• Tidak ada hasil yang ditemukan

URAIAN PENDEKATAN METODOLIGI DAN PROGRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "URAIAN PENDEKATAN METODOLIGI DAN PROGRAM"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

URAIAN PENDEKATAN, METODOLIGI DAN

PROGRAM KERJA

1. PENDEKATAN TEKNIS

Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek (Owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang ahli dibidang masing-masing seperti Tekni Sipil, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik secara efektif dan efisien.

1.1Tugas pokok Konsultan Pengawasan

Konsultan pengawas memiliki tugas pokok sebagai berikut :

A. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

B. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.

C. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.

D. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

E. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang di ajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksaan proyek.

F. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang di usulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan spesifikasi pelaksanaan proyek dan tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah di buat sebelumnya.

1.2Fungsi Konsultan Pengawas

(2)

Fungsi administratif

A. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan tugas Penyedia Jasa Pemborongan.

B. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat memorandum atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker untuk jenis penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan, pembangunan baru).

C. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan berupa, foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung (mulai), sedang berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di lapangan lainnya.

D. Menyiapkan dokumentasi sehubungan dengan Contract Change Order dan Addendum sehingga perubahan-perubahan kontrak yang diperlukan dapat dibuat secara optimal dengan mempertimbangkan semua aspek yang ada.

E. Menyiapkan dan menyampaikan laporan pekerjaan secara berkala.

Fungsi pengawasan (supervisi)

A Membantu Pengguna Jasa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai desain, persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.

B Melaksanakan pengumpulan data lapangan yang diperlukan secara terperinci untuk mendukung review design (bila ada), dan membantu Pengguna Jasa agar perubahan desain tersebut dapat dilaksanakan.

(3)

volume dan pembayaran didasarkan kepada ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak.

D. Meninjau pengadaan personil dan peralatan Penyedia Jasa Pemborongan sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan.

E. Memantau dan mengecheck pengendalian mutu dan volume pekerjaan untuk sertifikasi “Monthly Certificate (MC)”.

F. Melakukan pengecheckan dan persetujuan gambar terlaksana (as built drawing).

G. Membantu Pengguna Jasa dalam menyiapkan pelaksanaan Provisional Hand Over(PHO).

H. Membantu Pengguna Jasa dalam pengawasan pekerjaan pada periode pemeliharaan.

1.3Tanggung Jawab Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertanggung jawab penuh kepada Pemimpin Pekerjaan bahwa hasil pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa Pemborongan benar-benar sesuai ketentuan kontrak pemborongan. Konsultan akan memberikan jaminan segala ijin kerja, persetujuan dari setiap jenis/langkah pelaksanaan dan persyaratan konstruksi yang telah dikeluarkan.

1.4Tugas Pokok Konsultan Pengawas

Tugas konsultan pengawas secara garis besar akan meliputi :

 Pengendalian teknis;

 Pengendalian atas proses koordinasi terkait;

 Pengendalian administrasi kegiatan;

 Evaluasi rencana kegiatan;

 Value engineering; dan

 Pelaporan.

(4)

Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada saat pre-audit,monitoring dan post-audit, meliputi :

 Aspek mutu hasil pekerjaan;

 Aspek volume pekerjaan;

 Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;

 Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.

Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak pemborongan.

A.Rentang kendali pre-audit

Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang “pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan pengawasan, yang terdiri dari :

 Pengumpulan dan analisa terhadap data;

 Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap

kondisi lapangan;

 Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan,

yang meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.

Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :

 Jenis pekerjaan;

 Kuantitas pekerjaan;

 Kualitas yang dipersyaratkan;

 Schedule pelaksanaan;

 Schedule pembayaran.

(5)

dengan kondisi lapangan, konsultan team supervisi akan membuat alternatif lain yang sesuai untuk diajukan kepada Pengguna Jasa.

Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih dahulu apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan tenaga kerja/tukang yang akan mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada Penyedia Jasa Pemborongan untuk menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.

Penyimpangan biaya keseluruhan biasanya disebabkan oleh adanya pekerjaan tambahan sebagai akibat dari perubahan design dan pertambahan volume pekerjaan. Agar tidak terjadi perubahan biaya terlalu besar, konsultan akan menggantikan nilai pekerjaan tambah itu dengan pengurangan pekerjaan lainnya sehingga terjadi kompensasi dan tidak memerlukan biaya tambah sepanjang hal tersebut memungkinkan dan mendapat peretujuan dari Pemimpin Kegiatan. Dalam hal ini, konsultan berupaya menghindari pekerjaan tambah, justru mengupayakan pekerjaan kurang jika memang dari evaluasi teknis dan biaya memungkinkan untuk dilakukan pekerjaan kurang.

B.Rentang kendali monitoring

(6)

periode ini konsultan akan selalu melakukan evaluasi terhadap progres dan kualitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan. Dalam melakukan monitoring, kerjasama antara anggota tim akan kita jaga sebaik-baiknya sehingga informasi dan pelaporan bisa berjalan dengan cepat, sehingga kerugian yang menyangkut aspek mutu, volume, waktu dan biaya keseluruhan hasil pekerjaan dapat dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya, selain mengawasi pekerjaan fisik konsultan pengawas juga memonitor aspek lingkungan sekitar kegiatan, agar jangan sampai pelaksana lapangan berikut tukang-tukangnya mengganggu, mematikan serta merusak flora dan fauna yang ada. Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.

C.Rentang kendali post-audit

Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi Penyedia Jasa Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan pembayaran senilai hasil kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan pembayaran sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah memenuhi persyaratan teknis atau tidak.

1.5.1 Pengendalian Atas Koordinasi Terkait

Konsultan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas pengendalian teknis tersebut berkewajiban mengendalikan proses koordinasi yang perlu dilakukan oleh pihak lain (khususnya oleh Pengguna Jasa). Koordinasi dengan instasi terkait, antara lain dilakukan dengan :

 Pemimpin kegiatan fisik;

 Konsultan lain yang terkait;

(7)

1.5.2 Pengendalian Administrasi Kegiatan

Dalam hal ini konsultan pengawas berkewajiban merancang, memberlakukan serta mengendalikan pelaksanaan keseluruhan sistem administrasi kegiatan yang diawasinya, yaitu mencakup antara lain : surat, memorandum, risalah, laporan, contoh barang, foto, berita acara, gambar, sketsa, brosur, kontrak, addendum dan lain-lain yang dianggap perlu. Langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan konsultan pengawas untuk maksud tersebut adalah :

 Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan

sampai tuntas maksud dari surat masuk maupun keluar;

 Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam

pelaksanaan tugas konsultan;

 Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi

persyaratan yang ditetapkan baik kualitas dan kuantitas;

 Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;

 Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan

agar sebelum maupun sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan;

 Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap

perlu dalam penyelesaian pekerjaan.

Konsultan pengawas melakukan evaluasi atas rencana kegiatan yang akan dilaksanakan serta menyarankan perubahan/penyempurnaan/penyesuaian rencana yang perlu dilakukan (bila ada) guna menjamin tercapainya maksud dan tujuan kegiatan.

Konsultan pengawas berwenang dan pada saatnya berkewajiban menyatakan bahwa hasil pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan telah memenuhi segala persyaratan untuk proses selanjutnya, yaitu persetujuan Pengguna Jasa.

(8)

Dalam konteks lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi kontrol manajemen kegiatan konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan, perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah ini, Pengawas lapangan perlu menerapkan sistim kontrol yang sistimatik di lapangan. Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :

 Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada

beberapa bidang kegiatan pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek dan program kerja untuk

 Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara

benar sehingga peringatan secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.

 Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh

kegiatan tidak di-lampaui bila tidak terjadi perubahan kontrak.

Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :

 Pencapaian target kemajuan fisik.

 Pencapaian target keuangan

 Pengadaaan dan pembelian barang, bahan dan peralatan.

 Pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas

dan efisiensi kerja lapangan.

 Pemantapan kerja sama antar pekerja kegiatan dari seluruh

bagian/divisi.

 Hubungan dengan pihak pemilik.

(9)

1.7Kunjungan Lapangan/Site Visit

Frekwensi kunjungan ke lapangan tergantung dari pentingnya keadaan lapangan, sifatnya dapat secara harian, mingguan. Frekwensi kunjungan dapat bergantung pada tahapan dari pemimpin kegiatan yang mengelolanya beserta para anggota tim sesuai urgensinya.

1.8Pengontrolan Kegiatan

Merencanakan dan membangun adalah suatu aktifitas yang dinamis, dan yang dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu network/scurve chart yang telah disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanan harus secara periodik atau sesuai kondisi dicheck kembali :

 Apakah waktu yang direncanakan telah ditepati;

 Akan ditepati dalam jangka panjang atau segera;

 Nantinya akan ditepati (jangka panjang).

Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan seperti yang dikehendaki.

A. Jarak waktu kontrol

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :

 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1

minggu;

 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.

B. Cara mengontrol

Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :

 Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai.

 Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai.

 Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai.

1.9Sistim Informasi Manajemen Kegiatan

(10)

digunakan pihak Pemilik dalam mendapatkan informasi kegiatan setiap saat atau secara berkala, cepat dan akurat. Sistim ini dibuat dan dikembangkan berdasarkan studi dan evaluasi situasi dan kondisi yang dihadapi di lapangan serta mengintegrasikan keinginan-keinginan dari pihak Pemimpin Kegiatan yang mewakili pihak Pengguna Jasa tentang apa-apa yang mau dimonitor dan dikendalikan.

Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran uang dan besaran waktu. Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).

Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh perkembangan data kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan secara fisik.

Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna Jasa, karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah dikumpulkan secara periodik kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan). Artinya, dari laporan kegiatan dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi (prestasi aktual). Dari laporan kegiatan ini Pemimpin Kegiatan baru dapat mengevaluasi perkembangan kegiatannya dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.

(11)

dengan demikian siklus project management control system berulangkali. Siklus ini baru berhenti apabila kegiatan telah selesai.

1.10 Pengendalian Mutu

Selama periode kontruksi, konsultan akan senantiasa memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan instruksi yang diperlukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan guna menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan dengan baik, tepat kualitas. Aspek-aspek pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan konstruksi antara lain sebagai berikut di bawah ini namun tidak terbatas pada :

 Peralatan laboratorium

 Penyimpanan bahan/material

 Cara pengangkutan material yang akan digunakan.

 Pengujian material yang akan digunakan

 Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan

 Test lapangan

 Administrasi dan formulir-formulir

A.Laboratorium dan Personil

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mengetahui kekuatan konstruksi beton yang tidak bisa dilakukan di lapangan. Personil/tenaga yang terkait untuk maksud pengujian harus cukup berpengalaman dan mengenal dengan baik tentang testing laboratorium maupun lapangan.

B.Penyimpanan Bahan/Material

Mekanisme penyimpanan bahan/material dilakukan sebagai berikut :

 Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian

rupa untuk menjamin perlindungan kualitas.

 Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa

(12)

 Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan

mempunyai drainase yang lancar.

 Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh

digunakan dalam pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.

 Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa

untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi maksimum tumpukan 5 m.

C.Cara Pengangkutan Material/Campuran

Konsultan dapat mengenakan pembatasan bobot pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau struktur yang ada di sekitar pekerjaan. Bilamana terjadi gangguan di antara operasi berbagai pekerjaan, konsultan akan mempunyai wewenang untuk memerintahkan Penyedia Jasa Pemborongan dalam menentukan urutan pekerjaan yang diperlukan guna mempercepat penyelesaian seluruh pekerjaan.

D.Pengujian Material yang Akan Digunakan

Semua material dari setiap bagian pekerjaan akan di inspesikan oleh konsultan. Staf anggota team konsultan setiap saat akan membuat rencana untuk menginspeksi material yang akan digunakan berdasarkan atas jadwal kerja Penyedia Jasa Pemborongan. Walaupun bahan-bahan yang disimpan telah disetujui sebelum penyimpanan, namun dapat diperiksa ulang dan ditest kembali oleh konsultan. Material yang akan digunakan harus ditest di laboratorium untuk mendapat persetujuan dari konsultan, jenis dan jumlah test seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

E.Job Mix Formula

(13)

dahulu suatu Job Mix Formula yang disetujui konsultan, antara lain untuk pekerjaan Beton.

F. Pengujian Rutin Laboratorium

Selama pelaksanaan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi, bahan-bahan atau campuran-campuran perlu dilakukan pengujian rutin harian atau selama pekerjaan berlangsung guna menjamin kualitas sesuai dengan persyaratan. Jenis dan frekuensi/jumlah test rutin ini seperti yang disebutkan dalam spesifikasi.

G.Test Lapangan

Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, produk tersebut perlu pengujian/tes lapangan.

H.Administrasi Pekerjaan dan Formulir-Formulir

Form-form yang diperlukan pekerjaan antara lain sebagai berikut di bawah ini dapat dilihat pada Lampiran. Form-form contoh ini dapat dimodifikasi/ sesuai dengan keperluan pekerjaan. Form-form yang dimaksud antara lain :

 Buku direksi

 Time schedule

 Mco (Mutual Check Awal)

 Request dan shop drawing

 Laporan mingguan

 Record cuaca

 Photo dokumentasi

 Change order

 Addendum

 Monthly certificate (MC)

 PHO (Provisional Hand Over)

(14)

1.11 Pengendalian Kuantitas

Pengawasan kuantitas (Quantity Control), akan mengecek bahan-bahan/campuran yang ditempatkan atau yang dipindahkan oleh Penyedia Jasa Pemborongan atau yang terpasang. Konsultan akan memproses bahan-bahan/campuran berdasarkan :

 Hasil pengukuran yang memenuhi batas toleransi pembayaran.

 Metode perhitungan

 Lokasi kerja

 Jenis pekerjaan

 Tanggal diselesaikannya pekerjaan.

Setelah produk pekerjaan memenuhi persyaratan, baik kualitas maupun kuantitas, dan persyaratan lainnya, maka pengukuran kuantitas dapat dilakukan agar volume pekerjaan dengan teliti/akurat yang disetujui oleh konsultan sehingga kuantitas dalam kontrak adalah benar diukur dan dibayar oleh konsultan dan mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Beberapa pengukuran pekerjaan tersebut antara lain : A. Pengukuran meter persegi (m2)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, yaitu panjang dan lebar, setelah ketebalan memenuhi persyaratan tebal minimal atau toleransi yang digunakan dan spesifikasi.

B. Pengukuran meter panjang (m’)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran, setelah penampang suatu konstruksi sesuai dengan gambar (dimensinya). C. Pengukuran meter kubik (m3)

Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan meteran untuk panjang dan lebar. Sedangkan untuk ketebalan dapat diukur dengan alat ukur sehingga panjang, lebar, dan tebal menghasilkan volume yang akurat.

D. Pengukuran berat (ton)

Untuk pengukuran ton dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara :

(15)

 Kedua, dengan pengukuran meter kubik dikalikan berat jenis

bahan tersebut (berat jenis dapat diketahui dari laboratorium).

1.12 Pengendalian Waktu

Di dalam pekerjaan, alat berat, tenaga kerja dan jumlah jam kerja per hari adalah sangat erat sekali hubungannya dengan waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan. Berikut ini dijelaskan bagaimana pengendalian waktu perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi perpanjangan waktu yang tidak perlu yang akan memboroskan waktu, tenaga dan biaya.

1.13 Schedule Penyedia Jasa Pemborongan

Sebelum pekerjaan dimulai konsultan akan mengecek schedule pelaksanaan yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan. Apakah rencana kerja progres pekerjaan yang ditargetkan sudah layak dan realistis. Misalnya dalam musim hujan, target pekerjaan lebih kecil bila dibandingkan pada musim kemarau untuk pekerjaan saluran dengan kondisi kerja yang sama. Kemudian dicek juga apakah construction methode dan urutan kerja Penyedia Jasa Pemborongan sudah sistematis, konsepsional dan benar ?

Selanjutnya, berdasarkan schedule Penyedia Jasa Pemborongan yang sudah disetujui, konsultan pengawas akan mengendalikan waktu pelaksanaan tersebut. Time schedule ini bisa dijabarkan ke dalam target harian, sehingga setiap hari dapat dicek apakah target volume tersebut bisa tercapai atau tidak ? Bila target tidak tercapai, maka selisih volume diprogramkan/dikejar untuk schedule hari berikutnya.

Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa diselesaikan “on schedule”.

1.14 Alat Berat (Heavy Equipment)

(16)

efektif, bisa kombinasi/beberapa jenis alat dan jumlah alat yang mencukupi.

Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi, maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.

Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah alat atau menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

1.15 Tenaga Kerja

Demikian juga tenaga kerja, untuk suatu pekerjaan diperlukan tenaga kerja yang mencukupi, sehingga pekerjaan akan bisa dikerjakan oleh tenaga kerja sesuai dengan jadwal/waktu yang ditentukan. Bila kondisi pekerjaan diperkiraan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga kerja perlu ditambah atau kerja dua shift atau kerja lembur/over time. Dengan tenaga kerja yang cukup dan jam kerja yang cukup/efektif, maka pelaksanaan pekerjaan diharapkan bisa tepat waktu sesuai yang ditargetkan.

1.16 Jumlah Jam Kerja

Penyelesaian suatu pekerjaan sangat tergantung pada jam kerja per hari. Jumlah jam kerja yang sedikit akan menghasilkan produk yang lebih kecil dibandingkan bila jam kerja per harinya lebih banyak.

(17)

Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal, maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh Network Planning yang umumnya telah dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path Methode/CPM).

Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.

Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-curve” yang biasa dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi atau STA, sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.

1.17 Pengendalian Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Di dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan tercantum :

 Biaya pekerjaan

 Estimated Quantity/Volume Pekerjaan

 Harga satuan pekerjaan

Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan antara sebagai berikut :

 Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan

benar-benar sehingga kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan demikian volume dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah sesuai dengan yang dianggarkan.

 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima

dari pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.

 Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan

(18)

biaya pekerjaan dibayarkan sesuai dengan item pekerjaan yang ada di kontrak.

1.18 Pemeriksaan Sertifikat Bulanan (MC)

Penyedia Jasa Pemborongan harus menyerahkan suatu nilai estimasi dari pekerjaan yang dilaksanakan kepada Resident Engineer pada setiap akhir bulan yang berjalan, yang selanjutnya disebut sebagai “sertifikat bulanan (Monthly Certificate/MC)”. Format sertifikat bulanan harus sesuai dengan standart atau diusulkan oleh Konsultan dan disetujui oleh Pengguna Jasa. Resident Engineer akan memeriksa kemajuan pekerjaan yang diajukan pada sertifikat bulanan dan apabila telah dianggap sesuai dengan sebenarnya yang telah terjadi di lapangan, selanjutnya dapat disetujui untuk menandatangani bersama oleh wakil Penyedia Jasa Pemborongan, konsultan, dan Pemimpin Pekerjaan.

1.19 Pemeriksaan Pembayaran Akhir

Tim Pengawas Teknik akan memeriksa kembali seluruh pembayaran yang telah lalu. Apabila terdapat kesalahan, pembayaran terdahulu yang sudah disetujui masih dapat dikoreksi pada pembayaran berikutnya.

Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah dibayar sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam pembayaran akhir merupakan final quantity yang benar.

1.20 Prosedur Perubahan (Contract Change Order)

(19)

Jumlah Kontrak, maka Perintah Perubahan harus dirundingkan dan dirumuskan dalam suatu Addendum.

1.21 Sertifikat Penyelesaian Akhir

Bila Penyedia Jasa Pemborongan menganggap pekerjaan akan selesai, termasuk semua kewajiban pada Perioda Jaminan, maka ia harus membuat permohonan untuk serah terima pertama. Setelah pekerjaan perbaikan yang diminta oleh Panitia Serah Terima selesai dilakukan, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaan tersebut, maka konsultan membantu mempersiapkan Sertifikat Penyelesaian Akhir.

1.22 Pernyataan Perhitungan Akhir

Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat permohonan untuk pembayaran perhitungan akhir, bersama-sama dengan semua rincian pendukung sebagaimana diperlukan oleh engineer. Setelah peninjauan kembali oleh engineer dan jika diperlukan amandemen oleh Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan mengeluarkan suatu pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui untuk pembayaran oleh Pengguna Jasa.

1.23 Addendum Penutup

Berdasarkan pada rincian Pernyataan Engineer mengenai Perhitungan Akhir. Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia Jasa Pemborongan, engineer akan menyampaikan addendum penutupan tersebut kepada Pemberi Pekerjaan untuk ditandatangani bersama-sama dengan Pernyataan Perhitungan Akhir yang disetujui.

1.24 Dokumen Catatan Pekerjaan

(20)

1.25 Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Kerja

Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas yang cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan pekerjaan survey maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap terjaga kelancarannya dan pemakai jalanpun merasa aman melewatinya. Manfaat yang didapatkan pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik pula.

Situasi seperti itu sangat membantu untuk menghilangkan persoalan-persoalan yang diakibatkan oleh kacaunya lalu lintas yang pada gilirannya akan menghambat pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu, penanganan khusus sangat diperlukan agar tercapai hasil yang optimal dan sedikit mungkin akibat buruknya.

Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi pekerjaan. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan “Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :

 Pelayanan umum; dan

 Keselamatan kerja.

A.Pelayanan umum

Indikasi yang diperlukan dalam pelayanan umum adalah sebagai berikut :

(21)

Sistim informasi bersifat pemberitahuan kepada calon pemakai jalan selama pelaksanaan yang tujuannya memberikan informasi bahwa akan ada pekerjaan pembangunan. Sistim ini dapat diwujudkan melalui :

 Media cetak yang bersifat pengumuman.

 Pembagian “pamflet”

2.Mengurangi kemacetan

Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan perambuan sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan gangguan.

B.Keselamatan kerja

Indikasi yang diperlukan dalam keselamatan kerja meliputi hal-hal berikut :

1. Disiplin kerja :

 Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus

menerus dimonitor dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan cepat.

 Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian

pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang mencakup seluruh aspek terkait.

2. Peniadaan kecelakaan fatal :

 Perambuan sesuai dengan standar perambuan.

 Pemasangan pagar pengaman yang juga berfungsi sebagai

penciptaan kerapihan kerja sepanjang daerah pekerjaan (kiri dan kanan) dan diberi lampu agar mudah terlihat pada malam hari.

Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, yakni :

 Faktor perambuan darat

 Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan.

(22)

 Astek

 Dan lain-lain.

Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis pekerjaan yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada semua eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran progres yang hendak dicapai. Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perambuan darurat

Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan letak penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu darurat”.

Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu sebagai pengganti spot light.

2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan

Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :

 Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja

ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area perambuan.

 Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi

(23)

yang diangkut tidak tercecer di muka jalan, sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.

 Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus

memperhatikan keselamatan dari peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak kepolisian.

3. Atribut pada tenaga kerja

Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi refleksionis warna orange yang harus dikenakan pada saat melaksanakan tugas.

Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi akurasi.

4. Astek (Asuransi tenaga kerja)

Jaminan pelindungan keselamatan terhadap tenaga kerja pada daerah beresiko tinggi adalah mutlak diperlukan. Setiap tenaga kerja tersebut harus dijamin dengan asuransi tenaga kerja yang lebih dikenal dengan Astek.

1.26 Quality Assurance

Jaminan mutu memerlukan perubahan struktural terhadap metode supervisi. Juga diperlukan supervisi yang permanen (tentunya untuk pekerjaan yang lebih besar), standarisasi test dan pengetesan (termasuk kekerapan pengetesan) serta kriteria untuk penaksiran (termasuk toleransi yang diijinkan). Diperlukan pula guideline yang spesifik untuk supervisor dan client atau pihak ketiga (seperti konsultan atau team audit teknis).

(24)

dana yang tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan rancangan yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di lapangan.

Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan juga berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan yang diperlukan sebagai akibat tidak akuratnya rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak waktu dan usaha Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.

Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan Penyedia Jasa Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang sebaiknya), dengan kata lain : cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih memperkuat mutu.

(25)

melihat hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.

Konsultan akan mendukung dan coba memulai perubahan-perubahan tersebut melalui saran-saran yang sehubungan dengan perhitungan teknis, saran yang berhubungan dengan evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan, saran pengawasan konstruksi serta pelatihan.

1.27 Value Engineering

Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan biaya kepemilikan total yang paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan persyaratan permintaan penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan. Program value engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat menemukan biaya yang tidak berguna dan menghilangkannya.

Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan, langsung dilakukan studi value engineering.

Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering untuk membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif yang lebih baik dan lebih murah atas pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain dapat berupa :

(26)

kemungkinan dapat dilakukan review design untuk penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi lapangan.

B. Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat, sehingga didapat penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.

Dengan adanya analisa yang baik dalam construction method diharapkan peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani suatu pekerjaan. Untuk mendapatkan hasil optimal dan efisien, diperlukan suatu rencana/metode kerja yang tepat. Kebutuhan peralatan dan pengendalian biaya pekerjaan dapat ditentukan dari metode kerja yang dipakai.

Rencana kerja value engineering adalah sebagai berikut :

 Phase pemilihan (seleksi)

Memilih pekerjaan : Apa yang dipelajari (studi) ? Siapa akan melaksanakan ? Apa yang perlu diketahui untuk mulai studi tersebut ?

 Informasi (investigasi)

Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ? Berapa biayanya ? Apa saja yang telah dilaksanakan ? Apa saja yang harus dilaksanakan ?

Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi keduanya ? Berapa biayanya ?

 Spekulasi

Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana saja yang ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?

 Evaluasi

(27)

C. Pendekatan kondisi kerja

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan kondisi sebagai berikut :

 Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja,

kecuali mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi khusus.

 Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk

maintenance peralatan.

 Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila

diperlukan over time.

D. Analisa waktu penyelesaian Total volume pekerjaan = V (ton)

Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)

Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)

E. Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat

Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan berdasar kerangka pemikiran sebagai berikut :

 Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting

pengaruhnya dalam rangka efisiensi pelaksanaan pekerjaan.

 Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump

truck yang digunakan, dan biaya alat.

 Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan

pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan penghematan biaya operasi alat.

 Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat

(28)

2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisa dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi empat tahapan kegiatan, yaitu :

 Tahapan Studi;

 Tahapan Perencanaan;

 Tahapan Pelaksanaan;

 Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.

Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah dijelaskan di atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.

Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan dari masing-masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.

Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

 Tahapan Persiapan.

 Tahapan Koordinasi.

 Tahapan Pengawasan Lapangan.

 Tahapan Penyerahan Hasil.

(29)

Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan peralatan.

A.Penyelesaian Administrasi

Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan dengan pihak lain.

B.Mobilisasi Personil dan Peralatan

Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan pengawasan ini agar didapatkan hasil kerja yang maksimal.

2.2Tahapan Koordinasi 2.2.1 Tujuan

Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-sama melakukan koordinasi sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.

2.2.2 Ruang Lingkup

A.Rapat Koordinasi Pengendalian Pelaksanaan Konstruksi

(30)

Pertemuan-pertemuan atau koordinasi ini akan kontinu dilakukan selama masa pelaksanaan konstruksi.

B.Penentuan Patok-patok Referensi dan Elevasi Titik Kontrol

Dalam setiap awal pelaksanaan konstruksi suatu bangunan, Konsultan Pengawas akan memberikan petunjuk secara tertulis kepada Penyedia Jasa Pemborongan mengenai lokasi dan elevasi titik kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran pelaksanaan pekerjaan.

2.2.3 Output

 Notulen rapat koordinasi;

 Surat Perjanjian Perubahan Kontrak (adendum).

2.3Tahapan Pengawasan Lapangan 2.3.1 Pengendalian Mutu Pelaksanaan

A.Tujuan

Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis, gambar kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.

B.Ruang Lingkup

 Pengendalian Mutu Bahan;

 Pengendalian Metode Kerja;

 Pengendalian Volume dan Gambar.

C.Metodologi

Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1.Pengendalian Mutu Bahan

Pengendalian mutu bahan menyangkut jenis dan spesifikasi bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi baik itu bahan bangunan maupun bahan pompa. Sebelum digunakan, bahan-bahan ini akan diuji kualitasnya oleh Konsultan Pengawasan.

(31)

2.Pengendalian Metode Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, metode kerja yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan harus sesuai dengan yang telah diberikan pada spesifikasi teknis. Konsultan akan mengawasi cara-cara yang digunakan oleh Penyedia Jasa Pemborongan tersebut dan memberikan masukan kepada Penyedia Jasa Pemborongan apabila tidak begitu mengerti tentang metode yang ada di dalam spesifikasi teknis.

3.Pengendalian Volume dan Gambar

Volume dan gambar merupakan dasar bagi pelaksanaan konstruksi yang utama di lapangan. Oleh karenanyas menjadi tugas Konsultan Pengawas untuk mengecek apakah pelaksanaan yang ada sudah sesuai dengan apa yang tercantum pada gambar rencana dengan volume yang sesuai.

Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan memberikan laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan perkembangan di lapangan.

Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang akan timbul di lapangan yang disebabkan kondisi lokasi setempat baik mengenai metode kerja dan gambar rencana. Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem pengendalian di atas selama tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang ada. Hasil revisi ini akan dicatat oleh Konsultan Pengawas dan terhadap perubahan-perubahan yang ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan tersebut.

Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar perubahannya (as built drawing)

 Output

 Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.

 Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume

(32)

 Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode

pekerjaan.

 Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).  Perjanjian perubahan kontrak (adendum).

2.3.2 Pengendalian Waktu Pelaksanaan A. Tujuan

Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang telah direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.

B. Ruang Lingkup

Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.

C. Metodologi

Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan tanggal dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis (critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.

Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat juga jadwal kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :

 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

Pembuatan jadwal ini yang mengacu pada jadwal kegiatan Penyedia Jasa Pemborongan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi ketepatan waktunya. Jadwal tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan.

 Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan

(33)

pengajuan, rencana produksi bahan di pabrik/sumber bahan, jadwal rencana pengiriman, pengujian, pengambilan sampel dan persetujuan dari Pengguna Jasa.

 Jadwal Penggunaan Tenaga Kerja

Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia Jasa Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan dilihat perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan.

 Jadwal Penggunaan Peralatan Konstruksi.

Untuk membantu pelaksanan konstruksi, biasa digunakan berbagai peralatan baik itu peralatan ringan maupun alat-alat berat. Untuk itu, sangat perlu dilakukan penjadwalan atas penggunaan alat-alat yang ada untuk melihat tingkat efisien alat-alat tersebut.

Secara berkala pengawas akan memperbarui jadwal-jadwal di atas yang disesuaikan dengan jadwal-jadwal Penyedia Jasa Pemborongan untuk menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual sampai hari terakhir bulan yang bersangkutan.

a.Output

b.Diagram jaringan (network diagram).

c. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.

d.Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.

e.Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.

f. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.

(34)

Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat memaksimalkan keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.

B. Ruang Lingkup

Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.

C. Metodologi

Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan waktu yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya. Pengawasan kegiatan dilakukan dengan membandingkan kurva S rencana (yang dibuat Penyedia Jasa Pemborongan) dengan kurva S aktual sehingga dapat diketahui apakah pekerjaan terlambat, sesuai atau mendahului jadwal rencana. Dari sini kemudian dapat dilihat bobot biaya yang telah dikeluarkan Penyedia Jasa Pemborongan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi sampai dengan kemajuan yang ada. Dengan kurva S ini, Penyedia Jasa Pemborongan dapat mengajukan pembayaran yang akan diterima sesuai dengan hasil kerja yang dilakukan.

1. Output

2. Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana. 3. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia

Jasa Pemborongan.

4. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan pekerjaan.

2.3.4 Penyerahan Hasil A. Tujuan

Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

(35)

 Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan

kelengkapan hasil pengawasan.

 Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan

kontrak oleh Penyedia Jasa Pemborongan.

 Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.

C. Output

 Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.

 Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.

3. PEDOMAN PENGAWASAN PEKERJAAN

3.1Evaluasi Gambar Kerja

Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :

1.Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.

2.Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.

3.Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan di antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan Konsultan Pengawas memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.

4.Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.

(36)

1.Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat kontraktor berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai.

2.Shop drawing ini harus memberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.

3.Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

4.Pada dasarnya kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan khusus dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup secara lengkap dalam gambar kerja, dan/atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

3.3Dokumentasi Pelaksanaan Konstruksi

1.Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan. Ukuran foto sekurang-kurangnya ukuran postcard dan dipasang pada album. Keterangan yang menyebutkan kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan harus disertakan ukuran masing-masing foto.

2.Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.

(37)

3.4Mobilisasi dan Demobilisasi

Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi mencakup :

1.Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan dan peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi kegiatan bersih dan teratur kembali dan diterima baik oleh Pengawas.

2.Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan mengenai prosedur mobilisasi.

3.Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu 10 (sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan memberikan nota dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi kegiatan sesuai dengan jadwal dibutuhkannya alat-alat tersebut.

4.Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun pembuatan, pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal pemakaian.

5.Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan. 6.Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang

diperlukan untuk melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas.

(38)

1.Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.

2.Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.

3.Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui Pengawas.

4.Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari produsen/pabrik.

5.Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah : A. Portland cement :

 Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II

atau V yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.

 Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2

bulan.

 Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.

 Kadar alkali maksimum 0,40%.

B. Agregat :

 Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami

(39)

 Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus

mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.

 Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm

dan sesuai dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).

 Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas

dan bahan-bahan organik, tanah lempung dan sebagainya. C. Air :

 Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan

tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.

 Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada

Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor. D. Baja tulangan :

 Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan

kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.

 Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan

ukuran sesuai dengan dokumen lelang.

 Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik

mengenai kekuatan dan ukuran baja tulangan.

 Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,

(40)

pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

E. Admixture :

 Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu,

Kontraktor diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.

 Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama

perdagangan admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.

 Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion

sulfide, ion nitrat dan unsur-unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan pada pekerjaan ini.

 High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan,

harus sesuai dengan persyaratan ASTM C494 type F atau G.

3.6Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang harus dilaksanakan kontraktor meliputi pekerjaan mobilisasi peralatan dan material, pemasangan papan nama proyek, pekerjaan pengukuran kembali (setting out). 3.6.1 Pekerjaan Mobilisasi Peralatan dan Material/Bahan

Kotraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan, lampu untuk penerangan, rambu-rambu pengamanan, pekerjaan sementara, suku cadang, tenaga kerja dan orang-orang termasuk segala sesuatau yang diperlukan untuk melaksana-kan pekerjaan dengan baik dan selalu siap selama pekerjaan berlangsung.

(41)

Kontraktor, lapangan untuk persiapan (work-yards), pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk pekerjaan asembling dan pemuatan untuk transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau tempat dimana peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasangan sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan.

3.6.2 Papan Nama Proyek

Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah terlihat, di sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu dengan mutu yang baik, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.

Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, meliputi :

 Nama dan nomor kontrak pekerjaan yang dilaksanakan.

 dentitas pemilik pekerjaan.

 Identitas pelaksana pekerjaan.

 Waktu pelaksanaan pekerjaan.

 Nilai pekerjaan yang dilaksanakan.

Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari papan dengan ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama proyek harus sama satu dengan lainnya.

3.6.3 Pengukuran Kembali

(42)

gambaran yang jelas (dalam bentuk peta situasi) untuk pelaksanan pekerjaan.

A. Persyaratan

Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.

Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya hanya dilakukan dengan alat-alat waterpas/theodolit yang ketepatannya dapat dipertanggungjawabkan.

Kontraktor harus menyediakan theodolit/waterpas beserta Petugas yang melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Direksi Pengawas selama pelaksanaan pekerjaan/proyek.

Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan. Untuk patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan papan dasar pelaksanaan.

B. Tugu patokan dasar (bench mark)

Tugu patokan dasar dibuat dari beton berpenampang sekurang-kurangnya 20×20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang menonjol diatas muka tanah sekurang-kurangnya setinggi 40 cm.

(43)

Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk membongkarnya.

Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan), Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.

C. Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dan patok pekerjaan

Papan dasar pelaksanaan dipasang pada sepasang patok kayu ukuran 5/7 cm dengan mutu yang baik. Patok kayu tersebut tertancap dalam tanah dan tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah posisinya, dengan jarak satu sama lain maksimum 1,50 meter.

Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik yang disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.

Setelah selesai pemasangan papan dasar peleksanaan, Kontraktor harus melaporkannya kepada Direksi Pengawas.

3.7Pekerjaan Beton 3.7.1 Persyaratan

1.Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan dengan pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.

(44)

diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui Pengawas.

3.Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–cara dan persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.

4.Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.

5.Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.

6.Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar kerja.

7.Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.

3.7.2 Pemeriksaan Mutu Beton

1.Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.

(45)

1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas. 3.Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas

beton yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristiknya.

4.Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.

3.7.3 Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton

Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI 1971.

Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen kontrak.

3.7.4 Penolakan Hasil Pekerjaan Beton

Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :

1.Porous, segregasi atau berlubang-lubang.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penulis melihat, apakah manajemen konflik yang dikatakan baik tersebut hanya sebatas pada perwujudan perdamaian saja, bagaimana terkait manajemen

Indikator Kinerja konsumsi ikan pada tahun 2019 sebesar 31,11 kg/kapita/thn atau mencapai 165,30% dari target RPJMD tahun 2019, capaian tersebut sudah mencapai

Timbangan ini dipasang pada bagian luar pabrik Casting (Penuangan) yang digunakan untuk menimbang MTC (Metal Transportation Car), yang digunakan untuk membawa ladle yang

Pencegahan preventif yang dilakukan oleh Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana pelaku penyebaran Berita Hoax adalah dengan cara membentuk Satuan Tugas

Seperti yang sudah dijelaskan diatas besi cor kelabu mempunyai titik didih (cair) 1200 o C. Besi cor kelabu mempunyai komposisi kimia dan beberapa jeni besi cor kelabu

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data

Setiap progres pekerjaan pengiriman alat dan chemical yang dilakukan sesuai program kebutuhan yang telah ditentukan kecuali kondisi force majeur yang tidak

Indonesia tidak bermasalah dengan tingkat pengangguran yang tinggi, tetapi bermasalah dengan kemiskinan.. Indonesia bermasalah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, tetapi