• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Konsumsi Pangan Dengan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester Ketiga Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Menurut Kusmiyati (2009), status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Menurut

Hendrawan Nasedul yang dikutip oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu

hamil setiap hari dan mengandung zat gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil. Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi

ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein, vitamin, dan mineral.

Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu. Kusmiyati (2009), mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai berikut :

1. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme basal pada masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25%

pada 20 minggu terakhir.

(2)

motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama, peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah obstipasi.

3. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir kehamilan.

4. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah eritrosit 20-30% sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.

Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan

plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin pertumbuhan janin menjadi terganggu.

Adapun faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam meningkatkan kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah :

a. Buruknya status gizi ibu

b. Usia ibu yang masih sangat muda c. Kehamilan kembar

d. Jarak kehamilan yang rapat e. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

f. Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi

(3)

h. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba), (Aritonang, 2010).

Menurut Salmah (2006), peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab

terjadinya penurunan atau peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan makan yang banyak/berlebihan. Menurut Kusmiyati

(2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :

1. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.

2. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.

3. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.

2.1.1. Energi

Menurut Almatsier (2009), seorang wanita selama kehamilan memiliki kebutuhan energi yang meningkat. Energi ini digunakan untuk pertumbuhan janin,

pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru. Selain itu, menurut Mitayani (2010), tambahan kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan baru. Menurut Arisman (2004) ibu hamil memerlukan

(4)

Menurut Almatsier (2009), kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak,

kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni.

2.1.2. Protein

Menurut Aritonang (2010), pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan

baru. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 17 gram untuk kehamilan

pada trimester ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 67-100 gr. Perkiraan faktorial protein terhadap

komponen-komponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perkiraan Faktorial Protein Terhadap Komponen-Komponen Pertambahan Pada Kehamilan Normal Cukup Bulan

Komponen Pertambahan Berat (gr) Protein (gr)

Janin 3400 440

Plasenta 650 100

Cairan amnion 800 3

Rahim 970 166

Darah 1250 81

Cairan Ekstrasellular 1680 135

(5)

Menurut Almatsier (2009) bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan

kerang. Selain sumber hewani, ada juga yang berasal dari nabati seperti tempe, tahu, serta kacang-kacangan.

2.1.3. Vitamin dan Mineral

Menurut Almatsier (2009), bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan

zink. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg, riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat

+200 µg, vitamin B12 +0,2 µg, kalsium +150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13

mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 µg.

2.1.4. Zat Besi

Menurut Almatsier (2009), selama hamil, zat besi banyak dibutuhkan untuk mensuplai pertumbuhan janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah

merah ibu. Zat besi merupakan senyawa yang digunakan untuk memproduksi hemoglobin yang berfungsi untuk :

1. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh 2. Sintesis enzim yang terkait besi

3. Penggunaan oksigen untuk produksi energi sel (Aritonang, 2010).

(6)

melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel

darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan, yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang

terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh

kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya.

Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari.

Adapun makanan-makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi selama

hamil diantaranya sebagai berikut :

a. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan absorpsi besi, yaitu daging, sayur, dan buah yang kaya vitamin C.

b. Menghindari penghambat (inhibitor) absorpsi besi seperti teh dan kopi (Aritonang, 2010).

Tambahan vitamin dan mineral bagi ibu hamil tidak melebihi 100% terkecuali zat besi. Jumlah sebanyak ini tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil

(7)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dkk (2011), di wilayah kerja puskesmas Barandasi dan carangki Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

diperlukan konsumsi suplementasi tablet besi dan menjadi suatu pilihan yang tepat untuk mencukupi kebutuhan besi ibu selama hamil. Akan tetapi, pada penelitian yang dilakukan dari 200 sampel, 188 sampel ibu hamil diantaranya yang mengkonsumsi

tablet besi, masih terdapat 40,4% yang mengalami anemia, dan ibu hamil yang mengalami anemia rata-rata hanya mengkonsumsi tablet besi sebanyak 30 biji. Masih

tingginya angka anemia pada ibu hamil sekalipun telah disuplementasi tablet besi, karena jumlah tablet Fe yang dikonsumsi oleh ibu hamil rata-rata hanya kurang dari 30 biji, belum dapat memenuhi kebutuhan zat besi ibu, apalagi asupan makanan yang

kaya akan zat besi jumlahnya juga sangat rendah. Maka dari itu pola konsumsi ibu hamil berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin dan konsumsi tablet besi. 2.1.5. Asam Folat

Menurut Aritonang (2010), asam folat berperan dalam berbagai proses metabolik seperti metabolisme beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat

sebagai senyawa penting dalam sintesis asam nukleat. Selain itu Almatsier (2009), menyebutkan bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah

dan sel darah putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya. Sekitar 24-60% wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan

(8)

seperti aborsi spontan, toxemia, prematur, pendeknya usia kehamilan dan hemorrhage (pendarahan).

Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebanyak 200 µg untuk ibu hamil, yang dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suplemen.

Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari

pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 µg per hari, masing-masing pada trimester I, II, dan III. Jenis makanan yang banyak mengandung

asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, daging, jeruk, dan telur.

2.1.6 Vitamin B12

Vitamin B12 merupakan vitamin larut air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin

ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi (Anonim, 2012).

Vitamin B12 merupakan kebutuhan pokok manusia dalam jumlah yang sangat kecil yaitu 2 mikro-gram per hari. Vitamin B12 hanya ditemukan di dalam daging

hewan dan produk-produk hewani. Orang yang hanya makan sayuran (vegetarian) dapat melindungi diri sendiri melawan defisiensi (kekurangan) dengan menambah konsumsi susu, keju dan telur. Hal ini berarti sekitar satu cangkir susu atau satu butir

(9)

yang sudah ditumbuhkan dalam lingkungan yang kaya akan vitamin B12 (Anonim, 2008).

2.2 Pola Makan Ibu Hamil

Menurut Sediaoetama (1996), keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas

hidangan. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh Almatsier (2009), pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan

maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan (food patern) diartikan sebagai cara seseorang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan

sosio-ekonomi yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada (2009), menyebutkan, pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi

pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ serta menghasilkan energi.

Menurut Almatsier (2009), di dalam susunan pola makan seseorang ada satu

(10)

makanan pokok. Di Indonesia bahan makanan pokok adalah beras dan di beberapa daerah menggunakan jagung, sagu, dan ubi jalar.

Pola makan di suatu daerah berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :

1. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan.

Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jumlah produksinya di suatu daerah.

2. Faktor adat istiadat yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosio-kultural setempat memegang peranan penting dalam konsumsi pangan penduduk. Menurut Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi makanan

menurut aspek sosio-kultural adalah sebagai fungsi kenikmatan (gastronomik), untuk menyatakan jati diri, fungsi religi (magis), fungsi komunikasi, status

ekonomi, dan sebagai simbol kekuasaan. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah konsumsi bahan pangan di suatu daerah. Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan

mempengaruhi pola konsumsi anggota keluarga. Apalagi dengan pengetahuan, pendapatan yang rendah dan jumlah anak yang banyak cenderung pola konsumsi

berkurang pula.

Adapun aspek-aspek yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang yaitu : 1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang

(11)

2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang dibagi kedalam kelompok makanan pokok, kelompok lauk-pauk, kelompok sayur,

dan kelompok buah cuci mulut (Sediaoetama, 1993).

3. Frekuensi makanan, yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi sejumlah bahan makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu,

bulan, dan tahun. Frekuensi makanan menggambarkan pola konsumsi makanan secara kualitatif (Supariasa, 2002).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nila Krisnawati (2010), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Oleh karena itu

ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral demi tercapainya kesehatan ibu

dan bayi. Sedangkan menurut Husada (2009), juga menyatakan bahwa salah satu pedoman pola makan sehat adalah makanan triguna, yaitu:

1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti,

dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang mengandung lemak.

2. Mengandung zat pembangun yang berguna untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang,

(12)

kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, dan lain sebagainya.

3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua jenis sayu-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung

berbagai macam vitamin dan mineral.

Menurut Thorn (2003), mengungkapkan cara termudah untuk menjamin pola

makan yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan, karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat mengurangi resiko pembentukan janin abnormal dan membantu

menjamin bayi tumbuh dengan baik.

Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu

susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi

karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi makanan produk susu.

Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil

(13)

1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu dan pertumbuhan bayi.

2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin, mineral).

3. Dapat menghindarkan pengaruh negatif bagi bayi.

4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar gula darah, dan tekanan darah.

Menurut Sophia (2009), menyatakan kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :

1. Untuk pertumbuhan janin dalam kandungan

2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan ibu sendiri

3. Agar luka-luka akibat persalinan cepat sembuh dalam masa nifas 4. Sebagai cadangan untuk masa laktasi.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Zat Gizi pada Ibu Hamil Menurut Baliwati dkk (2004), masalah gizi pada masyarakat Indonesia sangat berkaitan erat dengan pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi

pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang disebabkan kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan.

(14)

Menurut Supariasa (2002), pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi kurang. Pendidikan yang rendah akan menyebabkan

seseorang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini akan menyebabkan rendahnya penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam menyiapkan makanan baik secara kualitas maupun

kuantitasnya.

Menurut Suharjo (2003), studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh

Jerome yang dikutip oleh Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya dengan serentetan karakteristik masyarakat daripada dengan pendapatan keluarga. Analisis Jerome menyimpulkan bahwa pendapatan bukan

sebagai faktor penentu dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya hidup dapat memberikan andil bagi perilaku kelompok

yang kebudayaannya cenderung berubah. 2. Tabu Makanan (Pantangan)

Menurut Sediaoetama (1999), pantangan atau tabu adalah suatu larangan

untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya. Beberapa alasan tabu diantaranya

khawatir terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir menimbulkan penyakit, larangan agama, pembatasan makanan hewani karena disucikan oleh adat/budaya.

(15)

anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari keduanya.

Golongan makanan hewani seperti cumi-cumi, udang, kepiting, gurita, telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung, tebu, nenas, durian, terong, serta beberapa jenis buah-buahan.

Menurut Sediaoetama (1999), di beberapa negara berkembang umumnya masih ditemukan larangan, pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil,

tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya

untuk jangka panjang.

2.4. Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil

Menurut Supariasa (2002), Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Gejala awal anemia berupa badan lemah, kurang nafsu makan, kurang energi, konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah

terinfeksi penyakit, mata berkunang-kunang, selain itu kelopak mata,bibir, dan kuku tampak pucat. Penanggulangan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara

pemberian tablet besi serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari. Besarnya kadar hemoglobin pada ibu hamil dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah yang dikelompokkan :

(16)

Menurut Supariasa (2002), di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih

adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode Sahli,hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CI membentuk

ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata

telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.

Disamping faktor mata, faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.

Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode Sahli ini masih memadai dan bila pemeriksanya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Metode yang lebih

canggih adalah metode sianmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh 11 kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan

ion sianida (CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun fotometer saat

(17)

2.5. Pola Konsumsi Pangan dan Kadar Hemoglobin

Pola konsumsi telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah

gizi pada ibu hamil. Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi. Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena

gangguan resorpsi. Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil dapat memberikan dampak negatif terhadap janin yang dikandungnya dan ibu dalam kehamilan. Anemia

gizi besi dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya jumlah zat besi dalam makanan tidak cukup, penyerapan zat besi rendah, kebutuhan meningkat, kekurangan darah, pola makan tidak baik, status sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan

yang rendah tentang zat besi, dan terdapat zat penghambat penyerapan zat besidalam makanan (Bakta, 1994).

Menurut Wirakusumah (1999), bila seseorang kurang pengetahuan tentang gizi menyebabkan seseorang tidak mengerti mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam bahan makanan yang berhubungan dengan kesehatan atau yang lebih

dikenal dengan istilah zat-zat gizi termasuk pentingnya zat besi bagi ibu hamil. Kurangnya zat besi bagi ibu hamil akan mengakibatkan kecepatan pembentukan

hemoglobin dan konsentrasinya dalam peredaran darah menurun sehingga akan terjadi anemia. Kurangnya asupan nutrisi akan mengakibatkan malnutrisi yang akan mempengaruhi kecepatan pembentukan hemoglobin dan konsentrasi dalam darah

(18)

disebabkan karena banyaknya wanita yang memulai kehamilan dengan cadangan makanan yang kurang. Saat ini kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih

banyak dibandingkan sebelum hamil. Zat besi pada wanita hamil dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah, janin dan plasenta, dimana anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat kurang masuknya zat besi

dalam makanan.

Hasil penelitian yang dilakukan Puji dkk (2010) di Puskesmas Kassi - Kassi

Makassar menunjukkan dari 51 sampel bahwa sebagian besar pola konsumsi ibu hamil, sebagian besar pola konsumsi kurang sebanyak 28 orang (55%) sedangkan pola konsumsi cukup sebanyak 23 orang (45%). Berdasarkan hasil analisis Uji

Chi-Square, diiperoleh nilai X² hitung = 5,942 > X² dan nilai r = 0,015 < 0,05 hal ini menunjukkan ada hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia gizi pada

ibu hamil. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan atau tabu pada ibu hamil sehingga ada bahan makanan tertentu yang dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil seperti larangan mengkonsumsi udang yang merupakan pelancar absorpsi zat besi.

Larangan ini akan berakibat pada terhambatnya absorpsi zat besi pada ibu hamil yang akan menyebabkan terjadinya anemia. Selain itu juga terkait dengan konsumsi

makanan pokok orang Indonesia yaitu beras yang mengandung zat besi rendah dan kaya akan phytat dimana zat ini menurunkan bioavailibilitas zat besi.

Wanita hamil dengan sosial ekonomi rendah cenderung akan mengalami

(19)

kemampuan untuk konsumsi makanan dan zat gizi kerena konsumsi bahan pangan kaya zat besi sangat membantu penderita anemia gizi besi, perlu diperhatikan juga

konsumsi bahan pangan sumber vitamin C dan protein yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi didalam tubuh. Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penurunan kadar hemoglobin, salah satunya adalah dengan cara memberikan nutrisi

yang seimbang, dalam hal ini mengenai pola nutrisi baik jenis, jadwal dan jumlahnya, serta pemberian tablet Fe secara teratur (Wirakushumah, 1999).

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada gambar 2.1 di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yang diteliti adalah kecukupan meliputi energi, protein, zat besi dan asam folat, vitamin B12 dan tablet besi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin.

Pola Konsumsi Pangan - Kecukupan Gizi

(energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin B12)

Kadar Hemoglobin Konsumsi suplemen tablet

(20)

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan kecukupan energi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil

trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

2. Ada hubungan kecukupan protein dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil

trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

3. Ada hubungan kecukupan zat besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal tahun 2013.

4. Ada hubungan kecukupan asam folat dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2013.

5. Ada hubungan kecukupan vitamin B12 dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan

Sunggal tahun 2013.

6. Ada hubungan konsumsi tablet besi dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

kinerja Performance based grant Hibah untuk memperluas cakupan pelayanan dan meningkatkan kinerja berdasarkan pencapaian target Matching grant Hibah untuk mendorong Investasi

Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap organizational citizenship behavior ( OCB), semakin kuat komitmen organisasi karyawan maka semakin

ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH.

Dan bagaiman penggunaan PHP dalam website e-learning memberikan web dinamis bagi user yang berarti memberikan tampilan berdasarkan permintaan terkini dan database MySQL yang

Dengan ini mengajukan cuti tahunan untuk tahun …… selama …… hari kerja terhitung mulai tanggal ……. Selama menjalankan cuti tahunan alamat

• Praktek, kebijakan, dan perubahan dari penelitian umpan balik ini memberikan kantor penjualan pengaruh yang nyata untuk kinerja dan profitabilitas. • Menanggapi sistem

Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan harga saham di pasar modal Indonesia secara teknikal dalam rentang waktu Januari 2009 sampai dengan Desember 2014

Dibentuknya Dinas Perhubungan Kota Palembang tidak serta merta diikuti perubalian instasional, melainkan lahapan-tahapan instansional yakni berawal dari terbentuknya Dinas