• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Gambaran Umum Kabupaten Lebong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 Gambaran Umum Kabupaten Lebong"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LEBONG

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LEBONG

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Lebong merupakan Kabupaten pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang di Propinsi Bengkulu, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk melaksanakan otonomi dengan berpedoman pada asas umum penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proposional, profesional, akuntabel, efisien dan efektif, yang diharapkan dapat dan mampu mendorong percepatan pembangunan daerah dengan sasaran pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada daerah, untuk melaksanakan pembangunan yang berasaskan desentralisasi, maka pembangunan dilakukan dengan kemandirian pada perwujudan sasaran berdasarkan prioritas pembangunan daerah.

Kabupaten Lebong terletak pada posisi 101o sampai dengan 102o Bujur Timur dan 02o65’ sampai 03o60’ Lintang Selatan. Secara adminstratif, Kabupaten Lebong berbatasan langsung dengan :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi

 Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan,

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong dan Bengkulu Utara

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara.

(2)

sebagai berikut Kecamatan Rimbo Pengadang seluas 12,863.96 ha, Topos 34.627 ha, Lebong Selatan 23.494 ha, Bingin Kuning 10.815 ha, Lebong sakti 11.068 ha, Lebong Tengah 9.196 ha, Uram Jaya 6.420 ha, Amen 3.926 ha, Lebong Utara 5.474 Pinang Belapis 63.095 ha, Pelabai 6.178 ha dan Lebong Atas 5.699 sedangkan Padang Bano luas wilayahnya 80068,04 ha.

Grafik 2.1.

Luas Wilayah Kabupaten Lebong

8.61% 12.69%

Sumber: RTRW Kabupaten Lebong Tahun 2010-2030

2.1.1.2 Topograf

Berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Lebong dominan berada pada ketinggian 1000 – 1500 Mdpl luas wilayah ini mencapai 62,78%. Kategori kedua ketinggian wilayah Kabupaten Lebong adalah pada 500 – 1000 Mdpl, dan mencapai 29,45%. Selebihnya ketinggian 0– 500 Mdpl mencapai 7,77%, kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut :

(3)

N

Berdasarkan kemiringan lahan Kabupaten Lebong sebagian besar berada pada kemiringan lahan > dari 40 %, dengan klasifikasi kemiringan lahan demikian, mencirikan bahwa Kabupaten Lebong berada pada lahan pegunungan, kondisi ini dapat dilihat dalam tabel klasifikasi kemiringan lahan sebagai berikut :

Tabel 2.2

. Luas Wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan Kemiringan lahan 2009

N budidaya mencapai lebih 40% dari wilayah Kabupaten Lebong. Sedangkan lahan yang sangat baik dan sesuai untuk budidaya dan permukiman mencapai 40%.

(4)

4.51%

36.37%

18.54% 40.57%

Datar

Berombak

Berbukit

Pegunungan

Sumber : RTRW Kabupaten Lebong Tahun 2010-2030

2.1.1.3 Geologi

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Lebong cukup beragam, secara umum Litologi daerah Kabupaten Lebong terdiri dari 6 formasi batuan serta 5 batuan beku dalam (batuan trobosan), Luas wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan jenis tanah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu tekstur tanah halus, tekstur tanah sedang dan tekstur tanah kasar. Tekstur tanah menggambarkan sifat fisik tanah yang menyatakan kasar halusnya tanah.

(5)

Tekstur tanah di Kabupaten Lebong terdiri dari: tekstur tanah halus seluas 105.454 ha, tanah sedang 76.837 ha dan tanah kasar 10.633 ha Sedangkan menurut jenis tanahnya, terdiri dari: jenis tanah Andosol seluas 60.330 ha, Alluvial 703 ha, Rogosol 7.747 ha, Latasol 16.109 ha, Padsolik Merah Kuning/Latosol Andosol 22.508 ha, Komplek Padsolik Merah Kuning Litosol Latosol 10.424 ha dan Komplek Padsolik Coklat Padsol Latosol 155.171 ha.

Tabel 2.3.

Luas Wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan Jenis Tanah

NO Jenis Tanah 2009

Luas (ha) %

1 Andosol 60.330 22,11

2 Aluvial 703 0,26

3 Rogosol 7.747 2,84

4 Latosol 16.109 5,90

5 Latosol Andosol 22.508 8,25

6 Litosol Latosol 10.424 3,82

7 Padsolik Latosol 155.103 56,86

TOTAL 272.924 100,00

Sumber : RTRW Kabupaten Lebong Tahun 2010-2030

Berdasarkan tabel 2.5 di Kabupaten Lebong jenis tanah terluas adalah podsolik latosol memiliki kesesuaian untuk lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Jenis tanah yang juga mendominasi Kabupaten Lebong adalah jenis andosol yang mencapai 22,11%. Jenis tanah latosol andosol mencapai 8,25%. Jenis tanah yang paling sedikit di Kabupaten Lebong adalah jenis tanah aluvial yakni 0,26%.

2.1.1.4 Klimatologi

(6)

Curah Hujan di tahun 2009 secara rata-rata lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Rata-rata curah hujan di tahun 2008 sebesar 284,75 mm, sedangkan tahun 2009 sebesar 276,5 mm. Curah hujan di tahun 2009 yang melebihi curah hujan rata-rata terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan Desember.

2.1.1.5 Penggunaan Lahan

Luas wilayah Kabupaten Lebong berdarkan peruntukan adalah dibagi menjadi dua peruntukan yang pertama adalah kawasan budidaya dan yang kedua kawasan lindung, berikut tabel presentasen peruntuntukan lahan :

Tabel 2.5

Luas Wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan Penggunaan lahan/ Tanah

NO Penggunaan Lahan 2009

Luas (ha) %

1. Hutan Lindung 20,777 7.61

2. Hutan Suaka Alam 3,022 1.11

3. TNKS 111,035 40.68

4. Lain-lain 101 0.04

5. Sawah irigasi 13,096 4.8

6. Sawah Tadah Hujan 238 0.09

7. Sawah Pasang Surut 13,294 4.87

8. Ladang 27,996 10.26

9. Perkebunan 49,510 18.14

10. Pemukiman 20,979 7.69

11. Usaha Lain 10,878 3.98

12. Tidak diusahakan 2,048 0.75

TOTAL 272,974 100

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong

2.1.1.5.1 Kawasan Budidaya

(7)

sebesar 49,510 ha yang tersebar di 13 kecamatan akan tetapi yang kawasan perkebunan yang paling luas adalah di Kecamatan Padang Bano, kemudian luas yang kedua adalah ladang dengan luas 27, 966 ha dan yang ketiga peruntukan bagi pemukiman sebesar 20,979 ha yang tersebar di 13 Kecamatan.

2.1.1.5.2 Kawasan lindung

a. Kawasan Hutan Lindung

Berdasarkan tebal 2.5 diatas bahwa Wilayah Kabupaten Lebong terdapat 3 jenis kawasan hutan yang telah dideliniasi menurut fungsi maupun jenisnya masing-masing, adapun kawasan hutan yang terdapat di Kabupaten Lebong adalah:

 Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci sebelat dengan luas areal ± 111.035 ha;

 Kawasan Hutan Lindung dengan luas areal ± 20.777 ha;

 Kawasan konservasi (cagar alam) dengan luas areal ± 3.022 ha.

(8)

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya

Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah terjadinya erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga fungsi hidrologi tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Di Kabupaten Lebong Kawasan Hutan lindung seluas 20.777 ha yang penyebarannya terdapat di beberapa Kecamatan. Tujuan pemantapan/pengembangan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrolik tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

c. Kawasan Perlindungan setempat

Pengelolaan Kawasan Lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan setempat lebih ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan sekitarnya untuk mempertahankan fungsi lindungnya serta pelestarian sumberdaya alam kawasan sekitarnya. Kawasan ini terdiri dari kawasan sepanjang aliran sungai.

- Sepadan Sungai

(9)

Rencana pemantapan kawasan Sepadan Sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Kawasan sepadan sungai di Kabupaten Lebong disesuaikan dengan Keadaan atau situasi disekitar sungai

Pada Sungai Ketahun, sungai terbesar di Kabupaten Lebong dan mempunyai peran sangat penting dalam pengendalian banjir dan penyediaan kebutuhan air bagi Kabupaten Lebong, ditentukan sepadannya sebagai berikut

 Pada bagian daerah aliran sungai yang berada diluar kawasan perkotaan sepadan atau daerah bebas bangunan diberikan selebar 100 meter dari as sungai

 Pada bagian atau daerah aliran sungai yang berada di dalam kawasan perkotaan ditentukan sepadan sungainya antara 25 m – 50 m tergantung kepadatan bangunan yang ada disekitarnya

Pada sungai-sungai lain di Kabupaten Lebong termasuk- sungai-sungaiyang bermuara di sungai ketahun dan sungai-sungai yang mengalir sendiri dantidak bermuara di sungai Ketahun sepadan nya ditentukan berdasarkan kondisi fisik sunga dan kebutuhan pengembangan ruang di wilayah sekitar sungai

Untuk kondisi sungai yang banyak kelokannya cenderung berpotensi erosi tinggi, ditentukan sepadan antara 10 m – 50 m disesuaikan dengan topografi tebing sungai dan kawasan sekitar sungai

Untuk kondisi sungai yang lurus dan tidak banyak kelokannya umumnya di ketahui dari kelandaian lembah sungai dengan potensi erosi rendah ditentukan sepadan antara 50 m – 100 m, tetapi hal ini disesuaikan juga dengan kondisi pola penggunaan lahan disekitar sungai.

- Kawasan Sekitar Danau atau Waduk

(10)

tersebut mendapatkan airnya dari aliran sungai yang masuk kedalam danau atau juga mata air yang sudah ada sejak dahulu

Untuk menjaga kestabilan danau, termasuk kestabilan pasokan air bagi danau atau waduk maka ditentukan sepadan danau atau waduk yang ketentuannya telah ditetapkan dalam beberapa undang-undang dan peraturan tentang kelestarian alam, ekosistem dan lingkungan hidup.

Ketentuan tentang sepadan danau atau waduk disesuaikan dengan kondisi geografis dan kondisi penggunaan lahan disekitar danau atau waduk, untuk danau atau waduk besar yang mempunyai fungsi penting bagi penyediaan air baku dan kebutuhan air lainnya, ditentukan sepadannya antara 500 meter sampai 1000 meter dari pinggir danau untuk danau atau waduk yang mempunyai fungsi spesifik seperti obyek wisata, ditentukan sepadannya antara 50 meter – 500 meter dari pinggir danau, Seluruh sepadan harus diatur dengan peraturan Zonasi yang ketat.

- Kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya.

Kawasan Lindung Spiritual di Kabupaten Lebong dapat di artikan juga sebagai Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan, ini merupakan kawasan serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi yang bertujuan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah atau situs-situs bersejarah, bangunan arkeologi, bangunan keagamaan, makam-makam keramat dan keragaman bentukan geologi yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia, di Kabupaten Lebong kawasan lindung spiritual dan situs-situs bersejarah dan makam-makam keramat menyebar di setiap kecamatan. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

Kawasan Lindung Spiritual dan Situs keramat di Kabupaten Lebong

(11)

2. Kecamatan Lebong Utara Keramat Lebong

3. Kecamatan Pelabai Rumah Adat Tradisional Suku Rejang

Keramat Tubei 6. Kecamatan Lebong tengah Keramat Tebo Lai 7. Kecamatan Bingin Kuning Keramat Bingin Kuning 8. Kecamatan Lebong Selatan Keramat Kutei Ukem 9. Kecamatan Rimbo

Pengadang Situs Malin Janggut 10. Kecamatan Topos Situs Tepok Rengginang

Keramat Topos

(12)
(13)

2.1.2 P

otensi Pengembangan Wilayah

2.1.2.1 Pertanian Tanaman Pangan

Tanaman padi merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Lebong, dimana pada tahun 2009 luas area produksi padi di Kabupaten Lebong sebesar 26.628 ha. dengan jumlah produksi 57.510 Ton dengan produksi 2,2 Ton/ha. Selain padi, komoditi tanaman strategis lainnya seperti Jagung dengan luas 1.422 ha. dengan jumlah produksi Jagung 4.785 Ton dengan produksi 3,4 Ton/ha. Produksi Kedelai 40 ha. dengan jumlah Kedelai 0,7 Ton/ha. Terdapat juga beberapa Tanaman Palawija seperti Kacang Tanah 72 ha (1,0 ton/ha), Kacang Hijau 28 ha (9,3 ton/ha), Ubi Kayu 94 ha (11,6 ton/ha) dan Ubi Jalar 76 ha (9,54 ton/ha).

Tabel

2.6

. Luas dan Jumlah Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Lebong

No Komoditi 2008 2009 % Kenaikan

Jumlah Jumlah Jumlah 1 Padi

a. Luas areal Produksi (ha) 24.974 26.628 6,62 b. Jumlah Produksi (ton) 98.546 57.510 (41,64) 2 Jagung

a. Luas areal Produksi (ha) 569 1.422 149,91 b. Jumlah Produksi (ton) 1.828 4.785 161,76 3 Kedelai

a. Luas areal Produksi (ha) 139 40 (71,22) b. Jumlah Produksi (ton) 131 38 (70,99) 4 Ubi Jalar

a. Luas areal Produksi (ha) 66 76 15,15 b. Jumlah Produksi (ton) 629 725 15,26 5 Ubi Kayu

a. Luas areal Produksi (ha) 248 94 (62,10) b. Jumlah Produksi (ton) 2.811 1.090 (61,22) 6 Kacang Tanah

a. Luas areal Produksi (ha) 98 72 (26,53) b. Jumlah Produksi (ton) 99 71 (28,28) 7 Kacang Hijau

(14)

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Pembangunan pertanian telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan Kabupaten Lebong, baik terhadap PDRB, dan penyerapan tenaga kerja. Potensi sumberdaya lahan tanaman pangan dan Holtikultura meliputi lahan sawah dan lahan bukan sawah yang terdiri dari ladang, dan Palawija. Rencana pengembangan budidaya pertanian diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Lebong. Adapun rencana pengembangan kawasan pertanian, antara lain adalah seperti pada table berikut

Tabel 2.7

Rencana Pengembangan Pertanian Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan

No

. Kecamatan

Irigasi (ha)

Tadah Hujan (ha) 1 Rimbo Pengadang 13.475 143 2 Topos

3 Lebong Selatan 3.218 182

4 Bingin Kuning

5 Lebong Tengah 2.937 6 Lebong Sakti

7 Lebong Atas 210 232

8 Pelabai

9 Lebong Utara 1.988 721

10 Uram Jaya 11 Pinang Belapis 12 Amen

13 Padang Bano

JUMLAH 21.828 1.278

Tabel 2. 8

(15)

NO. KECAMATAN

Sementara program dari dinas pertanian untuk menargetkan optimalisasi lahan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, Holtikultura, perkebunan dan peternakan terutama pada lahan terlantar dan lahan tidur di Kabupaten Lebong adalah seperti berikut

Tabel. 2.9. Optimalisasi Lahan Pertanian

No. Kecamatan Lahan Terlantar / Tidur (ha)

Lahan Berat

Pengadang 161 452 515 227 416

2 Topos

3

Lebong

Selatan 451 41 273 16 540

1.59 9

4

(16)

5

7 Lebong Atas 1.070 1.520 7.440 400 300 700 710 730 8 Pelabai

JUMLAH 2.192 2.048 9.605 416 1.067 1.116 5.391 730

Tabel. 2.10 Sasaran Optimasi Lahan Pertanian

No

. Kecamatan

Lahan Terlantar / Tidur (ha) Lahan Berat(ha)

Lahan Usaha

161 452 515 227 416

2 Topos

5 Lebong Tengah 150 175 1.22

7 6 Lebong Sakti

7 Lebong Atas 1.070 1.520 7.440 400 300 700 710 730 8 Plabai

9 Lebong Utara 360 35 1.202 1.85

5 10 Uram Jaya

11 Pinang Belapis 12 Amen

13 Padang Bano

(17)

Di Kabupaten Lebong sebagian kecil lahan pertanian telah dilaksanakan dengan sistim irigasi teknis, semi teknis dan tadah hujan, sebagian besar masih di lakukan dengan sistim tegalan atau lahan kering, dengan membuka hutan atau memanfaatkan lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur, hasil dari pertanian lahan kering ini tidak memadai dari segi Produktivitasnya, untuk pertanian lahan kering diarahkan kepada pemanfaatan lahan-lahan tidur yang masih sangat banyak terdapat di Kabupaten Lebong,

 Untuk kecamatan Lebong tengah tersedia lahan kering untuk pertanian seluas 343,9 ha

 Untuk kecamatan Lebong Atas masih tersedia untuk pertanian lahan kering seluas 524,42 ha

 Untuk Kecamatan Pelabai tersedia lahan kering seluas 151,28 ha

Lahan-lahan ini dipersiapkan untuk menganatisipasi peralihan fungsi dari pertanian ke permukiman sebagai konsekwensi dari pertambahan penduduk dan permukiman di Kota Muara Aman dan kota-kota kecamatan lain yang peduduknya telah padat dan membutuhkan pengembangan untuk permukiman dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun

2.1.2.2

Perkebunan

Sektor perkebunan merupakan salah satu komoditi yang berkembang di Kabupaten Lebong dengan struktur wilayah dataran tinggi Tropis, beberapa komoditi unggulan Kabupaten Lebong diantaranya Kopi yang terdapat hampir di setiap wilayah kecamatan terdapat perkebunan Kopi yang masih di dominasi perkebunan rakyat dengan jenis Kopi Robusta, dan terdapat satu Perusahaan Besar Perkebunan Kopi Swasta yang terletak di Desa Mangkurajo Kecamatan Rimbo Pengadang.

(18)

terbentang di Kecamatan Rimbo Pengadang. Selain komoditi unggulan, perkebunan masyarakat diantaranya kapuk, kemiri, dan lain-lain. Dalam usaha meningkatkan hasil perkebunan dan menciptakan diversifikasi perdapatan masyarakat, berbagai upaya telah dilaksanakan dan salah satunya yang dialokasikan oleh pemerintah pemberian bantuan mesin penghancur biji kopi kepada masyarakat petani, pemberian pupuk bersubsidi dan lain-lain

Tabel 2.10

(19)

No Komoditi 2009 Jumlah 1 Kopi

a. Luas areal Produksi 7,639.0 b. Jumlah Produksi 3,429.0 2 Jeruk

a. Luas areal Produksi

-b. Jumlah Produksi

-3 Karet

a. Luas areal Produksi 1,739.0 b. Jumlah Produksi 390.0 4 Aren

a. Luas areal Produksi 261.0 b. Jumlah Produksi 106.3 5 Kayu Manis

a. Luas areal Produksi 153.0 b. Jumlah Produksi 39.1 6 Lada

a. Luas areal Produksi 157.0 b. Jumlah Produksi 63.0 7 Pala

a. Luas areal Produksi 245.0 b. Jumlah Produksi 5.2 8 Kemiri

a. Luas areal Produksi

-b. Jumlah Produksi

-9 Kelapa

a. Luas areal Produksi 198.0 b. Jumlah Produksi 68.2 10 Cengkeh

a. Luas areal Produksi 5.0 b. Jumlah Produksi 0.8 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Lebong

2.1.2.3

Peternakan dan Perikanan

(20)

Tabel 2.11

Jumlah Produksi Komoditi Peternakan Kabupaten Lebong

NO

USAHA PETERNAKAN

2007 2008 2009

JUMLAH JUMLAH JUMLAH 1 KERBAU

a. Tahunan (Ekor) 571 610 609

2 SAPI

a. Tahunan (Ekor) 219 690 648

3 KAMBING

a. Tahunan (Ekor) 4,049 5,161 5,131

DOMBA

a. Tahunan (Ekor) 537 429 412

Ayam Buras

a. Tahunan (Ekor) 17,948 120,780 120,850 Ayam Petelur

a. Tahunan (Ekor) 1,911 1,853 1,568

Ayam Pedaging

a. Tahunan (Ekor) 18,095 22,438 18,238 itik

a. Tahunan (Ekor) 13,565 13,907 13,502 Kelinci

a. Tahunan (Ekor) 33 28 28

TOTAL 56,928 165,868 160,958

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong

Grafk 2.3

(21)

2007 2008 2009 0

20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000

56,928

165,868 160,958

Dalam mencapai peningkatan jumlah panen Ikan dan Peternakan pertahunnya, Kabupaten Lebong telah mendirikan Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Lebong yang berdiri di Kecamatan Amen guna menunjang persediaan Benih Ikan dan Peternakan di Kabupaten Lebong.

Kegiatan perikanan di Kabupaten Lebong selama ini didominasi oleh perikanan darat. Arahan pengembangan usaha perikanan adalah sebagai berikut :

 Pengembangan Balai Benih Ikan di Kecamatan Amen yang dirintis oleh Dinas Peternakan dan Perikanan seluas 5 ha.  Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana pendukung kegiatan pengembangan perikanan termasuk kelompok usaha tani perikanan di semua kecamatan di Kabupaten Lebong.

(22)

 Penerapan system Keramba Jaring Apung yang saat ini telah diterapkan di Danau Tes.

 Intensifikasi dan ekstensifikasi usaha pertanian yang telah ada.

 Pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan.

 Diversifikasi usaha perikanan untuk mengantisipasi permintaan pasar domestik dan regional.

 Ekstensifikasi areal yang belum dicadangkan untuk penggunaan perikanan.

 Pengembangan industri pakan ikan dan pengolahan hasil perikanan.

 Pengembangan agrobisnis dan agro industri bidang perikanan.

Rencana Pengembangan Perikanan diarahkan sebagai berikut  Untuk Areal Pembibitan dan pembesaran ikan diarahkan di

Kecamatan. Uram Jaya dan Kecamatan Pinang Belapis.

 Untuk pelepasan ikan dan persediaan/cadangan di danau Picung.

 Untuk Keramba Jaring Apung di Danau Tes.

 Untuk Pemeliharaan ikan pada kolam arus deras diarahkan di sepanjang aliran Sungai Ketahun, Air Seblat, Sungai Ketelang.

(23)

Tabel 2.12

Luas dan Jumlah Produksi Komoditi Perikanan Kabupaten Lebong

No

. Usaha Perikanan

2008 2009 % Kenaikan Jumlah Jumlah Jumlah

1

a. Luas areal Produksi

(ha) 16.95 16.95 0.0

b. Jumlah Produksi

(Ton) 16.95 16.95 0.0

2 KOLAM AIR TENANG a. Luas areal Produksi

(ha) 166.2 166.2 0.0

b. Jumlah Produksi

(ton) 323.05 610.05 47.0

3 MINA PADI

a. Luas areal Produksi

(ha) 10.265 10.265 0.0

b. Jumlah Produksi

(ton) 871.8 960 9.2

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Lebong

2.1.2.3

Pertambangan dan Energi

Di Kabupaten Lebong terdapat potensi pertambangan yang merupakan salah satu potensi andalan. Di Kabupaten Lebong terdapat beberapa lokasi tambang galian C yang tersebar di beberapa kecamatan. Di Kabupaten Lebong yang memiliki lokasi tambang untuk jenis galian pasir terdapat di Kecamatan Rimbo Pengadang 2 lokasi, Lebong Selatan 1 lokasi dan Lebong Utara 10 lokasi, sedangkan untuk lokasi tambang seperti tanah liat lokasinya berada Kecamatan Rimbo Pengadang 2 lokasi dan Lebong Utara 5 lokasi.

(24)

Sumberdaya Mineral Tahun 2005, ada berbagai macam galian, adapun secara garis besar bahan galian tersebut berupa:

 Batuan Andesit (Desa Talang Ratu dan Rimbo Pangadang), di Kecamatan Rimbo Pangadang dengan volume ±10.000 BCM dan luas sebaran 212,2 ha;

 Batuan Andesit, Granit, Granodiorit, dan kuarsa (Desa Bandar Agung, Talang Ratu Kecamatan Rimbo Pangadang) dengan volume ±47.000 BCM dengan luas sebaran 590,4 ha;

 Batuan Andesit ( Desa Tanjung Bunga dan Desa Ujung Tanjung) di Kecamatan Lebong Tengah dengan volume ± 200.000 BCM dan luas sebaran 449,9 ha;

 Kaolin ( Desa Rimbo Pangadang dengan luas sebaran 400,2 ha dengan potensi sumberdaya 8,10 juta BCM, serta di Kampung Bogor Mangkurejo Kecamatan Lebong Selatan dengan luas sebaran 621 ha. dengan potensi sumber daya 18,75 BCM;

 Tras (Desa Tapus) Kecamatan Rimbo Pangadang) dengan luas sebaran 168 ha dengan jumlah sumberdaya 1,59 juta BCM serta Desa Tanjung Agung Anai Kecamatan Lebong Atas dengan luas sebaran 363 ha dengan jumlah sumberdaya 1,89 juta BCM;

 Granit (Air Musna Desa Air Kopras dan Air Putih Tambang Sawah) di Kecamatan Lebong Utara dengan luas sebaran 1.518 ha dengan potensi sumberdaya hipotik 1.083.750 BCM serta Desa Tapus, Bukit Gembadang dan Desa Talang Ratu Kecamatan Rimbo Pangadang dengan luas sebaran 291,1 ha dengan potensi sumberdaya hipotik 121.000 BCM;  Pasir vulkanik (Desa Ujung Tanjung II) Kecamatan Lebong Tengah

dengan luas sebaran 125,3 ha dengan jumlah sumberdaya hipotik 282.000 BCM;

(25)

 Potensi Tenaga Air Skala Besar

Potensi tenaga air berskala besar di Kabupaten Lebong terdapat di Sungai Ketahun dengan potensi 120 MW.

(Sumber : Potensi dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas ESDM Propinsi Bengkulu, 2007).

 Potensi Tenaga Air untuk PLTMH

Potensi tenaga air terjun untuk PLTMH di Kabupaten Lebong terdapat : a. Sungai Air Ketenong I dengan potensi 43,66 KW;

b. Sungai Air Ketenong II dengan potensi 8,73 KW; c. Sungai Ketahun III dengan potensi 2000 KW; d. Sungai Sengak dengan potensi 69 KW.

(Sumber : Potensi dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas ESDM Prop. Bkl 2007).

 Potensi Tenaga Air untuk PLTMH pada Lokasi Terpilih di Desa Tertinggal/Desa yang jauh dari jangkauan jaringan listrik PT.PLN

a. Sungai Air Sebelat Ulu Desa Air Putih dengan potensi 967,507 KW; b. Sungai Air Sebelat Ulu Desa Air Lisai dengan potensi 1115,867 KW; c. Sungai Air Sebelat Ulu Desa Sebelat Ulu dengan potensi 821,513

KW;

d. Sungai Air Suban Desa Sebelat Ulu dengan potensi 66,898 KW; e. Sungai Air Udik Desa Ketenong II dengan potensi 141,722 KW; f. Sungai Air Baes Desa Ketenong I dengan potensi 32,729 KW; g. Sungai Air Ketenong Desa Ketenong dengan potensi 193,219 KW; h. Sungai Air Terjun Tk.1 Desa Ketenong I dengan potensi 245,549

KW;

i. Sungai Air Terjun Tk.II Desa Ketenong I dengan potensi 90,944 KW; j. Sungai Air Terjun Tk.III Desa Ketenong I dengan potensi 63,661 KW; k. Sungai Air Selikat Desa Tambang Sawah dengan potensi 79,733

KW;

(26)

o. Sungai di Desa Mangkurajo dengan potensi 15,748 KW, 11,765 KW, 26,778 KW.

(Sumber : Survei Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikhrohidro di Kabupaten Lebong oleh Tim Universitas Bengkulu, 2006).

2. Potensi Panas Bumi

Kabupaten Lebong memiliki energi primer panas bumi yang diperkirakan potensinya mencapai 600 MW dan tersebar pada 3 (tiga) lokasi Bukit Gedang Hulu Lais, Tambang Sawah dan Bukit Daun (Sumber : Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2006-2026 Departemen ESDM).

Untuk Bukit Gedang Hulu Lais yang potensinya mencapai 400 MW, ditargetkan pembangunan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) sebanyak 2 x 55 MW dengan pengoperasian 2012 oleh PT. Pertamina Geothermal Energy.

3. Potensi Batubara

Pengembangan potensi batubara di Kabupaten Lebong telah dilakukan oleh pihak swasta dengan tahapan izin eksplorasi meliputi daerah (wilayah kerja pertambangan) yaitu Kecamatan Padang Bano dengan luas wilayah Lebih kurang 9.925,2 ha serta Ketenong II dengan luas wilayah 737,8 ha.

4. Potensi Sumber Daya Mineral

 Potensi Bahan Galian Industri

Potensi bahan galian industri di Kabupaten Lebong dapat dilihat pada tabel berikut :

(27)

N

Gamping Air Kasam, Muara Aman Survei Tinjau SumberdayaTereka 52 juta ton

Kanwil DPE Prop. Sumsel, 1984

2. Batu

Gamping Air Bandung Kiri dan Kanan, Kec.

Gamping Air Saleh, Air Nyuruk, Air Panjang Kec.

Gamping Air Saleh, Air Nyuruk, Air Panjang Kec.

5. Kaolin Air Dingin, Lebong

7. Oker Tebing antara Desa Air

8. Perlit Air Bening, Air Tik Kersip, Air

9. Perlit Bukit Naning,

Kota Donok Survei Tinjau Sumberdaya Tereka 4,1 juta ton

hasil Survei Kanwil DPE Prop. Sumsel, 1983

10. Propilit Sungai Batu Intan dan

11. Trass Jambu Keling

Kota Donok Survei Tinjau Sumberdaya Hipotetik 2.000 ton

Penyelidikan Umum Dit. SDM Bandung, 1990 12. Piropilit Desa Air

Kopras Survei Tinjau Sumberdaya Tereka 10.000 ton

Sungai Musna Survei Tinjau Indikasi Kanwil DPE Prop. Bengkulu, 1994

14. Batu Bara Padang Bano,

(28)

Tabel 2.14

Tambang Emas, Perak Rinci Sumberdaya Terukur Dit.Bandung, 1985SDM 7. Air Plantan

Dekat Muara Aman

Emas, Perak Prospeksi Tereka Dit. SDM Bandung 1985 dan 1993

8. Gunung

(29)

No

. Lokasi MineralLogam

Tahap Penyelidika

n

Cadanga

n Keterangan

9. Daerah Tambang Sawah

Mangan Survei Detail Sumberda ya Terukur 4.880.000 m3

(30)
(31)

2.1.2.5 Pariwisata dan Budaya

Potensi kepariwisataan di Kabupaten Lebong sebenarnya cukup memadai, beberapa objek wisata dapat ditawarkan kepada para wisatawan, baik wisatawan lokal (domestik), wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Apabila objek wisata yang terdapat di Kabupaten Lebong ini dapat dikelola dengan baik maka pendapatan asli daerah akan semakin meningkat. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Lebong beberapa diantaranya :

1. Air Terjun Cucu; 2. Telaga Tujuh Warna; 3. Danau Tes;

4. Danau Lupang; 5. Danau Blue; 6. Danau Picung; 7. Danau Lem

8. Pasir Lebar Bingin Kuning; 9. Suban Gergok;

10.Air Terjun Siapang; 11.Air Terjun Bioa Baes; 12.Air Putih;

13.Goa Lobang Kaca Mata; 14.Goa Sriwijaya;

15.Air Terjun Paliak;

16.Air Terjun Tik Gumeceak; 17.Air terjun Saten;

18.Air Terjun Amen.

(Sumber : Lebong Dalam Angka 2009).

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

(32)

dan data-data yang ada maka Kabupaten Lebong mempunyai kawasan-kawasan yang berpotensi terhadap bencana. Bencana ada 2 bencana alam yang disebabkan oleh alam dan bencana sosial yang ditimbulkan akibat ulah manusia sendiri.

2.1.3.1 Kawasan Rawan Bencana Longsor

Kabupaten Lebong yang memiliki letak geografis pegunungan sangat rawan akan longsor. hal ini dapat kita lihat disetiap kecamatan ada daerah yang sangat rawan akan longsor. Bahaya longsor terjadi selain karena faktor alam juga akibat ulah manusia. Banyaknya aktifitas masyarakat yang berkebun berpindah-pindah dan melakukan penebangan hutan guna membuka lahan perkebunan, serta membangun rumah dilereng bukit merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan bencana tanah longsor dan membuat kontur tanah kurang baik, apabila terjadi hujan dapat mengakibatkan tanah serta membentuk pori-pori dan bongkahan tanah yang bertambah besar yang dapat menimbulkan longsor.

Dari hasil studi geologi Bandung, terjadinya gerakan tanah penyebabnya berupa sifat fisik batuan yang lemah akibat terkekarkan secara intensif dengan sudut lereng yang terjal serta curah hujan yang tinggi. Adapun mekanisme kejadiannya adalah sebagai berikut:

Batuan andesit yang terkekarkan secara intensif membentuk bongkahan-bongkahan yang mudah lepas antara satu sama lain dan terdapat bidang rekahan antara bongkah-bongkah, hal ini menyebabkan air hujan akan mudah masuk kedalam masa batuan melalui rekahan tersebut, sehingga masa batuan menjadi lemah dan mudah longsor pada sudut lereng yang terjal.

Di Kabupaten Lebong, kecamatan yang merupakan daerah rawan bencana longsor adalah:

 Kecamatan Rimbo Pengadang : Desa Tik Kuto, Rimbo Pengadang, Talang Ratu

(33)

 Kecamatan Pinang Belapis: Desa Sebelat Ulu, Desa Tambang Sawah, Desa Ketenong I dan Desa Ketenong II,

 Kecamatan Lebong Utara: Ladang Palembang, Lebong Tambang, Lokasari, Talang ulu, Desa Gandung, Desa Gandung Baru

 Kecamatan Lebong Atas : Desa Tik Tebing.  Kecamatan Pelabai: Desa Tanjung Agung 2.1.3.2 Kawasan Rawan Banjir

Banjir disebabkan karena penduduk bermukim di sekitar kelokan sungai dan pinggir sungai dan akibat hujan yang terus menerus di daerah hulu sungai ketahun sehingga sungai ketahun tidak mampu menampung debit air. Jika ini dibiarkan, dikhawatirkan terjadi peresapan yang cukup besar dan lama kelamaan akan mempengaruhi kemantapan lerengnya.

Di Kabupaten Lebong, kecamatan yang merupakan daerah rawan bencana banjir adalah :

 Kecamatan Topos: Desa Topos, Talang Donok dan Suka Negeri  Kecamatan Rimbo Pengadang : Talang Ratu;

 Kecamatan Bingin Kuning : Desa-Desa Karang Dapo Bawah, Pungguk Pedaro, Talang Kerinci, Pelabuhan Talang Leak, Talang Leak I dan Talang Leak II, Bungin;

 Kecamatan Lebong Sakti : Desa-Desa Ujung Tanjung I, Ujung Tanjung II, Magelang Baru, Taba Seberang, Desa Taba Dipoa

 Kecamatan Lebong Tengah: Tanjung Bungo, Karang Anyar, Semelako, Talang Sakti, Pagar Agung

 Kecamatan Amen : Desa Garut, Desa Talang Bunut,

(34)

 Kecamatan Lebong Utara : Lebong Donok, Kelurahan Pasar Muara Aman dan Kampung Muara Aman

2.1.3.3 Potensi Vulkanik Aktif

(35)

Peta 2.2 Peta Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Lebong

(36)

Tabel 2.15

Daerah Rawan Gempa Bahaya 1

N

O

DESA

N

O

DESA

1 Rimbo Pengadang 12 Ladang Pelembang

2 Ketenong I 13 Air Kopras

3 Ketenong II 14 Kampung Jawa

4 Tunggang 15 Pasar Muara Aman

5 Air Dingin 16 Lebong Donok

6 Mangku Rajo 17 Suka Raja

7 Embong Panjang 18 Talang Bunut

8 Bentangur 19 Garut

9 Semelako 20 Taba Seberang

10 Talang Sakti 21 Kota Baru

11 Tambang Sawah

Sumber : BMG Kepahiang Bengkulu

Tabel 2.16

Daerah Rawan Gempa Bahaya 2

N

0 DESA NO DESA

1 Taba Anyar 14 Suka Bumi

2 Mubai 15 Embong Panjang

3 Turan lalang 16 Limau Pit

4 Karang Dapo Atas 17 Muara Ketayu 5 Karang Dapo Bawah 18 Dusun Muara Aman

6 Punguk Bedaro 19 Kp. Muara Aman

7 Kota Donok 20 Kp. Jawa

8 Tanjung 21 Kp. Dalam

9 Talang Donok 22 Paya Embik

10 Turan lalang 23 Kota Agung

11 Punguk Bedaro 24 Pagar Agung

12 Bungin Kuning 25 Danau

13 Suka Sari 26 Sukamarga

(37)

Kabupaten Lebong yang merupakan salah satu paru-paru dunia karena daerah ini 49,40% daerahnya adalah hutan lindung. hal yang dikwatirkan dari terjadinya kebakaran hutan salah satunya adalah dapat menimbulkan dampak yang krusial seperti pemanasan global (Global Warning). Walaupun pemerintah sangat ketat dalam pengaturan penggunaan hutan tapi masih banyak kendala-kendala yang harus dihadapi antara lain :

a. Musim kemarau yang bepanjangan pada hutan bertanah gambut dan mineral seperti batubara dan adanya bahan-bahan organik/lapisan yang mudah terbakar seperti ranting-ranting dan daun-daun kering.

b. Karena perbuatan manusia antara lain:

- Penyiapan lahan ladang yang berpindah-pindah

- Pembakaran lahan/kebun yang berlebihan

- Kegiatan peternakan besar seperti peternakan sapi yang selalu membutuhkan makanan ternak berupa rumput muda, dengan membakar alang-alang maka didapat rumput muda yang segar untuk pakan sapi tersebut.

Tabel 2.17

Daerah-Daerah Rawan Kebakaran Hutan

N

o Kecamatan Desa

1 Topos Topos (Ulu Ketahun)

2 Rimbo Pengadang Bajak (Ulu Sulup)

Air Dingin ( Bukit Daun)

3 Lebong Selatan Trans Mangkurajo (Bukit Pebaur) Kelurahan Tes (Hutan Pinus KSDA) 4 Lebong Tengah Talang Sakti (Bk. Gedang Ulu Lais)

Semelako (Bukit Ceme) 5 Lebong Atas Pagar Agung ( Bukit Pabes) 6 Lebong Utara Tunggang (Bukit Belimau)

Tambang Saweak (Bukit Panjang) Ladang Palembang (Bukit Beliamau)

7 Pelabai Atas Tebing (Bukit Resam)

Danau (Bukit Ulu Alam) Pelabai (Bukit Belimau Ulu) 8 Lebong Atas Gunung Alam (Bukit Pabes)

(38)

N

o Kecamatan Desa

Suka Datang (Kaki Bukit Pabes) Tanjung Agung (Bk. Sekitar Danau Picung)

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebong

2.1.4 Demograf

Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Dinas Kesejahteraan Sosial, Tenaga Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Lebong Tahun 2010 penduduk Kabupaten Lebong berjumlah 112.861 jiwa, terdiri dari 54.970 jiwa laki-laki dan 57.891 jiwa perempuan dengan jumlah KK sebanyak 30.782 Jumlah penduduk tersebut tersebar di tiga belas kecamatan yang ada di Kabupaten Lebong seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.18 Jumlah Penduduk

Kabupaten Lebong Tahun 2010

NO KECAMATAN JUMLAH

KK

JUMLAH

L P L + P

1. Lebong Selatan 4,138 7,059 7,817 14,876

2. Topos 1,777 3,176 3,176 6,400

3. Lebong Tengah 2,906 4,646 4,646 10,578

4. Lebong Sakti 2,542 4,406 4,406 8,785

5. Pelabai 1,850 3,523 3,523 6,908

6. Bingin Kuning 2,712 5,910 5,910 12,065

7. Rimbo Pengadang 1,530 2,680 2,680 5,251

8. Lebong Utara 4,416 7,806 7,806 15,676

9. Lebong Atas 1,321 2,287 2,287 4,774

10. Amen 2,040 3,793 3,793 7,548

(39)

12 Pinang Belapis 1,198 2,336 2,336 4,727

13. Padang Bano 2,754 4,650 4,650 9,916

Jumlah 54,97

0

57,891 112,861

Sumber: Dinas Kesosnakertransdukpil Kabupaten Lebong 2010

Grafik 2.5

13.44% 5.77%

9.44%

8.26% 6.01%

8.81% 4.97%

14.35% 4.29%

6.63%

5.19% 3.89%

8.95%

Presentase Jumlah Penduduk per Kecamatan

Lebong Selatan Topos

(40)

2.2

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN SOSIALASPEK KESEJAHTERAAN SOSIAL 2.2.1

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Perkembangan PDRB Kabupaten Lebong lima tahun terakhir seperti pada tabel berikut :

Tabel 2.19

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar harga Konstan Tahun 2005 s.d 2006

N

o Sektor

2005 2006 2007 2008 2009

(41)

N

o Sektor

2005 2006 2007 2008 2009

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 s.d 2009 Atas Dasar harga Berlaku

Kabupaten Lebong

N

o Sektor

2005 2006 2007 2008 2009

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

5,270 0,84 5,905 0,85 6,183 0,79 6,399 0,73 6,623 0,69

3 Industri

& air bersih 3,178 0,51 3,489 0,50 3,704 0,47 3,943 0,45 4,048 0,42 5 Konstruksi 17,67

(42)

komunikasi

Secara umum, distribusi persentase PDRB atas harga berlaku Kabupaten Lebong dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 mengalami pergeseran sektor walaupun pergeserannya dapat dikatakan belum signifikan. Sektor primer sedikit mengalami penurunan masing-masing sebesar rata-rat 0,25%, sedangkan sektor sekunder dan sektor tersier mangalami kenaikan rata masing-masing 0,11 dan 0,13.

a. Sektor Primer

Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian Kabupaten Lebong, sektor ini menjadi tumpuan dalam menciptakan dan menyerap lapangan pekerjaan. Disamping itu sektor primer relatif lebih bertahan dalam menghadapi gejolak dibandingkan dengan sektor lain.

(43)

hal yang mustahil Kabupaten Lebong menjadi lumbung padi bagi propinsi Bengkulu.

Selain itu, subsektor perkebunan terutama perkebunan kopi di kecamatan rimbo pengadang juga memberikan kontribusi yang cukup begus, selain itu juga ada perkebunan karet dan kepala sawit yang mulai dikembangkan di kecamatan Lebong atas dan padang bano.

Subsektor perikanan juga menyumbang kontribusi positif terhadap PDRB Kabupaten Lebong. Produksi ikan terutama ikan mas menjadi andalan, walaupun ,masih menjadi keterbatasan kontinuitas komoditi sehingga ikan hanya melimpah pada musim-musim tetentu. Sektor yang kedua adalah subsector pertambangan dan penggalian. Dalam hal pertambangan di Kabupaten Lebong sejak zaman dahulu terkenal sebagai penghasil emas, hanya saja sekarang hasil tambang sudah tidak lagi.

b. Sektor Sekunder

Sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengelolaan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor konstruksi. Sektor ini mengalami sedikit kenaikan peranan dalam PDRB Kabupaten Lebong tahun 2008. Peningkatan peranan sektor ini dipengaruhi oleh sektor bengunan/konstruksi yang mengalami kenaikan dari 2,79% pada tahuan 2007 menjadi 2,95% pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2006 sebesar 5,19% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 5,21% untuk sektor industri pengelolaan tidak mengalami perubahan yang signifikan bahkan kontribusi terhadap PDRB tahun 2008 sedikit mengalami penurunan. Begitu juga dengan sektor listrik, gas dan air bersih juga belum memberikan kontribusi yang maksimal terhadap PDRB Kabupaten Lebong tahun 2008 yang hanya sebesar 0,45% dan sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0.02%

(44)

Sektor ketiga ini terdiri atas sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor ini cukup signifikan memberikan peranan terhadap PDRB Kabupaten Lebong tahun 2008 yaitu sebesar 16,34% dan sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya 16,21% sedangkan pada tahun 2006 15,89% mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 15, 96% Sektor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian baik secara global, nasional mupun regional. Bila kondisi perekonomian nasional membaik maka akan berimplikasi baik pula terhadap perekonomian Kabupaten Lebong.

Tabel 2.21

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2005 s.d 2009 Atas Dasar harga Berlaku (HB) dan harga Konstan (HK)

Kabupaten Lebong

N

(45)

% % % % % % % % % % 1 Pertanian 78,00 79,15 78,08 79,31 77,83 79,32 77,64 77,64 77,94 79,21 2 Pertambangan & Galian 0,84 0,69 0,85 0,67 0,79 0,67 0,73 0,73 0,69 0.61 3 Industri Pengolahan 1,88 1,81 1,89 1,84 1,91 1,84 1,88 1,88 1.78 1,75 4 Listrik Gas & Air Bersih 0,51 0,37 0,50 0,37 0,47 0,37 0,45 0,45 0,42 0,36 5 Konstruksi 2,82 2,01 2,80 1,95 2,79 1,95 2,95 2,95 2,95 2.10 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,92 4,95 4,92 5,02 5,03 5,02 5,06 5,06 5,11 4.89

7 Pengangkutan & komunikasi 1,36 1,29 1,34 1,29 1,29 1,29 1,28 1,28 1,21 1.25

8 Keuangan, Sewa & jasaPerusahaan 1.57 1,65 1,51 1,66 1,55 1,66 1,58 1,58 1,60 1.75 9 Jasa-jasa 8,11 8,08 8,21 7,89 8,34 7,89 8,42 8,42 8,32 8.09 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Besarnya PDRB Kabupaten Lebong atas dasar harga berlaku tahun 2006 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 11,87% dari 627.215 juta rupiah menjadi 698.783 juta rupiah. Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi terutama sektor pertanian selain juga terjadi peningkatan produksi. Hingga Tahun 2008, PDRB Kabupaten Lebong terus mengalami peningkatan, dimana bila dibandingkan dengan tahun 2007 maka mengalami peningkatan sebesar 12,12% yaitu dari 781.728 juta menjadi 876.457 juta rupiah. Demikian juga halnya dengan PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2005 adalah sebesar 320.128 juta dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 468.201 juta.

Peningkatan PDRB ini menunjukkan gambaran kondisi perekonomian Kabupaten Lebong yang semakin baik dari tahun ke tahun. Untuk lebih lengkapnya dapat lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.22

Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lebong

Tahun 2007- 2008 (juta rupiah)

(46)

2005 627.215 402.784 5,47

2006 698.783 424.260 5,33

2007 781.729 445.941 5,11

2008 876.454 468.202 4,99

2009 962.250 489,657 4,58

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Lebong Tahun 2009

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebong tahun 2006 telah mengalami pertumbuhan positif sebesar sebesar 5,33% namun pada tahun 2008 mengalami sedikit penurunan dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2006 yaitu sebesar 4,99% hal ini dipengaruhi oleh laju inflasi serta kondisi perekonomian makro/nasional lainnya.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebong, pemerintah daerah perlu menciptakan iklim investasi, lapangan usaha baru, menciptakan kestabilan politik dan kepastian hukum.

Pada tahun 2008 PDRB Kabupaten Lebong atas dasar harga berlaku sangat didominasi oleh sektor pertanian yaitu sebesar 77,64%. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang terkecil yang belum memberikan kontribusi yang optimal dengan kontribusi terhadap perhitungan PDRB yaitu sebesar 0,47%.

Adapun sektor lain yang turut berkontribusi cukup besar antara lain sektor jasa - jasa sebesar 8,42%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 5,06%, sektor bangunan sebesar 2,95% dan sisanya tersebar pada sektor ekonomi lainnya.

2.2.1.2 Laju inflasi

Tabel 2.23

Nilai Inflasi rata-rata Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2004 s.d 2008

Kabupaten Lebong

(47)

(%)

Inflasi 4.42 18.07 7.49 4.25 11,8 14,61

Sumber : Indikator Ekonomi Kab. Lebong Tahun 2004-2008

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi di Kabupaten Lebong mengalami fluktuatif pada tahun 2004 sebesar 4.42% dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan yang sangat signifikan menjadi 18.07% hal ini disebabkan karena pada tahun 2005 adanya penambahan penduduk terutama penerimaan pegawai untuk pertama kalinya sejak Kabupaten Lebong dimekarkan dari Kabupaten Rejang Lebong sehingga meningkatnya tingkat konsumsi sesuai dengan teori ekonomi bahwa semakin banyaknya permintaan barang dan jasa akan tetapi tidak dibarengi dengan adanya peningkatan persediaan barang dan jasa sehingga meningkatnya harga barang dan jasa disuatu daerah, sedangkan pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 7.49% dan pada tahun 2007 juga mengalami penurunan menjadi 4.25%, terjadinya penurunan inflasi secara berturut –turut selama dua tahun terakhir hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya jumlah produksi barang dan jasa mengingat miningkatnya tingkat permintaan sehingga produsen bermunculan menawarkan berbagai barang dan jasa dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 11.8%, hal ini sebabkan karena dipengaruhi oleh kondisi nasional dan internasional karena terjadi kenaikan harga mentah minyak dunia.

2.2.1.3. Indeks pembangunan manusia (IPM)

(48)

memfokuskan pada pembangunan yang terpusat pada manusianya sendiri. Indeks pembangunan Manusia di Kabupaten Lebong Tahun 2005 s/d tahun 2009 adalah sebagai baikut

Tabel 2.24

Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebong Tahun 2005 s/d 2009

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Indek Pembangunan Manusia (IPM) 66.50 67.60 68.39 69.08 69.63

Secara umum jika dibandingkan dengan tahun 2005, sampai dengan tahun 2009 pembangunan manusia di Kabupaten Lebong relatif lebih baik ditandai dengan adanya kenaikan pada tiap tahunya walaupun kenaikan tidak begitu signifikan. hal ini tercermin dari besaran angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebong tahun 2005 sebesar 66,50% yang mengalami peningkatan sebesar 1.1% dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 67,60%. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 0.79% dibandingkan dengan tahun 2006 yang sebesar 67,60% sedangkan pada tahun 2008 juga menglami kenaikan sebesar 1.24% dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 68.39% dan pada tahun 2009 juga mengalami kenaikan sebesar 0.55% dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 69.08%.

(49)

2.2.2

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial Fokus Kesejahteraan Sosial

2.2.2.1 Angka Melek Huruf

Tabel 2.25

Perkembangan angka melek huruf tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Angka Melek Huruf 94.3 94.5 94.93 95.19 95.20

Sumber : IPM Kab. Lebong Tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009

(50)

2.2.2.2 Angka partisipasi Murni (APM)

Tabel 2.26

Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2005 s/d 2009

NO Sekolah 2006 2007 2008 2009 2010

1. Sekolah Dasar 84.31 88.95 88.42 88.39 87,89

2. Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama 71.36 69.53 71.53 75.72 73,66

3. Sekolah Lanjutan Tingkat

Menengah 44.17 46.98 48.41 51.02 50,75

Berdasarkan tabel diatas angka partisipasi murni pada sekolah dasar pada tahun 2007, 2008 dan 2009 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2006, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan, angka partisipasi murni sekolah dasar di Kabupaten Lebong tergolong tinggi rata-rata diatas 80%, akan tetapi hal ini tidak dibarengi dengan rata-rata angka partisipasi sekolah pada pendidikan menengah yang hanya 70%. Angka Partisipasi Murni (APM) pada tingkat pendidikan menengah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terus mengalami peningkatan mulai dari 44,17% pada tahun 2006 hingga 50,75% pada tahun 2010. Masih rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada tingkat pendidikan sekolah menengah diakibatkan belum meratanya akses terhadap sarana pendidikan. Lokasi yang rata-rata hanya berada di pusat ibukota kecamatan sangat sulit terjangkau oleh lulusan sekolah dasar yang berada di desa-desa terpencil.

2.2.2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Tabel 2.27

Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2005 s/d 2009

(51)

1. Sekolah Dasar 96.41 96.21 94.49 95.22 95, 67 2. Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama 83.36 81.17 82.97 86.95 84,84

3. Sekolah Lanjutan Tingkat

Menengah 49.67 50.38 52.02 54.58 54,94

Sumber : Dinas Diknaspora Kabupaten Lebong

Berdasarkan tabel diatas angka partisipasi kasar pada sekolah dasar pada tahun 2007 sebesar 96,21%, tahun 2008 sebesar 94,49% dan tahun 2010 sebesar 95,67%, peningkatan dan penurunan yang APK terjadi tidak begitu signifikan, sedangkan APK sekolah lanjutan pertama rata-rata diatas 80%, APK pada pendidikan menengah pada tahun 2006 sebesar 49,67% persen sedangkan rata-rata hanya 50%, berdasarkan tabel tersebut semakin tinggi pendidikan maka angka partisipasi sekolah semakin menurun hal ini disebabkan karena faktor ekonomi mengingat semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula biaya untuk sekolah.

2.2.2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah

Tabel 2.28

Rata-rata Lama Sekolah tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1 Rata-rata Lama Sekolah 7.1 7.2 7.47 7.47 7.78

Sumber Buku IPM Kab. Lebong 2006-2009

(52)

tahun 2009 menunjukkan bahwa secara umum penduduk Kabupaten Lebong yang berpendidikan formal sebesar 51,8% dari seluruh pendidikan yang harus dijalani yaitu 15 tahun. hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Lebong karena rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah hanya 7 tahun berarti program pemerintah akan wajib belajar sembilan tahun belum tuntas, Oleh karena itu pemerintah diharapkan menggalakkan program yang mampu menumbuhkan kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan formal sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.

2.2.2.5 Angka harapan Hidup

Tabel 2.29

Angka harapan Hidup tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Angka harapan Hidup 64,30 65,10 65,55 65,87 66,26

(53)

2.2.2.6 Presentase Balita Gizi Buruk

Tabel 2.30

Angka harapan Hidup tahun 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Balita 9.178 8.882 13.020 9.206 7.069

2. Presentase Balita Gizi Buruk 0.050 0.160 0.060 0.180 0.270

Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tahun 2005 dengan jumlah balita 9.178 terdapat 0,050% atau 5 bayi yang mengalami gizi buruk, akan tetapi pada tahun 2006 dengan jumlah balita yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2005 presentase belita yang mengalami gizi buruk sebanyak 0.160% atau 14 balita yang mengalami gizi buruk, sedangkan pada tahun 2007 dengan jumlah balita 13.020 presentase balita yang mengalami gizi buruk adalah sebanyak 0.060% atau 8 balita, pada tahun 2008 dengan jumlah balita 9.206 balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 0,180% atau 17 balita dan pada tahun 2009 dengan jumlah balita 7.069 balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 0.270% atau 19 balita.

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

2.3.1.1 Pendidikan

(54)

Tabel 2.31

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

N

O Jenjang Pendidikan 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1 Jumlah Murid usia 7-12 tahun 13.279 12.682 12.722 13.144 13.30 4 1.2 Jumlah Penduduk Kelompok Usia

usia 7-12 tahun 12.629 12.344 13.080 13.349

1.

3 APS SD/MI 105,15 102.74 97,26 98.46

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Murid usia 13-15 tahun 4.122 4.586 4.660 4.495 5.005 2.2 Jumlah Penduduk Kelompok Usia

usia 13-15 tahun 5.996 5.861 5.187 5.071

2.

3 APS SMP/MTs 68.75 78.25 89.83 88,63

Sumber; - Buku Idikator Sosial Kab. Lebong 2007-2008

- Buku Indikator Kesejahteraan Rakyat Kab. Lebong 2005-2006

Bedasarkan tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa angka partisipasi sekolah pendidikan dasar pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 2,41% dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 105.15%, angka partisipasi sekolah dasar diatas angka 100% disebabkan karena banyak jumlah umur murid sekolah menengah (13-15 tahun) yang masih duduk di sekolah dasar, sedangkan pada tahun 2007 juga mengalami penurunan sebesar 5.48% dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 102.74%, pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 1.2% dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 97. 26%.

(55)

pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 1.2% dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 89,83%, hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah Kabupaten Lebong untuk melakukan peningkatan dalam pembangunan dibidang pendidikan agar angka partisipasi sekolah terus meningkat.

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah

Tabel 2.32

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah 2005 s.d 2009 Kabupaten Lebong

N

O Jenjang Pendidikan 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1 Jumlah Gedung Sekolah 109 105 103 104 104

1.2 Jumlah Penduduk Kelompok Usia

usia 7-12 tahun 12.629 12.344 13.080 13.349

1.3 Rasio 115 117 126 128

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Gedung Sekolah 18 18 24 29 29

2.2 Jumlah Penduduk Kelompok Usia

usia 13-15 tahun 5.996 5.861 5.187 5.071

2.3 Rasio 333 325 216 174

Sumber; - buku indikator sosial kab. Lebong 2007-2008

- buku indikator kesejahteraan rakyat kab. Lebong 2005-2006

(56)

usia 7-12 tahun terdapat 1 sekolah dasar, pada tahun 2008 terjadi kenaikan rasio sebesar 2 dari 126 pada tahun 2007 menjadi 128 pada tahun 2008, hal ini juga dibarengi dengan bertambahnya jumlah sekolah dari 103 pada tahun 2007 menjadi 104 pada tahun 2008 serta peningkatan jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun sebesar 269 dari 13.080 pada tahun 2007 menjadi 13.349 pada tahun 2008, angka ini menunjukkan kondisi yang cukup ideal untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 terdapat 18 sekolah menengah dengan jumlah penduduk kelompok usia sekolah 13-15 tahun sebanyak 5.996 dengan rasio sebesar 333, hal ini berarti setiap 333 penduduk kelompok usia sekolah 13-15 tahun terdapat 1 sekolah menengah, pada tahun 2006 terjadi penurunan rasio sebanyak 8 dari 333 pada tahun 2005 menjadi 325 pada tahun 2006 hal ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah penduduk kelompok usia sekolah 13-15 tahun sebanyak 135 orang dari 5.996 pada tahun 2005 menjadi 5.861 pada tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007 jumlah sekolah bertambah sebanyak 8 sekolah dari 18 sekolah pada tahun 2006 menjadi 24 pada tahun 2007, hal ini dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat mengingat sekolah menengah yang telah ada jaraknya terlalu jauh dan hanya terdapat pada ibukota kecamatan sehingga pemerintah Kabupaten Lebong membangunan 8 unit sekolah baru yang terebar di beberapa desa, hal ini tentunya mengurangai rasio sebayak 109 dari 325 pada tahun 2006 menjadi 216 pada tahun 2007, pada tahun 2008 pemerintah daerah juga membangun 2 unit sekolah baru (USB) sehingga jumlah sekolah menjadi 29 sekolah pada tahun 2008, hal ini dibarengi dengan penurunan jumlah penduduk kelompok sekolah umur 13-15 tahun sehingga mengakibatkan penurunan rasio menjadi 174 pada tahun 2008, hal ini berarti pada tahun 2008 setiap 174 orang kelompok usia sekolah 13-15 tahun terdapat 1 sekolah menengah.

c. Rasio Guru/Murid

Tabel 2.33

(57)

NO JENJANG PENDIDIKAN 2005 2006 2007 2008 2009

1 SD/MI

1.1 Jumlah Guru 813 933 775 730 898

1.2 Jumlah Murid 13.279 12.682 12.722 13.144 13.30 4

1.3 Rasio 61 73 61 55 67

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Guru 273 424 325 311 375

2.2 Jumlah Murid 4.122 4.586 4.660 4.495 5.005

2.3 Rasio 15 10 14 14 13

Sumber; - Buku indikator sosial kab. Lebong 2007-2008

- Buku indikator kesejahteraan rakyat kab. Lebong 2005-2006

- Data diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 jumlah guru 813 jumlah murid 13.279 dengan rasio 16, hal ini berarti setiap 1000 murid di didik oleh 61 guru, sehingga satu guru mengajar 16 siswa, pada tahun 2006 terjadi kenaikan rasio sebesar 12 dari rasio 61 pada tahun 2005 menjadi 73 pada tahun 2006, hal ini dikarenakan bertambahnya jumlah guru 120 orang dari 813 pada tahun 2005 menjadi 933 pada tahun 2006 dan penurunan jumlah murid sebesar 597 murid dari 13.279 pada tahun 2005 dan 13.279 pada tahun 2006, hal ini mengakibatkan setiap 1000 murid didik oleh 73 guru dan setiap satu guru mengajar 13 murid

(58)

dibandingkan dengan tahun 2008 besar 730, hal ini dibarengi dengan kenaikan jumlah murid sebanyak 160 dibandingkan dengan tahun 2008 dengan jumlah 13.144 hal ini mengakibatkan kenaikan rasio sebesar 12 menjadi 67 pada tahun 2009, oleh karena itu berarti setiap 1000 murid didik oleh 67 guru, sehingga setiap guru mengajar 15 murid.

Pada tahun 2008 jumlah guru mengalami penurunan menjadi 730 hal ini bisa terjadi karena ada beberapa guru yang pindah tugas dan juga pensiun, penurunan ini dibarengi dengan bertambahnya jumlah murid 422 siswa dari 12.722 pada tahun 2007 menjadi 13.144 pada tahun 2008 sehingga mengakibatkan kenaikan rasio menjadi 17 pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 terjadi penambahan guru sebanyak 168 dari 730 guru pada tahun 2008 menjadi 898 pada tahun 2009 dan betambahnya siswa menjadi 13.304 pada tahun 2009 sehingga rasio mengalami penurunan menjadi 14 pada tahun 2009.

(59)

sebanyak 375 dengan jumlah murid 5.005 sehingga risio mengalami penurunan satu dari 14 pada tahun 2008 menjadi 13 pada tahun 2009.

2.3.1.2 Kesehatan

1. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas dan Rumah sakit adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas dan rumah sakit agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.

Sarana kesehatan sangat penting sebagai tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sehat maupun sakit. Pada bagian ini akan diuraikan tentang sarana Kesehatan di antaranya puskesmas dan rumah sakit :

a. Puskesmas

Puskesmas (Pusat kesehatan masyarakat) yaitu unit pelaksana teknis pelayanan Kesehatan disuatu wilayah kerja. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Lebong pada tahun 2009 adalah 11 puskesmas yang terdiri dari 2 Puskesmas perawatan dan 9 puskesmas non perawatan.

b. Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan pelayanan rujukan dari Puskesmas. Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan, Rumah Sakit seharusnya dapat melaksanakan pelayanan kesehatan secara optimal. Jumlah Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Lebong pada tahun 2009 berjumlah 1 unit yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lebong.

(60)

Data tenaga kesehatan yang disajikan terdiri dari tenaga medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis), perawat dan bidan (termasuk lulusan D III dan S I), Farmasi (apoteker, asisten apoteker), Gizi (lulusan D-I dan D III), Teknisi medis (analis, rontagen), sanitasi (lulusan SPPH, APK dan D III kesehatan lingkungan), dan Kesehatan Masyarakat (SKM). Persentase tenaga kesehatan menurut jenisnya disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2.34

Jumlah Tenaga Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2009

Sumber : Kepegawaian Dinkes dan RSUD Kab. Lebong Tahun 2010

Dari Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 242 tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Lebong, tenaga kesehatan terbesar adalah tenaga perawat dan bidan yaitu 167 orang, dan kesehatan masyarakat sebanyak 24 orang, dan tenaga kesehatan yang paling sedikit adalah teknisi medis yaitu 6 orang.

(61)

Gambar 2.3

Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Tahun 2009

Sumber : Kepegawaian Dinkes dan RSUD Kab. Lebong Tahun 2010

3. Rasio Posyandu terhadap jumlah balita

Tabel 2.35

Rasio Posyandu terhadap jumlah Tahun 2005 s/d 2009

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Balita 9.178 8.882 13.020 9.206 7.069

(62)

Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tahun 2005 jumlah balita 9.178, tahun 2006 jumlah balita 8.882 dan tahun 2008 jumlah balita 9.206 dengan rasio ketersediaan posyandu sebanyak 10 posyandu, hal ini berarti pada tahun 2005 setiap 1.000 balita terdapat 10 posyandu dan setiap posyandu melayani 100 balita, sedangkan pada tahun 2007 jumlah balita 13.020 dengan rasio ketersediaan posyandu sebanyak 7 posyandu, hal ini berarti pada tahun 2007 setiap 1.000 balita terdapat 7 posyandu dan setiap posyandu melayani 143 balita, tahun 2009 jumlah balita 7.069 dengan rasio ketersediaan posyandu sebanyak 14 posyandu, hal ini berarti pada tahun 2009 setiap 1.000 balita terdapat 14 posyandu dan setiap posyandu melayani 71 balita, hal ini merupakan perkembangan yang positif karena adan peningkatan pelayanan kesehatan dengan semakin bertambahnya rasio ketersediaan posyandu.

4. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu

Tabel 2. 36

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Tahun 2005 s/d 2009

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Penduduk

2. Rasio Puskesmas, Poliklinik,

Pustu 1 4 4 6 5

Sumber; Data diolah

(63)

2007 setiap 10.000 penduduk terdapat 4 puskesmas, poliklinik dan pustu dan setiap puskesmas, poliklinik dan pustu melayani 2.500 penduduk, pada tahun 2008 jumlah penduduk 101.688 dengan rasio ketersediaan 6, hal ini berarti pada tahun 2008 setiap 10.000 penduduk terdapat 6 puskesmas, poliklinik dan pustu dan setiap puskesmas, poliklinik dan pustu melayani 1.667 penduduk, tahun 2009 rasio 5 hal ini berarti pada tahun 2009 setiap 10.000 penduduk terdapat 5 puskesmas, poliklinik dan pustu dan setiap puskesmas, poliklinik dan pustu melayani 2.000 penduduk.

5. Rasio Dokter Persatuan Penduduk

Tabel 3.37

Rasio Dokter persatuan penduduk Tahun 2005 s/d 2009

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Penduduk

102.21 2

100.79 7

112.147

101.68 8

112.86 1

2. Rasio Dokter persatuan

penduduk 1 2 1 1 1

Sumber; Profil Dinas Kesehatan

(64)

6. Rasio Tenaga Medis

Tabel 2. 38

Rasio Tenaga Medis persatuan penduduk Tahun 2005 s/d 2009

NO URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009

1. Jumlah Penduduk

102.21 2

100.79 7

112.147

101.68 8

112.86 1

2. Rasio Tenaga Medis

persatuan penduduk 8 14 14 16 15

Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tahun 2005 jumlah Penduduk 102.212 jiwa, tahun dengan rasio tenaga medis sebanyak 8 orang, hal ini berarti pada tahun 2005 setiap 10.000 penduduk terdapat 8 tenaga medis dan setiap tenaga medis melayani 1.250 penduduk, sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 dengan rasio tenaga medis sebanyak 14, hal ini berarti setiap 10.000 penduduk terdapat 14 tenaga medis dan setiap tenaga medis melayani 714 penduduk, tahun 2008 rasio 16, hal ini berarti setiap 10.000 penduduk terdapat 16 tenaga medis dan setiap tenaga medis melayani 625 orang, begitu juga tahun 2009 dengan rasio 15 berarti setiap tenaga medis melayani 667 penduduk.

7.

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

a. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)

Gambar

Grafik  2.1. Luas Wilayah Kabupaten Lebong
Tabel  2.2.   Luas Wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan Kemiringan lahan 2009
Tabel 2.5
Tabel 2.6.   Luas dan Jumlah Produksi Komoditi Pertanian Kabupaten Lebong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sektor industri pengolahan pada PDRB Kalimantan Selatan tahun 2015 adalah sebesar Rp 384.323 juta rupiah memiliki share kontribusi sebesar 3,35 persen dari total PDRB dengan

Peblangan Umum den$an Pmcakudifikmi pada Dinc Fertanhn dan Kdaluna kngen Kebupatffi lebong,. Tahun Anggaran 2012 untuk Pekaiaan Konshuksisebagaikikut

Dari gambar diatas juga dapat dilihat bahwa pada tahun 2004-2005 produksi ikan yang didaratkandi PPS Nizam Zachman berasal melalui jalur laut lebih banyak dari pada produksi ikan

Laju inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara year on year (YOY) semenjak tahun 2009 hingga tahun 2012 dapat terkendali pada angka satu digit, kondisi ini menandakan tingkat

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel struktur penduduk.. berdasarkan umur pada tahun 2011

Maka dari itu fenomena saat ini adalah dikarenakan industri sepatu mengalami fluktuatif pada pertumbuhan penjualan sebagai pelaku usaha diharapkan mampu menganalisa

Hal ini terlihat dari indikator kinerja rumah tangga pengguna listrik dimana pada tahun 2007 sebesar 54,93 % meningkat menjadi 77,18 % di tahun 2011, dan diperkirakan

Berdasarkan EFOR Unit Pembangitan, pada tahun 2017 perusahaan memperoleh hasil pencapaian sebesar -289,22% dan mengalami kenaikan sebesar 47,57% pada tahun 2018 menjadi