AUDIT INVESTIGATIF - PKKN
PENGUMPULAN DAN EVALUASI
BUKTI
1
Disampaikan oleh :
HASOLOAN MANALU
Definisi Audit Investigatif
Audit investigatif dapat didefinisikan sebagai
kegiatan pengumpulan fakta-fakta dan bukti-bukti yang dapat diterima dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia dengan tujuan untuk mengungkapkan terjadinya kecurangan (fraud).
Perbedaan yang paling mendasar antara audit
Apa Definisi Bukti ?
• Segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam rangka menentukan informasi yang diaudit sesuai dengan kriteria yang ditetapkan (Arens & Loebbeccke)
• Sesuatu yang dapat membuktikan (Lawrence B. Sawyer)
Harus dapat diuji
Fakta-fakta berkaitan dengan kecurangan
yang diungkapkan dalam laporan hasil audit investigatif harus dapat diuji dengan bukti-bukti yang diperoleh selama audit investigatif berlangsung
Agar hasil audit investigatif dapat
Mengapa batasan bukti harus ketat
Antara lain adalah sebagai akibat dari:
1. Seriusnya dampak yang akan dihadapi oleh pihak-pihak yang terlibat dan bertanggungjawab dalam kejadian kecurangan tersebut.
7
Pengumpulan Bukti
Tujuan fase pengumpulan bukti ini adalah
meyakinkan bahwa bukti-bukti yang diperoleh selama fase identifikasi masalah dapat diandalkan atau tidak (misleading).
Jika dianggap misleading, maka suatu
Tiga ketentuan yang mengatur masalah bukti
1. UU No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
2. UU No. 20 tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 42 UU Nomor 10 tahun 1998.
Informasi
yang
menyangkut
Teknik Audit
PROSEDUR >< STANDAR
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK KONFIRMASI INSPEKSI DOKUMEN OBSERVASI
PROSEDUR AUDIT BUKTI
Physical examination
• Pemeriksaan/inspeksi atau penghitungan
terhadap fisik aset/aktiva berwujud dari auditan.
• Tujuan untuk menguji kebenaran jumlah,
kepemilikan dan kualitas.
Dapat dikembangkan penyidik :
• Keterangan saksi • Surat
• auditor harus memastikan bahwa persepsi ahli
teknik harus sama dengan auditor mengenai apa yang akan dihitung.
• Auditor tidak boleh memberikan pendapat atas
penghitungan yang dilakukan oleh ahli teknik.
• Auditor tidak boleh meyakini sebagian dan
menggunakannya serta menolak sebagian yang lain dan tidak menggunakannya
Pendapat Ahli Lain
1. AUDITOR TIDAK KOMPETEN UNTUK HAL DILUAR KEAHLIANNYA.
2. CEK FISIK YANG DILAKUKAN AUDITOR ADALAH BERSIFAT OBSERVASI.
GUNAKAN
TOLAK
Confirmation
• Bukti Audit berupa jawaban tertulis dari
pihak ketiga yang independen dlm rangka memverifikasi keakuratan data yang diperoleh.
• Contoh : Untuk membuktikan adanya
aktiva atau kewajiban. • Konfirmasi tertulis = Bukti surat yg didukung bukti lain yg sah (psl 187 huruf d KUHAP)
Documentation
• bukti audit yang didapat dari hasil
pengujian yang dilakukan oleh auditor terhadap dokumen dan catatan yang mendukung informasi audit. • Dalam praktek di sidang pengadilan,
setiap dokumen tersebut harus asli.
• Dari sisi hukum pidana, agar fotocopy
tersebut dapat diterima sebagai alat bukti yang mendukung dakwaan,
Observation
Penggunaan indera untuk menilai aktivitas
tertentu.
Masih memerlukan bukti lain.
• Dalam pengungkapan dugaan
Inquires of the clients
•
Bukti audit berupa informasi lisan
atau tulisan yang bersumber dari
auditan
sebagai
jawaban
atas
pertanyaan yang diajukan auditor.
• Tanya jawab yang dapat menjadi
alat bukti keterangan saksi hanya dapat dilakukan penyidik dalam bentuk berita acara permintaan keterangan dalam tahap penyidikan.
• Auditor (di Indonesia) tidak
Reperformance
•
jenis bukti audit yang diperoleh
dengan cara melakukan pengecekan
kembali terhadap suatu
sample
perhitungan
dan
pemindahan
informasi yang dilakukan auditan
dalam periode yang diaudit.
• Dalam pengungkapan dugaan tindakAnalytical procedures
•
bukti audit yang diperoleh melalui
perbandingan
antara
satu
data/informasi
dengan
data/informasi lain.
• Dari hasil perbandingan tersebut auditor
dapat menyimpulkan apakah suatu transaksi mengandung kejanggalan atau tidak.
• Hasil dari prosedur analisis biasanya
Kriteria
Pengumpulan Bukti
RELEVAN
KOMPETEN
• Bukti diproduksi oleh pihak
yang kompeten
CUKUP
Bukti
audit
yang
cukup
berkaitan
Jenis-Jenis Bukti Audit berdasarkan
tingkatannya
Bukti Utama (Primary evidence)
Bukti asli yang menunjang secara langsung suatu transaksi/
kejadian
Mempunyai kepastian yang paling kuat atas fakta
Bukti sekunder (secondary evidence)
Lebih rendah tingkatannya dari bukti utama dan tidak
disamakan keandalannya
Dapat menjadi bukti bila bukti utama tidak ditemukan atau
dapat dibuktikan bahwa bukti ini merupakan cerminan dari bukti utama
Bukti Langsung (Direct evidence)
Membuktikan fakta tanpa kesimpulan ataupun anggapan
Dikuatkan oleh pihak-pihak yang menyaksikan sendiri
Misalnya bukti transfer/cek yang berhubungan langsung
Jenis-Jenis Bukti Audit (lanjutan…)
Bukti tidak Langsung
(Circumstantial evidence)
Tidak langsung mengungkapkan suatu pelanggaran
Biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman,
pengamatan yang bertalian dengan kasus
Misalnya panitia penerimaan barang tidak melakukan
pengecekan terlebih dahulu dapat membuktikan bahwa ada kemungkinan barang yang diadakan tidak sesuai dengan spek
Bukti Statistik (statistical evidence)
Membantu analisis auditor dalam menguatkan suatu
simpulan atau pendapat
Misalnya pengeluaran pada akhir tahun lebih besar
JENIS BUKTI AUDIT berdasarkan bentuk
Bukti Fisik
Diperoleh melalui pengamatan orang, property dan kejadian : observasi pengamat, foto bagan, peta
Object : aset perusahaan
Substances: bahan materi , zat kimia Traces (Jejak) : Cat, Noda, sidik jari
Impresions : Kesanseperti tanda luka, bekas ban mobil
Bukti
Dokumen
Berasal dari eksternal maupun internal
Eksternal : Surat/memorandum yang diterima klien, faktur pemasok, lembar pengemasan
Internal : Catatan Akuntansi, salinan korespondensi, Laporan penerimaan email dll Internal Control ?
Bukti
Kesaksian
Berupa surat atau pernyataan sebagai jawaban atas perntanyaan. jika memungkinkan didukung bukti dokumentasi atau fisik
(Dari pihak ke 3 yg didapat karena diminta oleh auditor dan didokumentasikan (konfirmasi, bukti lisan, spesialis).
Bukti Analisa
Sumber Bukti
• Saksi
• Departemen/Instansi/Unit Kerja auditan • Instansi Pemerintah terkait
• Perusahaan / Badan-badan Swasta • Informasi elektronik
• Bukti forensik
• Alat komunikasi elektronik • Tersangka
Pengujian Dokumen/bukti
Salah satu cara pengumpulan bukti untuk
mengungkapkan usaha-usaha penyembunyian kecurangan
(concealment) dengan cara merubah atau mencatat bukti tidak sesuai dengan seharusnya.
Kesulitan yang pada tahap ini adalah jika
seluruh transaksi yang berkaitan dengan tindakan fraud telah diskenariokan untuk dirubah sejak sumber dokumen hingga pelaporannya.
Fraud auditor harus mewaspadai
terjadinya, penghilangan dokumen, catatan, perubahan bukti, kesalahan, kekeliruan, yang seolah-olah terjadi akibat
EVALUASI BUKTI
Evaluasi Bukti
Mencakup; relevansi, dapat diterima dan kompetensi bukti.
Suatu tahap dimana kegiatan pengujian bukti dinyatakan
cukup atau perlu perluasan sebagai respon terhadap adanya informasi tambahan sebelum membuat simpulan atau penyusunan laporan.
Pada dasarnya dilakukan apabila seluruh bukti yg terkait telah diperoleh.
Ditujukan untuk menilai apakah suatu kasus terbukti atau tidak terbukti kebenarannya.
Evaluasi dapat dilakukan secara berkala untuk menilai kesesuaian hipotesis terhadap fakta kenyataan yg ada. Dapat menunjukkan perlu atau tidaknya
Hal yang perlu diantisipasi dalam
melakukan
evaluasi
bukti,
yaitu
mengenai urutan proses kejadian
(
Sequence
)
dan
kerangka
waktu
kejadian (
Time Frame
)
(Flowchart Modus Operandi) atau dalam bentuk naratif yang menggambarkan
Simpulan Fakta dan Proses Kejadian Tuduhan Penyimpangan/fraud
Flow Chart /Modus Operandi Berita Acara Hasil Klarifikasi Pernyataan dan Pengakuan
Penyajian Bukti
• Pernyataan Ahli
Daftar Bukti yang Diperoleh