iii ABSTRAK
Khadijah Hariyati Nasution, 2016 Mengayunkan Anak Di Desa Rumbio Kecamatan Penyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 129 halaman dan 19 gambar.
Skripsi ini mengkaji tentang Mengayunkan Anak di Desa Rumbio. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengaenai mengayunkan anak di Desa Rumbio serta hubungan mengayunkan anak dengan sistem kekerabatan masyarakat Mandailing di Desa Rumbio Dalihan Na Tolu yang terdiri dari Mora, Kahanggi dan Anak Boru. Lokasi penelitian adalah di Desa Rumbio Kec Panyabungan Utara Kab. Mandailing Natal. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunkan penulisan etnografi dengan teknik observasi partisipatif dan metode wawancara, dimana penulis terjun lansung kelapangan dan juga menyaksikan langsung pada saat melakukan acara mengayunkan anak.
Nilai anak yang dimiliki masyarakat Mandailing sama persisnya dengan masyarakat Batak Toba. Yang tercakup dalam nilai 3H (Hagabeon, Hamoraon,
dan Hasangapon) . Nilai anak juga sebagai penerus keturunan dari ayah (Patrilineal), dengan adanya anak maka marga dari ayah ada yang meneruskan. Adapun posisi perempuan dalam budaya Batak adalah sebagai pencipta hubungan besan karena perempuan harus menikah dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain sehingga melahirkan hubungan yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Anak merupakan nilai yang sangat berarti bagi masyarakat desa Rumbio, maka dari itu anak yang baru lahir diberkati dengan cara memotong hewan. Semenjak masuknya agama islam ke Mandailing acara mengayunkan anak disatukan dengan acara aqiqah agar tetap sesuai dengan ajaran islam. Dalam acara mengayunkan anak tidak lepas dengan sisitem kekerabatan yang dimiliki masyarakat Rumbio yaitu dalihan na tolu karena jika salah satu dari dalihan na tolu tidak ada maka dianggap tidak beradat
Kata Kunci: Nilai Anak, Mengayunkan anak, Patrilineal, Dalihan Na Tolu