasan Pasien

Total Sangat

Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Kawin 2 100 52 85,2 20 76,9 74 83,1

Tidak

Kawin 0 0 9 14,8 6 23,1 15 16,9

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

(37)

Pasien dengan status kawin yang merasa tidak puas sebesar 85,2%, dan

pasien dengan status tidak kawin yang merasa cukup puas sebesar 23,1%. Dari

hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,518 artinya pada ∝ = 5% tidak ada

hubungan yang bermakna antara status kawin pasien dengam kepuasan pasien

terhadap pelayanan makanan di RSU Haji Medan.

4.3.11 Hubungan Perilaku Merokok Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan

Tabel 4.19 Hubungan Perilaku Merokok Pasien terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Makanan di RSU Haji Medan

Perilaku Merokok

Kepuasan Pasien

Total Sangat

Tidak Puas Tidak Puas Cukup Puas

n % n % n % n %

Merokok 0 0 20 32,8 8 30,8 28 31,5

Tidak

Merokok 2 100 41 67,2 18 69,2 61 68,5

Total 2 100 61 100 26 100 89 100

X2 = 0,9746; df = 2; P = 0,615

Pasien dengan perilaku merokok yang merasa tidak puas sebesar 32,8%,

dan pasien dengan status tidak merokook yang merasa tidak puas sebesar 67,2%.

Dari hasil uji statistik diketahui p sebesar 0,615 artinya pada ∝ = 5% tidak ada

hubungan yang bermakna antara perilaku merokok pasien dengam kepuasan

pasien terhadap pelayanan makanan di RSU Haji Medan.

4.4 Analisis Multivariat

Pengaruh antara variabel-variabel waktu makan (WM), penampilan

(38)

74

dan makanan (KAM), serta variasi menu makanan (VM) dapat diukur melalui uji

regresi linear berganda dengan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.20 Hasil Uji Regresi Linear Berganda terhadap Pasien Rawat Inap di RSU Haji Medan

Variabel B thitung Sig.

Konstanta 130,235 6,184 0,000

Waktu Makan (WM) 0,781 1,201 0,242

Penampilan Makanan (PM) 1,563 2,504 0,020

Rasa Makanan (RM) -0,203 -0,431 0,670

Keramahan Pramusaji (KP) 0,402 0,863 0,397

Kebersihan Alat dan Makanan (KAM) -1,417 -1,908 0,069

Variasi Menu Makanan (VM) -2,209 -3,099 0,005

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil uji regresi linear berganda pada

analisis tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan makanan di RSU

Haji Medan tahun 2017 yaitu sebagai berikut:

K.Pasien = 130,235 + 0,781WM + 1,563PM – 0,203RM + 0,402KP – 1,417KAM

-2,209VM

Dengan persamaan garis regresi yang diperoleh, maka model regresi

tersebut dapat diinterpretasikan, sebagai berikut :

1. Hasil uji regresi terhadap variabel waktu makan diperoleh nilai  0,242 lebih

besar dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05). Sehingga hipotesis

penelitian ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel waktu makan dengan

kepuasan pasien. Nilai koefisien b1 = 0,781 untuk variabel waktu makan, yang

berarti ketika naik satu satuan, maka variabel kepuasan pasien akan naik sebesar

(39)

2. Hasil uji regresi terhadap variabel penampilan makanan diperoleh nilai

020 , 0 

 lebih kecil dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05).

Sehingga hipotesis penelitian diterima, berarti ada pengaruh antara variabel

penampilan makanan dengan kepuasan pasien. Nilai koefisien b2= 1,563 untuk

variabel penampilan makanan, yang berarti ketika naik satu satuan, maka variabel

kepuasan pasien akan naik sebesar 1,563 satuan.

3. Hasil uji regresi terhadap variabel rasa makanan diperoleh nilai  0,670 lebih

besar dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05). Sehingga hipotesis

penelitian ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel rasa makanan dengan

kepuasan pasien. Nilai koefisien b3= -0,203 untuk variabel rasa makanan, yang

berarti ketika naik satu satuan, maka variabel kepuasan pasien akan naik sebesar

-0,023 satuan.

4. Hasil uji regresi terhadap variabel keramahan pramusaji diperoleh nilai

397 , 0 

 lebih besar dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05).

Sehingga hipotesis penelitian ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel

keramahan pramusaji dengan kepuasan pasien. Nilai koefisien b4 = -,402 untuk

variabel waktu makan, yang berarti ketika naik satu satuan, maka variabel

kepuasan pasien akan naik sebesar -0,402 satuan.

5. Hasil uji regresi terhadap variabel kebersihan alat dan makanan diperoleh nilai

069 , 0 

 lebih besar dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05).

Sehingga hipotesis penelitian ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel

(40)

76

untuk variabel kebersihan alat dan makanan, yang berarti ketika naik satu satuan,

maka variabel kepuasan pasien akan naik sebesar -1,417 satuan.

6. Hasil uji regresi terhadap variabel variasi menu makanan diperoleh nilai

005 , 0 

 lebih kecil dari pada level signifikan yang digunakan ( 0,05).

Sehingga hipotesis penelitian diterima, berarti ada pengaruh antara variabel

variasi menu makanan dengan kepuasan pasien. Nilai koefisien b6 = -2,209 untuk

variabel variasi menu makanan, yang berarti ketika naik satu satuan, maka

variabel kepuasan pasien akan naik sebesar -2,209 satuan.

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda, secara keseluruhan variabel

yang mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan makanan di RSU Haji

Medan adalah variabel penampilan makanan dan variabel variasi menu makanan.

Dan yang paling berpengaruh besar adalah variabel penampilan makanan dengan

(41)

79

5.1 Hubungan Karakteristik Pasien terhadap Pelayanan Makanan

Karakteristik dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur,

pendidikan terakhir, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan, kelas perawatan,

lama perawatan, perilaku merokok, perawatan sebelumnya, dan jenis diet. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa responden terbanyak adalah wanita yaitu sebanyak

49 orang (55,1%), umur terbanyak antara 39-59 tahun, yaitu sebanyak 44 orang

(49,4%), pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA, yaitu sebanyak 39 orang

(43,8%), pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja, yaitu sebanyak 37 orang

(41,5%), etnik/suku terbanyak adalah Jawa, yaitu sebanyak 32 orang (36,0%),

status perkawinan terbanyak adalah kawin, yaitu sebanyak 74 orang (83,1%),

lama perawatan terbanyak adalah antara 3-6 hari, yaitu sebanyak 60 orang

(56,2%), perilaku merokok terbanyak adalah sebanyak 61 orang yang tidak

merokok (68,5%), perawatan sebelumnya terbanyak adalah 61 orang yang belum

pernah dirawat sebelumnya (68,5%), dan jenis diet terbanyak adalah sebanyak 71

orang dengan diet normal (79,8%).

Adapun hasil dari analisis bivariat melalui uji crosstab, didapatkan p =

0,020 lebih kecil dari ∝= 5%, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik jenis diet

memiliki hubungan yang bermakna dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan

makanan di RSU Haji Medan. Ditemukan pasien dengan diet normal yang merasa

tidak puas sebanyak 53 orang (86,9%) dan pasien dengan jenis diet sesuai

(42)

80

Berdasarkan hasil penelitian Wylianti (2006), ditemukan bahwa

karakteristik pasien yang terbanyak adalah berusia produktif, pendidikan

menengah tingkat atas, pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga dan pekerja

sektor swasta, sumber biaya pengobatan berimbang antara biaya sendiri dan biaya

perusahaan/asuransi/jamsostek. Pada umumnya pasien merasa puas terhadap

pelayanan rawat inap bagian umum, kecuali pada bagian pelayanan makanan

terdapat responden yang tidak puas terhadap makanan yang disajikan (tidak

hangat, kurangnya variasi makanan). Selain itu ditemukan bahwa ada hubungan

antara persepsi pasien mengenai mutu pelayanan dengan kepuasan pasien, bahkan

karakteristik pasien disertakan sebagai variabel ketiga (effect modifier). Dapat

disimpulkan bahwa terdapat beberapa unsur pelayanan yang masih memerlukan

perbaikan. Karakteristik pasien mempengaruhi persepsi mereka terhadap mutu

pelayanan yang mereka terima sehingga rumahsakit tetap perlu meningkatkan

kinerjanya sehingga tetap mendapatkan persepsi yang memuaskan dari semua

tingkat kehidupan sosial demografi. Semakin tinggi tingkat sosio-demografi

responden, maka semakin tinggi pula standar tingkat kepuasan yang

diharapkannya.

Didukung oleh penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

karakteristik responden yang menyangkut aspek sosial demografi seperti jenis

kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan,

kelas perawatan, lama perawatan, perilaku merokok, perawatan sebelumnya, dan

jenis diet memiliki pengaruh terhadap pelayanan makanan. Persepsi responden

(43)

menjadi salah satu hal yang dapat diamati untuk mengukur tingkat kepuasan

pasien.

5.2 Pelayanan Makanan Pasien terhadap Kepuasan Pasien

Adapun pelayanan makanan di RSU Haji Medan meliputi : waktu makan,

penampilan makanan, rasa makanan, keramahan pramusaji, kebersihan alat dan

makanan, dan variasi menu makanan. Seluruh variabel tersebut telah melalui uji

statistik dan menunjukkan bahwa sebesar 68,0% pasien yang menyatakan tidak

puas terhadap pelayanan makanan yang diberikan oleh pihak RSU Haji Medan.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator pelayanan makanan yang

belum memenuhi harapan pasien, maka perlu ditingkatkannya perhatian terhadap

pelayanan makanan di rumah sakit tersebut. Menurut Sri Rezeki (2011),

pelayanan kesehatan seharusnya mengacu pada kepuasan konsumen. Berdasarkan

perspektif pasien mengenai pelayanan kesehatan, maka rumah sakit sebagai

penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat lebih dilengkapi dan memperbaiki

pelayanannya misalnya dengan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP).

Tuntutan pasien terhadap pelayanan yang berkualitas bukan hanya

dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, tetapi juga menyangkut kepuasan

pasien terhadap kualitas keseluruhan proses pelayanan termasuk pelayanan

makanan, ketersediaan sarana dan prasarana rumah sakit guna memenuhi

kebutuhan dan harapan pasien. Pelayanan makanan di rumah sakit akan

membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula

(44)

82

(Depkes RI, 2007). Maka, dapat dinyatakan bahwa pelayanan makanan memiliki

pengaruh terhadap kepuasan pasien.

5.2.1 Kepuasan Pasien terhadap Waktu Makan

Berdasarkan hasil penelitian variabel waktu makanan terhadap pasien

didapatkan bahwa sebanyak 74,2% responden menyatakan tidak puas terhadap

kenyataan waktu makan yang disajikan pada pagi hari, 65,2% responden

menyatakan tidak puas terhadap kenyataan waktu makan yang disajikan pada

siang hari, dan 56,2% responden menyatakan tidak puas terhadap kenyataan

waktu makan yang disajikan pada malam hari dan 75,3% menyatakan bahwa

waktu makan cukup baik. Pada umumnya pasien mengeluh terhadap waktu makan

pagi yang diberikan, sesekali terjadi keterlambatan pendistribusian makanan saat

pagi hari oleh pihak RSU Haji Medan.

Hasil uji regresi linear berganda menggunakan uji multivariat

menunjukkan bahwa variabel waktu makan tidak berpengaruh terhadap kepuasan

pasien (p>0,05). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa waktu

makan yang sesuai dengan kebiasaan waktu makan belum sesuai dengan harapan

pasien. Ketentuan tentang waktu makan pasien sebenarnya sudah di tentukan oleh

pihak RSU Haji Medan, namun petugas di Instalasi Gizi beberapa kali

mengabaikan ketentuan tersebut, petugas menjadi kurang disiplin dalam bekerja

sehingga terjadilah kelalaian dalam hal penggunaan waktu pendistribusian

makanan terhadap pasien. Menurut Moehyi (2003), adapun penyajian makanan

sehari-hari dapat digolongkan menjadi beberapa waktu yaitu makan pagi antara

(45)

antara pukul 18.00-20.00. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Instalasi

Gizi RSU Haji Medan, memang telah ditemukan beberapa kali pasien yang

mengeluh terhadap keterlambatan pendistribusian makanan, kelalaian ini terjadi

oleh karena sistem sentralisasi yang digunakan di Instalasi Gizi rumah sakit

tersebut. Berdasarkan PGRS, salah satu kelemahan sistem sentralisasi adalah

segala kegiatan pelayanan gizi rumah sakit berpusat di instalasi gizi, sehingga

menuntut agar terlengkapinya sarana prasarana dan petugas yang mendukung

sistem tersebut.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sri Rezeki (2011), yang

mengungkapkan bahwa pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang

menyatakan waktu penyajian makanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Dan pasien yang mengalami keterlambatan dalam menerima makanan akan

merasa tidak puas.

5.2.2 Kepuasan Pasien terhadap Penampilan Makanan

Berdasarkan hasil penelitian variabel penampilan makanan terhadap pasien

didapatkan bahwa sebanyak 56,2% responden menyatakan tidak puas terhadap

warna sayur yang dihidangkan, 67,4% responden menyatakan tidak puas terhadap

tekstur makanan, 77,5% responden menyatakan tidak puas terhadap bentuk

makanan yang disajikan, 57,3% responden menyatakan tidak puas terhadap porsi

sayur, 50,6% responden menyatakan tidak puas terhadap porsi lauk, 44,9%

responden menyatakan cukup puas terhadap penyajian makanan yang tertutup,

dan 57,3% responden menyatakan tidak puas terhadap penyajian makanan yang

(46)

84

makanan yang disajikan cukup baik. Pada umumnya pasien mengeluh terhadap

bentuk makanan yang kurang rapi, porsi makanan yang terlalu sedikit dan

penampilan makanan yang kurang menggugah selera, namun sebagian besar

pasien sudah merasa cukup puas dengan penampilan makan yang disajikan oleh

pihak RSU Haji Medan.

Hasil uji regresi linear berganda menggunakan uji multivariat

menunjukkan bahwa variabel penampilan makanan berpengaruh terhadap

kepuasan pasien (p<0,05). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan

bahwa penampilan makanan yang telah sesuai dengan ketentuan PGRS dapat

meningkatkan kepuasan pasien. Ketentuan tentang penampilan makanan pasien

sebenarnya sudah di tentukan oleh RSU Haji Medan yaitu mengacu pada standar

PGRS, namun mungkin ada beberapa hal yang terabaikan oleh petugas instalasi

gizi, terutama tenaga pengolah dan prakarya. Petugas kurang memperhatikan

penampilan makanan yang disajikan pasien, seperti pada porsi makanan, bentuk

makanan, tekstur makanan, dan kerapian makanan.

Berdasarkan PGRS, adapun beberapa hal yang penting dalam penampilan

makanan diantaranya adalah porsi makanan yang disajikan harus disesuaikan

dengan kebutuhan pasien, penampilan makanan harus rapi dan bersih, sayur yang

dihidangkan berwarna segar dan mudah dicerna, serta penyajian makanan yang

tertutup. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Rosma Alifianti (2015) yang

mengungkapkan bahwa petugas instalasi gizi RS Aisyiyah Purworejo harus

memperhatikan dan meningkatkan penampilan makanan dengan memberi hiasan

(47)

Rezeki (2011), yang mengungkapkan bahwa pasien rawat inap di RSUD

Kabupaten Aceh Tamiang mengeluh terhadap ketidaksesuaian porsi makanan

yang disediakan serta. Hal ini menunjukkan bahwa penampilan makanan memang

merupakan salah satu variabel penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan

makanan di RSU Haji Medan.

5.2.3 Kepuasan Pasien terhadap Rasa Makanan

Berdasarkan hasil penelitian variabel rasa makanan terhadap pasien

didapatkan bahwa sebanyak 78,7% responden menyatakan tidak puas terhadap

aroma makanan yang kurang menggugah selera, 42,7% responden menyatakan

cukup puas terhadap pengolahan bumbu yang matang, 62,9% responden

menyatakan tidak puas terhadap lauk yang kurang empuk 68,5% responden

menyatakan tidak puas terhadap bubur yang kurang terasa renyah, 78,7%

responden menyatakan tidak puas terhadap aroma makanan yang terlalu

menyengatt, 62,9% responden menyatakan tidak puas terhadap nasi yang kurang

hangat, 61,8% responden menyatakan tidak puas terhadap sayur yang kurang

hangat, dan 55,6% menyatakan bahwa kenyataan rasa makan yang disajikan tidak

baik. Pada umumnya pasien mengeluh terhadap aroma makanan yang kurang

menggugah selera dan suhu makanan yang tidak lagi hangat saat tiba diruangan

pasien, namun sebagian besar pasien sudah merasa cukup puas dengan rasa makan

yang disajikan oleh pihak RSU Haji Medan.

Hasil uji regresi linear berganda menggunakan uji multivariat

menunjukkan bahwa variabel rasa makanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan

(48)

86

makanan yang belum sesuai dengan ketentuan PGRS, belum tentu dapat

mempengaruhi kepuasan pasien. Ketentuan tentang rasa makanan pasien

sebenarnya sudah di tentukan oleh RSU Haji Medan yaitu mengacu pada standar

PGRS, namun mungkin ada beberapa hal yang terabaikan oleh petugas instalasi

gizi, terutama tenaga pengolah. Tenaga pengolah kurang memperhatikan aroma

makanan yang disajikan, kehangatan nasi atau bubur serta sayur yang disajikan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan kepala instalasi

gizi RSU Haji Medan, salah satu penyebabnya adalah keterlambatan

pendistribusian makanan pasien, sehingga menyebabkan kondisi makanan tidak

hangat lagi saat tiba di ruangan pasien.

Berdasarkan PGRS, adapun beberapa hal yang penting dalam penyajian

makanan, diantaranya adalah pengolahan bumbu yang matang, aroma makanan

yang tidak terlalu menyengat, penampilan makanan harus rapi dan bersih, nasi

atau bubur dan sayur dihidangkan dalam keadaan suhu yang hangat. Hal ini juga

didukung oleh hasil penelitian Sri Rezeki (2011), yang mengungkapkan bahwa

pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang mengeluh terhadap aroma

makanan yang terlalu menyengat. Hal-hal seperti ini juga memberikan pengaruh

terhadap kepuasan pasien.

5.2.4 Kepuasan Pasien terhadap Keramahan Pramusaji

Berdasarkan hasil penelitian variabel keramahan pramusaji terhadap

pasien didapatkan bahwa sebanyak 49,4% responden menyatakan tidak puas

terhadap petugas yang selalu bertindak kurang cepat, 58,4% responden menyatakan

(49)

responden menyatakan cukup puas terhadap petugas yang bersikap sopan, 51,7%

responden menyatakan tidak puas terhadap petugas yang kurang mempunyai pengetahuan

yang luas, 67,4% responden menyatakan tidak puas terhadap petugaskurang dapat

dipercaya oleh pasien dalam hal kualitas makanan yang disajikan, 55,1% responden

menyatakan cukup puas terhadap petugas yang meluangkan waktu khusus untuk

berkomunikasi dengan pasien, 57,3% responden menyatakan cukup puas terhadap

petugas memberikan kepeduliaan terhadap kondisi pasien. 62,1% responden menyatakan

tidak puas terhadap petugaskurang dapat dipercaya oleh pasien dalam hal kualitas makanan

yang disajikan, 48,3% responden menyatakan cukup puas terhadap petugas yang

menghibur dan memberikan dorongan kepada pasiem, dan 50,6% responden menyatakan

cukup puas terhadap petugas yang berpakaian rapi dan bersih sesuai dengan seragam dan

62,5% menyatakan bahwa kenyataan keramahan pramusaji tidak baik.

Pada umumnya pasien mengeluh terhadap pengetahuan petugas yang

dianggap kurang begitu paham dengan pelayanan makanan yang disajikan,

petugas tidak meluangkan waktu khusus untuk berkomunikasi dengan pasien,

petugas tidak memotivasi dan tidak menghibur pasien agar cepat sembuh. Namun

sebagian besar pasien sudah merasa cukup puas dengan keramahan pramusaji di

RSU Haji Medan.

Hasil uji regresi linear berganda menggunakan uji multivariat

menunjukkan bahwa variabel keramahan pramusaji tidak berpengaruh terhadap

kepuasan pasien (p>0,05). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa

keramahan pramusaji yang belum sesuai dengan ketentuan PGRS, belum tentu

Gambar

Tabel 3.1Metode Pengukuran Variabel Penelitian
tabel  berikut.
Tabel 3.2Kriteria Penilaian untuk Angket Kepuasan Pasien
Tabel 3.4   Validitas dan Reliabilitas Variabel Penampilan Makanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penyusunan Reviu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bandung Tahun 2005- 2025 adalah menyelaraskan pembangunan

Menurut Fat dalam Hutahaean (2014:1) “Sistem adalah suatu himpunan suatu “benda” nyata atau abstarak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian atau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perasan kering kulit nanas terhadap perpanjangan waktu perdarahan dan pembekuan darah pada tikus putih jantan,

[r]

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data

Response surface methodology was used to find the optimal process parameters in suspended solid and ammonia nitrogen removal for refinery wastewater treatment. This

Kemudian menurut pendapat Thoha (2007) dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara yang dihgunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan agar

Berdasarkan data hasil esperimental dan visualisasi aliran pada seksi uji, diperoleh hasil pemisahan fase terbaik pada sudut kemiringan 30 o , water cut 64%, tekanan downstream