• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Terpadu Berbantuan Musik terhadap Kemampuan Penalaran Matematis bagi Siswa Kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Terpadu Berbantuan Musik terhadap Kemampuan Penalaran Matematis bagi Siswa Kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga T1 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERPADU BERBANTUAN MUSIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIS BAGI SISWA KELAS V SD KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

Riska Zulia Anggraeni, Kriswandani Program Studi S1 Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

E-mail: riskazulia@gmail.com, kriswandani@staff.uksw.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik terhadap kemampuan penalaran matematis bagi siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design serta populasi siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana. Pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuhdan diperoleh 26 siswa kelas VA sebagai kelas eksperimen dan 26 siswa kelas VB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes esai. Uji statistik yang digunakan adalah uji non parametrik Mann-Whitney. Berdasarkan hasil uji non parametrik Mann-Whitney diperoleh nilai signifikan skor kemampuan penalaran matematis sebesar 0,048 < 0,05. Rata-rata skor kemampuan penalaran matematis kelas VA adalah 61,20 dan pada kelas VB adalah 47,86. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik berpengaruh terhadap kemampuan penalaran matematis bagi siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga.

Kata Kunci: Pembelajaran Matematika Terpadu Berbantuan Musik, Kemampuan Penalaran Matematis

PENDAHULUAN

(7)

dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika. Lebih lanjut Ball, Lewis & Thamel dalam Riyanto (2011) menyatakan bahwa penalaran matematika adalah fondasi untuk mendapatkan atau mengkonstruk pengetahuan matematika sehingga guru di sekolah dasar dan menengah harus mengembangkan kemampuan penalaran siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini dilatarbelakangi oleh Tim Puspendik (2012) yang memaparkan matematika merupakan ilmu yang mempunyai ciri-ciri khusus, salah satunya adalah penalaran dalam matematika yang bersifat deduktif aksiomatis yang berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, dan simbol-simbol yang abstrak serta tersusun secara hierarkis. Matematika bersifat deduktif artinya matematika sebagai sarana untuk berpikir secara deduktif sehingga pengajaran matematika memerlukan cara pengajaran yang dapat mengembangkan penalaran peserta didik, tidak hanya pada tataran hafalan atau aplikasi saja. Pengajaran mengembangkan penalaran peserta didik ini diharapkan dapat menciptakan peserta didik sebagai penerus bangsa yang dapat menguasai matematika dengan baik dan akhirnya nanti mereka dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(8)

kebiasaan lain yang harus dikembangkan secara konsisten menggunakan berbagai konteks, mengenal penalaran dan pembuktian merupakan aspek-aspek fundamental dalam matematika. Siswa dapat mengajukan dugaan kemudian menyusun bukti dan melakukan manipulasi terhadap permasalahan matematika serta menarik kesimpulan dengan benar dan tepat dengan penalaran matematis.

Studi pendahuluan yang dipaparkan oleh Sulistiawati (2015) memberikan gambaran bahwa soal-soal penalaran matematis belum dikuasai oleh siswa. Hal ini terlihat dari hasil bahwa rata-rata siswa yang mampu menjawab soal-soal penalaran matematis berkaitan dengan luas dan volume limas dengan benar sebesar 24,37%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wahyudin dalam Permana (2007) memaparkan hasil belajar matematika siswa selama ini masih belum menggembirakan khususnya dalam aspek penalaran. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran matematika kurang mendorong siswa berinteraksi dengan sesama siswa dalam belajar dan kurang mendorong siswa menggunakan penalaran.

Masalah penalaran matematis juga dialami oleh siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana. Hal tersebut diantaranya dapat dilihat dari hasil tes soal penalaran matematis materi pengukuran yang hanya mencapai rata-rata 28,4. Tampaklah nilai rerata yang dicapai siswa belum sesuai dengan harapan guru dan masih berada di bawah Kriteria Kentuntasan Minimum (KKM). Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan antara lain saat guru menanyakan apakah ada kesalahan siswa dapat menjawab benar atau salah namun tidak dapat membuktikan dan memberikan alasan-alasan yang tepat. Rata-rata siswa masih kesulitan dalam menyusun bukti dan memberikan alasan terhadap bukti serta menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ditemukan. Guru juga memaparkan bahwa siswa cenderung lebih menguasai soal yang sudah dalam bentuk simbol matematika dan memiliki jawaban pasti tanpa adanya pembuktian dan penyertaan alasan-alasan. Hal ini disebabkan terbiasanya penerapan pembelajaran guru menggunakan teacher

centered (berpusat pada guru) dan metode ceramah sehingga siswa cenderung hanya memperoleh

(9)

ini dirasa belum sepenuhnya diterapkan dalam pembelajaran matematika sehingga perlu adanya membiasakan siswa untuk bernalar dengan mengembangkan pengetahuannya dan keaktifan siswa saat pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mempengaruhi kemampuan penalaran siswa adalah model pembelajaran terpadu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyati dkk (2015) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tematik dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan penalaran siswa. Hal ini terlihat adanya implikasi positif dan signifikan karena siswa memberikan respon yang baik terhadap penerapan model pembelajaran tematik dalam pembelajaran matematika sehingga penerapan model pembelajaran tematik dalam pembelajaran matematika efektif dalam meningkatkan kemampuan penalaran siswa

Depdikbud dalam Hakiim (2009:193) mendefinisikan pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Siswa terlatih untuk dapat mencari dan menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), otentik, bermakna, dan aktif. Siswa pun dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman itu bagi para siswa. Pembelajaran terpadu dikemas dan diawali dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal siswa.

(10)

Indrawati (2009:20) memaparkan pembelajaran matematika terpadu tipe webbed pada dasarnya pengajaran tematis dimana dalam model pembelajaran menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran. Tema yang dipilih dikembangkan sub-sub temanya dan dikembangkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Langkah-langkah pembelajaran terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berkaitan dengan itu, maka langkah-langkah model pembelajaran terpadu dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran. Oleh karena itu, sintaks pembelajaran terpadu dapat bersifat luwes dan fleksibel artinya bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu dapat diakomodasi dari berbagai model pembelajaran yang dikenal dengan istilah setting atau merekonstruksi (Trianto, 2012). Sintaks model webbed secara garis besar yang dipaparkan Windarti (2007) dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Terpadu tipe Webbed

Langkah

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan 1. Memotivasi siswa dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Memberi informasi keterkaitan materi pembelajaran dengan beberapa aspek kehidupan.

2. Menginformasikan secara garis besar kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai.

3. Menyampaikan informasi keterkaitan materi pembelajaran yang akan diajarkan dengan mata pelajaran lain.

Kegiatan Inti 1. Menentukan tema yang akan dibahas. Mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan atau menyampaikan informasi dengan media.

2. Membagi siswa dalam kelompok eksperimen atau diskusi. 3. Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen. 4. Membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

5. Membimbing siswa dalam menyajikan hasil eksperimen dan diskusi kelompok.

6. Membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelas.

Penutup 1. Membimbing siswa dalam merangkum materi pembelajaran. 2. Mengecek kembali pengetahuan siswa.

3. Memberikan tugas lanjutan.

(11)

Selain dengan model pembelajaran yang menarik dan berorientasi pada siswa, pembelajaran matematika banyak dikemas dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan permainan, cerita anak, pengalaman anak, teknologi, musik, dan sebagainya. Zuraida (2010) menyebutkan karakteristik pembelajaran anak-anak salah satunya adalah fun learning yaitu belajar dalam situasi yang nyaman dan menyenangkan. Aktivitas pembelajaran didesain secara menarik, pendek, dan bervariasi seperi lagu merupakan media yang baik untuk pembelajaran. Musik merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa SD. Beer dan Harkleroad dalam Song An (2013) mendefinisikan musik adalah bentuk ideal dari seni untuk dipadukan dalam pembelajaran matematika. Secara fisik indera pendengaran merupakan perkembangan pertama dari kelima indera dan bisa distimulasi melalui musik yang sekaligus akan meningkatkan perkembangan fungsi otak. Hodges dalam Djohan (2005:25) mengatakan bahwa seseorang menjadi semakin tahu berkat adanya lingkungan (musikal) dan secara fisik hal itu akan menghasilkan perubahan pada otak (mengikat dan membentuk). Lebih lanjut, Anonym dalam Raharja (2009) menyebutkan bahwa musik mempengaruhi perkembangan intelektual dan dan kreativitas anak yaitu 1) dapat meningkatkan kemampuan verbal, emosional, dan kecerdasan spasial; 2) memperbaiki konsentrasi dan memori; 3) menginspirasi otak kanan dalam proses kreatif; 4) memperkokoh kemampuan berpikir intuitif; 5) mendorong relaksasi; 6) memperbaiki gerakan tubuh dan koordinasi; dan 7) meningkatkan ketenangan atau suasana hati dan memelihara motivasi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Putro (2014) yang menunjukkan bahwa model pembelajaran menggunakan pembelajaran berbantuan musik dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kepatihan Purworejo. Oleh Karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik merupakan pembelajaran matematika yang berpusat pada aktifitas siswa sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna serta dalam pembelajaran ini matematika akan dipadukan dengan mata pelajaran lain sebagai penerapannya dalam mata pelajaran lain dan berbantuan musik sebagai media untuk menciptkan suasana pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan dimana lagu yang dinyanyikan terdapat syair tentang materi yang telah diperoleh siswa selama proses pembelajaran.

(12)

musik terhadap kemampuan penalaran matematis bagi siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental). Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksperimental semu bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan manipulasi semua variabel yang relevan. Model pembelajaran yang akan digunakan pada kelas eksperimen adalah Model Pembelajaran Matematika Terpadu Berbantuan Musik, sedangkan pada kelas kontrol akan digunakan Model Pembelajaran Konvensional.

(13)

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Penalaran Matematis

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Butir Soal Jumlah 3. Menghitung luas

bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

1.1. Menghitung luas trapesium dan layang-layang. 1.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar

3.1.2. Menentukan luas trapesium.

3.2.1. Menyelesaikan soal cerita yang

berhubungan dengan luas trapesium

1, 2 2

3.1.5. Menentukan luas layang-layang. 3.2.2. Menyelesaikan soal

cerita yang berhubungan dengan luas laying-layang.

3, 4 2

Total 4

Tabel 3. Rubrik Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis

Karakteristik Indikator Skor

Mengajukan

Dugaan Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta menghubungkannya dalam permasalahan dengan dengan lengkap dan tepat.

4

Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta menghubungkannya dalam permasalahan dengan lengkap namun terdapat satu atau beberapa kesalahan.

3

Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta menghubungkannya dalam permasalahan dengan tepat namun tidak lengkap.

2

Siswa dapat menduga dan menampilkan beragam konsep yang dikuasai siswa serta menghubungkannya dalam permasalahan secara lengkap namun tidak tepat.

1

Siswa tidak menjawab. 0

Manipulasi

Matematika Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan runtut, lengkap dan tepat. 4 Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan runtut dan lengkap

namun terdapat satu atau beberapa kesalahan. 3 Siswa dapat menuliskan proses perhitungan dengan tepat tetapi tidak

lengkap. 2

Siswa dapat menuliskan proses perhitungan namun tidak tepat. 1

Siswa tidak menjawab. 0

Menarik Kesimpulan, menyusun bukti, memberikan bukti

Siswa dapat menyusun bukti dengan jelas dan menarik kesimpulan dengan

lengkap dan tepat. 4

Siswa dapat menyusun bukti dengan jelas dan menarik kesimpulan dengan

lengkap namun terdapat satu atau beberapa kesalahan. 3 Siswa dapat menyusun bukti dan menarik kesimpulan dengan benar namun

(14)

terhadap kebenaran

alasan

Siswa dapat menyusun bukti dan menarik kesimpulan namun tidak tepat. 1

Siswa tidak menjawab. 0

Menarik kesimpulan

dari pernyataan

Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai

permasalahan yang diberikan dengan lengkap dan tepat. 4 Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai

permasalahan yang diberikan dengan lengkap namun terdapat kesalahan. 3 Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai

permasalahan yang diberikan dengan benar namun tidak lengkap. 2 Siswa dapat menuliskan kesimpulan dari pernyataan mengenai

permasalahan yang diberikan namun tidak tepat. 1

Siswa tidak menjawab. 0

Memeriksa kesahihan

suatu argument

Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan lengkap

dan tepat. 4

Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan lengkap namun terdapat satu atau beberapa kesalahan. 3 Siswa dapat menuliskan semua langkah jawaban dan alasan dengan benar

namun tidak lengkap. 2

Siswa dapat menuliskan langkah jawaban dan alasan namun tidak tepat. 1

Siswa tidak menjawab. 0

Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap

permasalahan yang diberikan dengan lengkap dan tepat. 4 Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap

permasalahan yang diberikan dengan lengkap namun terdapat satu atau beberapa kesalahan.

3

Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap

permasalahan yang diberikan dengan tepat namun tidak lengkap. 2 Siswa dapat menemukan dan menuliskan model matematis terhadap

permasalahan yang diberikan namun tidak tepat. 1

Siswa tidak menjawab. 0

PEMBAHASAN

Deskripsi nilai awal matematika digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dari kedua sampel dalam penelitian ini. Nilai awal matematika sebelum diberi perlakuan menggunakan nilai dari guru pada Tes Akhir Semester 1. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada Tabel 4 berikut

Tabel 4. Deskripsi Nilai Awal Matematika Sebelum Perlakuan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NILAI AWAL KELAS

EKSPERIMEN 25 50.00 98.00 73.8000 14.24781

NILAI AWAL KELAS

KONTROL 22 70.00 84.00 73.7273 3.93013

(15)

Berdasarkan Tabel 4 tampaklah bahwa rata-rata nilai awal pada kelas eksperimen (VA) adalah 73,80 dan nilai awal pada kelas kontrol (VB) adalah 73,72. Perbedaaan rata-rata pada kedua kelas tidak terlalu signifikan, hanya 0,08 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut dalam kondisi yang seimbang. Uji keseimbangan kedua kelas dapat digunakan uji normalitas data, dan uji homogenitas data. Adapun hasil uji normalitas data nilai awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut ini

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Awal

Tabel 5 menunjukkan signifikansi nilai awal kelas eksperimen adalah 0,335 dan nilai signifikansi nilai awal kelas kontrol sebesar 0,170 dimana kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar daripada 0,05 maka dapat disimpulkan kedua kelompok data nilai awal matematika kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga berdistribusi normal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data telah terpenuhi. Uji keseimbangan kedua kelas adalah uji homogenitas data. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini

Tabel 6. Uji Banding Dua Sampel Nilai Awal Matematika Sebelum Perlakuan Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Error Std. Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

NILAI AWAL

Equal variances

assumed 25.574 .000 .023 45 .982 .07273 3.14131 -6.25420 6.39965 Equal

variances not assumed

(16)

Berdasarkan hasil uji homogenitas data Levene’s Test for Equality of Variance yang ditunjukkan pada Tabel 6 diperoleh hasil bahwa signifikan nilai awal 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data nilai awal tersebut tidak homogen. Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan tidak memenuhi uji homogenitas data maka untuk mengetahui keseimbangan kedua kelas selanjutnya dilakukan uji beda rerata yang dapat dilihat pada Tabel 6 pada baris equal variances not assumed dan diperoleh nilai signifikan sebesar 0,981 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas atau kedua kelas mempunyai rata-rata yang sama. Berdasarkan uji beda rerata tersebut maka kelas eksperimen dan kelas control seimbang dan dapat diberi perlakuan yang berbeda. Pada akhir pertemuan, kedua kelas tersebut diberi tes akhir. Data nilai tes akhir dianalisis dengan rubrik penilaian untuk kemampuan penalaran matematis siswa. Hasil analisis kemampuan penalaran matematis dapat dilihat Tabel 7 berikut ini

Tabel 7. Deskripsi Skor Kemampuan Penalaran Matematis

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation SKOR KEMAMPUAN

PENALARAN MATEMATIS

KELAS EKSPERIMEN 25 44.00 88.00 61.2000 12.83550

SKOR KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

KELAS KONTROL 22 11.00 77.00 47.8636 20.67733

Valid N (listwise) 22

Tabel 7 menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang mengikuti posttest kemampuan penalaran matematis berjumlah 25 siswa. Skor kemampuan penalaran matematis tertinggi pada kelas eksperimen adalah 88 dan skor terendah 44. Rata-rata skor kelas eksperimen adalah 61,20 dan standar deviasinya 12,83. Siswa kelas kontrol yang mengikuti posttest kemampuan penalaran matematis berjumlah 22 siswa, dengan skor kemampuan penalaran matematis tertinggi adalah 77 dan skor terendah 11.

(17)

Tabel 8. Uji Non Parametrik Mann-Whitney Skor Kemampuan Penalaran Matematis

SKOR KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

Mann-Whitney U 182.500

Wilcoxon W 435.500

Z -1.973

Asymp. Sig. (2-tailed) .048

a. Grouping Variable: kod

Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan adalah 0,048 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rerata untuk kedua kelas tersebut yang berarti rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa skor kemampuan penalaran matematis kelas eksperimen dan skor kemampuan penalaran matematis kelas control berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik berpengaruh terhadap kemampuan penalaran matematis siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik berpengaruh terhadap kemampuan penalaran matematis bagi siswa kelas V SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Hal ini terlihat dari nilai signifikan uji Mann-Whitney adalah 0,048 < 0,05 serta rata-rata skor kemampuan penalaran matematis kelas yang diajar model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik adalah 61,20 dan kelas yang diajar dengan model konvensional adalah 47,86.

DAFTAR PUSTAKA

An, Song., Mary Margaret Capraro., Daniel A Tillman. 2013. Elementary Teachers Integrate Music Activities into Regular Mathematics Lessons: Effects on Students’ Mathematical

Abilities. Texas Journal for Learning through the Arts.

Badan Standar Nasional Pendidikan 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta : Buku Baik.

Hakiim, Lukmanul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

(18)

Martono, Nanang. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder.

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Nurmalasari, Riana., Reta Dian Purnama., dkk. 2016. Peran Guru dalam Implementasi

Kurikulum 2013. Diakses pada

http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/55-Riana-Nurmalasari-Reta-Dian-Purnama-Wati-Poppy-Puspitasari.pdf pada tanggal 18 April 2017 pukul 12.55 WIB.

Permana, Yanto., Utari Sumarmo. 2007. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Universitas Pendidikan

Indonesia, Jurnal Educationist Vol. I No. 2.

Permendiknas No.22 th. 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

Prastowo, Andi. 2014. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Peserta Didik SD/MI melalui

Pembelajaran Tematik-Terpadu. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol 1, No.

1.

Priyati., Alif Ringga Persada., Hadi Kusmanto. 2015. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tematik dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kemampuan Penalaran Siswa MA

Islamic Centre Cirebon. Cirebon Jurnal EduMa Vol. 4, No. 2.

Putro, Retno Wasono. 2014. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan

Pembelajaran Berbantuan Musik pada Mata Pelajaran Matematika. Universitas

Muhammadiyah Purworejo, Vol. 11, No. 11.

Raharja, Budi. 2009. Efek Musik terhadap Prestasi Anak Usia Prasekolah : Studi Komparasi

Efek Lagu Anak, Dolanan Jawa, dan Musik Klasik. Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan Th.

XXVIII, No. 2.

Riyanto, Bambang., Rusdy A Siroj.2011. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Prestasi

Matematika dengan Pendekatan Konstrukitivisme pada Siswa Sekolah Menengah Atas.

UNSRI Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 2.

Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi. Yogyakarta: Widyaiswara PPPG Matematika Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiawati., Didi Suryadi., Siti Fatimah. 2015. Desain Didaktis Penalaran Matematis untuk

Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMP pada Luas dan Volume Limas. UNNES, Jurnal

Matematika Kreatif-Inovatif.

Sumartini, Tina Sri. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 1.

Tanjung, Ratna., Raudhatul Kamal. 2013. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Webbed terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sub Materi Pokok Hukum Pascal di Kelas VIII

(19)

Tim Puspendik. 2012. Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark

Internasional TIMSS 2011. Jakarta : Pusat Penilai Pendidikan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk

Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Windarti. 2007. Model Webbed dalam Pembelajaran IPA Terpadu di Madrasyah Tsanawiyah. UNNES Tesis.

Zuraida, Ida. 2010. Studi terhadap Magic English (Program DVD Interaktif): Fokus pada

Fasilitasi Karakteristik Pembelajaran Anak-Anak. Diakses pada web:

Gambar

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Terpadu tipe Webbed
Tabel 3. Rubrik Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis
Tabel 4. Deskripsi Nilai Awal Matematika Sebelum Perlakuan
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Nilai Awal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kata Sekdes desa ini; “Adanya warga baru yang memiliki villa mewah menguntungkan kami secara tidak langsung, karena kalau ada musibah atau keperluan desa yang mendesak,

Sumber daya ini tergolong ekonomis tinggi karena cara mendapatkannya cukup sulit melalui proses yang sangat panjang dan termasuk barang berharga yang langka, sehingga tergolong

Produk ekolabel adalah produk ramah lingkungan, yang mempertimbangkan mulai dari bahan baku yang legal dan dlikelolla secara lestari (untuk lingkup kertas), pengelolaan

Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kompensasi (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai

Pengaruh Pendekatan RME, Motivasi, dan Jenis Kelamin terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Trigonometri Siswa Kelas X MAN Rejotangan Tahun Ajaran

a. Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif Karangan Trenggalek. Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

Berdasarkan hasil deskripsi dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga yang konkret serta penyajian Lembar Kerja Siswa dalam bentuk gambar tentang alat-alat ukur,

Pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus lebih ketat dalam melakukan pengawasan dan penyelidikan serta penyidikan terhadap perusahaan penyedia jasa pembangunan