• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK MEDIA SOSIAL D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK MEDIA SOSIAL D"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK

“ MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK”

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Sosiologi Politik yang diampu dosen Dr.Suharno, S.Pd, M.Si.

Nama : Putri Nur Anifah

NIM : 14401241051

Kelas : PKnH B 2014

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Media Sosial Dalam Komunikasi politik". Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moral maupun materi yang diberikan untuk penyusunan makalah ini, kepada :

1. Dr.Suharno,S.Pd, M.Si selaku dosen mata kuliah Sosiologi Politik. 2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung dalam belajar.

3. Dan teman-teman yang selalu mendukung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarata, 25 September 2016 Hormat kami

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan ...1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Komunikasi Politik...2

B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik...10

C. Peran Media Sosial dalam Komunikasi Politik Saat ini...13

BAB III PENUTUP...17

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya teknologi internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email dan chatting, untuk mencari informasi melalui browsing, dan googling. Namun saat ini, seiring dengan perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui, media sosial merupakan salah satu media online dimana para penggunanya dapat ikut serta dalam mencari informasi, berkomunikasi, dan menjaring pertemanan, dengan segala fasilitas dan aplikasi yang dimilikinya seperti Blog, Facebook, dan Twitter.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara berkomunikasi manusia. Cara komunikasi manusia baik sebagai individu maupun kelompok di ranah sosial, budaya, dan ekonomi tak terlepas dari kemajuan teknologi tersebut, tak terkecuali kancah politik. Peningkatan akses dan jumlah pengguna internet merupakan potensi tersendiri bagi para pelaku politik dalam melakukan komunikasi politik dan dalam peraihan dukungan atau kampanye politik. Berasal dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul “Peran Media Social Dalam Komunikasi Politik”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?

2. Bagaimana hubungan media social dengan komunikasi politik? 3. Bagaimana peran media sosial dalam komunikasi politik saat ini? C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui arti komunikasi politik.

2. Untuk mengetahui hubungan media social dengan komunikasi politik. 3. Untuk mengetahui peran media social dalam komunikasi politik saat ini.

(5)

A. Pengertian Komunikasi Politik a. Pengertian Komunikasi

Bergantung pada titik pandangnya, komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan; pengoordinasian makna antara seseorang dan khalayak; saling berbagi informasi, gagasan atau sikap; saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus kehidupan, melalui

perangkat - perangkat aturan; penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat simbol bersama di dalam pikiran para peserta. Singkatnya, suatu pengertian, suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal yang dibagi dengan orang lain; atau pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan menggunakan simbol (Dan Nimmo, 2005: 5). Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol (Dan Nimmo, 2005: 6).

Akhirnya, arti utama proses yang mendasari definisi kita tentang komunikasi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Proses adalah arus, perubahan, dan ketidaktetapan dalam hubungan kegiatan terhadap satu sama lain. Dalam mendalilkan apa saja komunikasi itu, Barlund melukiskan sifat proses itu sendiri berkembang, dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks. Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik bertolak, tiada hentinya, ia meliputi interpretasi personal, pertukaran sosial, dan politik. Ia tidak memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang dapat diamati (Dan Nimmo, 2005: 7).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan satu orang atau suatu kelompok kepada yang lain untuk menyusun makna. Makna yang disusun merupakan citra mereka dan untuk bertukar citra itu terutama melalui simbol -simbol. b. Pengertian Politik

(6)

persesuaian umum bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan (Dan Nimmo, 2005: 8).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tersebut. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas tujuan yang dipilih.

Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara yang dipakai dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan permuasan keinginan (statement of intent) belaka (Ardial, 2010: 23-24).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri. Dalam melaksanakan kebijaksanaan itu diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang timbul dalam proses ini.

c. Pengertian Komunikasi Politik

Politics,dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata politik atau ilmu politik dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah yang terkaitdengan kata politik, seperti politics (menyangkut warga negara), polities (seorang warganegara), polis (kota negara), dan politeia (kewargaan). Pengertian leksikal seperti inimendorong lahirnya penafsiran politik sebagai tindakan-tindakan, termasuk tindakankomunikasi, atau relasi sosial dalam konteks bernegara atau dalam urusan publik. Penafsiran seperti ini selaras dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith yangmenyatakan bahwa politik adalah serangkaian tindakan yang mengarahkan danmenata urusan-urusan publik (Nie dan Verb, 975:486)

(7)

Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem-sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan proses yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu- individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan serta harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana dengan mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan Phillip Althoff, 2008: 24).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik yang relevan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.

Dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan, dan melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat.

Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik,atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “ yang diperintah”. (Romli: 2014, hal: 7)

(8)

melakukan komunikasi politik, informasi harus disampaikan berulang kali, sehingga konstituen dan publik paham betul dengan content/isi platform partai dan apa yang sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga, evidence. Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan oleh partai harus ada dan dapat dibuktikan kebenaran dan eksistensinya.

Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satupun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.

Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi politik sebagai sebuah kegiatan politik dan sebagai kegiatan ilmiah. Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem politik (Rauf, 1993: 32).

d. Unsur Komunikasi Politik

Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiata berkomunikasi, beberapaahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur komunikasi politik melalui beberapa sudut pandang yang berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi politik meliputisumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek (Cangara, 2009:37).

1. Komunikator politik Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan. Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok, organisasi, lembaga, ataupun pemerintah.

2. Pesan Politik Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung unsur politik missal pidato politik, UU, dll.

(9)

4. Penerima Pesan Politik Semua lapisan masyarakat yang diharapkan memberikan respon terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan suara pada pemilihan umum.

5. Efek atau Pengaruh Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima dan dipahami.

Jika Cangara menjelaskan unsur komuniasi politik kedalam 5 kajian diatas, hal ini berbedadengan Sumarno yang membagi unsur-unsur komunikasi politik kedalam suprastruktur daninfrastruktur politik (Sumarno, 1989: 16).

1. Unsur-unsur pada suprastruktur Terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada lembaga legislative, eksekutif danyudikatif.

2. Unsur-unsur infrastruktur Unsur ini meliputi: partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, mediakomunikasi politik, kelompok wartawan, kelompok mahasiswa, dan para tokoh politik

3. Komunikan dan komunikator. Merupakan unsur yang paling penting dalam dan menentukan dalam setiap bentuk komunikasi.

Melihat dua ilmuan yang menjelaskan tentang unsur komunikasi politik, terdapat perbedaan sudut pandang. Jika dipahami lebih jauh lagi kita dapat menyimpulkan bahwa unsur komunikasi politik adalah semua hal yang berhubungan dengan proses komunikasi yangdidalamnya mengandung makna politik, atau bertujuan untuk politik baik itu isi pesan maupun pelaku komunikasi politik.

B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik

Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

(10)

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.

Komunikasi politik adalah sebuah public sphere. Suatu tempat dimana para anggota komunitas dapat secara kolektif membentuk pendapat umum dalam satu lingkungan. Komunikasi politik yang baik membutuhkan partisipasi dari aktor politik, media, dan publik. komunikasi politik merupakan proses pembelajaran, penerimaan dan persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules), struktur, dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Sementara itu, Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam Handbook of Political Communication (1981), juga mengungkap masalah-masalah komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan politik praktis yang dikaitkan dengan peran media massa. Dalam konteks komunikasi politik, Dan Nimmo menjelaskan pengaruh-pengaruh politik dimobilisasi dan ditransmisikan antara institusi pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih masyarakat pasa sisi lain.

Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even politik seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk komunikasi yang dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak tertentu untuk memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang berlangsung dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung.

Media komunikasi politik secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu media tradisional, media semi dan media modern. Media tradisional adalah media dengan tatap muka, langsung berhadapan secara tatap muka dengan komunikasi, baik secara individual, maupun kelompok dan organisasi

Social Media Network

(11)

Apa yang dikomunikasikan didalam penggunaan media online tersebut memberikan efek power tersendiri karena basis pembangunanya mengedepankan teknologi dan berbagai media interaksi yang dikomunikasikan dengan berbagai elemen seperti teks, gambar, foto, audio dan video. Jejaring sosial memang ditujukan sebagai ruang untuk terus terkoneksi. Berkomunikasi bahkan saling berbagi / sharing, didalamnya terjalin denyut aktivitas yang kaya yang dimotori oleh kepentingan komunikasi, orang-orang yang tergabung saling berbagi pendapat, bertukar informasi, melakukan kegiatan diskusi dan lainnya.

Facebook, Twitter, Youtube adalah yang paling populer saat ini di Indonesia, terbukti melalui data yang diambil dari tribunnews.com bahwa Saat ini Indonesia menduduki ranking pertama di Asia sebagai pengguna layanan twitter dan facebook. jumlahnya 47 juta orang Indonesia menjadi penggunanya atau lebih seperempat dari jumlah 245 juta. Jadi wajar jika hampir seperempat penduduknya menghabiskan waktu mereka untuk bekerja sambil ber twitter. Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging, yang memfasilitasi sebagai pengguna, dapat memberikan update (perbaruan) informasi, bisnis, dan lain sebagainya. (Waloeyo, 2010: 1).

Media Online

Media online merupakan bagian dari media baru yang saat ini menjadi pilihan untuk penyebarluasan informasi. Media Online karakteristiknya berbeda dengan media konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik media online: (1) Multimedia, (2) Aktualisasi, (3) Cepat, begitu diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua orang. (4) Update, (5) Kapasitas luas, (6) Fleksibilitas, (7) Luas (8) interaktif, dengan adanya fasilitas kolom komentar dan chat room (9) Terdokumentasi, (10) Hyperlinked, terhubung dengan sumber lain (links) yang terkait dengan informasi tersaji (Syamsul, 2012: 11).

(12)

sosial telah merambah pada hampir semua komunitas di masyarakat, termasuk di dalamnya para pelaku politik.

Selama tahun 1980an, teknologi komunikasi menjadi elemen penting, karena memudahkan orang untuk mempertukarkan informasi pada basis “many to many” melalui sistem komunikasi yang berbasis pada komputer. Kita dapat menyebutnya sebagai “teknologi komunikasi baru”, “media baru”, atau “komunikasi interaktif”. Hal yang paling terlihat dari keberadaan teknologi komunikasi baru adalah bahwa ia merubah ciri atau karakteristik komunikasi antarmanusia pada tataran yang paling mendasar. Perubahan karakteristik komunikasi antarmanusia tersebut dapat terlihat dari sifat (nature) teknologi komunikasi tersebut (Turnomo dalam Junaedi, 2011 : 8).

Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena dianggap telah menjadi bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi. Hal ini lah yang menjadi jawaban keinginan dan mimpi manusia untuk dapat “bersentuhan” dengan sesama secara lebih luas, meng-global, cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi sebuah bentuk baru media, bentuk baru komunikasi, media baru (Zinaida, 2013:624).

Para pelaku politik harus dapat menyampaikan pesan mereka kepada pendukungnya baik secara langsung maupun lewat perantara. Dalam hal ini, internet telah menjadi perantara dan wadah yang baik bagi proses komunikasi dan kampanye politik.

Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Para pelaku politik membutuhkan media untuk mempublikasikan kebaikan partai politiknya atau bahkan menggunakannya sebagai tempat mengkampanyekan partai politiknya. Media social merupakan media informasi bagi masyarakat yang berguna sebagai sarana pemberi informasi kepada masyarakat, saat ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan informasi terkini tentang kejadian yang terjadi di masyarakat, namun juga digunakan sebagai sarana komunikasi politik.

(13)

dari media sendiri dalam menyampaikan peristiwa-peristiwa politik ini dapat mempengaruhi persepsi atau pandangan masyarakat mengenai isu-isu perkembangan politik. Hal ini dapat menimbulkan pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni dalam upaya pembangunan sikap dan tindakan masyarakat mengenai isu-isu politik yang berkembang tersebut dianggap sebagai masalah politik atau actor politik.

C. Peran media social dalam komunikasi politik saat ini

Dalam abad ke-21 ini media social atau media interaktif telah terbukti efektif dalam komunikasi social dan komunikasi politik. Efektivitas pesan singkat melalui telepon seluler (sms), Twitter, Facebook dan Blog memang luar biasa. Peran strategis media social itu dalam komunikasi politik, telah ditunjukkan keberhasilan dan kemampuannya menggalang kekuatan dan dukungan terhadap gerakan prodemokrasi di berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan Mesir ( 2011). Pada akhir abad ke 20 yang lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan politik yang didorong juga oleh media social itu seperti Indonesia (1998), filiphina (2001), dan malaysia (2008). (Anwar, 2011: 171)

(14)

sejumlah politikus di Indonesia telah memiliki web sendiri, terutama untu menghadapi pemilu tatahun 2009 (Heufers,2008 dikutip dalam buku Anwar,2011: 172)

Tampaknya media social atau medi ainteraktif itu telah ditakdirkan menjadi wahana penegakkan politik terbuka dan demokratis dengan dampak positif dan negatifnya. Justru rakyat dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses internet itu semakin diterima sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin menjadi komponen penting dalam komunikasi politik.Arti penting dari penggunaan internet sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, adalah kemampuan manusia menghemat waktu dan menundukkan ruang. Ada penghematan energy dalam transportasi, karena komunikasi tidak lagi tergantung pada jarak, sehingga dunia dapat “dipersatukan” dalam waktu yang singkat dan terjadilah globalisasi.

Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa penggunaan internet dalam komunikasi politik, telah dimungkinkan dan sangat urgen serta strategis dalam masyarakat informasi. Internet telah mengubah komunikasi dengan cara yang sangat mendasar, terutama melibatkan banyak interaksi atau interaktivitas antara komunikator dengan pengguna. Melalui internet, kegiatan komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Jika internet digunakan untuk komunikasi politik, maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh internet terebut sangat khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan komputr, yang disebut dengan dunia maya (cyberspace). Media elektronik baru ini telah membuat perubahan besar dalam masyarakat dengan segala dampak positif dan negatifnya (Severin-Tankard,2009 :465).

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa media social berbeda dengan media massa, meskipun sasaran yang disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “missal”. Media massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry. Sebalikanyya media social lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individualisasi dan demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi. (Anwar, 2011: 175)

(15)

tanpa dibutuhkan biaya besar, tanpa alat yang mahal dan bahkan bisa dilakukan sendiri tanpa karyawan (Pujho dalam Junaedi, 2011: 33).

Semakin majunya era globalisasi informasi dan komunikasi didukung banyaknya pengguna internet saat ini yang berdasarkan data-data yang ada, sehingga media sosial digunakan oleh kandidat-kandidat sebagai salah satu sarana komunikasi politik. Melalui ruang cyber (internet), kampanye dapat dilakukan pada tiga segmen sekaligus, yaitu massa, antarpribadi, dan organisasi. Sehingga internet cenderung dijadikan sarana kampanye yang dianggap efektif di Indonesia.

Kampanye melalui media sosial mulai dimanfaatkan pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Pada Pemilu 1999 dan 2004, sudah muncul kampanye partai atau kandidat melalui media sosial yang merupakan metode baru bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Partai politik, calon legislatif, calon presiden-wakil presiden maupun calon kepala daerah kini mengandalkan media sebagai sarana mengiklankan profil untuk membentuk pencitraan melalui media sosial, Karena media sosial dianggap cukup efektif untuk mendongrak popularitas sekaligus meningkatkan perolehan suara dalam setiap Pemilu ataupun Pemilukada. Dalam media sosial iklan politik memainkan peranan penting dalam membentuk pencitraan untuk merebut popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas.

Perkembangan media sosial di dunia maya akan semakin berkembang dan terus tumbuh. Kemampuan untuk menguasai dan memanfaatkannya akan menjadi faktor strategis bagi pelaku politik dalam proses komunikasi dan kampanye politiknya.

Perolehan dukungan dan suara adalah target utama dari setiap pelaku politik. Dan telah menjadi suatu hal yang identik (untuk tidak mengatakan suatu hal yang linier dan suatu hal yang pasti) bahwa pelaku politik yang paling populer di media sosial, ialah yang mendapat dukungan dan memperoleh suara terbanyak dari khalayak. Inilah dampak positif terbesar dari media sosial bagi proses komunikasi dan kampanye politik.

(16)

Di sisi lain, konten dan opini yang terbangun di media sosial oleh pelaku politik kadang dapat berimbas negatif bagi para pesaing politik. Opini akan kekurangan dan kelemahan bahkan kesalahan (yang dicari-cari) dari para pesaing politik, tak jarang dapat menimbulkan masalah. Memang, sudah ada banyak aturan main bahkan sudah terbentuk dalam sebuah undang-undang (UU), baik UU ITE dan UU Pemilu beserta perangkat Bawaslu dan aparat Kepolisian.

Citra yang berusaha direpresentasikan tersebut disisi lain terkadang melampaui realitas dalam kehidupan manusia atau dalam bahasa Jean Baudrillard terjadi hyperreality. Sehingga pada titik tertentu, masyarakat modern menerima realitas dengan beraneka macam bentuk citra yang dihadapkan pada mereka, kemudian serta merta meyakini kebenaran yang diberikan atau direpresentasikan dari citranya. Dengan demikian media sosial mampu membentuk image dengan tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Berbagai pemberitaan media memberikan masukan kepada kognisi individu, dan kognisi akan membentuk sikap.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan

(17)

pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.

Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. media sosial mampu membentuk image dengan tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang

DAFTAR PUSTAKA

(18)

Juju, Dominikus dan Feri Sulianta, 2010. Branding Promotion with Social Networks, Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Junaedi, Fajar. 2011.Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.

Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun. 1993.Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta: Gramedia.

Muhtadi, Asep. S.2008. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Nasution, zulakarimen. 1990. komunikasi politik: suatu pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nimmo, Dan., Political Communication and Public Opinion and America, diterbitkan Goodyear Pubhlising, edisi Indonesianya, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, Bandung; Rosda Karya,2000

Romli.A.S.M.2014.komunikasi politik. ebooks. hal 7-8

Severin, Wenner J-Tankard, James W.2009.Teori Komunikasi. Jakarta :Pranada Media Group.

Sumarno. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik.Bandung: PT Citra Ditya Bakti Surbakti, Ramlan.1999. Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.

Waloeyo, Jati, Y. 2010. twitter Best Social Networking. Yogyakarta : Andi dan Elcom.

Zinaida, Rahma Santhi, 2013. Komunikasi Indonesia Untuk Membangun Peradaban

Bangsa, Jakarta : Puskombis

Sumber Lainnya:

http://eprints.uny.ac.id/23581/4/4.%20BAB%20II.pdf

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pelatihan Menjadi Khotib Shalat Jum’at di Njeblosan

Pernyataan ini dirangkum dari hasil wawancara bersama kepala sekolah, wali kelas, dan guru kelas SDN 6 Bukit Tunggal dimana pada intinya ketidakmaksimalan dan

Puji syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala , atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan LTP Projek Akhir Arsitektur Periode 65

Ekonomi syariah merupakan ekonomi ilahia yang berdasarkan prinsip-prinsip ketuhanan yang landasannya Al-Qur’an dan hadits, walaupun kepemilikan individu tetap di akui tadi itu

Argumentum Per Analogiam (analogi) merupakan metode penemuan hukum dimana hakim mencari esensi yang lebih umum dari sebuah peristiwa hukum atau perbuatan hukum

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalui wawancara terhadap dua orang remaja akhir yang memiliki saudara dengan tunadaksa.Temuan penelitian memperlihatkan bahwa

Profil Dermatitis Atopik Anak Usia 0-14 Tahun di Klinik Gotong Royong Surabaya Periode Juni-Agustus 2015. Nama: Maria Veronica

[r]