• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN

MENULIS

SMP PELITA BANDUNG

mata kuliah Pembelajaran Menulis dari Dosen Dr. Isah Cahyani M, Pd.

oleh

Figia Putri Rahmadita (1204410)

Kelas DIK B

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

2014

1. Deskripsi Hasil Observasi

(2)

guru menyilakan siswa untuk berdoa. Lalu, agar siswa tidak lupa dengan materi sebelumnya, guru mengulas kembali materi minggu lalu, yakni Teks Fabel.

Pengulasan selesai, kemudian guru masuk kepada materi yang akan disampaikan hari ini, yakni “Teks Biografi”. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut keaktifan dan kekreatifan siswa, sebelum guru memberi materi, guru memberikan pertanyaan mengenai Teks Biografi. Guru memberi kesempatan pada siswa laki-laki untuk aktif menjawab pertanyaan, sebab sejak awal kebanyakan yang aktif adalah siswa perempuan. Walau pelajaran sudah dimulai, namun masih ada dua siswa yang terlambat masuk. Namun guru tidak memberi hukuman apapun.

Siswa mempunyai buku siswa yang dipinjam dari perpustakaan sekolah (pemerintah). Guru pun memegang buku guru. Guru meminta siswa untuk membacakan teks biografi dari buku teks ke depan kelas sebanyak dua paragraf. Setelah itu, guru menjelaskan tentang struktur teks biografi. Sehabis guru menjelaskan, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Metode pelajaran kurikulum 2013 tidak pernah jauh dari diskusi, maka cara yang diambil adalah membagi siswa dengan kelompok-kelompok. Siswa yang berjumlah 36 orang dibagi menjadi 6 kelompok. Ketika guru meminta siswa untuk berhitung, siswa kurang berkonsentrasi. Sehingga butuh waktu cukup lama untuk pembagian kelompok. Guru mempunyai handout

biografi-biografi pahlawan untuk didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang sudah dibagi. Perwakilan kelompok diminta ke meja guru untuk mengambil handout yang dipunyai guru. Tugas yang diberikan guru ketika masing-masing kelompok sudah memegang teks biografi adalah mencari struktur teks biografi. Siswa kondusif dalam berdiskusi.

Sambil siswa berdiskusi mencari struktur teks biografi dalam teks, guru menyilakan kami untuk mewawancarai beliau. Wawancara akan kami bahas di pembahasan. Waktu diskusi selesai, guru meminta dua orang perwakilan kelompok untuk mengemukakan hasil diskusi kelompok. Guru juga menyilakan siswa yang lain untuk bertanya. Guru memberi kesempatan pada siswa yang kurang aktif untuk bertanya.

Waktu sudah hampir habis, lalu guru memberitahukan tentang materi apa yang akan diberikan minggu depan. Siswa bersiap-siap pulang, kemudian berdoa.

2. Pembahasan

Observasi dilaksanakan di sebuah SMP swasta di daerah Bandung, bernama SMP Pelita. Bangunan SMP Pelita digabung dengan SMK Pelita. Ketika SMP Pelita masuk pagi, maka SMA Pelita masuk pada siang hari. Tidak ada masalah dengan kondisi sekolah, namun sedang ada perbaikan gedung dan ada suara-suara pembangunan, hingga suasana sekolah sedikit tidak kondusif.

Guru sangat memperhatikan kehadiran siswa. Hal ini terlihat ketika kami masuk ke ruang guru, lalu ada beberapa siswa yang status kekadirannya alfa. Guru memanggil siswa-siswa tersebut, dan menceramahinya. Bahkan sampai akan memberikan surat kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Pemanggilan terhadap siswa yang bermasalah ternyata dilakukan ketika siswa satu kali tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

(3)

kurang merasa nyaman, karena siswa harus mendongak ketika guru menulis di papan tulis. Guru pun sulit mobile, karena jarak meja siswa yang sangat berdekatan dengan meja guru.

Selain kondisi ruang kelas yang sempit, dengan bentuk tempat duduk variatif, guru berkata bahwa fasilitas sekolah kami kurang lengkap. Kurikulum 2013 yang berbasis teknologi tidak didukung oleh fasilitas sekolah. Memang ada fasilitas infocus yang diberikan oleh sekolah, namun hanya satu kelas, yang diberi nama kelas Multimedia. Belum lagi, kelas tersebut tidak hanya digunakan oleh mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, namun semua mata pelajaran di sekolah. Sehingga kemungkinan untuk intens berada di kelas Multimedia sangat kecil.

Siswa berjumlah 36 orang, 17 siswa laki-laki, 19 siswa perempuan. Pakaian siswa tidak serempak. Ada yang memakai baju putih-biru, ada yang memakai batik sekolah, bahkan ada yang memakai baju pramuka, padahal waktu itu adalah hari Kamis dan pakaian wajibnya adalah batik. Kami bertanya pada guru bersangkutan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Guru tersebut menyatakan bahwa kondisi sekolah kami adalah untuk kelas sosial menengah ke bawah. Untuk membeli baju sesuai peraturan sekolah adalah hal sulit. Selain alasan sosial, guru berkata bahwa ekstrakurikuler wajib di sekolah adalah Pramuka, dan biasanya latihan dilaksanakan sehabis sekolah, hingga siswa yang ikut pramuka memakai baju pramuka sejak pelajaran sekolah di mulai pagi harinya. Hal ini berhubungan dengan siswa yang tidak mampu membeli baju batik sekolah. Daripada memakai baju putih-abu (yang jelas-jelas bukan baju yang diwajibkan pada hari Kamis), lebih baik sekalian saja memakai baju pramuka karena sepulang sekolah mereka akan melaksanakan latihan Pramuka. Hal tersebut berkebalikkan dengan penerapan kedisiplinan terhadap waktu.

Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan kebanyakan adalah siswa perempuan. Sehingga pada beberapa kesempatan guru menunjuk siswa laki-laki untuk menjawab pertanyaan. Hal tersebut dilakukan agar semua siswa aktif dan memahami apa yang sedang dipelajari. Selain dengan metode menjawab pertanyaan, upaya agar siswa menjadi aktif adalah dengan meminta siswa ke depan kelas untuk membacakan teks.

Ketika kami mewawancarai seorang siswa, ia menyatakan cukup senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Namun ada materi yang tidak disenangi, yakni materi pembelajaran menyangkut keterampilan bahasa menyimak. Ia sangat menyenangi materi praktik, seperti apresiasi drama yang dilakukan minggu-minggu lalu. Dengan materi apresiasi drama, ia dapat bermain peran, menunjukkan ekspresinya dalam pembelajaran, dan banyak hal yang dapat dimaknai dalam pembelajaran apresiasi drama.

Penerapan metode diskusi adalah peran utama dalam kurikulum 2013. Hampir di setiap penyampaian materi, guru selalu membagi kelompok. Ketika kami bertanya mengapa selalu ada pembagian kelompok, guru berkata bahwa pembagian kelompok adalah satu-satunya metode paling tepat dan bersesuaian dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk lebih aktif. Dengan pembagian kelompok pula siswa dapat bersosialisasi dengan teman-teman kelas, dan dapat terlihat juga sifat-sifat siswa berkenaan dengan komunikasi dengan teman-teman satu kelompok.

(4)

3. Saran

Pemerintah selalu ingin menyeragamkan pendidikan di setiap pelosok daerah Nusantara, namun banyak hal yang terlupakan. Pendidikan tidak melulu mengenai materi pembelajaran yang seragam, namun juga hal-hal lain seperti kondisi lingkungan, sosial, dan budaya masyarakat Nusantara.

Kurikulum 2013 yang modern, yang menuntut siswa untuk dapat berteman dengan teknologi mutakhir ini tidak dibarengi dengan fasilitas sekolah yang memadai. Contohnya yang terjadi pada SMP Pelita Bandung yang hanya memiliki satu kelas Multimedia. Padahal banyak mata pelajaran yang mengantre untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik menggunanakan fasilitas kelas Multimedia.

Baiknya keseragaman materi pembelajaran juga dibarengi dengan fasilitas yang disediakan. Materi pembelajaran tanpa fasilitas yang mendukung, tidak akan berjalan dengan maksimal. Atau cara lain agar siswa tetap dapat terfasilitasi adalah guru harus aktif mencari metode pembelajaran lain untuk menutupi fasilitas yang kurang. Misalnya ketika ada materi mengenai drama, dan guru harus memperlihatkan contoh pentas drama kepada siswa, maka cara lain menayangkan video di ruang Multimedia adalah dengan mengajak siswa ke tempat pementasan secara langsung. Apalagi ketika kita melihat kondisi geografis SMP Pelita yang ada di Bandung. Bandung memiliki banyak komunitas yang sering mementaskan drama. Walau jarang sekali ada gedung pementasan yang memadai. Metode tersebut dapat membuat siswa lebih mengenal apa itu drama, dan dapat merasakan pementasan drama yang sebenarnya. Hal itu lebih efektif daripada hanya menonton pementasan drama di ruang Multimedia. Namun, metode tersebut terhalang waktu. Jam mengajar guru yang bersangkutan adalah 30 jam untuk SMP Pelita kelas 8 A hingga 8 E, Senin sampai Jum’at. Belum lagi beliau harus mengajar di bimbingan belajar. Siswa juga diwajibkan mengikuti ekstrakurikuler. Waktu latihannya yaitu ketika sepulang sekolah Senin sampai Jum’at dan hari Sabtu.

(5)

LAMPIRAN

Bagan 1 Bangunan SMP PELITA Bandung

Bagan 2 Siswa ketika membacakan Biografi Soekarno di depan kelas

(6)

Bagan 4 Bersama siswa kelas 8A

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian menunjukan kemampuan guru merancang pembelajaran dengan metode kerja kelompok pada materi koperasi terlihat dari adanya peningkatan perencanaan

Hasil tes awal kemampuan menulis teks laporan hasil observasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kemampuan menulis

Motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan adalah motivasi humanistik yang digabungkan dengan sedikit motivasi behavioral. Motivasi ini dipadukan dengan

pembagian Tugas Individu dan Kelompok Laporan buku pekerjaan rumah Latihan dari guru. 12

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, aktivitas belajar yang meliputi aktivitas guru, aktivitas individu siswa, dan aktivitas kelompok siswa dari prasiklus

Hasil yang diperoleh pada siklus I adalah siswa membentuk kelompok sesuai dengan pembagian yang telah ditetapkan oleh guru meskipun kondisi kelas pada saat pembagian kelompok dalam

Kedua, kemampuan menulis teks laporan hasil observasi dengan menggunakan teknik pemodelan siswa kelas VII SMP Negeri 12 Padang untuk indikator 2 nomina atau kata benda sempurna S dengan

Diperoleh rata-rata hitung M sebesar 79 mengacu pada rata-rata hitung M yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas X SMA N