• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan Chapter III V"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain fenomenologi. Desain ini digunakan untuk mengungkapkan kajian pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia hanya dapat diperoleh melalui penggalian secara langsung terhadap pengalaman yang didefenisikan oleh manusia tersebut . Fokus utama dari studi fenomenologi adalah bagaimana orang mengalami suatu pengalaman hidup dan menginterpretasikan pengalamannya (Polit & Beck, 2012). Pemahaman yang mendalam tentang pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi diharapkan dapat diperoleh melalui pendekatan fenomenologi.

3.2 Partisipan

Pengambilan sampel pada penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan saturasi data tercapai (Polit & Beck, 2012). Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan

(2)

menceritakan pengalamannya sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya (rich information).

Penelitian ini melibatkan 10 orang partisipan dimana semua partisipan tersebut telah memenuhi kriteria dan bersedia untuk menjadi partisipan yang dinyatakan secara verbal maupun dengan menandatangani surat perjanjian penelitian (inform consent). Saturasi data sudah tercapai pada partisipan kesepuluh.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan khususnya Poliklinik Bedah Onkologi yang berada di lantai 3 RSUP HAM.

3.3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dimulai dari bulan April 2017 sampai dengan bulan Mei 2017, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

3.4 Pertimbangan Etik

Etika penelitian penting untuk dipertimbangkan dalam penelitian kualitatif karena peneliti sebagai instrumen pengumpul data berhubungan langsung dengan partisipan. Oleh karena itu peneliti harus menyesuaikan diri dan melupakan nilai dan budaya sendiri (Moleong,2010).

(3)

31

Utara. Selanjutnya ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian, selanjutnya peneliti mencari partisipan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Setelah terbina hubungan saling percaya antara peneliti dan partisipan, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada partisipan. Calon partisipan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian dipersilakan untuk menandatangani inform consent.

Peneliti tidak memaksa saat partisipan menolak untuk diwawancarai dan menghormati hak-haknya sebagai partisipan dalam penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan maka peneliti tidak mencantumkan nama dari partisipan (anonymity). Nama partisipan dibuat dengan inisial. Selanjutnya identitas partisipan juga dirahasiakan (confidentiality) dimana hanya informasi yang diperlukan saja yang dituliskan dan dicantumkan dalam penelitian. Peneliti juga tidak merugikan partisipan baik dalam hal fisik maupun psikologis (non-maleficiency).

3.5 Instrumen Penelitian

(4)

Kekurangan dari form data demografi adalah lama pasien menjalani mastektomi, namun pada tahap prolonged engagement peneliti mendapat informasi tersebut.

Peneliti juga menggunakan panduan wawancara. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang diajukan kepada partisipan dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Panduan wawancara berisi 5 pertanyaan terbuka seputar pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi yang dibuat oleh peneliti sendiri dan telah divalidasi oleh dosen ahli Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hasil dari validasi kelima pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dinyatakan clear. Proses wawancara direkam dengan tape recorder. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada 10 partisipan yang merupakan pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Lama mastektomi yang dialami partisipan dalam penelitian ini 2-3 tahun sebanyak 9 orang dan 3.5 tahun sebanyak 1 orang, yang diketahui dari data rekam medis dan pernyataan partisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara di ruang tunggu Poliklinik Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang berada di lantai 3. Lama waktu wawancara bervariasi antara 15 - 58 menit dan berusaha dilakukan dalam satu kali pertemuan tetapi ada 3 partisipan yang diwawancarai dalam dua kali pertemuan.

(5)

33

(6)

dosen ahli kualitatif di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk berkonsultasi apakah peneliti cukup baik dalam melakukan wawancara dan menganalisa data kualitatif. Hasilnya, peneliti dinyatakan sudah cukup baik dalam melakukan wawancara yang komunikatif dan dapat dipahami serta dapat menganalisa data kualitatif.

Selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan data pada partisipan kedua sampai dengan kesepuluh. Saturasi data sudah terjadi pada partisipan kesepuluh. Prosedur pengumpulan data saat pilot study dilakukan sama pada partisipan kedua sampai kesepuluh.

3.7 Analisa Data

Proses analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan secara analisis isi (content analysis) segera setelah selesai setiap satu proses wawancara yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip data. Rekaman hasil wawancara didengarkan dan diketik dalam bentuk transkrip. Peneliti memberikan nomor untuk setiap baris hasil transkrip (line). Penomoran ini membantu peneliti dalam menemukan kembali kutipan wawancara partisipan. Penelitian ini dianalisa berdasarkan 7 (tujuh) tahapan Colaizzi atau Colaizzi’s Method (Polit & Beck, 2012).

(7)

35

dijadikan kategori yang baru atau dihilangkan. Selanjutnya peneliti mengelompokkan kategori yang saling berhubungan membentuk sub tema atau tema terkait pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Setelah itu, mengintegrasikan hasil yang telah didapat menjadi deskripsi fenomena yang lengkap. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti dan kemudian mengidentifikasi struktur dasar atau bisa disebut sebagai esensi dari transkip tersebut. Pada tahap terakhir membawa kembali temuan-temuan yang ada pada partisipan, kemudian meminta partisipan tersebut memvalidasi dari beberapa tema yang ada apakah ada pengubahan dari hasil-hasil ide yang sudah muncul atau dapat disebut dengan “member check”.

3.8 Keabsahan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan beberapa kriteria, yaitu Credibility, Transferability, Dependability, Confirmability dan Authenticity (Lincoln & Guba, 1985 dalam Polit & Beck, 2012).

Credibility merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan

informasi yang dikumpulkan. Peneliti melakukan teknik prolonged engagement yaitu mengadakan pertemuan dengan partisipan 1-2 kali ditempat yang sudah dijanjikan bersama partisipan, sehingga antara peneliti dan partisipan memiliki keterkaitan yang lama sehingga semakin akrab, semakin terbuka, dan saling mempercayai.

(8)

hal ini dilakukan oleh pembimbing yang merupakan pakar penelitian kualitatif. Peneliti dan pembimbing berdiskusi bersama untuk menentukan tema dari hasil penelitian yang disusun dalam bentuk matriks tema. Confirmability adalah objektivitas dan netralitas data, dimana tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti kata, untuk menjamin kenetralan data atau bebasnya data dari pengaruh asumsi peneliti.

Dependability merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai kualitas dari

proses yang peneliti lakukan. Dalam penelitian ini, beberapa catatan yang dapat digunakan untuk menilai kualitas dari proses penelitian adalah data mentah yang diperoleh melalui pengumpulan transkrip-transkrip wawancara, hasil analisa data, pembuatan koding (pengkodean), dan draft hasil laporan penelitian untuk menunjukkan adanya kesimpulan yang ditarik pada akhir penelitian.

Transferability dilakukan dengan cara peneliti menulis laporan penelitian yang diuraikan dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang pengalaman pasien kanker payudara pasca mastektomi.

(9)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian dengan literatur yang berhubungan dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Hasil penelitian ini memunculkan lima tema yang memberi suatu gambaran atau fenomena pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Hasil penelitian yang dibahas adalah karakteristik partisipan dan tema hasil analisa data penelitian 4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Karakteristik partisipan

(10)

Kesepuluh partisipan yang tidak bekerja sebanyak enam orang, petani sebanyak tiga orang, dan guru SD sebanyak satu orang. Karakteristik partisipan selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

26 - 35 tahun 1 10

36 - 45 tahun 5 50

46 - 55 tahun 3 30

56 - 65 tahun 1 10

Pendidikan

SD 1 10

SMP 3 30

SMA 5 50

Diploma 1 10

Agama

Islam 6 60

Kristen Protestan 4 40

Suku

Batak 6 60

Jawa 4 40

Pekerjaan

Tidak bekerja 6 60

Petani 3 30

Guru SD 1 10

Lama Mastektomi

2 – 3 tahun 9 90

(11)

39

4.1.2 Hasil wawancara pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan

Berdasarkan hasil analisis wawancara yang dilakukan, peneliti telah mengidentifikasi lima tema yang memaparkan tentang pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Tema - tema tersebut yaitu 1) memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi , 2) mengalami proses berduka yang berkepanjangan, 3) merasakan konsep diri yang rendah, 4) merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini, dan 5) berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan.

1. Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi

Setelah dilakukan pengangkatan payudara, pasien memiliki emosi yang berbeda dalam menghadapinya. Emosi dapat dibagi menjadi emosi positif dan emosi negatif.

a. Memiliki emosi positif setelah menjalani mastektomi

Enam dari sepuluh partisipan memiliki emosi yang positif. Mereka merasa lebih tenang, lega, dan senang setelah dilakukan pengangkatan payudara. Emosi positif tersbut timbul karena penyakit yang dianggap sebagai beban sudah tidak ada lagi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut ini:

“...,Rasanya cem mana lah ya, lebih tenang lah lebih lega...,” (Partisipan 3)

“..., Senang, udah banyak yang kurang penyakitnya itu, udah,

(12)

“...,Ya rasanya lega, ringan, terang dunia rasanya, sudah tidak ada beban...,”

(Partisipan 5)

b. Memiliki emosi negatif setelah menjalani mastektomi

Empat partisipan lainnya memiliki emosi yang negatif. Mereka merasa sedih, malu, dan tidak percaya diri setelah dilakukan pengangkatan payudara. Emosi negatif tersebut timbul karena sebagai makhluk ciptaan Tuhan merasa sedih dikurangi salah satu ciptaan Tuhan yang ada pada dirinya dalam hal ini payudara. Berikut pernyataan partisipan:

“...,Ya merasa sedih lah namanya sudah setelah nggak ada, tapi karena udah penyakit ya harus dibuang, dibuang lah...,”

(Partisipan 1)

“...,Sedih, malu, enggak percaya diri lagi...,”

(Partisipan 7)

“...,Ya sedih lah, ini kan namanya dikurangi ciptaan Tuhan, diambil dari kita kan sedih...,”

(Partisipan 8)

2. Mengalami proses berduka yang berkepanjangan

Pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi, mulai dari awal didiagnosis sampai dengan dilakukan operasi pengangkatan mengalami suatu proses berduka. Proses berduka yang ditunjukkan oleh partisipan antara lain penolakan (denial), perasaan tidak percaya penyakit berada di bagian payudara bahkan sudah menyebar ke bagian lain seperti tulang. Hal tersebut tampak pada pernyataan partisipan berikut ini:

(13)

41

kita merasa hati suami pasti sakit gitu lah, itu satu...,” (Partisipan 9)

“...,Ya gimana lah ini ya hidupku ini, kok jadi gini ya kondisi tubuhku, gitu...,”

(Partisipan 6)

“...,kena ke tulang lagi ya kan, kenapa lah bisa lagi kena begitu lah aku berpikir, mudah mudahan sembuh lah ini Tuhan...,”

(Partisipan 6)

Proses berduka marah (anger) juga terjadi, seperti memarahi orang lain tanpa sebab. Hal tersebut tampak pada pernyataan partisipan berikut:

“...,Iya direpet repetin, lantaran aku duluan ngerepet, aku duluan yang marahin dia...,”

(Partisipan 2)

Proses berduka tawar menawar (bargaining), mempertanyakan kemampuan diri sendiri apakah mampu sehat kembali seperti sebelumnya. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut:

”...,Kalau awak tengok kawan ini sehat, dari dalam hatiku lah ya kan, iihhh gimana lah aku bisa nanti aku kek gitu juga..itu aku, kadang mau pikiran gitu...,”

(Partisipan 6)

Proses berduka depresi, merasa sedih dan menjadi tidak bersemangat bahkan tidak memiliki keinginan untuk hidup juga dirasakan oleh partisipan. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut:

“...,Kalau ibaratnya Tuhan mengenankan aku lewat, lewat aja gitu, enggak usah lah saya hidup...,”

(Partisipan 1)

“...,Ya gimana lah, emang merasa agak sedih juga jadi kurang semangat lah adalah kurang semangatnya gitu...,”

(14)

Proses berduka penerimaan (acceptance), melakukan pengobatan dan ikhlas menjalani pengobatan serta pasrah dengan kondisi salah satu payudara sudah tidak ada lagi merupakan tanda bahwa partisipan sudah menerima keadaannya sekarang. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut:

“...,Ya udah lah kalau untuk yang terbaik ya udah enggak pa pa diangkat kalau mau yang terbaik supaya jangan kemana mana lagi kan gitu...,”

(Partisipan 4)

“...,Namanya juga penyakit ya kita ikhlaskan aja ya...,”

(Partisipan 9)

“...,Saya cuman diam aja lah enggak bisa ngomong apa apa, kan memang kenyataannya seperti itu, memang saya udah enggak ada sebelah, memang saya kemo kepala saya botak...,”

(Partisipan 1)

3. Merasakan konsep diri yang rendah

Konsep diri pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi khususnya wanita akan mengalami perubahan karena payudara merupakan salah satu aset berharga bagi wanita. Konsep diri yang berubah pada partisipan antara lain ideal diri, gambaran diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.

a. Mengalami perubahan pada ideal diri

(15)

43

“...,Ibaratnya kalok kita tahankan pun, kalau sudah ada penyakitnya apa yang bisa kita lakukan nggak bagus juga, yaa lebih bagus yaa kalok apa dokter kata dokter seperti ini harus dibuang, yaa saya pasrah, pasrah aja...,”

(Partisipan 1) “...,Kok kek gini, gitu.., kawan saya sehat, kadang ada juga perasaan gitu...,”

(Partisipan 6)

b. Mengalami perubahan pada gambaran diri

Perubahan fisik pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi akan merubah gambaran dirinya. Mereka merasa tubuh tidak sempurna dan malu memiliki 1 payudara. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Ibaratnya kan itu kan kek nya kalau kita enggak punya lagi kan udah enggak sempurna kan, kek aib kita yang kita bilang sama orang kan...,”

(Partisipan 7)

“...Ya kita tarok lah pandai pandai entah apa lah entah kek mana lah gitu dibentuk bentuk gitu...,”

(Partisipan 6)

“...,Walaupun itu memang dengan kain yang digulung-gulung atau pun busa busa yang dibentuk gitu kan, aa..itu ya gak pa pa lah yang penting bisa kita PD ditengok orang gitu...,”

(Partisipan 9)

c. Mengalami perubahan pada harga diri

(16)

“...,Ya maunya anak anak lah maunya.. keluarga yang bikin semangat apalagi anak mau nya jangan bandel mudah diatur gitu lah baru aku semangat...,”

(Partisipan 6)

d. Mengalami perubahan pada peran diri

Perubahan peran juga terjadi pada pasien dengan kanker payudara yang menjalani mastektomi. Perubahan peran yang terjadi seperti memiliki batasan dalam mengurus rumah tangga, sesuai dengan pernyataan berikut:

“...,Enggak bisa banyak bergerak dan bekerja tapi kita kan enggak mungkin begolek di tempat tidur aja ya kan, nanti nyuci piring aja udah capek kali, udah ngos ngosan lah itu...,”

(Partisipan 4)

“...,Selama mamaknya menderita itu kan ya pekerjaan diemban oleh dia (anak)...,”

(Partisipan 5)

“...,Salah satunya dukungan dari keluarga juga macem suami saya, semua di anu kan, dia yang masak ya kan, dia masak makan makan enggak pa pa itu

(Partisipan 5)

Perubahan peran sebagai ibu dan istri juga berubah, ketidakmampuan dalam merawat/mendidik anak serta merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual suami. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:

“...,Ikhlas aku ngasih anakku sama opungnya, kek mana pun dibikin opungnya anakku itu sudah ikhlas aku...,”

(Partisipan 2)

“...,Maaf lah suami istri ya, jadi kita aja gitu menjaga, menjaga kita aja gitu dia sampai ditahankannya enggak itu (melakukan hubungan seksual)...,”

(17)

45

e. Mengalami perubahan pada identitas diri

Perubahan identitas diri pada pasien yang menjalani mastektomi juga terjadi. Pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi memilih untuk tinggal di rumah dari pada bersosialisasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:

“...,Ibu sama tetangga jarang ngobrol-ngobrol gitu istilahnya malas lah ngobrol-ngobrol gosip-gosip, malas, bagus dirumah ya kan, baca-baca Al Quran...,”

(Partisipan 4)

“...,Kawan kawan enggak nya, cuman kita kan malu gitu, malu, apalagi ditanya nanti seputar penyakit kita kan...,”

(Partisipan 7)

4. Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini Setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara, hambatan yang dialami partisipan antara lain mengalami kesulitan saat memakai baju dan merasa tangan tidak seperti dulu lagi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Adalah terkadang pakai baju susah harus disumpel ya kan hahaha kalau pakai apa kan jelek sebelah ada sebelah lagi nggak...,”

(Partisipan 1)

“...,Pakai baju payah memang namanya juga sudah operasi, tangan kita nggak bisa bebas mau ngapa-ngapain gitu...,”

(Partisipan 2)

“...,Tangan kita satu nggak bisa diangkat tinggi karena narik disini dia, sakit karena kurasa udah panjang apa itu penyakit itu sampai disini dibuka semua...,”

(Partisipan 3)

(18)

“...,Ya kedodoran yang sebelah, udah lepes sebelah ya biarin aja, kadang orang kan dikasih kaos kaki apa, malah nggak nyaman kurasa...,”

(Partisipan 8)

“...,Saya ini nggak menggunakan bra, biasanya saya kalau keluar menggunakan bra, kalau di rumah total nggak, pakai daster saya di rumah, baju yang longgar –longgar pake hijab...,”

(Partisipan 10)

Membatasi aktivitas mengangkat berat, sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Ya gitu juga udah enggak kuat lagi gitu lah...,”

(Partisipan 6)

“...,Udah berkuranglah nggak kayak dulu, kalau dulu badan kita fit, semangat, ini nggak fit lagi udah berkurang, pelan - pelan.. angkat – angkat berat udah nggak lagi...,”

(Partisipan 8)

“...,Takut lepas lah, paling kalau mau ngangkat air ya minta tolong orang rumah lah kalau misalnya orang rumah enggak ada yaa dipindahkan dikit-dikit pakai ceret baru dihidupkan apinya...,”

(Partisipan 4)

Memberikan rangsangan pada lidah yang kebas dan menggerakkan tangan supaya tidak kaku, hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Dokter aja kalau lidah kita anu, es krim, saos, supaya jangan kebas...,”

(Partisipan 5)

“...,Kadang saya coba-coba saya tindihkan, tidur ke arah sini supaya apa dia lemas, urat-urat itu tadi enggak tegang...,”

(Partisipan 7)

“...,Saya sekarang latih-latih gini juga di rumah supaya jangan apa? Supaya lemas seperti ini, kek tadi saya kek macem ngempit dompet gini, tebel, kek ada yang ganjal gitu kan tapi saya sudah biasa...,”

(19)

47

5. Berupaya untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan

Pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi membuat mereka berharap untuk kembali menjadi sehat dan penyakit tidak terulang kembali. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Aku pokoknya sembuh, sembuh.. itu aja cuman...,”

(Partisipan 7)

“...,Mudah mudahan sembuh lah ini Tuhan.. begitu lah aku berdoa sama Tuhan biar bisa aku sehat kembali...,”

(Partisipan 6)

“...,Mudah mudahan dengan terbuangnya itu, penyakitnya jangan datang lagi gitu.. itu lah harapan kita...,”

(Partisipan 9)

Selain berharap para partisipan juga memotivasi diri sendiri untuk sembuh dan semangat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan berikut:

“...,Iya bagusan diangkat habis itu biar tinggal pemulihan ya kan...,” (Partisipan 3)

“...,Kita harus jangan minta dikasihanin orang gitu, kita

harus percaya diri.. jangan mau dikasihani orang ya kan,kalau kita dikasihani orang gitu lah jadi enggak maju kan enggak, jadi pikiran kita pun jadi enggak berkembang kan, kita minta dikasihanin terus, maunya semangat lah, semangat,semangat terus...,”

(Partisipan 7)

“...,Segala sesuatunya itu kita yang melawan saya bilang,kalau kita enggak punya semangatnya kita dituruti ee.. enggak selera makan enggak mau makan, kita yang merasakan sakit,udah kita sakit payudara tambah lagi lambung kita ngisap kan double double...,”

(20)

Tabel 4.1.2 Matriks tema Matriks Tema

Pengalaman Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi di Medan Tema 1: Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi

Sub Tema:

1. Memiliki emosi positif setelah menjalani mastektomi

2. Memiliki emosi negatif setelah menjalani mastektomi

Kategori: a. Merasa senang

b. Merasa tidak ada beban c. Memiliki peraaan lega a. Merasa sedih

b. Merasa sensitif Tema 2: Mengalami proses berduka yang berkepanjangan

Sub Tema:

1. Menolak kondisi yang dialami (Denial) 2. Melampiaskan kemarahan pada orang lain (Anger)

3. Melakukan penawaran mengenai kondisi yang dialami (Bargaining)

4. Menutup diri dengan dunia luar (Depression)

5. Mencari cara untuk sembuh dan menerima kondisi tubuh (Acceptance)

Kategori:

a. Tidak percaya dengan kondisi yang dialami a. Memarahi orang lain tanpa sebab

a. Mempertanyakan kemampuan diri sendiri untuk kembali sehat

a. Merasa sedih dan menjadi tidak bersemangat b. Tidak memiliki keinginan untuk hidup a. Melakukan pengobatan supaya sembuh b. Pasrah dengan keadaan

c. Mengikhlaskan payudara yang diangkat d. Menerima keadaan sekarang

Tema 3: Merasakan perubahan pada konsep diri Sub Tema:

1. Mengalami perubahan pada ideal diri

2. Mengalami perubahan pada gambaran diri

3. Mengalami perubahan pada harga diri

4. Mengalami perubahan pada peran diri

5. Mengalami perubahan pada identitas diri

Kategori:

a. Putus asa tidak dapat menjadi wanita seutuhnya b. Menginginkan payudara normal seperti teman a. Merasa tubuh tidak sempurna

b. Merasa malu memiliki 1 payudara a. Tidak semangat

b. Mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman

a. Merasa tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual suami b. Memiliki batasan dalam mengurus rumah tangga

c. Tidak bisa merawat dan mendidik anak

a. Memilih tinggal di rumah daripada bersosialisasi Tema 4: Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini

Sub tema:

1. Kesulitan yang dirasakan

2. Beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini

Kategori:

a. Mengalami kesulitan dalam memakai baju b. Merasa tangan tidak seperti dulu

a. Tidak menggunakan bra di rumah b. Membatasi aktivitas mengangkat berat c. Memberikan rangsangan pada lidah d. Menggerakkan tangan supaya tidak kaku

Tema 5: Berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan Sub tema:

1. Berharap untuk sembuh dari penyakit 2. Memotivasi diri sendiri

Kategori:

(21)

49

4.2 Pembahasan

4.2.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil

Bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian dengan konsep atau teori yang ada, perbandingan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berhubungan dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan. Bagian ini akan membahas mengenai keseluruhan tema yang didapatkan dari hasil penelitian.

1. Memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi

Emosi campur baur dirasakan oleh pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Perasaan senang karena penyakit sudah diangkat dan perasaan sedih karena payudara diangkat. Secara umum emosi yang terdapat di dalam diri manusia terdiri dari dua bagian yaitu emosi positif dan emosi negatif (Reynold 1998). Enam dari sepuluh partisipan memiliki emosi positif setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara, sebagian besar telah menerima kondisi yang dialami sekarang. Mereka merasa senang, lega dan ringan karena penyakit sudah diangkat. Hal ini sesuai dengan penelitian Guntari & Suariyani (2016) bahwa pasien kanker payudara post mastektomi berada di tingkat depresi minimal. Wanita yang tidak memenuhi kriteria untuk didiagnosis depresi mengalami hasil positif yang disebut post traumatic growth (Buxton, 2011).

(22)

2. Mengalami proses berduka yang berkepanjangan

Proses berduka dialami oleh pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi. Proses berduka dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap penyangkalan (denial), tahap marah (anger), tahap penawaran (bargaining), tahap depresi dan tahap penerimaan acceptance) (Yusuf, Fitryasari dan Nihayati, 2015). Partisipan dalam penelitian ini awalnya tidak menyangka bisa terkena penyakit kanker di bagian payudara. Selanjutnya, hanya satu partisipan yang menunjukkan adanya rasa marah yang sering muncul saat belum dilakukan operasi pengangkatan payudara. Respon marah ditunjukkan kepada keluarga yang memberikan tempat tinggal selama di Medan. Rasa sedih yang mendalam akan hilangnya salah satu payudara membuat partisipan menjadi tidak bersemangat dan tidak ingin hidup lagi. Setelah menjalani pengobatan dan merasakan perbedaan sebelum dan setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara, partisipan mulai menerima keadaan dengan mengikhlaskan payudara yang diangkat dan tidak menghiraukan sindiran yang ditujukan padanya.

3. Merasakan perubahan pada konsep diri

(23)

51

diri terlihat dari perasaan malu yang dialami oleh partisipan. Hal ini sesuai dengan Taylor (1995) yang menyatakan bahwa kehilangan payudara akan mengubah penampilan fisik penderita dan mengubah cara pandangnya terhadap tubuhnya. Hasil penelitian ini mengenai peran diri terlihat dari perasaan tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual suami, memiliki batasan dalam mengurus rumah tangga dan ketidakmampuan dalam merawat atau mendidik anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Hartati (2008) yang menyatakan bahwa penderita kanker payudara sejak menderita kanker payudara tidak dapat melakukan pekerjaan yang baik, ketidakmampuan dalam merawat keluarga dengan baik serta tidak dapat melakukan kegiatan sosial. Dan hasil dari penelitian ini mengenai perubahan pada identitas diri ditunjukkan dengan merasa malu jika ditanya oleh teman dan merasa tidak mampu memuaskan suami. Hal ini sesuai dengan penelitian Hartati (2008) yang menyatakan bahwa penderita kanker payudara pasca tindakan pembedahan akan merasa tidak memiliki kemampuan baik dalam melakukan aktivitas maupun menjalin hubungan sosialisasi.

(24)

4. Merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini

Salah satu hal yang perlu diperhatikan setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara adalah kapan boleh menggerakkan lengan untuk mencegah kekakuan serta untuk beraktivitas. Partisipan dalam penelitian ini mengalami kesulitan seperti saat memakai baju dan merasa tangan tidak seperti dulu lagi. Banyak wanita yang menjalani mastektomi terkejut dengan minimnya rasa sakit setelah dilakukan operasi pengangkatan payudara tetapi mereka merasa tidak nyaman dengan rasa kebas/ mati rasa dan tertarik di bagian ketiak (Mulyani & Rinawati, 2013). Partisipan dalam penelitian ini memiliki cara untuk mengatasinya seperti menggerakkan dan menindih tangan dan membatasi aktivitas mengangkat berat. Partisipan juga tidak menggunakan bra saat di rumah untuk meningkatkan perasaan nyaman dan saat merasa lidah kebas karena efek pengobatan, lidah akan diberi rangsangan seperti es krim atau saos.

5. Berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan

(25)

53

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan diantaranya yaitu:

1. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview). Pada pelaksanaan pengambilan data di lapangan peneliti kadang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi pada partisipan, sehingga peneliti harus menyederhanakan pertanyaan tanpa mengubah tujuan pertanyaan dan tidak memberikan pertanyaan yang mengarahkan jawaban partisipan.

2. Dalam kuesioner data demografi peneliti tidak memasukkan data tentang lama menjalani mastektomi, tetapi data tersebut diperoleh saat prolonged engagement dan wawancara dengan partisipan.

(26)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap sepuluh partisipan, maka penelitian ini menemukan ada 5 tema terkait dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi di Medan, yaitu (1) memiliki emosi campur baur setelah menjalani mastektomi, (2) mengalami proses berduka yang berkepanjangan, (3) merasakan perubahan pada konsep diri, (4) merasakan kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini, dan (5) berupaya kuat untuk pulih secara sempurna meskipun kehilangan mahkota kewanitaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada kesepuluh partisipan terdapat banyak persamaan antara teoritis dan penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa kesepuluh partisipan memiliki emosi yang berbeda setelah menjalani mastektomi, proses berduka, serta perubahan pada konsep diri. Partisipan juga merasakan kesulitan, mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi tubuh saat ini dan berupaya untuk sembuh.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

(27)

55

5.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman pada tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi seperti memberi edukasi tentang mobilisasi dini khususnya pergerakan tangan setelah menjalani mastektomi, memotivasi pasien untuk melakukan latihan pergerakan tangan setelah menjalani mastektomi dan memberikan waktu untuk mendengar keluh kesah pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian keperawatan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengalaman pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi.

5.2.4 Bagi Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Mastektomi

Gambar

Tabel 4.1.1 Karakteristik Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil eksperimen yang kedua pada perlakuan 10 ml dengan pengulangan tiga kali di dapatkan hasil sebagai berikut: pada perasan sambiloto pada perlakuan yang pertama

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TPS dengan Pendekatan Scientific terhadap Hasil Belajar

Keterangan: diambil salah satu cover, daftar isi Wartazoa pada volume 26 no 1 tahun 2016.. Tampilan Artikel

Pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi metode, wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (DKT). Hasil penelitian memaparkan bahwa; 1) perasaan jijik,

Pengetahuan ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang kebutuhan gizi dan kesehatan bagi balitanya serta pemilihan pengolahan makanan bagi balita (Muntofiah,

Hukum kepailitan perlu menyediakan upaya hukum yang dapat digunakan oleh kreditur lain dengan adanya keberatan kreditur lain tersebut, maka perlu dibahas tentang

Pendahuluan Vagina spa merupakan perawatan daerah vagina melalui teknik penguapan dengan menggunakan ramuan tertentu, yang mempunyai manfaat merawat organ intim

Gagal jantung merupakan sindroma klinis kompleks yang disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompakan darah