• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara

2.1.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita, meskipun berdasarkan penemuan terakhir kaum pria pun bisa terkena kanker payudara walaupun masih sangat jarang terjadi (Purwoastuti, 2008). Kanker ini mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara ( El Manan, 2011).

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani & Rinawati, 2013). Kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan (Olfah, Mendri & Badi’ah, 2013).

2.1.2 Faktor Resiko Kanker Payudara

(2)

Ketika belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara, faktor-faktor resiko tertentu dapat dikaitkan dengan penyakit tersebut. Faktor resiko adalah sesuatu yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk mengidap suatu penyakit, dalam hal ini penyakit kanker (Pamungkas, 2011). Pamungkas (2011) membagi faktor resiko kanker payudara dalam 2 kelompok besar, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dihindari dan faktor resiko yang dapat dihindari.

1. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari a.Gender

Wanita dan pria dapat mengidap penyakit kanker payudara, perbandingan antara wanita pengidap kanker payudara dibandingkan pria adalah 100:1.

b. Usia

Peluang mengidap kanker payudara akan bertambah seiring bertambahnya usia seorang wanita. Sekitar 1 dari 8 penderita kanker payudara invasif ditemukan pada usia dibawah 45 tahun, sedangkan 2 dari 3 ditemukan pada usia lebih dari 55 tahun.

c. Genetik

(3)

Selain mutasi dari gen BRCA, perubahan gen-gen lain mungkin juga mengarah pada kanker payudara, seperti: gen ATM, pada saat normal membantu memperbaiki DNA yang rusak; CHEK2, jika gen ini bermutasi maka akan meningkatkan resiko kanker payudara 2 kali lipat; P53, selain meningkatkan resiko terkena kanker payudara, jika gen ini bermutasi akan meningkatkan beberapa kanker lainnya seperti leukemia, tumor otak dan sarkoma ( kanker tulang dan jaringan konektif ); PTEN, gen ini normalnya membantu mengatur pertumbuhan sel, jika gen ini bermutasi akan menyebabkan sindrom Cowden dan juga pertumbuhan dalam sistem pencernaan, tiroid, uterus dan ovarium.

d. Sejarah Keluarga

Resiko kanker payudara akan menjadi lebih tinggi pada wanita yang memiliki ikatan darah dengan keluarga yang pernah menderita kanker payudara.

e. Sejarah Pribadi akan Kanker Payudara

Wanita dengan kanker payudara pada satu sisi payudara, resikonya akan meningkat 3-4 kali lipat akan terjadi pada payudara sisi yang lain atau bagian lain dari payudara yang sama.

f.Ras

Wanita kulit hitam beresiko mengalami kanker payudara lebih besar daripada wanita dengan kulit putih.

g. Tingkat Ketebalan Jaringan Payudara

(4)

beresiko lebih tinggi mengidap kanker payudara, Jaringan payudara yang tebal juga akan menyulitkan dokter dalam pemerikaaan menggunakan mammogram.

h. Periode Menstruasi

Wanita yang mempunyai periode lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan ( fase menopause ) setelah usia 55 tahun mempunyai resiko terkena kanker payudara yang sedikit lebih tinggi. Mereka mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga mempunyai lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.

i.Radiasi Payudara yang lebih dini

Peningkatan resiko bervariasi pada usia pasien saat dilakukan radiasi. Resiko tinggi berkembangnya kanker payudara jika radiasi diberikan selama masa remaja ketika payudara masih dalam proses perkembangan.

j.Kondisi Payudara Jinak Tertentu

Wanita yang didiagnosis mengalami kondisi payudara jinak tertentu mungkin bisa meningkatkan resiko kanker payudara.

2. Faktor resiko yang bisa dihindari

a. Tidak Mempunyai Anak atau Mempunyai Anak pada Usia Tua

(5)

b. Menggunakan pil pengontrol kehamilan

Wanita yang mengkonsumsi pil pengontrol kehamilan beresiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakannya. Wanita yang berhenti menggunakan pil lebih dari 10 tahun tampaknya tidak mempunyai peningkatan resiko.

c. Terapi Hormon Post-Menopause (PHT)

Terapi hormon post-menopause atau terapi penggantian hormon digunakan untuk membantu mengurangi gejala-gejala menopause dan membantu mencegah penipisan tulang. Ada 2 jenis PHT, yaitu PHT kombinasi (hormon estrogen dan progesteron) dan PHT estrogen ( Estrogen Therapy (ERT) ). Penggunaan PHT kombinasi dan ERT dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 10 tahun) akan meningkatkan resiko kanker payudara.

d. Tidak memberikan ASI

Pemberian ASI dapat mengurangi resiko terjadinya kanker payudara begitu sebaliknya jika tidak memberikan ASI dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Pemberian ASI akan mengurangi jumlah total periode menstruasi seperti halnya kehamilan.

e. Mengonsumsi Alkohol

(6)

f.Obesitas

Peningkatan resiko kanker payudara lebih tinggi, khususnya bagi wanita setelah mengalami menopause dan jika perolehan berat badan tersebut terjadi selama masa dewasa. Resiko tampaknya menjadi lebih tinggi jika ada lemak ekstra di area pinggang. Alasannya, sebelum menopause, ovarium akan memproduksi banuak estrogen dan jaringan lemak menghasilkan jumlah estrogen yang kecil. Setelah menopause (ketika ovarium berhenti menghasilkan estrogen), kebanyakan estrogen wanita berasal dari jaringan lemak.

g. Kurang olahraga

Olahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara. American Cancer Society mengungkapkan bahwa olahraga sedikitnya 45-60 menit dalam lima hari atau lebih dalam seminggu dapat mengurangi kanker payudara.

(7)

kronik. Penggunaan bra dan antikeringat, aborsi, susuk payudara, polusi,asap rokok dan bekerja pada malam hari (Pamungkas, 2011).

2.1.3 Manifestasi Klinis Kanker Payudara

Gejala awal kanker payudara berupa adanya benjolan di jaringan payudara atau sekitarnya. Pada stadium awal, jika didorong dengan jari tangan, benjolan bisa digerakkan secara mudah di bawah kulit. Sementara pada stadium lanjut, biasanya benjolan melekat pada dinding dada maupun kulit sekitarnya dan pinggiran benjolan tidak teratur. (El Manan, 2011)

Tanda dan gejala yang tampak pada penderita kanker payudara adalah sebagai berikut (Purwoastuti, 2008): a) Adanya benjolan pada payudara yang dapat digerakkan (stadium awal) atau tidak dapat digerakkan (stadium lanjut), pada awalnya tidak terasa sakit; b) Benjolan tumbuh semakin besar, terasa nyeri pada payudara; c) Benjolan berupa bunga kubis dan mudah berdarah; d) Bentuk dan ukuran payudara mengalami perubahan; e) Mulai timbul luka dan lama tidak sembuh pada payudara, serta puting susu seperti koreng dan masuk ke dalam; f) Kulit payudara berkerut seperti jeruk (Peau d’Orange); g) Terkadang keluar cairan, darah merah kehitam – hitaman atau nanah dari puting susu; dan h) Metastase (penyebaran) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain.

(8)

kesulitan dalam bernafas; d) Nyeri tulang berkaitan dengan penyebaran ke tulang; dan e) Fungsi hati abnormal.

Kadang kala, sebuah kanker payudara bisa menyebar di simpul-simpul limfe ketiak dan menyebabkan sebuah benjolan atau pembengkakan disana, meski sebelumnya tumor asli berada dalam jaringan payudara cukup besar dirasakan. Simpul limfe yang membengkak juga harus dilaporkan kepada dokter (Pamungkas, 2011).

2.1.4 Penatalaksanaan terhadap Kanker Payudara

Pengobatan terhadap kanker payudara dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita. Penatalaksanaannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi, dan obat penghambat hormone (El Manan, 2011).

(9)

sedangkan terapi pada stadium III B dan IV adalah pengobatan paliatif (Olfah, Mendri & Badi’ah, 2013).

2.2 Mastektomi

2.2.1 Pengertian Mastektomi

Mastektomi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat

payudara ( Pamungkas, 2011 ). Mastektomi adalah operasi pengangkatan

payudara baik itu sebagian atau seluruh payudara ( Suyatno & Pasaribu, 2010 ).

Mastektomi adalah pemotongan melintang dan pengangkatan jaringan payudara

dari tulang selangka (superior) ke batas depan latissimus dorsi (lateral) ke rectus

sheath (inferior) dan midline (medial). Sebagai tambahan, ekor aksila (axillary

tail) dipotong (Lim, et al, 2009).

2.2.2 Jenis – Jenis Mastektomi

Pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker payudara antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika ), radioterapi (penyinaran), hormon, dan operasi pengangkatan payudara ( mastektomi ) (Purwoastuti, 2008). Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada beberapa faktor, yakni usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause, dimensi tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan keganansannya, status reseptor hormon tumor, dan penyebaran tumor, apakah telah mencapai simpul limfe atau belum (Pamungkas, 2011).

(10)

a. Mastektomi preventif ( Preventive Mastectomy )

Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy. Pembedahan dilakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara akibat faktor genetika atau risiko keturunan kanker payudara. Operasi ini dapat berupa total mastektomi, pengangkatan seluruh payudara dan puting atau subcutaneous mastectomy, pengangkatan payudara tetapi puting tetap dipertahankan.

b. Mastektomi sederhana atau total ( Simple or Total Mastectomy )

Mastektomi sederhana atau total dilakukan dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe tetap dipertahankan.

c. Mastektomi radikal bermodifikasi (Modified Radical Mastectomy ) Mastektomi radikal bermodifikasi adalah pengangkatan seluruh payudara beserta simpul limfe di bawah ketiak, sedangkan otot pektoral (mayor dan minor), akan dipertahankan. Kulit dada dapat diangkat dan bisa pula dipertahankan, kemudian diikuti dengan rekonstruksi payudara jika diinginkan.

d. Mastektomi radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan seluruh kulit payudara, otot di bawah payudara serta simpul limfe (getah bening).

e. Mastektomi parsial atau segmental ( lumpektomi )

(11)

dimana tumor berada. Prosedur ini biasanya akan diikuti oleh terapi radiasi untuk mematikan sel kanker pada jaringan payudara yang tersisa.

f.Kuadrantektomi (Quadrantectomy)

Kuadrantektomi adalah varian lain dari mastektomi parsial. Mastektomi jenis ini akan mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan konektif. Pengangkatan beberapa atau seluruh simpul limfe akan dilakukan dengan prosedur terpisah, dengan penyayatan simpul bawah ketiak ( axillary node ) dan biopsi simpul sentinel ( sentine node biopsy ).

Menurut El Manan (2011), jenis – jenis mastektomi ada 3, yaitu: 1) Mastektomi simplek, pengangkatan seluruh jarinagan payudara tetapi otot di bawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Prosedur ini digunakan untuk mengobati kanker invasive yang telah menyebar ke dalam saluran air susu. Bila dilakukan pembedahan breast conserving, maka kanker sering kali kambuh; 2) Mastektomi simplek dan diseksi kelenjar getah bening ataupun modifikasi mastektomi radikal, pengangkatan seluruh jaringan payudara dengan menyisakan otot dan kulit, serta pengangkatan getah bening ketiak; 3) Mastektomi radikal, pengangkatan seluruh payudara, otot dada, dan jaringan lainnya diangkat.

Menurut Olfah, Mendri & Badi’ah (2013), jenis – jenis mastektomi adalah: a. Lumpektomi

(12)

b. Mastektomi sebagian

Mastektomi sebagian berarti pengangkatan benjolan dan lebih dari seperempat payudara.

c. Mastektomi total

Pengangkatan seluruh payudara, yang tertinggal hanya otot – otot dada dan benjolan getah bening.

d. Mastektomi radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan benjol getah bening yang ada di ketiak, otot dada dan dalam suatu mastektomi yang diperluas ata mastektomi seuperradikal, simpul getah bening dalam payudara juga. Operasi ini telah digantikan oleh mastektomi radikal yang telah dimodifikasi.

e. Mastektomi radikal yang sudah dimodifikasi

Pengangkatan payudara dengan meninggalkan otot payudara secara utuh. f. Mastektomi subkutaneus

Pengangkatan payudara di bawah kulit dan dilakukan dengan memakai implantasi silikon.

2.2.3 Komplikasi Pasca Mastektomi

(13)

Selama ini komplikasi yang bersifat fisik masih tingi (10% - 50%). Komplikasi fisik ini terutama dirasakan pada daerah bekas operasi lengan atas dan lengan bawah (Van de Velde, et al, 1999 dalam Sudarto, 2002 dalam Aini, 2015). Keterbatasan gerak bahu sedikitnya bisa muncul dalam 2 minggu immobilsasi. Mobiltas lengan dan bahu adalah salah satu yang harus diperhatikan karena akan berdampak pada aktivitas kehidupan sehari- hari penderita kanker payudara (Delburck, 2007 dalam Aini 2015).

2.2.4 Rekonstruksi Payudara Pasca Mastektomi

Rekonstruksi payudara adalah jenis pembedahan bagi wanita yang telah menjalani pengangkatan atau penghilangan payudara ( mastektomi ). Pembedahan dilakukan untuk membuat payudara kembali seperti sebelumnya, baik dalam bentuk atau ukuran. Puting dan areola juga bisa ditambahkan.

Tujuan dilakukan rekonstruksi payudara adalah: a) Menjadikan payudara seimbang ketika menggunakan bra; b) Mendapatkan kembali kontur payudara secara permanen; c) Menghindari upaya prostesis ( upaya menyesuaikan diri dengan bra ) eksternal; d) Meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat meningkatkan tingkat kehidupan sosial.

(14)

akan dilakukan di kemudian hari. Sebagian wanita dinasihatkan untuk melakukan terapi radiasi terhadap area dada setelah mastektomi. Namun, terapi radiasi yang diberikan setelah pembedahan rekonstruksi payudara bisa menyebabkan komplikasi.

Rekonstruksi payudara bisa menggunakan impalant silikon atau salin, maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh yang lain atau kombinasi keduanya. Penutup jaringan tersebut adalah bagian dari kulit, lemak dan otot yang diambil dari punggung, perut, atau area lain pada tubuh untuk dipasang di area dada.

2.3 Konsep Diri

2.3.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. (Dalami, 2009)

2.3.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri terbagi atas 5 komponen, adapun komponennya adalah sebagai berikut:

a. Citra Tubuh (Body Image)

(15)

fungsi keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make-up, lensa kontak, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun masa sekarang. Citra tubuh dapat diartikan sebagai kumpulan sikap individu yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya termasuk persepsi masa lalu atau sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri, citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat.

b. Ideal Diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.

Ideal diri harus cukup tinggi supaya mendukung respek terhadap diri dan tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri akan melahirkan harapan individu tentang dirinya saat berada ditengah masyarakat dengan norma tertentu. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung, ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.

c. Harga Diri (Self Esteem)

(16)

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian.

d. Identitas Diri (Self Identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan keunikan diri sendiri yang bersumber dari penilaian dan observasi diri sendiri. Identitas ditandai dengan kemampuan memandang diri sendiri beda dengan orang lain, mempunyai percaya diri, dapat mengontrol diri, mempunyai persepsi tentang peran serta citra diri.

Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Karenanya konsep tentang identitas mencakup kontansi dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik.

e. Peran Diri (Self Role)

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial, tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.

(17)

keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai ini, dan harus mampu memenuhi tuntutan peran.

2.4 Kehilangan dan Berduka

2.4.1 Pengertian Kehilangan dan Berduka

Kehilangan adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan dimiliki. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Berduka dapat terjadi terhadap objek yang bersifat aktual, dipersepsikan, atau sesuatu yang diantisipasi. Jika diperhatikan dari objeknya dapat berupa orang yang berarti, lingkungan, aspek diri, atau aspek kehidupan.

Berduka merupakan respons terhadap kehilangan dengan karakteristik sebagai berikut syok dan ketidakyakinan, sedih dan hampa bila mengingat kembali kejadian kehilangan, menunjukkan perasaan tidak nyaman sering disertai dengan menangis, keluhan sesak pada dada, tercekik dan nafas pendek, mengenang orang yang telah pergi secara terus - menerus, mengalami perasaan berduka serta mudah tersinggung dan marah.

2.4.2 Bentuk Kehilangan

(18)

2.4.3 Tahapan Proses Kehilangan dan Berduka

Kehilangan meliputi fase akut dan jangka panjang. Fase akut berlangsung selama 4 sampai 8 minggu setelah kematian, yang terdiri dari 3 proses yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan kesadaran, serta restitusi. Sedangkan fase jangka panjang berlangsung selama 1 sampai 2 tahun atau lebih lama.

Proses kehilangan terdiri dari 5 tahapan, yaitu penyangkalan (denial), marah (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression), den penerimaan (acceptance). Setiap individu akan melalui tahapan tersebut, tetapi cepat atau lamanya seseorang melalui tahapan tersebut bergantung pada koping individu dan sistem dukungan sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi pada satu fase marah atau depresi.

2.5 Studi Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai: 1) pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui, dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang (Moleong, 2016).

(19)

Sebagai bidang filsafat modern, fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran, yang berkaitan dengan pertanyaan seperti: bagaimana pembagian anatara subjek ( ego ) dengan objek ( dunia ) muncul dan bagaimana sesuatu hal di dunia ini diklasifikasikan. Para fenomenolog berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal lainnya daripada dirinya sendiri. Sehingga fenomenologi dijadikan sebagai dasar teoritis utama sedangkan interaksi simbolik, kebudayaan dan etnometodologi dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoritis penelitian kualitatif (Moleong, 2016).

Didalam studi fenomenologi, sumber data utama berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya. Melalui perbincangan tersebut peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

(20)

Menurut Lincoln & Guba (1985, dalam Polit & Beck, 2012) untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya (trustworthiness) maka data divalidasi dengan beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan untuk memvalidasi adalah Credibility, Dependability, Confirmability, dan Transferability.

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. Credibility termasuk validitas internal. Cara memperoleh tingkat kepercayaan yaitu perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), ketekunan pengamatan (persistent observation), triangulasi (triangulation), diskusi teman sejawat (peer debriefing), analisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), dan pengecekan anggota (member checking).

Transferability adalah kriteria yang digunakan untuk memenuhi bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat ditransfer ke subyek lain yang memiliki topologi yang sama. Transferability termasuk dalam validitas eksternal. Maksudnya adalah dimana hasil suatu penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi lain.

(21)

yaitu meminta dependen atau independen auditor untuk memeriksa aktifitas peneliti..

Confirmability memfokuskan apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Confirmability merupakan kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA PASKA MASTEKTOMI DI RSUP H.ADAM MALIK

untuk mengetahui hubungan antara koping dan dukungan sosial dengan body.. image pasien kanker payudara post mastektomi di Poli Bedah Onkologi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan harga diri pasien post operasi mastektomi akibat kanker payudara di

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Explanatory style pada wanita penderita kanker payudara yang sudah menjalani mastektomi pada.. perkumpulan kanker “X” di

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA PASKA MASTEKTOMI I.. Kuesioner

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN KANKER PAYUDARA PASKA MASTEKTOMI DI RSUP H.ADAM MALIK

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 Maret 2017 dengan mewawancarai 8 orang pasien kanker payudara post op mastektomi yang melakukan kontrol ulang di

Hubungan Psychological Distress dengan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Hasil analisis hubungan antara tingkat psychological distress dengan kualitas hidup