• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan kinerja dalam persepsi karyawan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan kinerja dalam persepsi karyawan."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA DALAM PERSEPSI KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S. Psi)

Moh. Minannullah B07210052

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

x

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan partisipatif dengan kinerja terhadap persepsi karyawan di perusahaan kontraktor PT. Duta Rama. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Jenis penelitiannya adalah penelitian korelasional dengan pengujian hipotesis. Subyek diambil sebanyak 48 orang yang bekerja pada PT. Duta rama, Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala kepemimpinan partisipatif dan kinerja. Teknik pengumpulan data ini menggunakan angket yang telah di uji cobakan terlebih dahulu dan di uji validitas serta reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dengan bantuan SPSS 16.00 for windows. Hasil yang di dapat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Kepemimpinan Partisipatif dengan Kinerja, dimana tingkat signifikansinya sebesar 0.00 < 0.05, berarti hipotesis yang di ajukan diterima. Hal ini berarti semakin tinggi Kepemimpinan Partisipatif maka semakin tinggi kinerja demikian pula sebaliknya semakin rendah Kepemimpinan Partisipatif semakin rendah pula Kinerjanya.

(7)

xi

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship of participative leadership style with performance to employee perceptions in contractor company PT. Ambassador Rama. This research includes quantitative research. The type of research is correlational research with hypothesis testing. Subject taken as many as 48 people working at PT. Duta rama, There are two scales used in this research that is the scale of participative leadership and performance. This data collection technique using questionnaires that have been tested first and tested the validity and reliability. Data analysis technique used is product moment correlation with the help of SPSS 16.00 for windows. The results can show there is a significant relationship between Participatory Leadership with Performance, where the significance level of 0.00 <0.05, means that the hypothesis submitted accepted. This means that the higher Participatory Leadership the higher the performance, and vice versa the lower the Participative Leadership the lower the Performance.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan... iii

Kata Pengantar ... iv

2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 16

3. Dimensi kinerja ... 18

B.Gaya Kepemimpinan Partisipatif ... 21

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 21

2. Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif ... 22

3. Teori Teori Kepemimpinan ... 23

4. Macam Macam Kepemimpinan ... 26

5. Dimensi Gaya Kepemimpinan Partisipatif ... 29

6. Karakteristik Kepemimpinan Partisipatif. ... 31

C.Perspektif ... 35

D.Hubungan Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Kinerja ... 36

E. Kerangka Teoritis ... 37

F. Hipotesis ... 40

(9)

b. Skala Kepemimpinan Partisipatif ... 46

D.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 47

1. Validitas ... 47

2. Realibilitas ... 51

a. Skala Kepemimpinan Partisipatif ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Kinerja ... 45

Tabel 2 : Blue Print Skala Kepemimpinan Partisipatif ... 46

Tabel 3 : Uji Daya Diskriminasi Item Kepemimpinan Partisipatif ... 48

Tabel 4 : Uji Daya Diskriminasi Item Kinerja ... 46

Tabel 5 : Blueprint Baru Skala kepemimpinan partisipatif ... 53

Tabel 6 : reliabilitas kepemimpinan partisipatif ... 54

Tabel 7 : Blue print Baru skala Kinerja ... 55

Tabel 8 : reliabilitas Skala Kinerja ... 56

Tabel 9 : Jumlah Responden Berdasarkan Subag Instansi ... 59

Tabel 10 : Data Responden Berdasarkan Usia ... 60

Tabel 11: Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 12: Data Responden Berdasarkan Status ... 61

Tabel 13: Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 62

Tabel 14: Deskriptif Data ... 63

Tabel 15: Deskripsi Data Subyek Berdasarkan usia ... 63

Tabel 16: Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

Tabel 17: Data Responden Berdasarkan Status ... 64

Tabel 18: Data Responden Berdasarkan Lama bekerja ... 65

Tabel 19: Hasil Uji Reliabilitas ... 66

Tabel 20 : Hasil Uji Normalitas ... 67

Tabel 21: Hasil Uji Linieritas ... 68

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Kepemimpinan Partisipatif ... 78

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Skala Kepemimpinan Partisipatif ... 82

Lampiran 3 : Tabulasi Skor Subyek Try Out ... 83

Lampiran 4 : Skala Kinerja Subyek Try Out ... 84

Lampiran 5 : Tabulasi Jawaban Skala Kinerja Try Out... 86

Lampiran 6 : Tabulasi Skor Subyek Try Out ... 87

Lampiran 7 : Skala Kepemimpinan Partisipatif Subyek Penelitian ... 88

Lampiran 8 : Tabulasi Jawaban Skala Kepemimpinan Partisipatif Subyek Penelitian. ... 91

Lampiran 9 : Tabulasi Skor Skala Kepemimpinan Partisipatif Subyek Penelitian…... ... 92

Lampiran10: Skala Kinerja Subyek Penelitian ... 93

Lampiran 11: Tabulasi Jawaban Skala Kinerja Subyek Penelitian ... 95

Lampiran 12: Tabulasi Skor Skala Kinerja Subyek Penelitian ... 96

Lampiran 13: Output Hasil Uji Normalitas ... 97

Lampiran 14: Output Hasil Uji Linearitas ... 99

Lampiran 15: Output Hasil Uji Deskriptif ... 101

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang masih dalam tahap perkembangan sebagai

negara berkembang, bangsa Indonesia harus terus melakukan

pembenahan-pembenahan dari berbagai segi melalui pembangunan nasional, dimana

dinamika-dinamika dan gerak pembangunan nasional hendaknya selaras dengan tujuan

pembangunan yang telah di tetapkan. Pembangunan nasional perlu dilaksanakan

secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu

peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar

dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju.

Administrasi negara sebagai tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah

tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk membentuk

suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh tujuan tersebut ditujukan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan

negara.Tujuan pembangunan itu dapat tercapai dengan pembangunan nasional yang

terencana dan terarah serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

PT. Duta Rama adalah perusahaan yang bergerak dibidang kontruksi,

kontruksi merupakan sebuah jasa dalam bidang pembangunan, dengan tujuan

melakukan pengembangan disektor peningkatan, tatanan antar provinsi, dalam suatu

(14)

2

kerjasama, sarana prasarana dan yang terpenting adalah kinerja para karyawan yang

mumpuni. Dalam sebuah jasa kontruksi kinerja para karyawan sangat penting bagi

perusahaan karena yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah proyek adalah

dilihat dari kinerja para karyawan. Bilamana kinerja para karyawan menurun, maka

kualitas dari pembangunan proyek tersebut akan berdampak pada perusahaan karena

telah banyak diketahui menurut pengalaman proyek yang tidak berjalan lancar atau

terhambat akan menyebabkan ketidakpuasan dari konsumen.

Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika.

Kinerja adalah sepadan dengan prestasi kerja aktual performance, yang

merupakan hasil secara kualitas kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan

kepadanya.

Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang konkrit, dapat diamati, dan

dapat diukur. Sehingga kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh

karyawan dalam pelaksanaan tugas yang berdasarkan ukuran dan waktu yang

telah ditentukan.

Menurut survey yang peneliti dapatkan berdasarkan studi pendahuluan di PT.

Duta Rama dapat diamati bahwa kinerja para karyawan tersebut menurun, statement

ini didapatkan dari wawancara dengan salah seorang karyawan PT. Duta Rama salah

(15)

3

mengalami penurunan yang signifikan dalam memenangkan tender yang

diselenggarakan oleh pihak pemerintah. Hal itu dikarenakan kurangnya kerjasama

antar karyawan. Dalam kondisi seperti ini seharusnya pihak pemimpin turun langsung

menangani kasus yang menimpa perusahaanya.Kasus yang menimpa perusahaan ini

telah diketahui bahwa pekerjaan yang seharusnya selesai dalam sehari bisa terhambat

sampai beberapa hari. Itulah yang menyebabkan PT. Duta Rama tidak sanggup

melengkapi berkas yang akan digunakan untuk melengkapi sebuah fasilitas proyek

(16)

4

Paket pekerjaan Bidang/Sub bidang Lokasi Alamat Nilai Kontrak

Pembangunan jembatan,

Pembangunan Sarana Air Bersih WTP I Kab. Kutai penyediaan air minum (tarakan)

Jaringan pipa distribusi WTP 1

Pembangunan gor Bangunan sipil/banguna

Dikutip Dari Laporan Pengerjaan dan Pembangunan Oleh PT. Duta Rama

Teori kinerja terdapat beberapa pengertian dari para peneliti sebelumya yang

menyebutkan bahwa kinerja dapat membangun prestasi sesungguhnya yang dicapai

oleh seseorang. Dan dapat digunakan untuk menunjang para karyawan agar

perusahaan tersebut lebih berkualitas dan berkembang.

Pengertian kinerja menurut Mangkunegara dalam Masitahsari (2015)

mengemukakan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pendapat ini dapat diartikan

(17)

5

bahwa kinerja merupakan pencapaian hasil produksi berupa kualitas dan

kuantitas sebuah barang dan jasa melalui proses kerja yang dilakukan

karyawan berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan

sebelumnya.

Kinerja menurut Russell dan Bernadin dalam Masihtasari (2015)

mengemukakan bahwa performance (kinerja) adalah catatan yang di hasilkan

dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu

tertentu. Pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa kinerja merupakan alat

yang mengukur fungsi-fungsi pekerjaan tertentu yang dikerjakan oleh karyawan

selama periode waktu tertentu tujuannya agar diketahui apakah terjadi

penurunan atau peningkatan.

Kemudian menurut Prawirosentonodalam Masihtasari (2015) kinerja atau

performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab

masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan

secara legal, tidak melanggar hokum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Pendapat tersebut mengandung arti bahwa kinerja merupakan hasil dari sebua

proses kinerja yang diberikan oleh organisasi kepada seorang karyawan atau

sekelompok karyawan, yang nantinya diharapkan akan menghasilkan produk

baik itu berupa barang dan jasa yang legal dan berdasarkan moral dan etika

yang berlaku disuatu lingkungan dan kondisi masyarakat.

Menurut Mangkunegara dalam Armedhiana (2015) kinerja adalah sepadan

dengan prestasi kerja actual performance, yang merupakan hasil secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

(18)

6

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut

Anwar dalam Murti (2013) adalah faktor kemampuan, faktor motivasi. Kemampuan

karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan pengetahuan

(knowledge). Karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan tugas sehari-hari, akan

lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, setiap karyawan

harus ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Motivasi

terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan mengarah pada usaha

mencapai tujuan perusahaan.

Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau

kelompok menuju tujuan tertentu, kita pemimpin, dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan adalah Faktor Kemampuan

Personal, Faktor Jabatan, Faktor Situasi dan Kondisi faktor-faktor seorang

pemimpin dapat mempengaruhi kepemimpinan yang ia miliki dapat dilihat dari

kemampuan personal, kemampuan ini berasal dari apa yang telah ia miliki sejak

lahir dan terus berkembang dengan adanya pola pendidikan kepemimpinan yang

didapatkan dilingkungannya. Setelah itu dapat dilihat dari jabatan dimana pada

faktor ini walaupun seseorang memiliki kemampuan yang baik namun jika ia tidak

memiliki jabatan yang baik pula maka kemampuannya dalam kepemimpinan pun

terbatas. Dan yang terakhir adalah situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi

kepemimpinan dimana seorang pemimpin harus bisa menempatkan gaya

kepemimpinannya berdasarkan situasi yang ada di lingkungannya supaya tujuan

(19)

7

Gibson dalam Selly (2014) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah

suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk

memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Melihat penjelasan mengenai teori

kepemimpinan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teori kepemimpinan

merupakan tehnik dan kemampuan dasar seorang pimpinan dalam mempengaruhi

dan mengendalikan bawahan, agar mau melaksanakan segala jenis pekerjaan

yang ditugaskan dengan efektif dan efisien.

Sedangkan menurut Thoha dalam Selly (2014) Pemimpin yang memiliki

gaya partisipatif mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya.

Dalam setiap persoalannya, selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan

pendapat-pendapat lainnya dari bawahan, dan mempunyai niat untuk

mempergunakan pendapat bawahan serta konstruktif.

Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif mempunyai

kesempatan untuk lebih sukses sebagai pemimpin (Leader). Gaya kepemimpinan

partisipatif sangat efektif dalam menetapkan tujuan karena selalu

mengharapkan pendapat, saran dan kritikan dari bawahan pada proses

pengambilan keputusan. Pendapat, saran dan kritik dari bawahan sangat

dibutuhkan guna terciptanya situasi kerja yang saling mendukung, tidak

monoton dan fleksibel, kerjasama yang kuat dalam pencapaian tujuan bersama.

Menurut Gary Yukl dalam I Nyoman Tri (2013) kepemimpian adalah suatu

aktivitas untuk mempengaruhi dan membuat seluruh karyawan ikut turut serta

memberikan kontribusinya kepada perusahaan agar dapat berjalan sesuai

dengan yang diharapkan.

Menurut Mangkunegara dalam I Nyoman Tri (2013) gaya kepemimpinan

(20)

8

Sebagai seorang pendengar yang baik. Dia mau mendengarkan apa yang menjadi

masalah yang ada di kalangan karyawan. Ketika akan membuat suatu kebijakan,

pemimpin akan mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan

bersama.

Yukl dalam Cendevip (2013) menyebut bahwa kepemimpinan partisipatif

menyangkut usaha-usaha seorang pemimpin untuk mendorong dan memudahkaan

partisipasi orang lain dalam membuat keputusan. Partisipasi memiliki banyak

bentuk, dimulai dari melakukan revisi keputusan tentatif setelah menerima protes,

meminta saran sebelum membuat keputusan, meminta seseorang atau kelompok

untuk bersama-sama membuat suatu keputusan, mengizinkan orang lain untuk

mebuat suatu keputusan bergantung pada persetujuan akhir pemimpin.

Mengikutsertakan orang lain dalam membuat keputusan sering merupakan

kebutuhan agar keputusan tersebut diterima dan diimplementasikan. Manfaat dari

kepemimpinan partisipatif itusendiri adalah untuk menghasilkan kualitas keputusan

yang lebih baik dan penerimaan keputusan lebih besar oleh orang yang akan

menerapkannya.

Kepemimpinan partisipatif (x) dan kinerja karyawan (y) mempunyai

pengaruh yang positif karena semakin baik gaya dalam memimpin maka semakin

baik pula kinerja para karyawan yang dipimpin.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh dengan

metode statistik serta dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam rangka

pengujian hipotesis sehingga diperlukan dengan signifikansi hubungan antara variabel

(21)

9

karyawan PT. Duta Rama sehingga peneliti menetapkan Kepemimpinan Partisipatif

sebagai variable Y atau variable bebas dan Kinerja sebagai variable X atau variable

terikat, dalam teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian terdapat

beberapa teknik yang akan digunakan. Penelitian ini adalah penelitian populatif

dimana populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Duta Rama jumlah

populasi karyawan sebanyak 48 orang dimana karyawan tersebut memiliki

karakteristik populasi sebagai berikut tenaga lapangan dan tenaga office.

Oleh karena itu penelitian ini mengambil sampel secara populatif.Teknik

pengambilan sampel menurut Azwar (2004) bahwa jumlah responden kurang dari

100 maka sampel diambil semua atau sampel populatif.Sedangkan jika responden

lebih dari 100, maka pengambilan sampel 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

Dari beberapa uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian pada PT.Duta Rama dengan judul kajian Hubungan Gaya Kepemimpinan

Partisipatif Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. Duta Rama.

2. Rumusan masalah

Apakah ada hubungan antara kepemimpinan partisipatif terhadap kinerja dalam

persepsi karyawan di PT. Duta Rama ?

3. Tujuan penelitian

Untuk menegetahui hubungan antara kepemimpinan partisipatif terhadap kinerja

(22)

10

4. Manfaat

a. Manfaat teoritis

Memberikan laporan hasil penelitian untuk referensi prodi psikologi dan

khususnya peminatan Psikologi Industri dan Organisasi memberikan kesempatan

bagi peneliti berikutnya untuk bisa meneliti kepemimpinan partisipatif terhadap

kinerja.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi PT Duta

Rama dalam pengambilan keputusan terkait dengan peningkatan kinerja karyawan

dengan memperhitungkan faktor kepemimpinan partisipatif. Adapun bagi

karyawan itu sendiri, hasil penelitian ini baik secara langsung maupun tidak

langsung diharapkan dapat mengembangkan dan menambah wawasan terkait

pentingnya memperhatikan gaya kepemimpinan partisipatif untuk peningkatan

kinerja karyawan.

5. Penelitian terdahulu

Penelitian dari Murti (2013) penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan, pengaruh motivasi terhadap kinerja

karyawan, pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, dan menguji

kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi antara motivasi dan kinerja karyawan.

Responden sebanyak 155 karyawan tetap di PDAM Kota Madiun. Analisis data

menggunakan metode regresi.

Temuan menunjukan motivasi berpengaruh signifikan pada kepuasaan

kerja, motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dan

(23)

11

Penelitian dari Masitahsari (2015) tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui analisis kinerja karyawan di puskesmas jongaya Makassar. Metode

peneliti yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif

yakni untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti,

menjelaskan data secara sistematis pada puskesmas jongaya makassar dengan

menggunakan pengumpulan data secara kuesioner, observasi, dan dokumentasi

mengenai hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa kinerja karyawan di puskesmas

jongaya makassar sudah baik, namun hendaklah di tingkatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan baik dari segi kemampuan kerja, motivasi kerja dan

kesempatan/peluang kerja.

Penelitian dari Malaga (2013) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kinerja karyawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan di badan

kekaryawanan daerah kabupaten kutai timur. Jenis penelitian yang digunakan bersifat

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang memaparkan atau menggambarkan segala

peristiwa yang diperoleh di lapangan dan untuk menuturkan pemecahan masalah yang

ada berdasarkan data yang diperoleh, dan bertujuan untuk memberikan penjelasan

dari variabel yang diteliti, dalam hal ini yaitu karyawan di badan kekaryawanan

daerah (bkd) kabupaten kutai timur. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik penelitian kepustakaan serta teknik penelitian lapangan yang

terdiri dari observasi secara langsung ke objek penelitian, interview secara langsung

kepada narasumber, dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan kinerja

karyawan di badan kekaryawanan daerah (bkd) kabupaten kutai timur belum berjalan

(24)

12

kutai timur membutuhkkan lebih banyak sumber daya manusia (sdm) dan memiliki

kemampuan serta pengalaman serta tingkat disiplin karyawan yang masih rendah

ditandai dengan banyak karyawan yang datang terlambat dan sering keluar kantor saat

jam kerja.

Penelitian ini dari Partiningsih (2014) tujuan penelitian ini untuk menganalisis

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada rumah sakit umum

daerah abdul wahab sjahranie kota samarinda. Populasi yang diambil dalam penelitian

ini menggunakan metode sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan

contoh secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian dari keseluruhan

karyawan yang berjumlah 879 orang hanya diambil sebanyak 42 orang. Analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi product moment dan

analisis regresi sederhana.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis diketahui bahwa kedua

variabel yaitu gaya kepemimpinan partisipatif (x) dan kinerja karyawan (y) tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan, hal ini dibuktikan dengan r = 0,237 dimana

pedoman untuk memberikan interpretasi yang dikemukakan oleh sugiyono berada

pada interval 0,20 – 0,399 yang termasuk kategori rendah.

Penelitian dari Media (2013) penelitian bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis kepemimpinan partisipatif, iklim organisasi dan kinerja serta pengaruh

kepemimpinan partispatif dan iklim organisasi terhadap kinerja kantor x di kota bogor

baik secara parsial maupun simultan. Penelitian ini merupakan tipe penelitian

deskriptif dan penelitian verifikatif. Metode yang digunakan adalah metode sensus

dimana secara keseluruhan merupakan populasi yang menjadi responden dengan

(25)

13

penelitian ini adalah semua karyawan sebanyak 31 orang. Pengujian terhadap

hipotesis penelitian dilakukan dengan metode path analysis.

Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa kategori kepemimpinan

partisipatif, iklim organisasi, dan kinerja dalam kategori masing-masing baik, sangat

baik dan baik. Hasil analisis verifikatif menunjukkan bahwa kepemimpinan

partisipatif dan iklim organisasi baik secara parsial maupun simultan berpengaruh

terhadap kinerja karyawan kantor x di kota bogor.

Fitriani (2013) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa signifikan

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pendidikan

Provinsi Kalimantan Timur. Populasi yang diambil dalam penelitian ini

menggunakan metode Sampling random (probability sampling), yaitu pengambilan

contoh secara acak (random) yang dilakukan dengan cara undian dari keseluruhan

pegawai yang berjumlah 167 orang hanya diambil sebanyak 62 orang. Analisis data

yang di gunakan dalam penelitian ini adalah korelasi statistik parametris, yaitu

koefisien korelasi product moment dan analisis regresi sederhana. Berdasarkan

analisis data dan pengujian hipotesis diketahui bahwa kedua variabel yaitu gaya

kepemimpinan partisipatif (x) dan kinerja pegawai (y) mempunyai pengaruh yang

positif dan sedang, hal ini dibuktikan dengan r = 0,453 dimana pedoman untuk

memberikan interpretasi yang dikemukakan oleh Sugiyono berada pada interval 0,40

– 0,599 yang termasuk kategori sedang. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh penulis, gaya kepemimpinan partisipatif dan kinerja pegawai pada Dinas

Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur termasuk dalam kategori sedang, Oleh karena

itu gaya kepemimpinan yang ada harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi agar

kinerja pegawai yang telah baik dapat dipertahankan dan menjadi lebih baik lagi.

(26)

14

Ardyanti (2014) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya

kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RSUD Labuang Baji Makassar jenis

penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross

sectional study. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 orang. Data dianalisis

dengan menggunakan uji chi square . Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar respo den adalah perempuan (92.6%), 58.8% berpendidikan D3 keperawatan

dan 36.8% berusia 31-40 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan

antara gaya kepemimpinan direktif (p=0,01), suportif (p=0,001) , partisipatif

(p=0,000) dengan kinerja perawat di RSUD Labuang Baji Makassar. Diharapakan

pemimpin lebih meningkatkan komunikasi dua arah dengan perawat, lebih memberi

dukungan, agar perawat merasa lebih terlibat dan lebih nyaman dalam melaksanakan

tugasnya. Dalam proses pengambilan keputusan, sebaiknya pemimpin lebih melibatkan perawat melalui proses diskusi ataupun memperhatikan rekomendasi dari

perawat, agar nantinya bila keputusan telah dibuat perawat lebih bertanggung jawab

untuk melaksanankannya.

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja menurut Mangkunegara dalam Masihtasari (2015)

mengemukakan (prestasi kerja) adalah pendapat ini dapat diartikan bahwa

kinerja merupakan pencapaian hasil produksi berupa kualitas dan kuantitas

sebuah barang dan jasa melalui proses kerja yang dilakukan pegawai

berdasarkan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan sebelumnya.

Kinerja menurut Russell dan Bernadi dalam Masihtasari (2015)

mengemukakan bahwa performance (kinerja) adalah catatan yang di hasilkan

dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu

tertentu. Pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa kinerja merupakan alat

yang mengukur fungsi-fungsi pekerjaan tertentu yang dikerjakan oleh pegawai

selama periode waktu tertentu tujuannya agar diketahui apakah terjadi

penurunan atau peningkatan.

Kemudian menurut Prawirosentono dalam Mahtiahsari (2015) kinerja

atau performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

(28)

15

hasil dari sebuah proses kinerja yang diberikan oleh organisasi kepada seorang

pegawai atau sekelompok karyawan, yang nantinya diharapkan akan

menghasilkan produk baik itu berupa barang atau jasa yang legal dan

berdasarkan moral dan etika yang berlaku disuatu lingkungan dan kondisi

masyarakat.

Defenisi kinerja menurut Irawan dalam Armedhiana (2015) menyatakan

bahwa, Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang konkrit, dapat diamati,

dan dapat diukur. Sehingga kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh

karyawan dalam pelaksanaan tugas yang berdasarkan ukuran dan waktu

yang telah ditentukan.

Menurut Simamora (1995) kinerja adalah suatu hasil kerja yang berupa

kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oeh kemampuan dari dalam diri dan

lingkungan sekitar sebagai penunjang.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya serta hasil kerja

atau tingkat keberhasilan yang didapat oleh karyawan dengan membandingkan

standar yang ditentukan oleh perusahaan dalam sebuah organisasi pada periode

tertentu yang nantinya akan diukur melalui melalui kualitas kerja,

kecepatan/ketepatan kerja, inisiatif dalam bekerja, kemampuan kerja, komunikasi,

(29)

16

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Menurut Simamora (1995) kinerja sangat di tentukan oleh 3 (tiga) hal

yakni :

1) Faktor individual yang terdiri dari :

a) Kemampuan dan keahlian

Kemampuan yang dimiliki oleh pekerja dapat mempengaruhi kinerja

karyawan, karena semakin baik kemampuan akan semakin baik juga

kinerjanya.

a) Latar belakang

Latar belakang darimana pekerja berasal juga mempengaruhi

pekerjanya,bilamana seorang berasal dari bidang yang sama dengan

dia bekerja itu akan membantu dia berkembang dan peningkatan

kinerjanya.

b) Demografi

Lingkungan yang efisien dapat membantu pekerja untuk

mengembangkan kinerjanya, karena lingkungan yang mendukung bisa

menjadi pendukung para pekerja untuk meningkatkan kinerjanya.

2) Faktor psikologis yang terdiri dari :

a) Attitude

Sikap yang baik akan membantu sipekerja untuk mengembangkan

kinerjanya, karena sikap saling membantu dan peduli lingkungan

adalah salah satu kunci mengembangkan kinerja.

(30)

17

Setiap orang memiliki kepribadian yang sangat berbeda, oleh karena

itu seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan akan

bisa membantu kita mengembangkan kegiatan kinerjanya.

c) Motivasi

Memiliki motivasi yang tinggi bisa membuat para pekerja menjadi

lebih bersemangat dalam mengembangkan kinerjanya.

3. Faktor organisasi

a) Sumber daya

Setiap organisasi memiliki sumberdaya yang bisa meningkatkan

produksi dan hasil, oleh karena itu sumberdaya yang unggul pasti akan

diperlukan para pekerja untuk meningkatkan kinerjanya.

b) Kepemimpinan

Bagaimana cara seorang memimpin organisasi perusahaanya, yang

begitu juga akan sangat membantu karyawannya untuk

mengembangkan kinerjanya.

c) Penghargaan

Memberikan apresiasi/penghargaan kepada karyawan yang memiliki

kinerja yang menarik disetiap bulannya, membuat para pekerja yang

lainya untuk berlomba-lomba dalam mengembangkan kinerjanya.

d) Struktur

Struktur organisasi yang tepat akan membantu karyawanya yang fokus

(31)

18

Simamora di atas dapat dipahami bahwa faktor individual, faktor

psikologis dan faktor organisasi sangat penting karena sub faktor dari ketiga

faktor tersebut mempunyai keterkaitan dan sangat vital bagi sebuah kinerja

karyawan baik itu secara individu maupun secara kelompok sehingga akan

mepengaruhi pegawai untuk bekerja lebih baik dan obyektif yang akhirnya

pencapaian hasil kinerja meningkat.

Menurut A. Dale Timple dalam dirk Malaga (2013), faktor-faktor kinerja

terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (disposisional)

yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya kinerja

seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang

itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan

orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Faktor eksternal yaitu

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan.

Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau

pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Dari kesimpulan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang

mempengaruhi kinerja ada beberapa faktor diantaranya adalah faktor individu,

psikologis, dan organisasi.

3. Dimensi Kinerja

Bernadin dalam Simamora (1995) menyampaikan ada enam kriteria dasar

(32)

19

a) Kualitas pekerjaan (quality) merupakan nilai dimana proses atau hasil dari

ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan kesempurnaan pekerjaan itu sendiri.

b) Ketepatan waktu (timeliness) merupakan nilai dimana suatu pekerjaan dapat

dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, atau pada waktu yang

ditentukan.

c) Inisiatif akan menjadi karyawan yang lebih baik lagi dan bisa berkembang dalam

setiap pekerjaannya.

d) Komunikasi yang baik antara pegawai satu dengan lainya akan menimbulkan

hubungan yang sinkron dan membuat perkejaan menjadi lebih mudah dan lebih

ringan dan produktivitas bisa meningkat.

e) Kemampuan diri (Interpersonal Impact) merupakan terkait dengan kemampuan

individu dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik dan kerja sama

diantara sesama pekerja dan anak buah.

Dimensi kinerja kadang-kadang digunakan secara bergantian untuk

pengukuran kinerja tetapi banyak pula yang membedakannya. Pengukuran kinerja

berkaitan dengan hasil yang dapat dikuantitatifkan dan mengusahakan data setelah

kejadian, sementara itu, indikator kinerja dipakai untuk aktivitas yang dapat

ditetapkan secara lebih kualitatif atas dasar perilaku yang diamati menurut Mathis dan

Jackson (2002) dimensi kinerja dibagi atas lima yaitu kualitas kerja,

kecepatan/ketepatan kerja, inisiatif dalam bekerja, kemampuan kerja, komunikasi.

Kemudian terdapat tujuh indikator kinerja menurut Wibowo (2010)

sebagai berikut :

(33)

20

b) Standart

c) Umpan balik

d) Alat atau saran

e) Kompetensi

f) Motif

Pendapat wibowo diatas dapat diasumsikan bahwa indikator kerja terdiri

dari tujuan, standart, umpan balik, alat atau sarana, kompetensi, motif dan peluang

yang saling berkaitan satu sama lain agar supaya menghasilkan karyawan yang

memiliki kinerja yang baik dalam sebuah organisasi.

Dari kesimpulan diatas Dimensi kinerja memiliki beberapa untuk

mengukur kinerja seorang pekerja diantaranya adalah kualitas kerja,

kecepatan/ketepatan kerja, inisiatif dalam bekerja, kemampuan kerja, komunikasi.

B. Gaya Kepemimpinan Partisipatif 1. Pengertian gaya kepemimpinan

Menurut Robins (2002) kepemimpinan adalah suatu keahlian untuk

memberikan pengaruh terhadap karyawan sehingga mereka mau melakukan

pekerjaan sehingga berhasil mencapai tujuan.

Menurut Siagian (2007) seorang pemimpin harus dapat mewujudkan

semangat kerja karyawannya. Hal ini menunjukkan bahwa berhasil atau tidaknya

suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, itu semua bergantung pemimpin.

(34)

21

dapat memberikan pengaruhnya kepada karyawan. Menurut Mangkunegara

dalam Siagian.

Menurut Yukl (2011) kepemimpinan adalah suatu aktivitas untuk

mempengaruhi dan membuat seluruh karyawan ikut turut serta memberikan

kontribusinya kepada perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

Menurut Ardana (2011) kepemimpinan adalah kegiatan memberikan

pengaruh kepada karyawan dan mendelegasikan tugas sehingga semua pekerjaan

dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.

Dari beberapa pakar dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan

adalah adalah suatu keahlian untuk memberikan pengaruh terhadap karyawan

sehingga mereka mau melakukan pekerjaan sehingga berhasil mencapai tujuan

dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.

2. Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Menurut Davis (1998) Pemimpin partisipatif mendesentralisasikan

wewenang. Keputusan partisipatif tidak bersifat sepihak, seperti halnya dengan

autokratik, karena keputusan itu timbul upaya konsultasi dengan pengikut dan

keikut sertaan mereka.

Kepemimpinan pertisipatif adalah aktivitas yang bersifat autokratik,

membuat keputusan dengan melibatkan karyawan, mendelegasikan tugas,

(35)

22

perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan solidaritas antara atasan

dan bawahan, Yetto (1973).

Menurut Siagian (2007) gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya

dimana seorang pemimpin melibatkan seluruh karyawannya dalam pengambilan

keputusan. Sehingga ada kesan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif ini dapat

menumbuhkan rasa demokrasi yang tinggi. Hal ini juga akan berpengaruh

terhadap karyawan, mereka merasa dihargai karena mereka dilibatkan langsung

dalam pengambilan kebijakan.

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai proses pembuatan

keputusan bersama atau setidaknya berbagi dan bawahannya dalam Bell,

Clement & Mjoli, Themba (2014).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan pertisipatif adalah aktivitas yang bersifat autokratik, membuat

keputusan dengan melibatkan karyawan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi

karyawan dan membuat karyawan ikut serta dalam memajukan perusahaan,

sehingga dapat menumbuhkan semangat dan solidaritas antara atasan dan

(36)

23

3. Teori-Teori Kepemimpinan

Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan

mempengaruhi orang lain atau bawahan agar mau melakukan apa yang

diperintahnya. Hal ini penting karena bagaimanapun seorang pemimpin

mempunyai peran sebagai figur yang dapat dijadikan contoh oleh para

bawahannya. Selain itu, Pemimpin juga disebut-sebut sebagai leader yang

berfungsi melakukan hubungan interpersonal dengan bawahannya dengan cara

memimpin, memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan para bawahannya

supaya bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.

Menurut Nawawi (2006) teori kepemimpinan dapat dibedakan menjadi empat

yaitu teori sifat, teori perilaku, teori situasional dan teori atribusi. Adapun

penjelasan beberapa poin diatas, akan diuraikan dibawah ini.

a. Teori Sifat

Studi awal tentang kepemimpinan dilakukan pada tahun 1940an - 1950an,

memusatkan perhatian pada sifat-sifat dari pemimpin.Para peneliti mencoba

menemukan karakteristik-karakteristik individual yang membedakan

pemimpin yang berhasil dan pemimpin yang gagal. Dan akhirnya mencoba

mengaitkan karakteristik-karakteristik seperti kepribadian, emosional, fisik,

intelektual dan karakteristik-karakteristik individual lainnya dari pemimpin

yang berhasil dimasa lampau. Ralph Stogdill mengidentifikasi enam

(37)

24

1. Karakteristik fisik diantaranya seperti umur, penampilan, tinggi dan berat

badan, telah dipelajari pada berbagai penelitian awal tentang

kepemimpinan.

2. Latar belakang sosial ekonomi dari pemimpin telah memfokuskan pada

faktor-faktor seperti pendidikan, status sosial, dan mobilitas.

3. Intelegensia yakni pemimpin memiliki kemampuan lebih tinggi dalam

memutuskan, lebih tegas, pengetahuannya lebih luas dan berbicara lebih

fasih.

4. Kepribadian yakni kepemimpinan menyarankan bahwa pemimpin yang

efektif berkaitan dengan faktor-faktor kepribadian seperti kewaspadaan,

kepercayaan diri, dan integritas pribadi.

5. Karakteristik hubungan tugas yaitu pemimpin memiliki ciri-ciri seperti

kebutuhan akan prestasi yang tinggi, inisiatif, dan orientasi tugas yang

tinggi.

6. Karakteristik sosial yakni pemimpin umumnya aktif terlibat dalam

berbagai aktifitas, bergaul secara luas dengan semua orang, dan bekerja

sama dengan orang lain.

2. Teori Perilaku

Berbeda dengan teori sifat, pendekatan perilaku dipusatkan pada efektifitas

pemimpin, bukan pada penampilan dari pemimpin tersebut. Teori perilaku

menekankan pada dua gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan

berorientasi tugas (task orientation) dan orientasi pada karyawan (employ

(38)

25

bahwa tugas-tugas dilaksanakan dengan baik dengan cara mengarahkan dan

mengendalikan secara ketat bawahannya.

Orientasi karyawan adalah perilaku pimpinan yang menekankan kepada

bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan dalam

proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya, dan

mengembangkan hubungan yang bersahabat saling percaya mempercayai dan

saling menghormati diantara anggota kelompok.

3. Teori Situasional

Salah satu tujuan manajer yang penting adalah mendiagnosa dan menilai

faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinannya. Mendiagnosa

meliputi identifikasi dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh. Situasi

yang perlu didiagnosa oleh manajer meliputi empat bidang yaitu:

1. Karakteristik manajerial yang terdiri dari kepribadian, kebutuhan dan

motivasi, serta pengalaman masa lampau dan penguatan.

2. Faktor bawahan yang terdiri dari kepribadian, kebutuhan dan motivasi,

serta pengalaman masa lampau dan penguatan.

3. Faktor kelompok yang terdiri dari tingkat perkembangan kelompok,

struktur kelompok, dan tugas kelompok.

4. Faktor organisasi yang terdiri dari basis kekuasaan, aturan dan prosedur,

profesionalisme, dan desakan waktu.

5. Model Keatribusian

Pemimpin pada dasarnya adalah pengolah informasi, dengan demikian

(39)

26

terjadi, dan mencoba mencari penyebabnya yang akan dipergunakan sebagai

pedoman perilaku pemimpin.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

memiliki teori dalam memimpin yaitu diantaranya adalah teori sifat, teori

perilaku, teori situasional dan teori atribusi.

4. Macam macam Kepemimpinan

Menurut Siagian (2008) Ada beberapa macam kepemimpinan, yaitu :

a. Tipe Kepemimpinan Kharismatik

Tipe kepemimpinan karismatik memiliki kekuatan energi, daya tarik dan

pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia

mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang

bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib

(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang

diperolehnya sebagai karunia yang maha kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik

memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.

Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang

amat besar.

b. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya kepemimpinan Otokratis ini meletakkan seorang pemimpin sebagai

sumber kebijakan.Pemimpin merupakan segala-galanya. Bawahan

dipandang sebagai orang yang melaksanakan perintah. Oleh karena itu

(40)

27

membantah maupun mengeluarkan ide atau pendapat. Dalam posisi

demikian anggota atau bawahan tidak terlibat dalam soal keorganisasian.

Pada tipe kepemimpinan ini segala sesuatunya ditentukan oleh pemimpin

sehingga keberhasilan organisasi terletak pada pemimpin.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini memberikan tanggungjawab dan wewenang

kepada semua pihak, sehingga ikut terlibat aktif dalam organisasi,

anggota diberi kesempatan untuk memberikan usul serta saran dan kritik

demi kemajuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini memandang bawahan

sebagai bagian dari keseluruhan organisasinya, sehingga mendapat

tempat sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Pemimpin mempunyai tanggungjawab dan tugas untuk mengarahkan,

mengontrol dan mengevaluasi serta mengkoordinasi.

d. Gaya Kepemimpinan Laissez faire

Pada prinsipnya gaya kepemimpinan ini memberikan kebebasan mutlak

kepada para bawahan. Semua keputusan dalam pelaksanaan tugas dan

pekerjaan diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Dalam hal ini

pemimpin bersifat pasif dan tidak memberikan contoh-contoh

kepemimpinan.

e. Kepemimpinan partisipatif kepemimpinan adalah suatu keahlian untuk

memberikan pengaruh terhadap karyawan sehingga mereka mau

(41)

28

5. Fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan menurut Hill (1997) yaitu memiliki dua dimensi

diantaranya sebagai berikut:

a. Dimensi tingkat kemampuan mengarahkan (direction) tindakan atau aktivitas

pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.

b. Dimensi tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang

dipimpin dalam melaksanakan tugas kelompok atau organisasi, yang

dijabarkan melalui keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Menurut Siagian (2009) terdapat lima fungsi kepemimpinan yakni :

a. Pemimpin sebagai penentu arah yaitu sebagai penentu arah yang hendak

ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya sedemikian rupa sehingga

mengoptimalkan penempatan segala sarana dan prasarana yang tersedia.

b. Pemimpin sebagai wakil atau juru bicara yaitu pemimpin merupakan puncak

organisasi menjadi wakil dan juru bicara resmi organisasi dalam hubungan

dengan berbagai pihak diluar organisasi.

c. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif yaitu suatu proses pemeliharaan

hubungan yang baik kedalam maupun keluar oleh seorang pimpinan melalui

komunikasi baik lisan maupun tertulis.

d. Pemimpin sebagai moderator yang handal yaitu seorang pemimpin yang

(42)

29

mungkin timbul dalam organisasi, tanpa mengurangi pentingnya situasi

konflik dalam hubungan keluar yang dihadapi dan diatasi.

Dari kesimpulan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan

memiliki fungsi yang diantaranya adalah penentu arah, Pemimpin sebagai wakil

atau juru bicara, sebagai komunikator yang efektif, moderator yang handal yaitu

seorang pemimpin yang berfungsi sebagai mediator dalam menyelesaikan situasi

komplek yang mungkin timbul dalam organisasi.

6. Dimensi Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Adapun dimensi-dimensi dan indikator dari kepemimpinan partisipatif

menurut Vroom dan Yetto (1973) yaitu:

a. Proses pengambilan keputusan

1. Konsultasi

Dengan indikator: pemecahan masalah yang relevan dengan bawahan

secara individual dan kelompok, kesesuaian saran atau ide atasan dengan bawahan secara individual dan kelompok.

2. Partisipatif

Dalam partisipatif, pemimpin dalam memecahkan masalah bersama yang

relevan dengan bawahan secara kelompok, tingkat keserasian antara

atasan dan bawahan dalam menciptakan dan mengevaluasi dalam

memecahkan masalah, peran atasan terhadap bawahannya.

b. Variabel situasi

(43)

30

Pemimpin memberikan tugas yang tidak terstruktur kepada bawahannya,

memberikan peran yang jelas kepada bawahannya.

2. Lingkungan karakteristik bawahan

Bawahan merasa senang dalam bekerja, bawahan puas dengan

pekerjaannya, bawahan mempunyai keinginan untuk berhasil yang tinggi

dalam bekerja, pekerja diberi kebebasan yang tinggi.

c. Penerimaan keputusan

1. Komitmen

Bawahan berkomitmen untuk melaksanakan suatu keputusan.

2. Keputusan

Bawahan memiliki kepuasan terhadap keputusan yang diambil.

d. Peraturan keputusan

1. Waktu

Adanya tekanan waktu pekerjaan terhadap bawahan.

2. Motivasi

Pemimpin mempunyai keinginan untuk mengembangkan bawahannya.

Ada beberapa dimensi yang akan digunakansebagai alat ukur variable

kepemimpinan partisipatif diantaranya adalah Proses pengambilan keputusan,

(44)

31

7. Karakteristik Kepemimpinan Partisipatif

Menurut Wahjosumidjo dalam Fitriani (2013) gaya kepemimpinan

partisipatif, dicirikan oleh:

a. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan

pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila pemimpin akan mengambil

keputusan, dilakukan setelah adanya saran dan pendapat dari bawahan.

b. Pemimpin memberikan keleluasaan bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.

c. Hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang

penuh persahabatan dan saling mempercayai.

d. Motivasi yang diberikan kepada bawahan tidak hanya didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan ekonomis, melainkan juga didasarkan atas

pentingnya peranan bawahan dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.

Sedangkan menurut Nawawi menuliskan bahwa kepemimpinan

partisipatif sama pemahamannya dengan kepemimpinan kompromi

(compromiser) yang menunjukkan karakteristik, sebagai berikut:

a. Seorang pemimpin dalam gaya ini untuk mempertahankan kekuasaanya tidak

berorientasi pada anggota organisasi, tetapi pada pimpinan atasanya yang

berpengaruh dan menentukan jabatan kepemimpinannya.

b. Mengikutsertakan bawahan dalam mengambil keputusan, bukan untuk

(45)

32

c. Dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaan pekerjaan, pemimpin selalu

memperhitungkan untung rugi bagi dirinya bukan bagi bawahan atau

organisasinya.

d. Tidak tertarik pada pengembangan pekerjaan dan organisasi melainkan untuk

menjalankan tugas guna mempertahankan kepemimpinannya.

e. Mampu bekerjasama dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan.

f. Memberikan dorongan (motivasi) secara selektif pada anggota organisasi atau

bawahan.

Ciri-ciri seorang pemimpin ini menurut teori Warsihna (2004)diantara

sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain:

1. Intelegensi

Pada umumnya orang-orang beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang

individu memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkinan baginya

untuk berhasil sebagai seorang pemimpin.

2. Inisiatif

Hal ini terdiri dari dua bagian (1) kemampuan untuk bertindak sendiri dan

mengatur tindakan-tindakan; (2) kemampuan untuk “melihat” arah tindakan

yang tidak “terlihat” oleh pihak lain.

3. Energi atau rangsangan

Banyak orang berpendapat bahwa salah satu diantara ciri pemimpin yang

menonjol adalah bahwa ia adalah lebih energik dalam usaha mencapai tujuan

(46)

33

4. Kedewasaan emosional

Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janji mengenai apa yang akan

dilaksanakannya.

5. Persuasif

Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan

dipimpin.

6. Skill komunikasi

Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas serta

tegas.

7. Kepercayaan pada diri sendiri

Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam skill

kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang dan

ia tidak banyak memiliki sifat-sifat anti sosial. ia berkeyakinan bahwa ia dapat

menghadapi secara berhasil, kebanyakan situasi yang dihadapinya.

8. Perseptif

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan

kelakuan orang-orang lain dan terutama pihak bawahannya.

(47)

34

Kapasitas untuk bersifat orisinil untuk memikirkan cara-cara baru dan

merintis jalan baru sama sekali guna memecahkan sebuah problem merupakan

sifat yang sangat didambakan pada seorang pemimpin.

10.Partisipasi sosial

Seorang pemimpin “mengerti” manusia dan ia mengetahui pula kekuatan serta

kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan ia

memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan

manapun juga dan ia pula berkemampuan untuk melakukan konversi tentang

macam-macam subyek.

Kesimpulan dari bagaimana karakteristik kepempinan partisipatif adalah

dimana seorangpemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, Mampu bekerja sama

dengan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan.

C. Persepsi

1. Pengertian persepsi

Menurut Irwanto (2002) persepsi merupakan proses diterimanya rangsang

(objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu

disadari dan dimengerti.

Rakhmad (2005) menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

(48)

35

Kotler dan Keller (2007) mengatakan bahwa persepsi sangat beragam

antara individu satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama.

Seseorang dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama

Atkinson (1991) menyatakan persepsi adalah proses dimana kita

mengorganisasi dan menafsirkan pola

stimulus di dalam lingkungan

Chaplin (1999) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan

bantuan indra.

Gitosudarmo, dkk (2000) mengemukakan bahwa persepsi adalah

kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk

menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi

manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang

mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi

negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata

D. Hubungan Kepemimpinan Partisipatif Dengan Kinerja Dalam Persepsi Karyawan

Pembahasan antara bawahan dan atasan merupakan hal yang cukup intens

untuk perusahaan. Gaya kepemimpinan yang efektif dalam perusahaan sangat

diperlukan dalam rangka meningkatkan Kinerja pada karyawannya. Menurut

Mangkunegara dalam Siagian (2007) gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya

(49)

36

Seorang pemimpin mampu melaksanakan kepemimpinannya secara

persuasif, mampu menciptakan kerjasama yang serasi antara atasan dan bawahan

menumbuhkan loyalitas karyawannya, serta yang terpenting yaitu mampu

menumbuhkan rasa partisipasi bawahan. Adapun hal-hal yang disebutkan diatas

yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan

partisipatif mempunyai tujuan yang penting bagi perusahaan yaitu menciptakan

rasa ikut memiliki perusahaan, misalkan dengan cara mengikutsertakan

karyawannya untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dengan

memberikan informasi, saran-saran dan pertimbangan. Karyawan dengan kinerja

yang tinggi akan mendorongnya lebih fokus pada pekerjaan itu sehingga mereka

merasakan menjadi bagian penting dari perusahaan yang akan termotivasi untuk

bekerja dengan sepenuh hatinya.

Simamora (1995) mengungkapkan ada lima alasan tentang yang

mempengaruhui kinerja karyawan diantaranya adalah sumberdaya,

kepemimpinan, penghargaan, struktur organisasi, dan job design. Oleh karena itu,

hubungan antara atasan dan bawahan tersebut akan mempermudah dalam

peningkatan kinerja para pegawai perusahaan tersebut.

Sehingga dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

kepemimpinan mempengaruhi dan memiliki peran dalam karyawannya untuk

meningkatkan kinerjanya.

E. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah suatu model yang digunakan untuk

(50)

37

suatu masalah. Kerangka teoritis akan digunakan sebagai petunjuk, pedoman

dalam membedah dan menganalisis fenomena dan dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

Kinerja adalah kemampuan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya

serta hasil kerja atau tingkat keberhasilan yang didapat oleh karyawan dengan

membandingkan standar yang ditentukan oleh perusahaan dalam sebuah

organisasi pada periode tertentu yang nantinya akan diukur melalui melalui

kualitas kerja, kecepatan/ketepatan kerja, inisiatif dalam bekerja, kemampuan

kerja, komunikasi, Motivasi dalam bekerja, serta mampu melihat peluang yang

ada.

Kepemimpinan pertisipatif adalah aktivitas yang bersifat autokratik,

membuat keputusan dengan melibatkan karyawan, mendelegasikan tugas,

mempengaruhi karyawan dan membuat karyawan ikut serta dalam memajukan

perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan semangat dan solidaritas antara atasan

dan bawahan.

Dapat dijelaskan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif merupakan

variabel (X), kinerja merupakan variabel (Y), pada penjelasan diatas terdapat

beberapa tipe atau gaya kepemimpinan, pemimpin partisipatif merupakan tipe

yang tepat digunkan dalam memimpin sebuah perusahaan yang sedang memiliki

sebuah konflik antara atasan dan bawahan, dikarenakan tipe kepemimpinan

partisipatif adalah dimana seorang pemimpin mampu melibatkan pegawainya dan

(51)

38

pegawai dapat berpartisipatif dengan atasan mereka sehingga menciptakan

semangat dan solidaritas antara atasan dan bawahan.

Simamora (1995) mengungkapkan ada lima alasan tentang yang

mempengaruhui kinerja karyawan diantaranya adalah sumberdaya,

kepemimpinan, penghargaan, struktur organisasi, dan job design. Oleh karena itu,

hubungan antara atasan dan bawahan tersebut akan mempermudah dalam

peningkatan kinerja para pegawai perusahaan tersebut.

Indikator kinerja meliputi kualitas kerja, kecepatan atau ketepatan kerja,

inisiatif dalam kerja, kemampuan dalam kerja, dan komunikasi. Pada dasarnya

kinerja dapat diartikan sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

mengembangkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan dengan memperhitungkan indikator masukan, proses, dan keluaran

(output). Kinerja merupakan bagian dari tata nilai yang di miliki seseorang yang

mencakup disiplin, tanggungjawab, dedikasi, loyalitas dan kejujuran dalam

hubunganya dengan pekerjaannya.Tingkat kinerja seseorang pegawai sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri seseorang sehingga mendorong dan

menggerakan untuk melakukan sesuatu dan mencapai tujuan tertentu.

Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh pimpinan sebuah instansi yang

meliputi: kualitas kerja, kecepatan atau ketepatan kerja, inisiatif dalam kerja,

kemampuan dalam kerja, dan kemampuan mengkomunikasikan pekerjaan.

(52)

39

menyenangkan yaitu kepemimpinan yang ramah dan melibatkan para karyawan

untuk bekerja lebih optimal.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardyanti, dkk (2014)

mendapatkan hasil yag menunjukkan bahwa ada hubungan antara gaya

kepemimpinan direktif (p=0,01), suportif (p=0,001), partisipatif (p=0,000)

dengan kinerja perawat di RSUD Labuang Baji Makassar sampel dalam penelitian

ini berjumlah 68 orang.

Dari paparan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya gaya

kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja, sesuai

dengan teori dan hasil penelitian yang sudah ada.

Kerangka berpikir :

X Y

Kinerja Kepemimpinan

(53)

40

F. HIPOTESIS

a. Hipotesis Nihil (Ho):

Tidak ada Hubungan Gaya Kepemimpinan Partisipatif terhadap Kinerja dalam

persepsi Karyawan

b. Hipotesis Kerja (Ha):

Terdapat Hubungan Gaya Kepemimpinan Pertisipatif terhadap Kinerja dalam

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka yang diperoleh

dengan metode statistik serta dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam

rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan dengan signifikansi hubungan

antara variabel yang ditetili Azwar (2004). Variabel merupakan konsep mengenai

atribut sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang penelitian yang dapat

bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif Azwar (2004). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

1) Variabel Bebas

Suatu variabel yang mempengaruhi dalam menentukan hubungan yang

diobservasi/diamati Azwar (2004).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Kepemimpinan Partisipatif.

2) Variable Terikat

Suatu variabel yang menentukan pengaruh variabel bebas Azwar (2004).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang

(55)

42

amati Azwar (2014). Definisi operasional merujuk pada peneliti atas caranya dalam

mengukur suatu variabel alat ukur.Pada penelitian ini, peneliti mengoperasionalkan

Kepemimpinan partisipatif dan Kinerja sebagai alat ukur.

Gaya kepemimpinan partisipatif merupakan tingkat perilaku individu

yang bersifat autokratik, serta kemampuan membuat keputusan dengan

melibatkan karyawan, mendelegasikan tugas, mempengaruhi karyawan dan

membuat karyawan ikut serta dalam memajukan perusahaan, Vroom dan Yetto

(1973)

Variabel operasional ini diukur menggunakan skala likert dengan pemberian

skor bergerak dari yang terendah 1 hingga tertinggi 5 disetiap pilihan jawaban per

aitem. Skor tersebut digunakan untuk mengetahui respon dari subyek penelitian

terhadap suatu pernyataan.

Kinerja adalah suatu hal yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok

organisasi, yang dipengaruhi oleh kemampuan dari dalam diri dan lingkungan

sekitar sebagai penunjang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang telah diberikan kepadanya, Simamora (1995)

Variabel operasional ini diukur menggunakan skala rating scale dengan versi

supervisor (pengukuran atau penilaian yang dilakukan oleh atasan kepada

bawahannya) dengan skala tertentu dari rendah hingga tinggi yang menggunakan

lima kategori (Sugiyono, 2012) yaitu 1 (Tidak Sesuai Harapan), 2 (Kurang

Gambar

Gambar 2 : Grafik Uji Normalitas  .................................................................
Tabel 2 : Blueprint skala kepemimpinan partisipatif
Tabel 3 : Uji Daya Diskriminasi Item Instrumen gaya kepemimpinan partisipatif
Tabel 4 : Uji Daya Diskriminasi Kinerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan kinerja guru TK Se Kecamatan Medan Perjuangan.. Penelitian ini

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan situasional dengan kesejahteraan psikologis pada

dengan signifikan 0,345 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan partisipatif dengan produktivitas kerja karyawan

Hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan yang sangat signifikan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan demokratik dan karakteristik pekerjaan dengan loyalitas kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara parsial antara gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan, tidak ada hubungan yang signifikan secara parsial

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank - Spearman dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat hubungan persepsi kompensasi dengan persepsi kinerja karyawan positif dan sangat kuat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi intrinsik, gaya kepemimpinan partisipatif, dan kompensasi terhadap kinerja karyawan Grapari Telkomsel di

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2017), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan dengan