• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Berdasarkan penjelasan Pasal tersebut setiap orang berhak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, pemerintah wajib menjamin lingkungan yang sehat bagi warga negaranya.

Kesehatan masyarakat merupakan jaminan penunjang keberlangsungan hidup masyarakat disuatu daerah untuk upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pertambahan penduduk dunia yang pesat merupakan ancaman terhadap kualitas dan kesehatan umat manusia. Pertambahan penduduk yang pesat tersebut sudah mulai mengancam daya dukung bumi dan justru terjadi di negara-negara berkembang yang merupakan 77% dari penduduk dunia, tetapi hanya menyumbang 15% dari pendapatan dunia.1

Penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia masih jauh dari harapan. Sebagai bukti sampaiFebruari 2015 hanya 30 % (166 kabupaten/kota) yang menerapkan kawasan tanpaasa prokok, dari 403 kabupaten dan 98 kotadi

1

(2)

Indonesia (Kemenkes, 2015). Padahal pembentukan peraturan kawasan tanpa rokok oleh pemerintah daerah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada bagian ketujuh belas Pasal 115 telah enam tahun diberlakukan, tetapi tidak menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini menggambarkan belum meratanya kesadaran Pemerintah Daerah menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok.2

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengalami laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan banyak menerima dampak dari adanya globalisasi yang menunjang timbulnya masalah-masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan di beberapa daerah. Oleh karena itu, faktor pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat harus selalu menjadi pertimbangan dalam menyelesaikan masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan.3

Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India dengan prevalensi perokok yaitu 36,1%. Pada tahun 2010, diperkirakan 384.058 orang (237.167 laki-laki dan 146.881 wanita) di Indonesia menderita penyakit terkait konsumsi tembakau. Total kematian akibat konsumsi rokok mencapai 190.260 (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita) atau 12.7% dari total kematian pada tahun 2010. Sedangkan 50% dari yang terkena penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit stroke, Jantung Koroner, serta kanker trakhea, bronkhus dan paru.

2

3

(3)

Secara keseluruhan kematian akibat penyakit terkait konsumsi rokok sebesar 12,7% dari total kematian pada tahun 2010.4

Pengaruh dari faktor pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat yang mengakibatkan masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan, menuntut Pemerintah Indonesia melakukan reformasi total terhadap kebijakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada asas perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.5

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana

Setiap manusia berhak atas kesehatan dan mendapatkan lingkungan yang sehat. Kenyataannya lingkungan yang sehat masih jauh dari yang di harapkan. Kebiasaan pola hidup yang buruk seperti merokok merupakan salah satu bentuk perilaku yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

4

TCSC-IAKMI. Atlas Tembakau Indonesia. 2013 diakses tanggal 7 Juni 2016.

5

(4)

tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.6 Merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan dari seorang perokok aktif, melainkan juga mempengaruhi kesehatan orang lain, yaitu yang disebut sebagai perokok pasif.7

Kawasan Tanpa Rokok atau yang sering disebut dengan KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau memproduksi tembakau

Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Pemerintah Daerah Kota Medan membentuk Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut dengan KTR) sebagai lagkah terwujudnya pembangunan kesehatan di Kota Medan. Peraturan Daerah tentang KTR di kota Medan merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mewajibkan tiap Daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di daerahnya masing-masing. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut Perda Kota Medan KTR) menetapkan Kawasan Tanpa Rokok diantaranya adalah tempat fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum.

8

6

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1 angka 10

7

Kusdwirarti Setiono, dkk, Op.Cit., hlm. 46

(5)

masyarakat. Salah satu masalah publik yang sering timbul ditengah masyarakat yaitu masalah rokok. Masalah tentang rokok menjadi sebuah dilema bagi pemerintah, karena pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan membuat aturan yang ketat tentang rokok namun dilain pihak terdapat kelompok masyarakat yang terancam keberlangsungan hidupnya apabila aturan tersebut tetap dijalankan, karena ada ratusan ribu orang yang menggantungkan hidupnya pada industri rokok. Pemerintah dalam hal ini seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan para buruh pabrik rokok dan petani tembakau. 9

Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2014 Pemerintahan Kota Medan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 ini tidak bermaksud untuk melarang orang merokok hanya saja untuk mengatur agar orang tidak merokok disembarang tempat. Seseorang dapat merokok asalkan ditempatkan yang disediakan bagi khusus para perokok. Penyediaan tempat khusus merokok wajib disediakan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan tersebut.10

Pimpinan atau penanggung jawab KTR adalah orang yang karena jabatannya, mempimpin dan/atau bertanggungjawab atas kegiatan dan/atau usaha

8

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1 angka 9

(6)

di kawasan yang ditetapkan sebagai KTR.11

Terlepas dari sisi kelemahan rumusan kebijakan publik di tingkat lokal oleh Pemko Medan tentang kawasan tanpa rokok (KTR) yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 patut didukung implementasinya. Sudah saatnya ruang-ruang publik disterilkan dari asap rokok, mengingat merokok merupakan perbuatan yang sangat membahayakan, bukan hanya bagi si perokok tetapi juga bagi orang di sekitarnya.

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini telah diberlakukan namun kenyataannya tujuan dari Perda tersebut belum terlaksana dengan maksimal. Di Fakultas Hukum USU sebagai sarana pendidikan yang digunakan oleh khalayak ramai masih ditemukan pelanggaran terhadap perda tersebut. Banyak ditemukan individu-individu yang masih merokok secara sembarangan. Hal ini juga disebabkan oleh ketiadaan kawasan rokok (Smoking Area) yang dimana di area tersebut para perokok diperbolehkan merokok.

12

11

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1 angka 26

Implementasi Perda KTR Nomor 3 Tahun 2014 ini menjadi pro dan kontra di tengah masyarakat. Ada yang mengatakan sosialisasi sangat minim, kemudian tidak dibarengi oleh penetapan daerah khusus untuk merokok. Di berbagai SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) saat ini seharusnya dibuat kawasan khusus merokok bagi pegawai. Ternyata sampai saat ini hampir di semua dinas SKPD belum ada ruangan khusus untuk merokok. Artinya infrastruktur mendukung Perda KTR ini belum ada, sehingga bisa jadi bumerang.

12

(7)

Apapun argumentasi yang akan dibangun tentang ketidaksiapan Pemko Medan menyusul belum adanya perwal pendukung sebagai petunjuk teknis, kita patut mendukung kebijakan "kawasan tanpa rokok" ini karena menyangkut kepentingan warga dan kenyamanan bersama. Kalau bisa dikatakan bahwa "kawasan tanpa rokok" sudah terlambat dilakukan di Kota Medan. Dengan adanya Perda KTR ini diharapkan akan mampu melindungi warga dari asap rokok yang sangat merugikan warga. 13

Terobosan Wali Kota dan DPRD Medan ini patut mendapat apresiasi sebagai ide yang inovatif dan kreatif. Kedepannya ide-ide lain perlu ditingkatkan demi kesejahteraan warga Kota Medan. Semkain banyak kebijakan yang muncul untuk melindungi warga Kota Medan, maka pembangunan Kota Medan akan semakin berhasil.

Bahaya yang ditimbulkan oleh rokok sangat besar. Mulai dari penyakit pernafasan yang sangat akut, sampai dengan kerugian ekonomi yang sangat besar, belum lagi dampak sosial dari merokok. Dengan adanya Perda KTR ini tentu menjadi payung hukum yang sangat kuat untuk menindak siapa saja yang merokok di sembarangan tempat. Dengan adanya Perda ini kesehatan masyarakat akan semakin lebih baik karena pencemaran lingkungan dan udara akan semakin diminimalisasi. Untuk itu, apa saja infrastruktur pendukung untuk keberhasilan Perda KTR ini saatnya dibuat oleh Pemko Medan. Mulai dari Perwal sampai dengan adanya ruangan khusus bagi perokok berat.

14

13Ibid

14Ibid

(8)

Saatnya semua menyadari, kesehatan lingkungan atau pembangunan Kota Medan berwawasan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Sekecil apapun yang dilakukan sangat berguna untuk pembangunan Kota Medan yang berwawasan lingkungan. Dengan membuang sampah pada tempatnya sudah ikut serta membangun Kota Medan sebagai rumah bersama. Agar mendukung Perda KTR ini agar kesehatan warga Kota Medan makin bagus dan mencegah polusi udara yang makin mencemaskan. Segala pelanggaran pada Perda KTR harus berlaku bagi semua warga dengan prinsip semua sama di depan aturan atau hukum. Dengan demikian semua warga Kota Medan akan tunduk pada Perda KTR Nomor 3 Tahun 2014 yang merupakan kebijakan publik demi kebaikan bersama.

Berdasarkan dari uraian di atas Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Administrasi

Negara”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok? 2. Bagaimana penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun

(9)

3. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan kawasan tanpa rokok di Kota Medan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

2. Untuk mengetahui penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU

3. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh Pimpinan Fakultas Hukum USU dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah: 1. Secara teoritis

(10)

2. Secara praktis

Diharapkan menunjang menunjang pengembangan ilmu pengetahuan yang pernah Penulis terima selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Keaslian Penulisan

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.15

2. Kawasan tanpa rokok

Hal terpenting yang dicatat oleh Mardiasmo, adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi melebihi apa yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kawasan tanpa rokok di dalam Perda Kota Medan KTR Pasal 1 angka 9 diartikan sebagai ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk tembakau.Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.

Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah :

a. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.

b. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.

15

(12)

c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok. d. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.

e. Mewujudkan generasi muda yang sehat. 3. Rokok

Pengertian rokok dapat dilihat dalam Perda Kota Medan KTR pada Pasal 1 angka 10, rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor).16

a. Biotik: makhluk (organisme) hidup; dan

Dari hal inilah kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu:

b. Abiotik: energi, c. Bahan kimia. 17

Tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik membayar mapupun tidak membayar.

16

(13)

5. Kesehatan

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. kesehatan. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat deskriptif. Deskriptif artinya bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karateristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi.18

17

Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan. (Surabaya: Airlangga University Press, 2010), hlm. 1

18

Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta : Garanit, 2004), hlm. 58.

(14)

mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu mengkaji ketentuan-ketentuan tentang efisiensi dari penerapan peraturan daerah kota Medan Nomor 3 Tahun 2014.

Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.19

2. Data penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan teknik analisis data kualitatif.

Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh.20

19

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: SuatuTinjaua nSingkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.15

20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktik (Jakarta: RinekaCipta, 2010), hlm.172

(15)

hukum tersier.21

a. Bahan hukum primer

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung.

Dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dan peraturan-peraturan lainnya. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

b. Bahan hukum sekunder

21

(16)

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang asuransi pertanian seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

c. Bahan hukum tersier

Semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian. Penelitian lapangan (field research) dengan menyebarkan angket kepada responden yaitu mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Menurut M. Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.22

4. Analisa data

22

(17)

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.23 Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara dedukti fadalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.24 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.25

G. SistematikaPenulisan

Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.

Sistem penulisan untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, sehingga pembahasan didalamnya harus disusun secara sistematis.Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya penguraian alam bab per bab secara teratur dan berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

23

Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 69.

24

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 11.

25Ibid.,

(18)

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang pokok isinya menguraikan tentang latar belakang pengangkatan judul skripsi, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II. PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK BERDASARKAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014

Berisikan mengenai Latar Belakang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok, Ruang Lingkup Kawasan Tanpa Rokok, Asas Dan Tujuan Kawasan Tanpa Rokok dan Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok, Dampak Kawasan Tanpa Rokok Di Indonesia, Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat Proses Belajar Mengajar

BAB III PENERAPAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berisikan Pengawasan Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU dan Kewajiban Pimpinan Fakultas Hukum USU dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat Proses Belajar Mengajar serta Tindakan Pimpinan Fakultas Hukum USU dalam Menyikapi Pelanggaran Terhadap Perda Kota Medan No.3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok

BAB IV KENDALA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN

(19)

Berisikan Persepsi Responden Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU dan Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU serta Kendala dalam Pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha

Gula pasir berbe tuk…………a. Air berubah e jadi es

Dengan adanya situs ini di internet, masyarakat dapat membeli tas secara mudah, hemat waktu dan praktis karena situs ini dapat diakses kapanpun serta efisiensi waktu, biaya dan

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

In this study, the feasibility of time lapse terrestrial photogrammetry for glaciological applications was demonstrated. The cost effectiveness of the technique coupled with

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2

Table 2 summarizes the quality control measures of the derived segmentation results for the static terrestrial laser scanning dataset using the aforementioned

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2