• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Iklim dan Dampaknya bagi Indon (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan Iklim dan Dampaknya bagi Indon (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Harum Bunga Melati

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial

(3)

Abstrak—Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan iklim dan dampaknya bagi Indonesia dilihat dari badai tropis yang melanda Indonesia pada tahun 2017 lalu yaitu badai tropis Cempaka dan Dahlia. Penulis menggunakan metode yakni metode studi pustaka. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan menggunakan berbagai sumber yaitu buku, jurnal, internet maupun lainnya. Hasil dari data tersebut adalah untuk mengetahui besarnya dampak

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca suatu wilayah yang lebih luas dan dalam waktu yang lebih lama, paling tidak selama 30 tahun, jadi iklim bersifat lebih stabil. Indonesia termasuk dalam Iklim tropis. Pembagian iklim berdasarkan letak geografi adalah: iklim tropis untuk daerah katulistiwa antara 0° 23,5°LU dan 0° 23,5°LS, iklim subtropis antara 23,5° -40° LU dan 23,5° - -40° LS, iklim sedang °40 – 60,5°LU dan 40°- 60,5°LS dan iklim dingin (iklim kutub) antara °60,5 – 90°LU dan 60,5°- 90°LS. Iklim dipengaruhi oleh letak geografi dan topografi suatu tempat [1].

Perbedaan topografi tersebut menyebabkan perbedaan iklim dan mempengaruhi jenis tumbuhan di berbagai daerah di Indonesia. Indonesia terletak di garis katulistiwa dan diperkirakan bahwa tidak akan sampai kepada cuaca ekstrem yang menyebabkan bencana besar. Menurut bapak Mulyono Rahadi Prabowo sebagai Deputi Bidang Klimatologi BMG mengatakan bahwa di Indonesia sebenarnya badai atau siklon masih sangat jarang atau bahkan langka. Namun, saat ini Indonesia sudah mengalami berbagai badai tropis setiap tahunnya dan diprediksi akan akan muncul badai selanjutnya dalam waktu dekat. Indonesia sudah dilanda badai atau siklon tropis sejak tahun 2008. Dimulai dengan badai tropis Durga pada 22-25 April 2008, badai tropis Anggrek pada 30 Oktober-4 November 2010, badai tropis Bakung tahun 11-13 Desember 2014, badai tropis Cempaka pada 27-29 November 2017 dan Dahlia pada 30 November 2017. Badai tersebut disebabkan karena adanya perubahan iklim diberbagai daerah yang tidak merata padahal jika dilihat lagi Indonesia merupakan negara yang terletak tepat pada garis katulistiwa maka ketika badai tropis datang maka negara Filipina yang terkena badai tropis tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kabid Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG yaitu Ramlan mengatakan bahwa Indonesia berada di dekat Ekuator dan meskipun tumbuh siklon maka tidak akan sedekat yang terjadi di Amerika Serikat atau Filipina yang kecepatan anginnya bisa lebih dari 100 km/jam. Perubahan iklim yang terjadi di Indonesia akan merubah pola siklon tersebut dan mengakibatkan berbagai dampak yang akan mempengaruhi masyarakat Indonesia. Penyebab munculnya siklon diantaranya karena perbedaan tekanan yang tidak merata di permukaan wilayah Indonesia dan adanya perubahan suhu permukaan laut. Matahari berada di bagian selatan Bumi dan membuatnya lebih bangat dibandingkan dengan belahan bumi

bagian utara [3]. Perbedaan ini membuat atmosfer di belahan Bumi Selatan lebih cair dan renggang. Oleh sebab itu tekanan udara pun menjadi lebih rendah dan hal tersebut yang terjadi di Indonesia saat ini. Masa panen Siklon di Indonesia terjadi pada bulan November-Januari saat matahari berada di bagian utara (Maret-September) maka Filipina yang akan mendapatkan siklon baru. Berdasarkan perubahan iklim yang telah terjadi di Indonesia maka penulis mengambil masalah badai tropis Cempaka dan Dahlia serta lewat artikel ini diharapkan dapat menemukan solusi dari permasalahn tersebut.

II. METODOLOGI

Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode deskriptif karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan masa sekarang.

Pada awalnya penulis mengidentifikasi masalah perubahan iklim yang sedang terjadi di Indonesia, data yang telah diperoleh kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis. Penulis melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari hipotesis, tetapi berusaha memperoleh gambaran yang nyata mengenai perubahan iklim dan dampaknya bagi Indonesia mengenai Badai Tropis Cempaka dan Dahlia.

Alasan penulis menggunakan studi deskriptif karena pada artikel ini penulis ingin mencari tahu bagaimana perubahan iklim serta dampak badai tropis Cempaka dan Dahlia bagi masyarakat Indonesia serta solusi yang dapat diperoleh untuk mengatasi badai tersebut dan mengantisipasi adanya badai susulan.

Desain penulisan yang digunakan dalam artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Pendekatan kualitatif dugunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan data yang mengandung makna. Pendekatan kualitatif dipilih oleh penulis karena masalah yang dipilih oleh penulis dirasa masih bersifat sementara serta berkembang ataupun berubah sesuai dengan hasil studi pustaka. Melalui pendekatan kualitatif dalam arikel ini diharapkan memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perubahan iklim serta dampaknya bagi Indonesia terutama badai tropis Cempaka dan Dahlia.

III. PEMBAHASAN

A. Penaamaan Badai Tropis

(4)

Dahlia pada 30 November 2017. Menurut TCWC (Tropic Cyclon Warning Center) di Jakarta tahun 2008 mengatakan bahwa penamaan badai tersebut dibuat berdasarkan urutan abjad dan nama bunga. Merujuk pada oganisasi WMO

(World Metereologi Organization) di Tokyo bahwa setiap negara boleh mengajukan beberapa nama kandidat diantaranya boleh menggunakan nama hewan, tanaman, tanda astrologis, tokoh mitologi atau nama lainnya. Setelelah nama-nama tersebut dikaji oleh topan WMO kemudian nama-nama tersebut digunakan sebagai penanda cuaca nasional masing-masing negara. Penamaan badai yang terjadi di Indonesia tersebut berdasarkian urutan abjad yaitu setelah

Angrek, Bakung, Cempaka dan Dahlia, akan disusul Flamboyan, Kenanga, Lili, Mangga, Seroja dan Teratai [5]. Ada beberapa nama yang telah dipersiapkan oleh Jakarta TCWC sebagai nama pengganti jika terjadi siklon yang lebih besar diantaranya Anggur, Belimbing, Duku, Jambu, Lengkeng, Melati, Nangka, Pisang, Rambutan dan Sawo [5].Buku yang berjudul “Hurricanes” oleh ilmuwan cuaca bernama Ivan R. Tannehil menjelaskan bahwa awal mulanya badai tropis diberi nama orang-orang kududs di negara Katolik, salah satunya adalah “Badai Santa Ana” yang melanda Puerto Riko pada tanggal 26 Juli 1825 yang terletak di Amerika Utara. Tannehil menceritakan tentang Clement Wragge dimana seorang ahli meteorologi Australia yang memberi nama badai tropis dengan nama wanita. Sebelumnya, penamaan badai tersebut dilakukan berdasarkan titik koordinat dimana badai tersebut terbentuk namun akhirnya sistem tersebut dicabut untuk mempercepat proses identifikasi badai dan membantu kita untuk mengingat serta memudahkan wartawan untuk menuliskan berita akhirnya penamaan badai menggunakan nama-nama yang telah ditentukan. Sistem ini kemudian diadopsi oleh NHC

(National Hurricane Center) atau Pusat Badan Nasional Amerika Serikat untuk memberikan nama badai tropis tersebut di wilayah Atlantik dan Teluk Meksiko. Penamaan badai tropis tidak diperbolehkan menggunakan nama pembunuh atau pemberontak karena akan memberikan citra buruk bagi badai tropis tersebut. Salah satu penamaan badai tropis dengan menggunakan nama ISIS dan nama tersebut ditolak karena ISIS seperti yang kita ketahui merupakan nama kelompok militant yang bengis. Jika hal tersebut masih dilakukan maka WMO yang berada dibawah PBB akan menindaklanjuti [11].

B. Badai Tropis Cempaka (27-29 November 2017)

Badai tropis Cempaka ini adalah badai terbesar yang pernah melanda Indonesia setelah pada tahun terakhir yaitu tahun 2014 Indonesia pernah dilanda badai tropis lainnya. Badai ini disebabkan oleh adanya perbedaan iklim atau kurang meratanya iklim diberbagai daerah di Indonesia. Banyak yang mengatakan bahwa badai ini bukan termasuk perubahan iklim melainkan variablititas iklim dan tidak berpengaruh terhadap pemanasan global namun penulis berkata sebaliknya bahwa badai tropis ini merupakan perubahan iklim karena berlangsung terus-menerus dan menyebabkan dampak yang begitu besar bagi masyarakat Indonesia serta berkaitan dengan

pemanasan global. Ramlan juga menuturkan bahwa siklon Cempaka turut memicu hujan lebat selama 3 hari terakhir di beberapa daerah di Jawa seperti Yogyakarta, Wonogiri, Gunung Kidul, dan Pacitan. Di Pacitan, hujan deras mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat setidaknya 11 orang tewas di Pacitan akibat tanah longsor dan banjir. BNPD Pacitan menyatakan sekitar 4.200 penduduk di daerah bencana itu telah mengungsi. Menurut BNPB bahwa banjir, angina putting beliung, ddan tanah longsor terjadi di 20 kabupaten dan kota lain di Jawa diantaranya Wonogiri, Klaten, Wonosobo, Sleman, dan Gunung Kidul. Selain meredam pemukiman warga, bencana itu juga menghambat akses menuju daerah tesebut. Nelayan di Banyuwangi mengaku tidak melaut dulu selama sepekan untuk menghindari adanya gelombang tinggi karena curah hujan dan ikan tidak ada. BMKG memprediksi gelombang laut di perairan Jawa bagian Selatan dan Samudera Hindia dapat mencapai 4-6 meter akibat pengaruh siklon Cempaka.

Ilustrasi pemantauan siklon cempaka oleh BMKG. Sumber: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)

(5)

Sumber: Tribun Bali/ Dwi S Trenggalek, Sukabumi, Purworejo, Magelang, Tulungagung, Semarang, Klaten, Malang, Wonosobo, Klungkung, kota orang meninggal dunia yaitu 11 orang di Pacitan, 3 orang di kota Yogyakata, 1 orang di Gunung Kidul, 2 orang di Wonogiri dan 1 orang lainnya di Wonosobo. Dari 19 orang meninggal dunia tersebut, 4 orang diantaranya adalah korban banjir sedangkan 15 orang lainnya merupakan korban longsor. Dari data BNPB juga mencatat sejumlah dampak kerusakan yang diakibatkan oleh siklon Cempaka, tercatat 4.888 unit rumah rusak, 3.212 unit rumah terendam, 36 unit jembatan putus [5]. Kerusakan juga dialami 21 unit fasilitas pendidikan, 4 unit fasilitas peribadatan serta 2 unit fasilitas kesehatan. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat siklon cempaka sampai saat ini masih terus dihitung. Namun menurutnya diperkirakan kerugian mencapai sekitar 1 triliun yang meliputi kerugian infrastruktur, pemukiman, ekonomi produktif, sosial budaya dan lintas sektor [5].

Sebuah rumah warga yang porak-poranda diterjang banjir bandang di Pacitan, Jawa Timur, Rabu (29/11), dipicu oleh Siklon Tropis Cempaka. Sumber: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

C. Badai Tropis Dahlia (30 November 2017)

Siklon tropis Dahlia lahir di wilayah Barat Indonesia. Siklon tersebut berada pada posisi 8,2 LS dan 100,8 BT (sekitar 470 km sebelah barat daya Bengkulu) dengan pergerakan ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia. Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf menerima informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda dan menunjukkan siklon tropis Dahlia yang awalnya terbentuk di sekitar Sumatra saat ini berada di dekat perairan Jatim. BMKG juga mengingatkan bahwa badai Dahlia tidak hanya akan menyebabkan hujan lebat di pesisir barat Bengkulu hingga Lampung saja tetapi juga mengguyur wilayah Banten bagian selatan, DKI Jakarta sampai Jawa Barat [2] [10].

Sumber: BMKG

(6)

Dengan adanya siklus potensi cuaca ekstrem ini, BMKG menghimbau warga agar melakukan beberapa tindakan berikut ini, diantaranya: (1) waspada potensi gangguan, banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat, terutama di daerah rawan banjir dan longsor seperti di daerah dataran rendah, daerah cekungan, bantaran sungai, perbukitan, lereng-lereng dan pegunungan; (2) waspada terhadap hujan disertai angina kencang yang dapat menyebabkan pohon maupun papan reklame atau baliho tumbang atau roboh serta yang berbahaya bagi kapal berukuran kecil;(3) tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai petir; dan (4) waspadai peningkatan ketinggian gelombang laut yang > 2,5 meter.

Kepala Humas BNPB mengatakan bahwa siklon ini bisa menyebabkan tanah longsor, banjir, dan angin puting beliung.

Sumber: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan non hayati. Keberagaman tersebut tidak terlepas dari adanya faktor iklim yang beranekaragamn pula. Setiap daerah di Indonesia memiliki iklim yang berbeda-beda seperti hujan tinggi, hujan sedang, hujan reda, berawan, dan lain sebaginya. Iklim dan suhu yang berbeda dan tidak merata memungkinkan terjadinya perubahan iklim yang berkesinambungan. Namun, Indonesia merupakan negara yang jika dilihat tidak akan sampai mengalami kondisi cuaca yang terlalu ektrim karena terletak pada garis ekuator. Hal tersebut saat ini tidak berlaku lagi melihat Indonesia saat ini sejak tahun 2008 sampai sekarang selalu didatangkan dengan badai tropis yang memberikan dampak yang besar bagi masyarakat setempak baik dari segi ketersediaan bahan pangan, sandang, maupun papan. Kondisi ikan di laut pun juga akan berpengaruh jika kondisi cuaca tidak mendukung maka nelayan akan susah mencari ikan dan pendapatan nelayan akan menurun. Tidak hanya nelayan, bagi petani juga akan dirugikan jika kondisi badai tersebut tidak berhenti yang nantinya akan menyebabkan gagal panen. Dampak dari adanya cuaca ekstrem tersebut merugikan masyarakat maupun pemerintahan Indonesia sendiri. Banyak korban yang berjatuhan, bangunan hancur, turunnya pendapatan nelayan maupun petani, rusaknya fasilitas, dan lain-lain. Badai tropis

tersebut tidak bisa dihindari namun bisa diantisipasi dan diatasi.

B. Saran

Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepada Pusat Data Informasi dan Humas BNPB sebelumnya telah menghimbau masyarakat Indonesia terutama daerah-daerah yang berpotensi timbulnya cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat serta rawan terjadi bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung untuk siap siaga sebelum bencana tersebut menimpa masyarakat Indonesia [4]. Saat ini Indonesia sedang mengalami perubahan iklim dan dampak dari adanya perubahan iklim tersebut adalah terciptanya cuaca ekstrem yang berpotensi timbulnya bencana besar. Sutopo mengatakan bahwa masyarakat Indonesia harus senantiasa mengecek kondisi tanah karena ada tanda-tanda yang bisa dilihat ketika akan terjadinya tanah longsor sehingga masyarakat dapat mempersiapkan barang-barang untuk pindah ke daerah yang rendah potensi tanah longsornya. Tidak hanya tanah longsor, Sutopo juga menghimbau masyarakat untuk selalu mengecek kondisi debit air sungai dan selalu siaga ketika curah hujan sudah mulai tinggi dan debit air sungai sudah mulai meningkat. Ancaman terakhir yang perlu diwaspadai adalah puting beliung yaitu dengan cara membawa situasi dan kondisi awan. Jika kondisi awan sudah mulai gelap dan situasi sudah ditandai dengan angina kencang maka masyarakat perlu untuk menghindari papan baliho, papan besar, bangunan atau pohon yang rawan roboh. Penulis berpikir untuk diadakannya sosialisasi berupa mitigasi bencana untuk mengantisipasi adanya bencana badai tropis susulan dan disediakannya tempat penyuluhan kesehatan untuk tindak cepat ketika bencana melanda sehingga tidak adanya korban bencana yang berjatuhan. Masyarakat harus pandai membaca situasi dan kondisi cuaca jika kondisi tersebut sudah tidak biasa dan pembekalan pengetahuan ini disosialisasikan lewat mitigasi bencana. Pemerintah Indonesia juga turut andil dalam pemecahan masalah badai ini baik dengan negara-negara Internasional maupun dengan BMKG agar masyarakat dapat mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari.

REFERENSI

[1] Hairiah K, Rahayu S, Suprayogo D, Prayogo C. 2016. Perubahan iklim: sebab dan dampaknya terhadap kehidupan. Bahan Ajar 1. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program dan Malang, Indonesia: Universitas Brawijaya.

[2] Utama, Abraham. 2017. Siklon Cempaka Mendekati Pulau Jawa,

Nelayan “Takut Melaut”. [Online]

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42147727

[3] Vivaldi, Hanna. 2017. Apa itu Siklon Cempaka dan Siklon Dahlia?.

[ Online] http://bobo.grid.id/Sains/Iptek/Apa-Itu-Siklon-Cempaka-Dan-Siklon-Dahlia

[4] Ayuwaragil, Kustin. 2017. Tips Menghadapi Bencana Alam Akibat Siklon Dahlia. [Online] https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20171130160713-284-259273/tips-menghadapi-bencana-alam-akibat-siklon-dahlia

(7)

[6] Saraswati, Dias. 2017. BNPB: 41 Orang Meninggal Akibat Siklon

Cempaka. [Online]

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171205183301-20-260343/bnpb-41-orang-meninggal-akibat-siklon-cempaka

[7] Sohuturon, Martahan. 2017. Siklon Cempaka Reda, Berpotensi Muncul

Badai Baru. [Online]

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171129195635-20-259078/siklon-cempaka-reda-berpotensi-muncul-badai-baru

[8] Syaiful, Anri. 2017. Badai Cempaka Melemah Siklon Tropis Dahlia Mengancam. [Online] http://regional.liputan6.com/read/3180270/badai-cempaka-melemah-siklon-tropis-dahlia-mengancam

[9] Agung. Badai Dahlia: Temuan Baru BMKG Setelah Siklon Cempaka.

2017. [Online] https://tirto.id/badai-dahlia-temuan-baru-bmkg-setelah-siklon-cempaka-cAVq

[10] Antara. Wagub Jawa Timur Minta Nelayan Waspadai Badai Tropis Dahlia. [Online] https://tirto.id/wagub-jawa-timur-minta-nelayan-waspadai-badai-tropis-dahlia-cA5h

[11] Damaledo, Yandri Daniel. 2017. Asal-usul Penamaan Badai Tropis Cempaka dan Dahlia di Indonesia. [Online] https://tirto.id/asal-usul-penamaan-badai-tropis-cempaka-dan-dahlia-di-indonesia-cAVC

[12] Ratnasari, Yuliana. 2017. Badai Dahlia Hilang, Cuaca Ekstrem Masih Terjadi di Aceh dan Sumatera. [Online] https://tirto.id/wagub-jawa-timur-minta-nelayan-waspadai-badai-tropis-dahlia-cA5h

[13] Dwi S. 2017. Siklon Tropis Cempaka Ubah Arah Sebaran Abu Vulkanik dari Erupsi Gunung Agung, Begini Pengaruhnya. [Online]

Referensi

Dokumen terkait

Targetnya adalah daerah aliran sungai, dimana lokasi daerah dapat berupa gabungan dari lebih dari satu kabupaten dan telah ditetapkan yaitu kota Pandegelang, Serang – Propinsi

Perihal : Undangan Pelatihan Fasilitator Tahap II (Provinsi Jawa Tengah I) Program Pamsimas III TA 2016 Dalam rangka meningkatkan kapasitas Fasilitator Senior dan

Terima Kasih Yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof.. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan

Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal

pembangunan infr astr uktur kabupaten skala besar. Untuk dapat menggunakan sur plus anggar an di atas, maka Pemer intah Kabupaten Manggar ai. Bar at akan

Pergeseran red edge terjadi pada semua wilayah panjang gelombang red edge , bergerak ke arah panjang gelombang yang lebih panjang (inframerah) selama fase vegetatif

Pembuktian apakah distribusi Poisson termasuk Pembuktian apakah distribusi Poisson termasuk fungsi peluang ataukah bukan.. fungsi peluang

Validasi Data Kepesertaan Peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan dengan pemeriksaan data peserta, seperti data Penerima Bantuan Iuran dan data peserta Penerima Bantuan