• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perkembangan Pengaturan tentang Lembaga Pegadaian di Indonesia T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perkembangan Pengaturan tentang Lembaga Pegadaian di Indonesia T1 BAB II"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

Perkembangan Pengaturan

Perundang-undangan merupakan salah satu sumber hukum dalam arti formal yang dianut oleh negara yang menggunakan sistem civil law, seperti Indonesia dengan latar belakang negara jajahan Belanda dan dalam rangka menemukan keadilan maka para yuris dan lembaga yudisial maupun quasi-judisial merujuk pada sumber tersebut. Apabila diselaraskan dengan pengertian hukum menurut O. Notohamidjodjo dimana hukum adalah sekumpulan peraturan baik tertulis maupun yang tidak tertulis yang bersifat sedikit memaksa yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakat maka dapat dipahami bahwa hukum haruslah hidup dengan menyesuaikan segala perkembangan dan dinamika yang ada dalam masyarakat. Berlandaskan pemahaman diatas maka hukum menyesuaikan dengan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan masyarakat yang dari masa ke masa akan terus berkembang. Roscoe Pound dalam pendapatnya yang berkaitan dengan Perkambangan makna hukum dalam hidup bermasyarakat ini mencakup beberapa landasan yang diawali dengan memahami apa yang dimaksud hukum. Pertama hukum dipandang sebagai aturan atau seperangkat aturan tingkah laku manusia yang ditetapkan oleh kekuasaan yang bersfat Ilahi. Disini hukum dimaknai sebagai wujud campur tangan langsung dari kekuasaan yang bersifat Ilahi terhadap kehidupan manusia. 1 Kedua, hukum dimaknai sebagai sistem prisip

yang dikemukakan secara filosofis dan prinsip-prinsip yang mengungkapkan

(2)

hakikat hal-hal yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.2 Dalam hal

ini pandangan yang bersifat transidental mulai dilepaskan digantikan pandangan yang bersifat metafisis dan oleh sebab itu buku-buku teks dapat ditemukan prinsip-prinsip keadilan dan hak dalam memberikan bentuk untuk dinyatakan dalam pengalaman melalui penalaran. Ketiga, bahwa hukum dipandang sabagai serangkaian perintah penguasa dalam suatu masyarakat yang diorganisir secara politis.3 Berdasarkan perintah itulah manusia bertingkah laku tanpa perlu

mempertanyakan atas dasar apakah perintah itu diberikan. Tidak dapat disangkal bahwa pandangan ini hanya mengakui hukum positif, yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa sebagai hukum.

A 1. Badan Hukum Sebagai Subjek Hukum

Dalam konteks subyek hukum, di samping manusia sebagai pembawa hak, badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai subyek hukum yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti manusia. Badan-badan dan perkumpulan-perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantaraan pengurusnya, dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan. Badan-badan atau perkumpulan tersebut dinamakan Badan Hukum (rechtpersoon) yang berarti orang (persoon) yang diciptakan oleh hukum.4 Hukum memberikan kedudukan

sebagai badan pribadi dalam wujud yang lain selain manusia yaitu badan hukum

2 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit , hlm. 111 3Ibid

(3)

atau rechtspersoon. Rechtspersoon biasa disebut sebagai badan hukum yang merupakan persona ficta atau orang yang diciptakan oleh hukum sebagai persona.5 Selain subyek hukum yang orang perorang, badan hukum atau legal

entity adalah satu subyek hukum lain yang diakui sebagai subyek hukum. Burgelijk Wetboek menggunakan istilah rechtpersoon pada permulaan abad keduapuluh yaitu pada saat diadakannya pengaturan tentang kanak-kanak (kinderwetten). Menurut Pasal 292 Ayat (2) dan Pasal 302 Buku I BW serta sejak diadakannya buku Titel 10 Buku III BW (lama) pada tahun 1838 terdapat banyak ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan rechtpersonen tetapi istilah yang digunakan adalah zedelijk lichaam (badan susila).6 Mengenai istilah ini, Purnadi

Purbacaraka dan Soerjono Soekanto berpendapat sebagai berikut:7

Dalam menejermahkan zadelijk lichaam menjadi badan hukum, lichaam itu benar terjemahannya badan, tetapi hukum sebagai terjemahan zadelijk itu salah, karena arti sebenarnya susila. Oleh karena itu, istilah zadelijk lichaam dewasa ini sinonim dengan rechtpersoon, maka lebih baik kita gunakan pengertian itu dengan terjemahan pribadi hukum.

Dalam peraturan di Indonesia, istilah yang resmi digunakan adalah badan hukum, istilah ini dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan berikut:

1. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Agraria

2. Perpu No. 19 Tahun 1960 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara

5 Sri Soedewi Maschun Sofwan dalam Chidir Ali, 2005, Badan Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 19.

6 Chidir Ali, 2005, Badan Hukum,: PT Alumni, Bandung, hlm. 14

(4)

3. UU No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

4. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan sebagainya Black’s Law Dictionary mendefinisikan badan hukum atau artificial person sebagai “persons created and devised by human laws for the purposes of society and government, as distinguished from natural person, adapun legal entity didefinisikan sebagai an entity, other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and make decisions through agents as in the case of corporation. 8Selanjutnya Black’s

Law Dictionary, memberikan pengertian legal entity sebagai (a) body, other than a natural person, that can function legally, sue or be sued, and make decisions thorugh agents.9 Sedangkan legal person diartikan sebagai an entity such as

corporation, created by law given certain legal rights and duties of a human being; a being,real or imaginary, who for the purpose of legal reasoning is treated more or less as a human being”.10

Adapun berdasarkan Pasal 1654 KUH Perdata, badan hukum didefinisikan sebagai semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara tertentu. Sebelumnya dalam KUH Perdata Pasal 8 Henry Campbell Black, 2000, Black’s Law Dictionary-Abridged Seventh Edition, West Publishing Co, St. Paul Minn, hlm.726.

9 Bryan A Garner, 2009,Black’s Law Distionary, 9th edition, ST Paul –

(5)

1653 diatur berkaitan dengan perkumpulan adalah selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Dengan demikian berdasarkan Pasal 1653 Bab Kesembilan dari Buku Ketiga KUH Perdata, disebutkan 3 macam perkumpulan yaitu :

1) Perkumpulan yang diadakan oleh kekuasaan umum 2) Perkumpulan yang diakui oleh kekuasaan umum

3) Perkumpulan yang diperkenankan atau untuk suatu maksud tertentu tidak berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan.

Pasal 1653 tersebut merupakan landasan yuridis keberadaan badan hukum baik badan hukum publik maupun privat, meskipun tidak secara tegas mengaturnya.

A. 1.1 Menurut Para Ahli

a. Menurut Van Apeldoorn, yang dimaksud dengan purusa hukum (badan hukum) adalah:

1. Tiap-tiap persekutuan manusia, yang bertindak dalam pergaulan hukum seolah-olah ia suatu purusa yang tunggal;

(6)

b. Menurut Utrecht,11 memberikan pengertian badan hukum sebagai setiap

pendukung hak yang tidak berjiwa atau bukan manusia.

c. Menurut Subekti badan hukum pada pokoknya adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri yang dapat digugat atau menggugat di depan hakim.12 Dengan demikian rechtspersoon atau badan

hukum adalah orang yang diciptakan oleh hukum dan mampu melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang memiliki kekayaan sendiri.

d. Menurut Rochmat Soemitro,13 badan hukum atau rechtspersoon adalah

suatu badan atau perkumpulan yang dapat mempunyai harta, hak, serta kewajiban seperti orang-orang pribadi

e. Sri Soedewi Maschun Sofwan,14 mengartikan badan hukum sebagai

kumpulan dari orang-orang yang bersama-sama mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan yang ditersendirikan untuk tujuan tertentu. Kedua-duanya merupakan badan hukum.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli hukum mengenai badan hukum di atas dapat diketahui bahwa tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kedudukan badan hukum sebagai subyek hukum, karena badan hukum merupakan lembaga yang independen, penyandang hak dan kewajiban, serta dapat bertindak di depan

11 Utrech, 1965, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Universitas, Jakarta, hlm.236 12 Subekti, 1996, Pokok-pokok Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta, hlm 48

(7)

hukum. Implikasi hukum dari independen atau kemandirian tersebut, bahwa keberadaan badan hukum tersebut tidak digantungkan pada kehendak pendiri atau organ namun ditentukan oleh hukum. Dalam pengertian pokok, apa badan hukum itu adalah segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat yang demikian itu oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Sebagai pendukung hak dan kewajiban yang bukan manusia, dalam badan hukum terdapat 2 (dua) unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, dapat dipisahkannya hak dan kewajiban badan hukum dari hak dan kewajiban anggota badan hukum dan kedua, organ badan hukum dapat berganti – ganti namun demikian badan hukum tetap ada. Dengan demikian badan hukum merupakan penyandang hak dan kewajibannya sendiri sebagai subyek hukum yang memiliki status yang dipersamakan dengan orang perorangan sebagai subjek hukum. Pengertian sebagai penyandang hak dan kewajiban, dengan demikian badan hukum dapat digugat maupun menggugat di pengadilan. Kondisi ini membawa konsekuensi bahwa keberadaannya dan ketidakberadaannya sebagai badan hukum tidak digantungkan kepada kehendak sendiri atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang kriteria badan hukum yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disusunlah unsur-unsur badan hukum adalah sebagai berikut.

1) Adanya pemisahan harta kekayaan antara pendiri dengan badan hukum

(8)

4) Memiliki organ yang menjalankan badan hukum 5) Adanya managemen yang teratur

Unsur-unsur inilah yang dapat ditemukan dalam suatu badan hukum, serta dapat digunakan untuk membedakan badan hukum dengan bukan badan hukum. Sedangkan agar perkumpulan atau badan usaha dapat disebut sebagai badan hukum, maka beberapa syarat harus dipenuhi. Dari sumber hukum formal, beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi badan hukum yaitu:15

1) Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan ; 2) Syarat berdasarkan pada hukum kebiasaan;

3) Syarat berdasarkan yurisprudensi;

4) Syarat berdasarkan pada pandangan doktrin. 5)

A. 1.2 Syarat Berdasarkan Ketentuan Perundang-undangan

Syarat-syarat berdasarkan undang-undang mendasarkan diri pada ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata yang disebutkan demikian.

‘Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.’

(9)

Berdasarkan pengaturan Pasal 1653 KUH Perdata di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat untuk mendapatkan status badan hukum dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:16

a) Dinyatakan dengan tegas atau uitdrukkelijk, bahwa suatu perhimpunan adalah merupakan badan hukum

b) Tidak secara tegas dinyatakan, namun dengan peraturan sedemikian rupa bahwa badan itu adalah badan hukum.

Aturan umum, dalam Pasal 1653 KUH Perdata, ditentukan bahwa selain maatschap yang sejati atau eigenlijke maatschap, undang-undang juga mengakui perhimpunan atau vereneging sebagai badan hukum atau zedelijk lichaam. Berdasar Pasal 1653 KUH Perdata, Perkumpulan diakui sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal person). Perkumpulan adalah perhimpunan atau perserikatan orang (zedelijke lichamen, corporate body) baik yang didirikan dan diakui oleh kekuasaan umum seperti daerah otonom, badan keagamaan, atau yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak, bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan yang baik yang lazim disebut Perkumpulan. Sebagai badan hukum, perkumpulan tersebut diperlukan pengesahan akta pendirian perkumpulan, dengan memperhatikan tujuan, azas lapangan kerja dan aturan-aturan lainnya dari perkumpulan tersebut.

Terdapat 3 (tiga) jenis badan hukum yang diakui yaitu: a) Badan hukum yang diadakan oleh pemerintah b) Badan hukum yang diakui oleh pemerintah c) Badan hukum dengan konstruksi keperdataan.

(10)

Berkaitan dengan perkumpulan tersebut, Pasal 1655 KUH Perdata mengatur tentang kewenangan bertindak dari pengurus, sebagai berikut.

1) para pengurus diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama Perkumpulan,

2) para pengurus bertindak mewakili Perkumpulan di depan pengadilan,

3) semua tindakan pengurus mengikat kepada Perkumpulan, 4) sekiranya perbuatan atau tindakan pengurus menyimpang dari

kewenangan atau kekuasaan yang diberikan kepadanya dalam AD (Anggaran Dasar), tindakan itu tetap mengikat perkumpulan, apabila tindakan itu memberi manfaat kepada Perkumpulan atau apabila tindakan itu disahkan rapat anggota. Kewajiban pengurus Pengurus Perkumpulan wajib memberi pertanggungjawaban kepada anggota atas kepengurusan perkumpulan yang disampaikan dalam rapat anggota. Diatur dalam Pasal 1659 KUH Perdata, jika dalam akte pendirian, persetujuan-persetujuan dan reglemen-reglemennya tidak diatur mengenai hak bersuara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak sama untuk mengeluarkan suaranya, segala keputusan diambil dengan suara terbanyak. Adapun keputusan rapat dalam suatu perkumpulan diatur menurut Pasal 1659 KUH Perdata, yaitu:

(11)

b) masing-masing anggota mempunyai hak suara yang sama.

A. 1.3 Syarat Berdasarkan Doktrin

Disamping syarat berdasarkan peraturan perundangan, syarat yang dapat digunakan untuk menentukan suatu organisasi, badan atau perkumpulan itu adalah badan hukum, didasarkan pada doktrin. Ajaran para ahli hukum berkaitan dengan syarat suatu badan, organisasi atau perkumpulan dapat menjadi badan hukum dapat paparkan sebagai berikut.

Menurut Scholten badan hukum haruslah memenuhi unsur – unsur:

1) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan hukum pemisahan.

2) Mempunyai tujuan tertentu sendiri

3) Mempunyai alat perlengkapan atau organisasi

Sedangkan menurut Soenawar Soekowati, badan hukum haruslah memenuhi unsur-unsur yang terdapat di dalam badan hukum yaitu: 17

1) Ada harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggota-anggotanya

2) Adanya kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum, serta bukan kepentingan satu atau beberapa orang saja

3) Kepentingan tersebut haruslah panjang

4) Harus dapat ditunjukkan suatu harta kekayaan yang tersendiri, yang tidak saja untuk obyek tuntutan tetapi juga sebagai upaya pemeliharaan

(12)

kepentingan-kepentingan badan hukum yang terpisah dari kepentingan angggota-anggotanya

Wirya Projodikoro, menjelaskan kriteria atau ukuran yang jitu untuk menjelaskan badan hukum adalah:18

1) Adanya benda kekayaan yang terpisah dari orang perseorangan yang bertindak;

2) Adanya kepentingan yang bukan kepentingan orang perseorangan, melainkan kepentingan suatu golongan orang-orang

3) Bersifat atau memiliki tujuan untuk berdiri dalam waktu yang lama.

(13)

hanya didirikan oleh satu orang saja dalam badan hukum akan ditemukan organisasi walaupun sangat sederhana.

Setiap badan hukum yang dapat dikatakan mampu bertanggungjawab (recht-bevoegheid) secara hukum, harus memiliki empat unsur pokok, yaitu:

1. Harta kekayaan yang terpisah dari kekayaan subyek hukum yang lain; 2. Mempunyai tujuan ideal tertentu yang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan;

3. Mempunyai kepentingan sendiri dalam lalu lintas hukum;

4. Ada organisasi kepengurusannya yang bersifat teratur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan internalnya sendiri.

Sebagai subyek hukum yang berkedudukan sebagai pendukung hak dan kewajiban, badan hukum diakui eksistensinya. Berdasarkan Pasal 1653 KUH Perdata, terdapat 4 jenis badan hukum yaitu:

1) Badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah. Termasuk dalam kategori badan hukum ini adalah badan hukum publik seperti provinsi, kabupaten, kota dan lain sebagainya;

2) Badan hukum yang diakui oleh Pemerintah, misalnya gereja atau badan keagamaan lainnya;

3) Badan hukum yang diijinkan oleh Pemerintah;

(14)

A. 1.4 Jenis Badan Hukum

1.4.1 Badan Hukum Publik

Menurut Chidir Ali kriteria suatu badan hukum dapat dinyatakan sebagai badan hukum publik adalah sebagai berikut.19

a) Dilihat dari cara pendiriannya yang didirikan berdasarkan konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (negara) dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya;

b) Lingkungan kerjanya, apakah dalam melaksanakan tugasnya umumnya dengan publik/umum dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata pada umumnya seperti halnya badan-badan hukum privat;

c) Kewenangan yang dimiliki, bahwa badan hukum publik memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yag mengikat umum.

Adapun macam badan hukum publik ini dapat dilihat dari badan hukum publik yang memiliki teritorial dan badan hukum publik yang tidak memiliki teritorial. Dua macam badan hukum publik tersebut selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

(15)

Suatu badan hukum itu pada umumnya harus memperhatikan atau menyelenggarakan kepentingan mereka yang tinggal di dalam daerah atau wilayahnya.

b) Badan hukum yang tidak mempunyai teritorial.

Suatu badan hukum yang dibentuk oleh yang berwajib hanya untuk tujuan tertentu saja.

1.4.2 Badan Hukum Privat

Adapun badan hukum perdata merupakan badan hukum yang didirikan atas pernyataan kehendak dari orang-perorangan. Badan hukum publik dimungkinkan mendirikan badan hukum perdata seperti yayasan, Perseroan Terbatas dan lain sebagainya. Badan hukum perdata yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang dapat disebutkan di bawah ini.

a) perkumpulan (vereniging) diatur dalam Pasal 1653 KUHPerdata, Stb. 1870-64, dan Stb. 1939-570.

b) Perseroan Terbatas, diatur dalam UU No. 40 tahun 2007. c) rederji, diatur dalam Pasal 323 KUHDagang.

d) kerkgenootschappen, diatur dalam Stb. 1927-156.

e) koperasi, diatur dalam UU Pokok Koperasi No.25 tahun 1992. f) yayasan, dan lain-lain.

(16)

1. Pembedaan badan hukum publik dan privat tersebut dapat dilihat melalui prosedur pendiriannya, artinya badan hukum publik itu diadakan dengan konstruksi hukum publik yaitu didirikan oleh penguasa dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana cara pendiriannya badan hukum tersebut, seperti yang diatur di dalam Pasal 1653 KUHPerdata yaitu ada tiga macam, yakni :

a) badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum (Pemerintah atau Negara).

b) badan hukum yang diakui oleh kekuasaan umum.

c) badan hukum yang diperkenankan dan yang didirikan dengan tujuan tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan (badan hukum dengan konstruksi keperdataan).

2. Pembedaan badan hukum privat dengan badan hukum publik dapat dilihat dari siapa pendiri darai badan hukum tersebut. Badan hukum perdata adalah badan hukum yang didirikan oleh perseorangan, sedangkan pada badan hukum publik ialah badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum.

3. Perbedaan dengan melihat lingkungan kerjanya, yaitu apakah dalam melaksanakan tugasnya badan hukum itu pada umumnya dengan publik atau melakukan perbuatan-perbuatan hukum perdata.

4. Mengenai wewenangnya, yaitu apakah badan hukum yang didirikan oleh penguasa itu diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan atau peraturan yang mengikat umum. Jika ada wewenang publik, maka ia adalah badan hukum publik.

(17)

Secara alamiah, badan hukum tidaklah dapat berkedudukan sebagai subyek hukum. Hal ini dikarenakan badan hukum tidak memiliki kehendak, tidak dapat bertindak dan tidak dapat hadir atau ada seperti halnya karakteristik yang dapat ditemukan pada orang seperti yang telah dikemukakan di atas. Karakteristik tersebut yang mengakibatkan orang dapat berkedudukan sebagai subyek hukum secara kodrati. Ketiadaan karakteristik tersebut, berimplikasi bahwa badan hukum tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai subyek hukum. Problematikan yang dihadapi oleh badan hukum tersebutlah yang pada akhirnya menghadirkan teori-teori badan hukum.

a. Teori Organ, teori ini dikemukakan oleh Otto von Gierke (1841-1921). Badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Teori organ memandang badan hukum sebagai suatu yang nyata (reliteit). Menurut teori organ badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia yang sesungguhnya dalam lalu lintas hukum yang juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya yaitu pengurus dan anggotanya dan sebagainya.

b. Teori Kekayaan Bersama, Teori kekayaan bersama ini menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia. Kepentingan badan hukum adalah kepentingan seluruh anggotanya.20 Dengan demikian badan hukum berdasarkan

teori Kekayaan Bersama ini adalah suatu konstruksi yuridis dari kepentingan-kepentingan anggota, dengan demikian hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban serta tanggung jawab hukum dari anggota secara bersama

(18)

sama. Konsekwensi yuridisnya bahwa harta kekayaan badan hukum adalah milik bersama seluruh anggota.

c. Teori Fiksi. Teori ini dipelopori oleh sarjana Jerman Friedrich Carl von Savigny (1779-1861), tokoh utama aliran sejarah pasa permulaan abaf 19. Menurut teori ini bahwa hanya manusia saja yang mempunyai kehendak. Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abtraksi. Bukan merupakan suatu hal yang konkrit. Jadi karena hanya suatu abtraksi maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan hukum, sebab hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan kehendak berkuasa(wilsmacht). Badan hukum semata-mata hanyalah buatan pemerintah atau negara. Terkecuali negara badan hukum itu fiksi yakni sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk menerangkan sesuatu hal.

Dengan kata lain sebenarnya menurut alam manusia selalu subjek hukum , tetapi orang menciptakan dalam bayanganya, badan hukum selalu subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia. Jadi, orang bersikap seoplah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan, sehingga yang melakukan ialah manusia sebagai wakil-wakilnya.

(19)

mempunyai hak jika tidak dapat melakukan hak itu. Dengan lain perkataan, tanpa daya berkehendak (wilsvermogens) tidak ada kedudukan sebagai subjek hukum.

A. 2 Badan Usaha Milik Negara

Konsep BUMN telah dirumuskan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 740/KMK.00/1989. Dalam konsep itu, BUMN didefenisikan sebagai “badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara” (pasal 1 ayat 2a).

Sementara dalam pasal 1 ayat 2b dari surat keputusan itu meliputi hal-hal sebagai berikut:

1)BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan pemerintah daerah

2) BUMN yang merupakan kerja sama antara pemerintah dengan BUMN lainnya. 3) BUMN yang merupakan badan-badan usaha kerjasama dengan swasta nasional/ asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.

Defenisi lain mengenai BUMN adalah karena BUMN itu merupakan “public enterprise”. Dengan demikian, BUMN mencakup dua elemen esensial yaitu: ”Pemerintah (public) dan bisnis (enterprise”. Dengan defenisi itu maka BUMN tidaklah murni pemerintah 100% dan tidak juga swasta 100% tetapi BUMN dapat dikatakan sebagai “perusahaan negara yang diwiraswastakan”.

A. 2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Negara atau Badan Usaha

(20)

Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu. Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterjemahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.

Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun 80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak “negatif/minir” karena fungsi kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.

Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu: 1) Fase sebelum kemerdekaan

(21)

2) Fase antara tahun 1945-1960

Pada fase ini keberadaan perusahaan negara sangat penting karena mengingat pentingnya peranan perusahaan negara dalam pembangunan dan dalam rangka perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat ke wilayah RI. Pada priode ini pula terjadi gerakan nasionalisasi terhadap perusahaan negara milik asing/bekas milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP. NO. 27 tahun 1957 dan UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Perusahaan yang dinasionalisasikan tersebut pada mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup lapangan perbankan, perkebunan, perdagangan dan jasa.

3) Fase yang berlangsung tahun 1960-1969

Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang berlandaskan UU No. 19 tahun 1960 menjadi satu bentuk yaitu Perusahaan Negara. Namun demikian masih terdapat kekaburan dalam organisasi perusahaan negara yang disebabkan adanya Badan Pimpinan Umum (BPU) yang juga menyelenggarakan pengurusan terhadap Perusahaan Negara tertentu. Oleh karena tiu, maka ditetapkanlah tiga bentuk perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

4) Fase antara tahun 1969 hingga sekarang

(22)

A. 2.2 Deskripsi Tiga Bentuk Perusahaan Negara

Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-janya. Perangkat perbaikan tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem. Oleh karenanya sejak tahun 2002 diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerapkan program GCG yang kemudian diikuti dengan penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya seperti penerapan program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006 ini, selain beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri-industri penting seperti Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu menerapkan program Risk Man-agement ini. Dengan melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya yang juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manaje-men/sumber daya manusia agar lebih mempunyai visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan-keputusan bisnis, sehingga paradigma BUMN secara simultan dapat diubah. Perusahaan negara atau Badan Usaha Milik Negara yang ada saat ini terdiri dari tiga bentuk yaitu:

(23)

Menurut UU No. 9 tahun 1969 Perjan adalah perusahaan negara yang didirikan dan diatur dengan ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam Indische Bedrijven Wet (IBW).

Ciri-ciri Perjan:

- Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada menteri atau direktur jenderal berkedudukan serendah-rendahnya setingkat dengan direktorat. - Melakukan tugas-tugas perusahaan sekaligus tugas pemerintahan yang tercermain dalam susunan organisasi departemen.

- Modal permulaan dan mutasi modal lainnya tercermin dalam APBN. Modal merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan hasil-hasil perusahaan harus nampak dalam APBN.

- Barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat.

- Pegawai Perjan merupakan pegawai negeri yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.

2) Perusahaan Umum (Permum)

Menurut Inpres No. 17 Th. 1967 Perum dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan. Seperti Perum Pegadaian, Perum Bulog, BI, Bank Mandiri, BRI, BNI, etc.

Ciri-ciri Perum:

- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu.

(24)

- dipimpin oleh direksi yang bertanggung jawab kepada menteri yang bersangkutan (sekarang bertanggung jawab kepada Menteri BUMN).

- Modal perusahaan seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal tidak terbagi dalam bentuk saham.

- Status dan penghasilan pegawai diatur sendiri dengan perturan pemerintah diluar ketentuan-ketentuan bagi pegawai negeri.

- Melayani kepetingan umum dan bergerak di bidang yang dianggap vital oleh pemerintah.

- Maksud dan tujuan adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

3) Perusahaan Perseroan (Persero)

Menurut UU No. 9 Th. 1969 dan PP No. 24 Th. 1972, Persero adalah perusahaan negara dalam bentuk Perseroan Terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan ditambah yang saham-sahamnya baik sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh negara. Seperti PT. KAI, PT. Pelni, PT. Semen Gresik, PT. Telkom, etc.

Ciri-ciri Persero:

- Pendirian diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dasar pertimbangan setelah dikaji bersama antara menteri teknis dan menkeu.

(25)

- Status pegawai perusahaan swasta biasa

- Modal usaha dipisahkan dalam bentuk saham dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal campuran antara swasta dan negara.

- Maksud dan tujuan adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Pengelompokan ketiga perusahaan negara di atas sesuai dengan rekomendasi Tim Pembantu Presiden untuk penertiban aparatur/administrasi pemerintahan dan ekonomi negara dalam rangka penyempurnaan administrasi negara yang menyeluruh. Rekomendasi tim ini ditegaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 17 tahun 1967 bahwa bentuk perusahaan daerah terdiri dari Perjan, Perum dan Persero sebagai bentuk perusahaan negara dikeluarkan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1969. yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 19 tahun 1969.

Perpu Nomor 1 tahun 1969 mengkategorikan perusahaan negara dengan landasan sebagai berikut:

1) Semua perusahaan yang dirikan dan diatur menurut ketentuan Internasional Bussiness Machines (IBM) kemudian dinamakan Perjan.

2) Semua perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang diatur menurut Kitab Undang-Undang Hukum Daganga (KUHD) baik yang saham-sahamnya untuk keseluruhan maupun untuk sebagian dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan; perusahaan ini disebut Persero.

(26)

dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan Perpu nomor 19 tahun 1960; perusahaan ini disebut Perum.

Sampai dengan tahun 2001, ketiga perusahaan negara masih tetap eksis dengan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001 tentang pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan menteri keuangan mewakili pemerintah selaku:

1) Pemegang saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 12 tahun 1989 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara RI.

2) Wakil Pemerintah pada Perusahaan Umum (Perum) sebagaimana diatur dalam PP No. 13 tahun 1989 tentang Perusahaan Umum (Perum).

3) Pembina Keuangan pada Perusahaan Jawatan (Perjan) sebagaimana diatur dalam PP No. 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan); dialihkan kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

A. 2.3 Tujuan Badan Usaha Milik Negara

(27)

2) tujuan secara makro, yakni memberi sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.

3)Tujuan sosial politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup orang banyak serta membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi.

Disamping itu, bila direfleksikan dari kondisi realnya di lapangan, BUMN juga mempunyai tujuan umum yaitu:

1) Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umunya dan penerimaan negara pada khususnya.

2) Mengejar keuntungan

3) Menyelenggrakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hidup orang banyak.

4) Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta atau koperasi.

5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

A. 2.4 Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian

Negara

(28)

1) Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business entity), harus mampu memupuk dana unutk membiayai aktivitas baik yang bersifat rutin maupun pengembangan. Oleh karena itu, dalam kegiatannya untuk mendapatkan laba sehingga kontinuitas perusahaan dapat terjaga atau dengan kata lain BUMN berperan sebagai pemasok dana melalui pajak dan deviden.

(29)

B. Hasil Penelitian

Perkembangan Pengaturan Yang Menjadi Karakteristik Lembaga Pegadaian

B 1. Bentuk Badan Hukum

Dalam awal pembentukan Pegadaian sebagai Badan hukum tahun 1961, Pegadaian berstatus Perusahaan Negara Pegadaian. Perusahaan Negara adalah perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.21 Dalam peraturan pemerintah ini ditetapkan bahwa

unsur pemilikan negara atas setiap usaha negara yang berbentuk persero disentralisasi penatausahaannya kepada Menteri Keuangan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa pada hakekatnya fungsi utama dari persusahaan ialah pemupukan dana bagi negara ataupun sebagai alat untuk mencari sumber keuangan negara. Dalam hubungan ini masalah penanaman kekayaan negara dalam modal persero sangat erat hubungannya dengan kebijaksanaan keuangan negara, kebijaksanaan mana dalam keseluruhannya merupakan tugas Menteri Keuangan.

Ciri Perusahaan Negara :

1. Pemerintah menjadi pemilik badan usaha.

2. Pemerintah memiliki kekuasaan yang absolut dalam menjalankan kegiatan usaha.

3. Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.

4. Berfungsi sebagai alat pemerintah untuk mengadakan dan mengembangkan ekonomi negara.

(30)

5. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan.

6. Bila memperoleh keuntungan, maka dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 1969, Pegadaian berubah dari yang sebelumnya Perusahaan Negara Pegadaian menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian. Pengertian mengenai Perusahaan Jawatan atau Perjan yaitu BUMN yang seluruh modalnya termasuk dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBD) dan menjadi hak dari departemen bersangkutan. Perjan biasanya merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi atau jasa untuk kepentingan umum. Perjan sendiri dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian masyarakat termasuk didalamnya mengatur mengenai kejelasan status Kepegawaian perusahaan dimana peran negara lebih terasa seperti status karyawan pegawai negeri dan perusahaan memperoleh fasilitas dari negara.

Ciri-ciri Perusahaan Jawatan:

1. Karyawannya berstatus pegawai negeri

2. Tujuan utamanya adalah melayani kepentingan masyarakat umum

3. Berada dibawah Departemen, Dirjen atau pemerintah daerah terkait. Dalam hal ini Pegadaian berada di bawah kewenangan Mentri.

4. Permodalan dan pembiayaan perusahaan termasuk dalam APBN dan menjadi hak dari departemen terkait.

(31)

6. Dipimpin oleh seorang kepala yang merupakan bagian dari suatu departemen

7. Perjan memiliki dan memperoleh fasilitas dari negara.

Pegadaian kembali mengalami perubahan status kelembagaan menjadi perusahaan umum pada tahun 2000 yang didasari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) itu sendiri adalah jenis Badan Usaha Milik Negara yang modalnya masih dimiliki oleh pemerintah, namun memiliki sifat mirip perusahaan jawatan (perjan). Hal ini disebabkan karena perum boleh mengejar keuntungan di samping melayani kepentingan masyarakat. Perusahaan Umum juga mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut.

1. Bertujuan untuk melayani kepentingan masyarakat umum namun juga mengejar keuntungan.

2. Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.

3. Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta. Artinya, perum bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.

4. Modal berasal dari pemerintah yang berasal dari kekayaan negara yang terpisahkan.

5. Pekerjanya adalah PNS yang diatur tersendiri (setengah swasta). 6. Jika memupuk keuntungan maka tujuannya untuk mengisi kas negara. 7. Modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang bersifat

go public

(32)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), status badan hukum Pegadaian kembali berubah dan kali ini menjadi Perusahaan Perseroan. Perusahaan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas (PT) yang modal/sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah, yang tujuannya mengejar keuntungan. Maksud dan tujuan mendirikan persero ialah untuk menyediakan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Ciri-ciri Persero adalah sebagai berikut:

- Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden

- Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan perundang-undangan

- Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang

- Modalnya berbentuk saham

- Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan

- Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris

- Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah

(33)

- RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan - Dipimpin oleh direksi

- Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan - Tidak mendapat fasilitas negara

- Tujuan utama memperoleh keuntungan

Dewasa ini, Pegadaian diatur dalam POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaian dimana bentuk badan hukum dari Pegadaian itu sendiri yaitu Perseroan Terbatas dan atau Koperasi. Perseroan terbatas (PT) (bahasa Belanda: Naamloze Vennootschap) adalah suatu badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.

(34)

pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.

Dalam POJK tersebut, Pegadaian juga berbentuk Koperasi yang mengacu pada Undang-Undang Perkoprasian yang diatur dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. (Sebelumnya: UU No. 12 tahun 1967) Pengertian dari Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. (Pasal 1 angka 1 UU No. 25/1992)

Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa pengertian-pengertian pokok-pokok sebagai berikut :

1. Koperasi merupakan suatu bentuk badan usaha

2. Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang atau badan hukum badan hukum koperasi. Jadi, terdapat perbedaan prinsip dengan PT, karena PT merupakan perkumpulan modal (konsentrasi modal), sehingga pemilik PT harus menyetorkan modal yang disebut Pesero. Dalam koperasi, pemiliknya disebut anggota yang tidak disyaratkan harus menyetorkan modal.

3. Dari segi siapa yang menjadi pendiri dan siapa yang menjadi anggotanya, menurut ketentuan pasal 6 UU No. 25/1992, koperasi dibedakan menjadi :

(35)

b. Koperasi Sekunder, Anggota / pendirinya terdiri dari badan koperasi yang telah berstatus Badan Hukum dan sekurang-kurangnya 3 badan koperasi

4. Kegiatan usaha koperasi didasarkan atas prinsip-prinsip tertentu Prinsip koperasi diatur dalam pasal 5 UU No. 15/1992, yaitu :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Sukarela artinya tidak ada paksaan dan anggota dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu sesuai dengan syarat-syarat dalam AD, tanpa harus menyebabkan bubarnya BH Koperasi tersebut.

Terbuka artinya dilarang adanya diskriminasi dalam bentuk apapun. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

Konsekwensi hukumnya kekuasaan tertinggi ada di tangan para anggotanya.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

Jadi Sisa Hasil Usaha, yang merupakan hak dari masing-masing anggota, harus dibagi sesuai dengan perimbangan jasa anggota terhadap Koperasi dan bukan berdasarkan besarnya pemasukan dalam bentuk modal dari masing-masing anggota.

d. Pemberian balas jasa yang bertasa terhadap modal. e. Kemandirian

(36)

3. Pengawas

Pelaksanaan Rapat Anggota, sekurang-kurangnya sekali setahun. Rapat Anggota berhak untuk memintan keterangan dan pertanggung jawaban Pengurus dan Pengawas.

Permodalan.

Dibedakan menjadi :

Modal sendiri Modal pinjaman Modal Penyertaan

diambil dari : a. Simpanan pokok anggota

b.Simpanan wajib c. Dana cadangan d. Hibah

berasal dari : a. Anggota b. Koperasi lain c. Bank dan LKBB d.Penerbitan Obligasi dan Surat hutang lain e. Sumber lain yang sah

bersumber dari : a. Pemerintah b. Masyarakat

(37)

Negara Pegadaian menjadi Jawatan Pegadaian. Perubahan ini dilakukan karena pemerintah saat itu menganggap bahwa Perusahaan Negara Pegadaian kurang dapat memaksimalkan fungsi pegadaian dikarenakan bentuk kelembagaan yang demikian ditetapkan bahwa unsur kepemilikannya disentralisasi penatausahaannya kepada Menteri Keuangan sedangkan pada saat itu Indonesia sedang terus membangun perekonomian yang lebih baik. Dengan adanya PP No. 103 Tahun 2000 Tentang perusahaan Umum Pegadaian menyatakan bahwa dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Hingga yang saat ini berlaku yaitu POJK Nomor 31/POJK.05/2016 dimana secara jelas mengatur Pegadaian dan esensi gadai yang tercantum pada Pasal 1.

Tabel 1

(38)
(39)

Penanggungjawab koperasi adalah pengurus. Koperasi bukan kumpulan modal beberapa orang yang bertujuan mencari laba sebesar-besarnya.

B. 1.1. Permodalan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian mengatur bahwa modal Perusahaan ialah jumlah selisih dari nilai aktiva dan nilai passiva dari perusahaan milik negara yang dilebur seperti dimaksud dalam pasal 122 dan yang menurut neraca pembukaan

sementara yang dilampirkan pada Peraturan Pemerintah ini berjumlah Rp. 4.600.000.000,- (empat miliar enam ratus juta rupiah). Pada tahun 1969 dimana Pegadaian berubah bentuk menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, hanya melengkapi dalam Pasal 2 dikatakan Neraca pembukaan Jawatan Pegadaian terhitung mulai tanggal yang akan ditentukan oleh Menteri Keuangan, dibuat oleh Direktur Akuntan Negara dan yang kemudian ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pada PP Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perum Pegadaian, modal doatur pada Pasal 10 Modal Perusahaan merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-saham. Besarnya modal Perusahaan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan adalah sebesar seluruh nilai penyertaan modal Negara yang tertanam dalam Perusahaan, berdasakan penetapan Menteri Keuangan dan setiap penambahan dan pengurangan penyertaan modal Negara yang tertanam dalam Perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(40)

Hal ini berbeda dengan Pegadaian yang berbentuk Persero pada tahun 2011, dimana Modal Perusahaan yang ditempatkan dan disetor pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan yang tercatat dalam Perum Pegadaian. Modal Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut sebesar modal negara Republik Indonesia yang tercatat dalam neraca penutup Perum Pegadaian. Kini modal Usaha Pegadaian lebih detail dari nilai aktiva dan nilai passiva dari dan tidak terbagi atas saham-saham. pada ayat (1) ditetapkan paling sedikit:

a. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha kabupaten/kota; atau

(41)

Dapat dilihat bahwa Permodalan yang tertulis secara jelas dalam PP mengenai perubahan Bentuk Badan Hukum Pegadaian terdapat pada awal pendirian di tahun 1961 dan diakhir perubahan Bentuk Badan Hukum Pegadaian di tahun 2016.

B. 1.2 Tujuan Perusahaan

Pada saat Pegadaian berbentuk sebagai Perusahaan Negara, pemerintah pada saat itu mempunyai tujuan yang dilatar belakangi pembangunan ekonomi Nasional di bidang perkreditan. Oleh karena itu, tujuan Perusahaan ialah untuk turut membangun ekonomi nasional dibidang perkreditan dengan dasar hukum gadai sesuai dengan ekonomi terpimpin, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketenteraman serta kesenangan kerja dalam Perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur materiil dan spirituil23. Dalam penerapannya, Pegadaian dirasa

perlu meningkatkan kualitas pelayanan baik itu bersifat fisik maupun dari Aparat pelaksana, dan oleh karena itu tujuan dirubahnya Perusahaan Negara Pegadaian menjadi Jawatan Pegadaian melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1969 Tentang Perubahan Bentuk Perusahaan Negara Pegadaian Menjadi Jawatan Pegadaian adalah untuk membina aparat pegadaian agar dapat menjadi lembaga perkreditan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang pengembangan sosial ekonomi. Serta memenuhi kebutuhan masyarakat dalam aktifitas perekonomian khususnya di bidang Gadai.

Berbeda dengan yang tertulis pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Pada saat Pegadaian berubah bentuk hukumnya menjadi Perusahaan Umum, maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk turut meningkatkan

(42)

kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perudang-udanganan yang berlaku serta menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.24 Dapat dilihat bahwa pada peraturan tersebut mempunyai sasaran

yang jelas kepada siapa peraturan ini ditujukan dan diperuntukan serta peraturan ini memunculkan kekawatiran dan kepedulian Pemerintah terhadap masyarakat pengguna jasa Gadai supaya masyarakat mendapatkan kesejahteraan dalam bergadai. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) juga mengatur tujuan perusahaan walaupun secara garis besar hampir sama dengan Perum. Perusahaan Perseroan Pegadaian mempunyai tujuan yaitu untuk melakukan usaha di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.25

Sedangkan pada POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaian bertujuan untuk:

24 Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

(43)

1. Meningkatkan inklusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu memperluas layanan jasa keuangan melalui penyelenggaraan usaha pergadaian.

2. Memberikan kemudahan akses terhadap pinjaman, khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah dan usaha mikro, kecil, dan menengah, perlu adanya landasan hukum bagi Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi usaha pergadaian di Indonesia

3. Memberikan Landasan Hukum bagi Pengawasan Usaha Pegadaian untuk menciptakan usaha pergadaian yang sehat, memberikan kepastian hukum

bagi pelaku usaha pergadaian, dan perlindungan kepada konsumen

B. 2 Jenis Kegiatan

(44)

Bedrijvenwet 1927 (Stbl. 1927 No.419) sebagaimana yang telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-undang No.12 tahun 1955. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan pengaturan tahun 1969 dimana Perusahaan Negara Pegadaian berubah bentuk hukumnya menjadi Perusahaan Jawatan Pegadaian yang mana Usaha dan kegiatan Jawatan Pegadaian juga ditetapkan dan diatur sebagai suatu perusahaan dalam arti Pasal 2 Indonesische Bedrijvenwet 1927 (Stbl. 1927 No.419) sebagaimana yang telah diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-undang No.12 tahun 1955 yang berbunyi “Berhubung dengan kesukaran-kesukaran yang mungkin dapat timbul dalam melaksanakan dengan segera seluruh peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang ini, maka Menteri Keuangan untuk ini berhak untuk menetapkan peraturan-peraturan-peralihan seperlunya.”26 Jadi dapat dipahami bahwa kegiatan

Pegadaian pada saat itu mengacu pada asas dan dasar hukum Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang Gadai yang termuat pada Pasal 1150-1160.

Kegiatan Pegadaian baru nampak tertulis jelas pada penetapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian dan diatur pada Pasal 8 yaitu Kegiatan Pegadaian sebagai:

a. penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai

b. penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri

(45)

perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan

c. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain; d. membentuk anak Perusahaan

e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Dapat dikatakan lebih spesifik tentang apa yang tertulis mengenai Tugas Pegadaian dalam PP tersebut diatas, selain usaha dengan esensi gadai Pegadaian juga mempunyai tugas lain yang tidak tertulis pada peraturan tertulis tentang Pegadaian sebelumnya. Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), tugas Pegadaian lebih berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat dan terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu kegiatan utama dan kegiatan lainnya. Hal ini nampak pada Pasal 2 ayat (2) kegiatan usaha utama berupa:

a. penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai efek

b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia

c. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia serta batu adi.

Selain itu juga dapat melaksanakan kegiatan lain yang tertuang dalam Pasal 2 ayat (3) yaitu melaksanakan kegiatan usaha:

a. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi pinjaman

(46)

(Persero).

Dapat dilihat bahwa eksistensi Fidusia, jasa titipan dan jasa tafsiran dari Peraturan tahun 2000 hingga Peraturan berikutnya tahun 2011 tetap dipertahannkan, namun pada PP No. 51 Tahun 2011 Pegadaian juga melayani jasa transfer uang dan optimalisasi sumberdaya Perusahaan Perseroan.

Kini, pegadaian menerapkan ketentuan jenis kegiatannya yang didasarkan POJK Nomor 31/POJK.05/2016 dalam Pasal 13 ayat (1) meliputi:

a. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan hukum Gadai b. penyaluran Uang Pinjaman dengan jaminan berdasarkan fidusia c. pelayanan jasa titipan barang berharga

d. pelayanan jasa taksiran

Regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan ini juga memungkinkan Pegadaian melakukan kegiatan selain yang tertera pada Pasal 13 tersebut. Hal ini tercantum pada ayat (2) dimana kegiatan lain tersebut harus berdasarkan prinsip kegiatan yang tidak terkait Usaha Pergadaian yang memberikan pendapatan berdasarkan komisi (fee based income) sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dibidang jasa keuangan atau kegiatan usaha lain dengan persetujuan OJK dan dengan memenuhi prasarat yang sudah ditentukan melalui Peraturan OJK ataupun memakai prinsip syariah.

Tabel 3

Karakteristik Pegadaian dari Jenis Kegiatan

PP NO 178 Th. 1961 hukum PT & Koperasi ) Tidak diatur secara jelas mengenai jenis

kegiatan yang dilakukan, namun apabila dilihat

(47)

dilakukan berdasarkan KUHPerdata. Sehingga dapat dipahami bahwa kegiatan mengacu pada asas dan dasar hukum Kitab Undang undang Hukum Perdata tentang Gadai yang termuat pada Pasal 1150-1160 yang mencakup mengenai kegiatan Gadai yaitu penyaluran dana melalui perjanjian. mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri perhiasaan d. jasa transfer uang, jasa transaksi

c. pelayanan jasa titipan barang berharga kegiatan lain yang tidak terkait Usaha Pergadaian yang memberikan pendapatan berdasarkan komisi (fee based income) sepanjang tidak bertentangan dengan Subjek orang perseorangan (Struktur Kepengurusan) yang ada didalam Pegadaian. Dimulai pada Tahun 1961 dengan diberlakukannya PP Nomor 178 Tahun1961 didalamnya terdapat beberapa subejek hukum yang terdiri dari:

1. Pemerintah, dalam hal ini Presiden Republik Indonesia 2. Menteri, yang dimaksukan kepada Menteri Keuangan 3. Direksi ialah Direksi P.N. Pegadaian

(48)

Pasal 8 mengatakan bahwa Perusahaan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Presiden-Direktur dengan dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 orang Direktur. Presiden Direktur bertanggung-jawab kepada Menteri dan para Direktur bertanggung-jawab kepada Presiden-Direktur.

Ketentuan Direktur diatur pada Pasal 10 dimana:

a) Antara anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun garis kesamping, termasuk menantu dan ipar

b) Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain, kecuali dengan izin Menteri

c) Anggota Direksi tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi langsung atau tidak langsung dalam perkumpulan/perusahaan lain yang berusaha dalam lapangan yang bertujuan mencari laba.

(49)

jumlah anggota direksi maka harus berdasarkan Persetujuan Presiden. Ketentuan Direksi diatur dalam Pasal 18 dimana:

a. memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan berkelakukan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan Perusahaan

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau PERUM dinyatakan pailit c. kewarganegaraan Indonesia

d. Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga baik menurut garus lurus maupun garis ke samping, termasuk hubungan yang timbul karena perkawinan.

e. Anggota direksi juga dilarang merangkap jabatan

(50)

Direksi yaitu 5 tahun dan dapat diangkat kembali, namun waktu pengangkatan tidak bersamaan dengan Direksi.

Namun, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) tidak mengatur secara jelas siapa yang menjadi pengurus Perusahaan. Secara prinsip, Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris dan Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas dan RUPS sebagai kekuasaan tertinggi Perusahaan. Hanya saja dalam Pasal 1 ayat (2) PP tersebut diatur ketentuan mengenai perubahan bahwa seluruh kekayaan, hak dan kewajiban Perum Pegadaian menjadi kekayaan, hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (Persero) termasuk seluruh karyawan tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tetap Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu dan seluruh karyawan tidak tetap Perum Pegadaian menjadi karyawan tidak tetap Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu. Sehingga mengakibatkan hak dan kewajiban antara Perum Pegadaian dengan karyawan Perum Pegadaian menjadi hak dan kewajiban antara Perusahaan Perseroan (Persero) dengan karyawan Perusahaan Perseroan (Persero).

(51)

terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas atau bagi Perusahaan Pergadaianyang berbentuk badan hukum koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang” begitupun dengan dewan komisaris yang menyesuaikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam POJK ini Dewan pengawas Syariah hadir sebagai bagian dari Organ Perusahaan Pegadian yang mempunyai tugas dan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan usaha agar sesuai dengan Prinsip Syariah. OJK juga ikut berperan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap perusahaan Pegadaian yang berdasarkan pada surat dari OJK dengan prosedur yang tertulis pada POJK tersebut serta OJK juga dapat bekerja sama dengan Instansi lainnya dalam melaksanakan Pengawasan dan Pemeriksaan.

B. 4 Pengawasan

(52)

penting adalah mencegah penyalahgunaan otoritas dan kedudukan. Selain itu, akan lebih baik jika pengawasan dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif control) dibandingkan dengan tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan (repressive control).

Namun dalam Pegadaian sendiri, fungsi pengawasan baru dimunculkan secara tertulis pada tahun 2000 dimana terdapat Dewan pengawas yang bertugas untuk melaksanaan pengawasan terhadap pengurusan Perusahaan yang dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan Perusahaan. Setelah itu Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 kembali tidak mencantumkan tugas Pengawasan dikarenakan pada Peraturan tersebut hanya mengatur mengenai bentuk hukum yang baru dari Pegadaian. POJK Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pegadaianlah yang mengatur secara jelas tertulis mengenai fungsi pengawasan Pegadaian saat ini, dimana tertulis bahwa Pengawasan terhadap Perusahaan Pergadaian dilakukan oleh OJK dan OJK berwenang melakukan Pemeriksaan terhadap Perusahaan Pergadaian yang berdsakan pada surat dari OJK dengan prosedur yang juga tertulis pada peraturan ini bahkan OJK dapat bekerja sama dengan instansi lainya dalam melaksanakan pemeriksaan dan dan pengasawan Pegadaian.

(53)

B. Tabel Hasil Penelitian Tabel 4

Perkembangan Pengaturan Lembaga Pegadaian Dari Tahun 1961 hingga 2016

Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 1961 Tentang Pendirian Perusahaan Negara Pegadaian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1969 Tentang 103 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 Tentang perubahan Bentuk Badan

(1) P.N. Pegadaian adalah badan hukum, yang berhak melakukan usaha-usaha Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan Negara Pegadaian Jawatan Pegadaian Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan Perseroan (Persero)

(54)

2. dengan dasar hukum gadai

masyarakat adil dan makmur materiil dan spirituil

terutama golongan menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perudang-udanganan yang berlaku;

b. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah, serta optimalisasi jumlah selisih dari nilai aktiva dan nilai passiva dari perusahaan milik negarayang dilebur seperti dimaksud dalam pasal 1 dan yang menurut neraca pembukaan Negara dan tidak terbagi atas saham-saham. ayat (1) ditetapkan paling sedikit:

a. Rp500.000.000,00 (lim ratus juta rupiah), untuk lingkup wilayah usaha kabupaten/kota; atau b. Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupi untuk lingkup wilayah usa provinsi

(55)

berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi, unit toko emas, dan industri perhiasaan emas serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan

c. melakukan kejasama usaha dengan badan usaha lain; d. membentuk anak Perusahaan;

e. melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

termasuk gadai efek; b. penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia c. pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikasi dan perdagangan logam mulia serta batu adi. d. jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa

administrasi pinjaman; dan e. optimalisasi sumber daya Perusahaan Perseroan

c. pelayanan jasa titipan barang berharga

(56)

suatu Direksi yang terdiri dari

(lima) orang, dan seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.

7. Ketentuan Pimpinan 1. warga negara Indonesia 2. anggota Direksi tidak boleh ada hubungan keluarga sampai derajat ketiga, baik menurut garis

lurus maupun garis kesamping, termasuk menantu dan ipar, kecuali jika diizinkan oleh Pemerintah. 3. Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain, kecuali dengan izin Menteri. 4. Anggota Direksi diangkat oleh Pemerintah atas usul Menteri untuk selama-lamanya 5 tahun.

Pasal 18

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang :

a. memenuhi kriteria keahlian, integritas,

kepemimpinan, pengalaman dan berkelakukan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna kemajuan Perusahaan; b. mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang

(57)

pengadilan.

a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan tujuan Perusahaan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna Perusahaan; b. menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;

c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan; d. melaksanakan kebijak yang berlaku bagi sutau Perusahaan;

(58)

perincian tugasnya; j. melakukan kerjasama usaha, membentuk anak Perusahaan dan melakukan penyertaan

modal dalam badan usaha lain dengan persetuuan Menteri perundang - undangan yang berlaku;

l. menentapkan gaji, pensiun / jaminan hari tua dan dan penghasuiln lain bagi para pegawai Perusahaan serta 8. Kepegawaian Direksi mengangkat dan

(59)

(DPS adalah bagian dari usaha agar sesuai dengan Prinsip Syariah. ) 9. Jatuh tempo Anggaran

Perusahaan

Selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun buku baru mulai berlaku

Neraca pembukaan Jawatan Pegadaian terhitung mulai tanggal yang akan ditentukan oleh Menteri Keuangan, dibuat oleh Direktur Akuntan Negara dan yang kemudian ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

10. Pendirian Dengan nama Perusahaan Negara Pegadaian, oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

Pendaftaran dan perijinan secara prosedur tertulis pa Bab II yang secara lengka terlampir dengan melibat OJK secara keseluruhan. Pasal11

(60)

ditetapkan.

(2) Perusahaan Pergadaia wajib menyampaikan lapor pelaksanaan kegiatan usa sebagaimana dimaksud pa ayat (1) kepada OJK pali lama 15 (lima belas) Har sejak tanggal dimulainya kegiatan usaha.

11.Pembubaran Pembubaran Perusahaan dan penunjukan likwidaturnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

Pembubaran Perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12.Pengawasan Dewan Pengawas, bertugas

untuk melaksanaan pengawasan terhadap pengurusan Perusahaan yang dilakukan oleh direksi dan memberi nasihat kepada direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan Perusahaan.

Gambar

Tabel 1Ciri bentuk badan hukun pegadaian yang berubah
Tabel 2Permodalan
Tabel 3 Karakteristik Pegadaian dari Jenis Kegiatan
Tabel Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

lakukan kepada Biro Hukum Pemerintah Provinsi Lampung Pak Hargo, menurutnya kewenangan Gubernur untuk melantik kepala daerah terpilih merupakan hal yang wajib

Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan tingkat efisiensi teknis dan alokatif usaha tani jagung

adalah suatu cara atau tekhnik yang digunakan untuk mengambil

karena tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang seharusnya penanganan perkaranya dilakukan secara luar biasa pula, dan pihak- pihak yang terlibat baik

Respon Hubungan frekuensi dan daya aktif dari keadaan tanpa beban menjadi keadaan beban minimum menggunakan kontrol fuzzy dapat dilihat pada gambar 16 dan 17. Gambar 16 Respon

* SKOR 1 BAGI TAHU MELAKUKAN, SKOR 2 UNTUK TAHU MELAKUKAN DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN 3 TAHU, DAPAT MELAKUKAN AKTIVITI DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN SELAMAT.. BIL

Ketika kita sudah bermental positif, tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan kita untuk mencapai tujuan. Berpikir positif menjadikan diri kita memiliki

maka terbentuk 3 faktor namun karena dalam penelitian ini faktor yang. diperlukan hanya dua faktor yaitu verbal dan matematis maka