• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan hukum adalah salah satu subjek hukum selain manusia, artinya badan

hukum sama halnya dengan manusia mempunyai hak dan kewajiban di mata hukum.

Menurut R. Subekti, badan hukum pada dasarnya adalah suatu badan atau

perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti

manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat maupun menggugat di depan

hakim.1

Yayasan merupakan salah satu dari pada badan hukum yang ada di Indonesia,

namun demikian yayasan memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan badan

hukum lainnya.Yayasan didirikan bukan dengan tujuan untuk mencari

keuntungan.Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat yang

menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial,

keagamaan, dan kemanusiaan.2

Pada masa lampau pendirian yayasan hanya berdasarkan pada kebiasaan

masyarakat dan yurisprudensi.Tidak adanya undang-undang yang mengatur tentang

yayasan menyebabkan terjadinya sengketa yang timbul dalam hal yayasan

melaksanakan fungsi dan tujuannya. Pada tanggal 6 Agustus 2001 pemerintah

akhirnya mengundangkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

1

Chidir Ali,Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 19. 2

(2)

Yayasanyang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada

masyarakat mengenai yayasan, memberikan kepastian hukum, sehingga kewenangan

yayasan dapat diatur sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun dalam

perkembangannya ternyata UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan ini belum

mampu memenuhi apa yang dikehendaki masyarakat atas kepastian hukum badan

hukum yayasan, sehingga kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun

2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan.

Tujuan dari pada diubahnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang

Yayasan menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum kepada masyarakat terutama dalam hal yayasan

melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam bidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan. Kedudukan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

tidak digantikan oleh Undang Nomor 28 Tahun 2004, karena

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tidak mengganti seluruhnya pasal atau ketentuan

yang ada dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.3

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan, yayasan adalah badan

hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk Sehingga,

Undang-Undang tentang Yayasan adalah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001

junto Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan ( selanjutnya disebut

Undang-Undang Yayasan.

3

(3)

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak

mempunyai anggota.

Tujuan dari pada yayasan sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan sangatlah didukung oleh beberapa sarjana, seperti Hayati Soeroredjo dan

Rochmat Soemitro.Hayati Soeroredjo berpendapat bahwa yayasan harus bersifat

sosial dan kemanusiaan serta idealistis dan tidak diperbolehkan bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.4Sedangkan Rachmat Soemitro berpendapat bahwa yayasan merupakan suatu badan usaha yang

lazimnya bergerak di bidang sosial dan bukan menjadi tujuannya untuk mencari

keuntungan, melainkan tujuannya ialah untuk melakukan usaha yang bersifat

sosial.5Pendirian suatu yayasan tidak boleh bertujuan melakukan pemberian/kontra prestasi kepada para pendiri atau para pengurusnya, ataupun kepada pihak ketiga

kecuali bila yang disebut terakhir ini dilakukan dengan tujuan sosial.6

Tentang hal Yayasan melakukan fungsi dan tujuannya tentulah Yayasan

memiliki organ yang menjalankannya.Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Yayasan

dikatakan bahwa yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan

Pengawas.Kemudian, fungsi yayasan terletak pada tiga sektor yang sangat penting

dalam masyarakat yaitu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Untuk

melakukan fungsinya maka yayasan diperbolehkan untuk melakukan suatu kegiataan

usaha dengan cara mendirikan suatu badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu

4

Hayati Soeroredjo,Status Hukum dari Yayasan dalam Kaitannya dengan Penataan Badan-Badan Usaha di Indonesia (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2000), hlm. 9.

5

Rochmat Soemitro,Yayasan, Status Hukum dan Sifat Usahanya (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama), 1993, hlm. 9.

6

(4)

badan usaha.7

Pengurus yayasan adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan

yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan di

dalam maupun di luar pengadilan.

Artinya yayasan dapat secara tidak langsung mencari provit melalui

badan usaha yang didirikannya atau keikutsertaannya dalam suatu badan

usaha.Namun demikian, provit yang didapat oleh yayasan melalui badan usaha yang

didirikannya atau keikutsertaannya dalam suatu badan usaha tersebut semata-mata

untuk pencapaian fungsi dan tujuannya dalam bidan sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan.Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Yayasan dikatakan

bahwa yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina,

Pengurus, dan Pengawas.

Dapat dilihat bahwa Yayasan sangatlah berbeda dengan badan hukum lainnya

seperti Perseroan Terbatas yang berorientasi pada provit dan kemudian menggunakan

provit yang diperoleh untuk kepentingan pribadi perseroan. Namun, yayasan juga

dapat mencari profit akan tetapi dalam hal untuk mencapai fungsi dan tujuannya

dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan.

8

7

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. 8

Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Yayasan.

Dalam hal kepengurusan yayasan yang dijalankan

oleh organ pengurus yayasan, maka perlu diadakan pengawasan guna mencegah

terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab yang berdampak pada

sasaran pelaksanaan fungsi dan tujuan yayasan di bidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan.Pengawasan yang dimaksud dilakukan oleh organ pengawas yayasan.

(5)

adalah organ Yayasan yang berfungsi melakukan pengawasan serta memberi nasihat

kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan, sedangkan di dalam ayat (4)

dikatakan bahwa Pengawas tidak boleh merangkap sebagai pembina atau pengurus.

Begitu banyak kegiatan yang dapat dilakukan yayasan meskipun dengan

batasan-batasan tertentu. Sehingga, akan banyak pula energi yang dipakai untuk

melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Energi yang dimaksud di sini adalah dana

atau uang yang dikelola dengan cermat dan bijak oleh para pengurus yayasan.

Apabila berbicara tentang pengelolaan uang, maka akan banyak prespektif yang

muncul mengenai timbulnya masalah dalam hal melaksanakan pengelolaan uang

tersebut, baik yang dilakukan oleh pengurus sendiri maupun pihak-pihak lain yang

tidak berkepentingan dalam hal pengelolaan dana yayasan. Sehingga sangatlah

diperlukan adanya suatu pengawasan terkait hal tersebut di atas guna mengurangi

atau bahkan mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan tanggungjawab

yang berdampak pada pelaksanaan fungsi dan tujuan yayasan.Organ pengawas pada

yayasan diharapkan bisa menciptakan suatu kondisi yang nyaman dan aman dalam

yayasan, terutama dalam hal yayasan melaksanakan kegiatannya, sehingga tidak

hanya kepastian hukum yang dapat ditegakkan tetapi juga, manfaat didirikannya

suatu yayasan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia.

Oleh sebab itu sangatlah menarik untuk mengangkat perihal Organ Pengawas

suatu Badan Hukum Yayasan dalam sebuah tulisan ilmiah yang berjudul “Tinjauan

Yuridis Mengenai Keberadaan Organ Pengawas Dalam Mencegah

(6)

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus

diselesaikan oleh peneliti dalam penelitian. Dengan adanya perumusan masalah maka

akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak

mengarah pada hal-hal di luar permasalahan.

Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaturan hukum Yayasan di Indonesia?

2. Bagaimana bentuk penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan?

3. Bagaimana peran dan tanggungjawab organ pengawas dalam mencegah

penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian skripsi yang akandilakukan adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan tentang Yayasan di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Yayasan.

b. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan yayasan serta bentuk penyalahgunaan

fungsi dan tujuan yayasan.

c. Untuk mengetahui peran dan tanggungjawab organ pengawas yayasan dalam

mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan Yayasan.

2. Manfaat penelitian

(7)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Hukum khususnya tentang

Yayasan di Indonesia.

b. Kegunaan praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

masyarakat luas dan para pihak yang berkaitan dengan kegiatan fungsi dan

tujuan yayasan terutama bidang pengawasan yayasan.

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Yuridis Mengenai Keberadaan

Organ Pengawas Dalam Mencegah Penyalahgunaan Fungsi dan Tujuan Yayasan.

Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama khususnya

di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sehingga tulisan ini asli, atau dengan

kata lain tidak ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Ada

pun judul skripsi yang membahas mengenai Yayasan namun itu sangat baik terkait

permasalahan, metode penelitian, maupun penggunaan bahasa, “Dengan

demikiankeaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Status badan hukum yayasan

Yayasan adalah salah satu dari badan hukum yang diatur di Indonesia.

(8)

manusia, yayasan memiliki hak dan kewajiban di mata hukum. Adapun yayasan

dipandang sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai berikut :9 a. Yayasan adalah perkumpulan orang.

b. Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan

hukum.

c. Yayasan mempunyai harta kekayaan sendiri.

d. Yayasan mempunyai pengurus.

e. Yayasan mempunyai maksud dan tujuan.

f. Yayasan mempunyai kedudukan hukum (domisili) tempat.

g. Yayasan mempunyai hak dan kewajiban.

h. Yayasan dapat digugat atau menggugat di muka pengadilan.

Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini sebelum diterbitkannya

Undang-Undang Yayasan hanya berdasarkan atas kebiasaan dalam masyarakat dan

yurisprudensi Mahkamah Agung, karena belum ada Undang-Undang yang

mengaturnya.Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan

dengan maksud berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya

digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan,

kemanusiaan, melainkan juga ada kalanya bertujuan untuk memperkaya para Pendiri,

Pengurus dan Pengawas.10

Yayasan sebagai badan hukum telah diterima di negeri Belanda dalam suatu

yurisprudensi tahun 1882.Hoge Raad, yang merupakan badan peradilan tertinggi di

9

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi. Op.Cit, hlm.20.

10

(9)

negeri Belanda, berpendirian bahwa Yayasan sebagai badan hukum adalah sah

menurut hukum dan karenanya dapat didirikan. Pendirian Hoge Raad tersebut diikuti

oleh Hooggerechtshof di Hindia Belanda dalam putusannya di tahun 1884. Pendirian

Hooge Raad di negeri Belanda tersebut dikukuhkan dengan diundangkannya Wet op

Stichtingen Stbl. No.327 Tahun 1956, dimana pada tahun 1976 undang-undang

tersebut diinkorporasikan ke dalam buku ke dua Burgerlijk Wetboek yang mengatur

perihal badan hukum.11

Meskipun sebelumnya Yayasan di Indonesia belum ada undang-undang yang

mengaturnya, beberapa pakar hukum Indonesia diantaranya Setiawan, Soebekti, dan

Wirjono Projodikoro berpendapat bahwa Yayasan merupakan badan hukum.12

Subekti dalam Kamus Hukum terbitan Pradnya Paramita, menyatakan bahwa

Yayasan adalah suatu badan hukum di bawah pimpinan suatu badan pengurus dengan

tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal.13

Wirjono Projodikoro dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perdata Tentang

Persetujuan-Persetujuan Tertentu” berpendapat bahwa Yayasan adalah badan

hukum.Dasar suatu yayasan adalah suatu harta benda kekayaan, yang dengan

kemauan pemilik ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu.14

Disamping itu Yurisprudensi Indonesia dalam Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 No. 124 K/Sip/1973 dalam

pertimbangannya bahwa pengurus yayasan mewakili yayasan di dalam dan di luar

11

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit. hlm.4. 12

Hasbullah Syawie, Aspek-Aspek Hukum Mengenai Yayasan di Indonesia (Varia Peradilan IX ,No.98, Nopember 1993), hlm. 89.

13

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit. hlm.19. 14Ibid,

(10)

pengadilan dan yayasan mempunyai harta sendiri antara lain harta benda hibah (yakni

hibah dari N.V. H.B.M.), maka Mahkamah Agung memutuskan bahwa yayasan

tersebut merupakan suatu badan hukum.15

15

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi,Op.Cit, hlm. 20.

2. Pendirian yayasan

Yayasan sebagai suatu badan hukum pastinya didirikan oleh seseorang atau

lebih yang cakap hukum.Dalam Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, dikatakan

bahwa Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan harta

kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal.Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 9

ayat (2) dikatakan bahwa pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat

dalam bahasa Indonesia. Selain itu dalam Pasal 9 ayat (3) Yayasan juga dapat

didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam Undang-Undang Yayasan tidak

dijelaskanapa yang harus dilakukan selanjutnya setelah dilaksanakannya akta

pendirian Yayasan di hadapan notaris. Namun menurut Pasal 11 ayat (1)

Undang-Undang Yayasan maka, Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta

pendirian memperoleh pengesahan dari Menteri.Kementerian yang memiliki

wewenang terkait pengesahan badan hukum Yayasan ini adalah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia.Kemudian dipertegas dalam Pasal 11 ayat (2)

Undang-Undang tentang Yayasan bahwa, untuk pelaksanaannya yang akan memberikan

pengesahan itu adalah Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM atas nama

Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan.

(11)

Pendirian suatu Yayasan ditujukan untuk kegiatan sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan.Dalam hal melaksanakan kegiatannya yayasan dilengkapi dengan organ

yang ada didalamnya. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa

Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.

Masing-masing organ yayasan tersebut memiliki tugas atau wewenang yang

berbeda-beda.

a.Pembina

Pembina merupakan Organ tertinggi dalam Yayasan sebagaimana dikatakan

dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang tentang Yayasan, “Pembina adalah organ

Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurs dan

Pengawas oleh Undang-Undang ini atau Anggaran Dasar. Menurut Pasal 28 ayat (2)

Undang-Undang tentang Yayasan, Pembina memiliki kewenangan sebagai berikut :

1)keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar;

2)pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas;

3)penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

4)pengesahaan program kerja dan rancangan anggaran tahunan Yayasan; dan

5)penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.16 Memperhatikan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh Pembina

Yayasan, maka dapat diketahui bahwa Pembina Yayasan merupakan Organ Yayasan

yang memegang kekuasaan tertinggi. Kewenangan yang diemban oleh Pembina

merupakan tugas yang besar, hal ini dikarenakan biasanya yang diangkat menjadi

16

(12)

Pembina dalam suatu Yayasan adalah tidak lain pendiri dari pada Yayasan itu sendiri,

namun bisa juga orang lain yang bukan pendiri Yayasan namun berdasarkan

keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk

mencapai maksud dan tujuan Yayasan sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (3)

Undang-Undang Yayasan.

b.Pengurus

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, maka Yayasan sangat memerlukan

suatu organ yang dinamakan Pengurus.Dalam praktek sehari-hari bermacam-macam

penyebutan untuk Pengurus.Ada yang menyebut “Badan Pengurus”, ada lagi yang

menyebut dengan “Dewan Pengurus”, dan ada pula yang menyebutnya cukup dengan

istilah “Pengurus” saja.

Pengurus dalam suatu Yayasan memegang peranan yang sangat penting,

karena berhasil atau tidaknya tujuan dari Yayasan itu tergantung dari kepengurusan

Yayasan tersebut.Oleh sebab itu sangat penting dalam hal pemilihan orang-orang

yang hendak menduduki jabatan Pengurus Yayasan, karena harus lah orang yang

berintegritas tinggi tanpa mengharap balas jasa dan keuntungan-keuntungan.

Pasal 31 Undang-Undang Yayayasan, dikatakan bahwa pengurus adalah organ

Yayasan yang melakukan kepengurusan yayasan.Pengurus mempunyai tugas dan

kewenangan melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan

semata-mata untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.

c. Pengawas

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Yayasan dikatakan bahwa,

(13)

kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.Umumnya suatu badan

mempunyai anggota.17Lasimnya badan tersebut menghimpun sejumlah orang-orang dari badan tersebut untuk dijadikan anggota.18Berbeda dengan badan lainnya, yayasan tidak dikenal adanya anggota. Dalam wet op stichting di Belanda mengatur

tentang yayasan pun tidak mengenal adanya anggota dalam badan hukum yayasan.19

Bentuk hukum yang paling mirip dengan yayasan, adalah Perkumpulan yang

diatur dalam Titel IX Buku III KUHPerdata Pasal 1653 dan diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Raja 28 Maret 1870 Stbl.1870-64 tentang Rechtspersoonlijkheid van

Verenigingen. Kemiripan antara yayasan dan perkumpulan karena kedua badan ini

sama tetapi tidak sama dan sebangun. Namun ada perbedaan yang sangat esensial

dimana perkumpulan dalam eksistensinya berbasis pada anggota, yaitu bertujuan

mensejahterakan atau memenuhi kebutuhan anggotanya.

Untuk mempertegas hal di atas maka dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Yayasan, dikatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang tidak

mempunyai anggota dengan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan agama.

20

Walaupun demikian sebenarnya yayasan itu juga mempunyai anggota, yaitu

mereka yang dituju oleh yayasan untuk dibantu.Misalnya kita mempunyai Yayasan

Jantung Indonesia.Yayasan Jantung Indonesia didirikan untuk membangtu semua

insane yang menderita penyakit jantung.Demikian pihak yang ingin dituju dalam

pendirian yayasan itu sedemikian banyak orangnya, sehingga tidak mungkin untuk

17

Rudhi Prasetya,Yayasan Dalam Teori dan Praktik (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hlm.9. 18Ibid.

(14)

orang-orang ini dijadikan anggota dalam konstelasi yayasan.Demikianlah sebab

yayasan tidak dikenal anggota.21

1. Spesifikasi penelitian F. Metode Penelitian

Pada suatu penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari

berbagai jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling populer dikenal

adalah :

a. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan dilakukan

dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data

sekunder belaka.22

b. Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data

primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari

perpustakaan.23

Pilihan metode penelitian hukum tergantung pada tujuan penelitian itu

sendiri.Sesuai dengan tujuan skripsi ini, maka penelitian hukum yang digunakan

adalah penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (library

research).

2. Data penelitian

21Ibid,

hlm. 10. 22

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Rajawali Press, 1998), hlm. 24.

23

(15)

Dalam melaksanakan penelitian ini, perlu ditegaskan alat pengumpul data

yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data,

yakni :

a. Bahan hukum primer yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan

perUndang-Undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, baik peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia maupun yang diterbitkan

oleh Negara lain dan badan-badan internasional seperti Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16

Tahun 2001.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan

hukum primer seperti seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah,

koran-koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan

dengan persoalan di atas.24

c. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan

keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain.25 3. Teknik pengumpulan data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau yang lebih dikenal dengan studi

24

Soemitro, Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm 13.

(16)

kepustakaan.Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang

terdapat dalam buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat

kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang

dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan

deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh

tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data

yang mengelompokan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan

kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian

kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar

tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis

membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub

bab.

Ada pun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar

belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika

(17)

BAB II RUANG LINGKUP YAYASAN BERDASARKAN PERATURAN

YAYASAN DI INDONESIA

Bab ini berisikan tinjauan hukum tentang yayasan, struktur organ

dalam yayasan, proses pendirian suatu yayasan, yayasan dan kekayaan

yayasan itu sendiri.

BAB III PERBUATAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN

YAYASAN

Bab ini berisikan tentang fungsi dan tujuan yayasan, bentuk

penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan serta kasus-kasus

perbuatan penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

BAB IV KEBERADAAN ORGAN PENGAWAS DALAM MENCEGAH

PENYALAHGUNAAN FUNGSI DAN TUJUAN YAYASAN

Bab ini berisikan tentang pengaturan organ pengawas dalam

Undang-Undang yayasan di Indonesia, hak dan kewajiban organ pengawas

dalam mencegah penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan, serta

sanksi atas penyalahgunaan fungsi dan tujuan yayasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini,

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui bagaimana kehidupan sosial ekonomi pengemis penggendong anak yang berada di.

Dengan Memahami sifat khas dari pengelolaan proyek seperti yang diuraikan diatas maka dapat menjadi pelajaran dan modal yang berharga dalam melibatkan diri pada pengelolaan proyek,

Hasil uji t kedua menunjukkan variabel religiusitas, pengetahuan dan lokasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhdap minat menabung masyarakat pada bank

Beberapa program secara garis besar diarahkan untuk peningkatan kapasitas kelompok pembatik agar turut serta dalam pembelajaran, diantaranya penyusunan dokumen

Hasil sidik ragam rata-rata kapasitas kerja gerobak sorong bermesin untuk pengangkutan TBS kelapa sawit akibat perlakuan muatan dan kecepatan putaran mesin

Then data fusion between textural measures of TerraSAR-X image and QuickBird multi- spectral image was implemented based on PCA transform, and the fusion results were

Jelaskan mengapa sentiment keagamaan merupakan strategi paling ampuh yang sering menjadi pilihan pemimpin pribumi dalam menghadapi

Meskipun Pemilu 2004 diwarnal oleh berbagai kerumltan, tetapi secara umum sistem Pemilu 2004 lebih balk dibandingkan Pemilu sebelumnya. Pemlllh dapat menentukan sendiri pilihannya,