• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA DI DESA BOLO UJUNGPANGKAH GRESIK."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Dwi Pratiwi Amallia NIM. B03211005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Dwi Pratiwi Amallia NIM. B03211005

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dwi Pratiwi Amallia (B03211005), Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Mengatasi Kejenuhan Istri Mengurus Rumah Tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik

Fokus penelitian adalah (1) Apa faktor yang melatar belakangi istri mengalami kejenuhan dalam mengurus rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik?, (2) Bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan terapi realitas dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik?, (3) Bagaimana hasil akhir bimbingan konseling islam dengan terapi realitas dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkag Gresik?

Peneliti menggunakan metode penelitian kulaitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan di analisa menggunakan deskriptif komparatif. Adapun pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi istri mengalami kejenuhan adalah mengalami keletihan, melakukan pekerjaan yang monoton, tidak adanya hiburan di luar rumah, adanya suatu tekanan internal maupun eksternal, serta belum adanya kesiapan menjadi seorang ibu rumah tangga. Sedangkan dalam proses Bimbingan Konseling Islam, dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment dan evaluasi/follow up. Dalam pemberian treatment peneliti menggunakan terapi realitas, dengan tehnik bertindak sebagai model dan guru. Adapun hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 67%, hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada sikap atau perilaku klien yang sebelumnya mengalami kejenuhan mengurus rumah tangga, sekarang klien sudah mulai menikmati profesinya sebagai ibu rumah tangga.

(7)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep 1. Bimbingan Konseling Islam ... 10

2. Terapi Realitas ... 11

3. Kejenuhan ... 13

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 16

3. Jenis dan Sumber Data ... 17

4. Tahap-tahap Penelitian ... 18

5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

6. Teknik Analisis Data ... 28

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 30

G. Sistematika Pembahasan ... 33

BAB II : BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI REALITAS, DAN KEJENUHAN A. Bimbingan Konseling Islam, Terapi Realitas dan Kejenuhan 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 36

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 37

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 38

d. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 40

e. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 45

f. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 52

g. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 53

2. Terapi Realitas a. Pengertian Terapi Realitas ... 54

(8)

c. Ciri-ciri Terapi Realitas ... 55

d. Tujuan Terapi Realitas ... 57

e. Peran dan Fungsi Konselor ... 58

f. Teknik Terapi Realitas ... 58

3. Kejenuhan a. Pengertian Kejenuhan ... 60

b. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan ... 62

c. Gejala-gejala kejenuhan... 65

d. Cara Mengatasi Kejenuhan ... 66

4. Kejenuhan sebagai Masalah Bimbingan dan Konseling Islam ... 67

5. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Mengatasi Masalah Kejenuhan ... 69

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 69

BAB III : BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS RUMAH TANGGA A. Kejenuhan Istri Mengurus Rumah Tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik 1. Deskripsi Desa Bolo ... 74

2. Deskripsi Konselor dan Klien ... 78

3. Deskripsi Masalah Klien ... 85

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Faktor-faktor yang Melatar belakangi Istri Mengalami Kejenuhan Mengurus Rumah Tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik ... 88

2. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Mengatasi Kejenuhan Istri Mengurus Rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik ... 90

a. Identifikasi Masalah ... 91

b. Diagnosa ... 101

c. Prognosa ... 102

d. Treatment (Terapi) ... 103

e. Evaluasi (Follow Up) ... 117

3. Deskripsi Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Mengatasi Kejenuhan Istri Mengurus Rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik ... 123

(9)

B. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Realitas dalam Mengatasi Kejenuhan Istri Mengurus Rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik ... 128 C. Analisis Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan

Terapi Realitas dalam Mengatasi Kejenuhan Istri Mengurus Rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik ... 131

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 134 B. Saran ... 135

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai sebuah pernikahan, status seseorang secara

otomatis akan berubah, pria lajang kini menjadi suami, wanita lajang kini

menjadi seorang istri, dengan tuntutan dan tanggungjawab masing-masing.

Dari sebuah pernikahan tersebut pastinya akan terbentuk suatu keluarga,

seorang suami akan menjadi ayah dan seorang istri akan menjadi Ibu oleh

anak-anak mereka.

Ada perjanjian yang sangat berat kepada Allah, sehingga Allah

memberi hak kepada manusia beberapa kesenangan dan memberi amanah di

balik kesenangan-kesenangan itu. Perjanjian itu ketika seorang ayah

mengucapkan ijab atas anak Gadisnya dan seorang laki-laki mengucapkan

qabul untuk mengikat jalinan perasaan sebagai suami istri.1 Inilah Akad

dalam sebuah pernikahan yang menjadikan halal, yang sebelumnya haram,

dan menjadikan berpahala yang sebelumnya merupakan dosa.2 Nikah

merupakan akad yang menghalalkan persetubuhan antara wanita dan

laki-laki, disertai dengan kalimat-kalimat yang ditentukan.3 Dari sebuah

pernikahan maka adanya suatu peran yang harus dimiliki oleh setiap anggota

keluarga

Peran keluarga menggambarkan suatu pribadi, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

1

Fauzil Adhim, Mencapai Pernikahan Barokah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,1999), h, 21-22.

2

Fauzil Adhim, Mencapai Pernikahan Barokah, h, 22.

3

(11)

pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam suatu keluarga adalah sebagai

berikut:

1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan memberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kolompok sosialnya serta

sebagai anggota dari masyarakat dari lingkungannya.

2. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Disamping itu Ibu dapat

berperan sebagai pencari nanfkah tambahan dalam keluarganya.

3. Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuasi dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.4

Membahas mengenai peranan individu dalam keluarga, khususnya

tugas dan kewajiban seorang istri akan banyak sekali pembahasan mengenai

hal ini. Apabila seorang wanita sudah menikah dia akan mempunyai dua

fungsi yaitu sebagai seorang istri bagi suaminya dan menjadi seorang ibu bagi

anak-anaknya, dalam menjalankan aktifitasnya sehari-harinya di dalam rumah

tangga dia mepunyai dua kewajiban sekaligus yaitu sebagai istri dan sebagai

ibu rumah tangga.

4

(12)

Istri sesuai dengan kodratnya sebagai wanita yang diidentifikasikan

dengan sosok yang lemah, tubuh yang serba lemah, tubuh serba cantik, jiwa

yang penuh perasaan dan jwa kasih sayang, mendudukannya untuk lebih

memerankan diri pada sektor domestik seperti urusan rumah tangga,

mengurus suami serta anak-anaknya.

Kebanyakan orang percaya bahwa sudah sewajarnya seorang wanita

hidup dilingkungan rumah tangga, karena itu ia disebut “ibu rumah tangga”

sebagai suatu kehormatan. Tugas yang bisa dikatakan sebagai peran, ini

adalah ketentuan yang digariskan Allah bagi para wanita karena mereka yang

melahirkan, membesarkan anak, memasak serta memberikan perhatian pada

suami.

Melihat perannya sebagai ibu rumah tangga, maka seorang istri

bertanggung jawab atas segala keperluan dan kebutuhan dalam rumah.

Seperti menjaga rumah, administrasi rumah bahkan dalam keluarga jawa

ditemukan adanya peranan wanita yang lebih besar dalam proses

pengembalian keputusan, sebagai istri, wanitalah yang mengelola keuangan

rumah tangga walaupun secara resmi suami memutuskan setelah berunding

dengan istrinya, sehingga posisi wanita dalam keluarga jawa sangat kuat.

Mawardi menyatakan dalam bukunya yang berjudul Hukum

perkawinan dalam Islam, yang berisi undang-undang perkawinan Republik

Indonesia No. I/1974 Bagian tiga, mengenai kewajiban istri. pasal 76

menyatakan bahwa kewajiban istri ialah mematuhi suami dalam hal-hal yang

(13)

a). Istri menyelenggarakan keperluan sehari-hari, serta mengatur urusan

rumah tangga menurut semestinya, b). Menurut Syafi’i dan Hambali, istri

berkewajiban menyelenggarakan demikian itu hanya kewajiban terhadap

suami saja.5

Profesi sebagai ibu rumah tangga adalah profesi yang sungguh mulia.

Namun ada kalanya dalam menjalankan tugas yang mulia ini seorang istri

merasakan adanya satu kejenuhan. Beban seorang istri bertambah dengan

hadirnya seorang anak. Bagi istri yang selalu mengurus rumah tangga di

rumah, seringkali mengalami kejenuhan dalam melakukan

tanggung-jawabnya tersebut.

Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak

mampu lagi memuat apapun.6 Selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau

bosan. Jenuh ini kadang kala membuat seseorang gampang tersinggung, suka

cemberut, atau bahkan mudah marah. Adapun penyebab dari kejenuhan yang

paling umum adalah keletihan, karena keletihan dapat menjadi munculnya

perasaan bosan pada seseorang terutama Ibu Rumah tangga.7

Kebanyakan orang yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga kita

merasa jenuh terhadap tugas sehari-hari. Tugas yang harus diselesaikan

rasanya banyak sekali: mengurus anak, suami, rumah, dan belum lagi ketika

mainan anak berantakan, cucian kotor menumpuk, jemuran yang belum

diangkat, jadwal memasak, jadwal menjemput anak dan segudang kegiatan

seorang ibu rumah tangga terkadang membawa seorang wanita ke tingkat

5

Mawardi, Hukum Perkawinan dalam Islam, (Yogyakarta: BPFE, 1984), h, 21-22.

6

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h, 162.

7

(14)

jenuh yang berlebih. Kejenuhan seperti ini terutama ditemukan pada wanita

yang dulunya berkarir dan beralih sebagai ibu rumah tangga full-time.

Fenomena yang terjadi, juga dirasakan oleh seorang Istri sekaligus Ibu

rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik, yakni Sari (nama

samaran), sebelum menikah dia berprofesi sebagai wanita karir, namun

setelah menikah dengan Edi (nama samaran), Sari terpaksa melepas

pekerjaannya, karena Suaminya (Edi) melarang dia untuk bekerja. Niat baik

seorang suami agar istri tidak terlalu lelah serta agar rumah tangganya terjaga

dengan baik, akan tetapi niat baik tersebut membuat istri merasa jenuh tinggal

dirumah karena pekerjaan rumah yang setiap hari dia kerjakan, merasa lelah

dengan membersihkan rumah, mencuci baju yang setiap hari menumpuk,

memasak, dan lain-lain, dari beberapa pekerjaan di rumah yang setiap hari

dilakukan tanpa adanya perubahan dan hiburan.

Kejenuhan yang dialami Sari semakin bertambah dengan lahirnya

seorang putri dalam kehidupan rumah tangganya. Sari mempunyai satu orang

Putri bernama Lala (nama Samaran) yang berumur ± 2,5 Tahun dan

bersekolah di bangku Pra PAUD, karena lahirnya putri itulah tugas dan

tanggungjawabnya semakin banyak, mulai dari merawat anak dari kecil

sampai sekarang, mengantar anak sekolah, dan lain sebagainya, itulah yang

menjadikan Sari semakin jenuh dengan tugas rumah tangganya. Ditambah

nafkah suami yang kurang mencukupi kebutuhannya, karena kebutuhan

rumah tangga yang banyak sehingga nafkah yang diberikan kepada Sari tidak

(15)

membuatnya ingin kembali bekerja seperti saat dia belum menikah. Namun

niatnya tersebut tidak tercapai karena suami tidak mengizinkannya.

Suami tidak mengizinkan karena tidak ingin anaknya terlantar karena

istrinya bekerja. Untuk itu ketika Sari jenuh dengan tugas yang dia lakukan,

Sari melampiaskan kejenuhannya dengan bermain game dan gadget,

kadangkala juga bermain ke rumah tetangga atau orang tuanya tanpa seizin

suami. Kebiasaan itu terus berlanjut karena sang suami juga jarang di rumah

sehingga ketika istri merasa jenuh maka dia melampiaskan dengan hal-hal

yang membuat tanggungjawabnya tidak terurus. Disaat kejenuhan yang

berlebihan dirasakan oleh Sari, membuat emosinya tidak stabil, sampai

terkadang suami tidak di sapa, anak juga menjadi ikut disalahkan olehnya.

Melihat fenomena tersebut peneliti merasa perlu dan tertarik untuk

mengkaji masalah itu lebih dalam. Karena klien yang merasa jenuh membuat

klien sering mengabaikan tanggungjawabnya serta menjadikan emosinya

tidak stabil, hal itu menjadikan klien bersikap kurang baik dengan suami dan

anaknya. Sehingga apabila tidak segera di tangani maka akan berdampak

pada ketidakharmonisan di keluarganya. Untuk itu dalam mengatasi

permasalahan di atas, peneliti akan melakukan bimbingan konseling dengan

terapi realitas.

Peneliti menggunakan terapi realitas karena Terapi Realitas adalah

suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi

untuk menyadarkan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien

(16)

merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain.8 Terapi realitas ini membantu

klien untuk mencapai identitas berhasil. Klien yang mengetahui identitasnya,

akan mengetahui langka-langkah apa yang akan ia lakukan dimasa yang akan

datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, klien

dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan

mampu menghadapi realitas.9 Ciri yang sangat khas dari pendekatan ini

adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian dimasa lalu, tetapi lebih

mendorong konseli untuk menghadapi realita dan mampu menerima tanggung

jawab pribadi.10

Jadi, dengan terapi realitas konselor dapat membantu klien untuk

menciptakan identitas keberhasilan, di sini konselor menggunakan teknik

sebagai model dan guru yang bersikap direktif yang berperan seperti guru

yang mengarahkan serta memberikan model, sehingga klien mampu

menghadapi kenyataan dan menyadari identitas sebenarnya, bahwa klien

memang seorang ibu rumah tangga. dengan menyadari identitasnya klien

akan mengetahui langkah-langkah apa yang akan dilakukan kedepan dengan

lebih baik. Disini konselor juga ikut terlibat dalam memberikan alternatif lain

mengenai tindakan yang akan dilakukan kedepannya. Sebagai bentuk usaha

untuk mengatasi kejenuhan klien.

Peneliti berharap dengan terapi realitas tersebut Sari bisa sadar dengan

status sebagai istri dan ibu dari seorang anak sehingga lebih

8

Gerald Corey, teori dan peraktek konseling & psikoterapi (Bandung: PT Refika Aditama, 2003), h, 263- 264.

9

Gantina Komalasari. dkk, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: Indeks, 2011), h, 252-253.

10

(17)

bertanggungjawab serta tidak melampiaskan kejenuhannya dengan hal-hal

yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi istri mengalami kejenuhan

dalam mengurus rumah tangga?

2. Bagaimana proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas

dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo

Ujungpangkah Gresik?

3. Bagaimana hasil proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas

dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo

Ujungpangkah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka Peneliti dapat

menentukan Tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui Faktor-faktor yang melatarbelakangi istri mengalami

kejenuhan dalam mengurus rumah tangga.

2. Mendeskripsikan Proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas

dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo

(18)

3. Mengetahui hasil dari proses bimbingan konseling Islam dengan terapi

realitas dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga di Desa

Bolo Ujungpangkah Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain sebagai

berikut :

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam

bidang bimbingan konseling Islam tentang pengembangan terapi

realitas dalam menghadapi kejenuhan seorang istri mengurus rumah

tangga.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan

bimbingan konseling Islam mengenai bimbingan konseling Islam

terhadap kejenuhan.

2. Secara Praktis

a. Peneliti diharapkan membantu menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan kejenuhan seorang istri mengurus rumah tangga.

b. Menjadi bahan pertimbangan selanjutnya oleh peneliti lain dalam

(19)

E. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini terdapat berbagai istilah yang mungkin belum di

mengerti, oleh karena itu penulis berusaha menjelaskan beberapa istilah yang

di anggap perlu untuk di jelaskan, yaitu:

1. Bimbingan Konseling Islam

Menurut Hallen A. dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan

konseling, mengatakan bahwa, bimbingan Islami merupakan proses

pemberian bantuan yang terarah, kontiniu dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai

yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits.11 Hal ini bertujuan agar

manusia mampu berhubungan baik dengan Allah SWT serta dengan

manusia dan alam semesta.

Menurut M. Arifin dalam bukunya samsul munir Amin yang

berjudul bimbingan dan konseling Islam, mengatakan bahwa bimbingan

dan penyuluhan agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh

seorang dalam rangka pemberian bantuan kepada orang lain yang

mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar

orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran dan

penyerahan diei terhadap kekuasaan Tuhan yang maha Esa, sehingga

11

(20)

timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa

sekarang dan masa depan.12

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa

Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu pemberian bantuan oleh

seorang yang ahli kepada setiap individu, agar individu tersebut mampu

berpotensi secara optimal serta mendapatkan kecerahan batin sesuai

dengan jiwa ajaran Islam, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan

akhirat.

2. Terapi Realitas

Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah

laku sekarang. Terapi realitas menguraikan prinsip-prinsip dan

prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang dalam mencapai

suatu “identitas keberhasilan”.13

Terapis berfungsi sebagai model serta mengonfrontasikan klien

dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan

memenuhi kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun

orang lain.14

Tujuan terapi realitas adalah membantu individu mencapai

otonomi. Otonomi yaitu kematangan emosional yang diperlukan individu

untuk mengganti dukungan eksternal (dari luar individu) dengan

dukungan internal (dari dalam diri individu). Kematangan emosional juga

12

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h, 19.

13

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h,. 263.

14

(21)

ditandai dengan kesediaan bertanggung jawab terhadap tingkah

lakunya.15

Berdasarkan teori diatas, maka penerapan terapi relaitas dalam

mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah tangga yakni; Pertama

dengan terapi realitas peneliti/konselor ingin klien menyadari

identitasnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Jadi disini konselor

menggunakan tehnik “bertindak sebagai model dan guru” yang sifatnya

direktif yaitu berperan sebagai guru yang menyadarkan klien bahwa

dirinya memang sebagai ibu rumah tangga dan tidak boleh terpaku

dengan masa lalunya saat masih berstatus singgle yang masih bekerja.

Jadi klien harus mengetahui identitas yang sebenarnya mengenai status

dirinya.

Kedua, ketika klien sudah menyadari identitas dirinya dan

menerima kenyataan bahwa dirinya memang sebagai ibu rumah tangga,

klien akan mampu mengetahui langkah-langkah apa yang akan

dilakukan, supaya tidak melampiaskan kejenuhannya dengan hal-hal

yang bisa merugikan dirinya dan orang lain. Dan mampu bertanggung

jawab dengan apa yang klien lakukan, ini dilakukan dengan pengarahan

dari konselor.

Terakhir yakni konselor bersama dengan klien merencanakan

kegiatan kedepannya dalam usaha mengatasi kejenuhannya. Dalam hal

ini mencari kesibukan lain seperti buka usaha dirumah yang sesuai denga

15

(22)

hobinya. Agar tidak terpaku dengan kesibukannya mengurus rumah

tangga saja. Ini dilakukan dalam bentuk usaha mengatasi kejenuhan

klien. Intinya konselor sebagai fasilitator yang membantu klien agar bisa

menilai tingkah lakunya sendiri dan dapat memahami serta mampu

menghadapi realitas.

3. Kejenuhan

Menurut maslach dan leiter menyatakan bahwa kejenuhan

merupakan hasil dari tekanan emosional yang konstan dan berulang,

yang diasosiasikan dengan keterlibatan yang intensif dalam hubungan

antar personal untuk jangka waktu yang lama.16

Menurut pines dan Aronson menyatakan bahwa kejenuhan adalah

keletihan fisik, emosi, dan mental yang terjadi dalam waktu yang panjang

atas keterlibatan dengan orang-orang dalam berbagai suatu emosional

yang menegangkan.17

Berdasarkan para ahli diatas, maka penulis simpulkan bahwa

kejenuhan merupakan tekanan emosi yang berulang-ulang sehingga

mengakibatkan tegangan pada emosi yang menimbulkan keletihan, baik

fisik maupun mental.

Adapun kejenuhan dalam penelitian ini adalah kejenuhan yang di

alami oleh seorang istri dalam mengurus rumah tangga. Seringkali

sebagai seorang ibu rumah tangga sering merasa jenuh terhadap tugas

16

http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/kejenuhan-dalam-proses-pembelajaran.html, diakses 04 Maret 2015.

17

(23)

sehari-hari. Tugas yang harus diselesaikan banyak sekali. Seperti halnya

kasus yang dialami oleh seorang istri di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik

bahwa istri merasa jenuh tinggal dirumah karena pekerjaan yang tiap hari

dia lakukan selalu seperti itu tanpa ada hiburan.

Sari merasa jenuh dengan pekerjaan rumah yang setiap hari dia

kerjakan, merasa lelah dengan mengurus anak, membersihkan rumah,

mencuci baju yang setiap hari menumpuk, mengantar anak sekolah,

memasak, dan lain-lain. Dari beberapa pekerjaan di rumah yang setiap

hari Sari lakukan serta tidak ada perubahan membuat Sari jenuh dan

lelah, sehingga membuatnya ingin kembali bekerja seperti saat dia belum

menikah. Namun niatnya tersebut tidak tercapai karena sang suami tidak

mengizinkannya.

Suami tidak ingin anaknya tidak terurus karena istrinya bekerja.

Sehingga ketika Sari jenuh dengan tugas yang dia lakukan, Sari

melampiaskan kejenuhannya dengan bermain game dan gadget. Dan

pelampiasan tersebut mengakibatkan tanggungjawabnya tidak terurus,

dan sering diabaikan, seperti halnya tidak menyiapkan sarapan untuk

suami ketika akan pergi bekerja. Kadangkala emosinya tidak stabil,

sampai terkadang suami tidak dia sapa, anak juga menjadi ikut

(24)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Peneliti dalam melaksanakan penelitian menggunakan pendekatan

kualitatif yang bersifat naturalistik, apa adanya dalam situasi normal dan

tidak dimanipulasi situasi dan kondisinya.18 Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi,

tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.19 Jadi dengan

pendekatan kualitatif ini peneliti melakukan penelitian dengan apa

adanya dalam memperoleh data tentang istri yang mengalami masalah

kejenuhan dalam mengurus rumah tangga tanpa memanipulasi situasi dan

kondisi di lapangan, ini dilakukan untuk memahami fenomena tentang

permasalahan yang dialami oleh istri tersebut, mulai dari perilaku saat

mengalami kejenuhan, dampak dari kejenuhan yang dialami istri, sampai

dengan apa saja yang melatarbelakangi istri mengalami kejenuhan dalam

mengurus rumah tangga.

Data-data yang didapatkan adalah data kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

klien, maupun informan serta perilaku klien yang dapat diamati, sehingga

18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), h, 12

19

(25)

dapat diketahui serta dipahami secara rinci, mendalam dan menyeluruh

tentang permasalahan yang dialami oleh klien.20

Jenis penilitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu uraian

dan penjelasan komperhensif mengenai berbagai aspek seorang individu,

suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program atau suatu situasi

sosial.21 Jenis penelitian ini dipilih karena penulis ingin menelaah data

sebanyak mungkin secara rinci dan mendalam selama waktu tertentu

mengenai subyek yang diteliti sehingga dapat membantunya keluar dari

permasalahannya dan memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik.

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam

penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya

melibatkan satu orang yakni seorang istri yang mengalami kejenuhan

dalam mengurus rumah tangga sehingga harus dilakukan secara intensif,

menyeluruh dan terperinci untuk mengatasi permasalahn Istri tersebut,

dalam mengatasi kejenuhan istri, peneliti atau konselor menggunakan

Bimbingan Konseling Islam dengan terapi realitas yang dilakukan

dengan bertindak sebai model dan guru yang sifatnya direktif untuk

mengarahkan dan menyadarkan istri agar menerima kenyataan dn sadar

akan identitasnya sebagai ibu rumah tangga.

2. Sasaran dan lokasi penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang istri yang bernama

Sari (nama samaran) yang mengalami kejenuhan dalam mengurus rumah

20

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), h, 4.

21

(26)

tangga yang selanjutnya disebut klien, sedangkan konselornya adalah

mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Dwi Pratiwi Amallia. Dan

yang menjadi Informan adalah mertua klien, suami klien, tetangga klien

serta perangkat desa.

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Bolo Kecamatan

Ujungpangkah Kabupaten Gresik tepatnya di RT 02 RW 02.

3. Jenis dan sumber data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data

yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya

dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di

lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi

tentang Identitas diri klien (tempat tanggal lahir klien, usia klien,

pendidikan klien), latar belakang dan masalah klien, kondisi

klien saat mengalami kejenuhan, bagaimana pelaksanaan proses

konseling dalam mengatasi kejenuhan istri mengurus rumah

tangga dengan terapi realitas yang menggunakan tehnik

bertindak sebgai model dan guru, serta hasil akhir pelaksanaan

(27)

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder.22 Adapun data yang diperoleh yakni mengenai

gambaran lokasi penelitian, kondisi keluarga klien, lingkungan

klien, kondisi ekonomi klien, dan perilaku keseharian klien.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data

diperoleh.23

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh

penulis dilapangan yaitu informasi langsung dari klien. Yang

nantinya klien akan diberikan konseling dan konselor yang

memberikan konseling.

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari

orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang

penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari

keluarga klien, tetangga klien, dan lain-lain. Dalam penelitian

ini data diambil dari mertua klien Aisyah (nama samaran),

suami klien Edi (nama samaran), tetangga disekitar rumah klien,

dan Perangkat Desa Bolo.

4. Tahap-tahap penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan, yakni sebagai berikut:

22

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif,

(Surabaya: Universitas Airlangga,2001), h, 128.

23

(28)

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan

pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.24

1) Menyusun rancangan penelitian

Peneliti membuat susunan rancangan penelitian saat

melakukan penelitian, adapun susunan tersebut adalah:

Pertama, yang peneliti lakukan adalah menggali informasi

sebanyak-banyaknya dari klien maupun informan (mertua,

suami, dan tetangga), hal ini dilakukan dalam upaya

mengidentifikasi kasus agar mengetahui dan mengenali

permasalahan yang dialami oleh klien. dari identifikasi masalah

inilah dapat diketahui gejala-gejala yang nampak serta

faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi klien mengalami

permasalahan.

Kedua, setelah sudah diketahui gejala dan faktor yang

melatar belakangi masalah, selanjutnya peneliti atau konselor

menetapkan permasalahan yang dialami oleh klien.

Ketiga, setelah diketahui masalah yang sebenarnya,

selanjutnya menetapkan jenis bantuan yang akan diberikan,

sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh klien. setelah

24

(29)

sudah ditetapkan bantuan selanjutnya yakni pemberian bantuan

kepada klien dengan menggunakan terapi realitas yang

dilakukan dengan bertindak sebagai model dan guru yang

sifatnya direktif untuk mengarahkan dan menyadarkan akan

kenyataan yang ada serta identitas klien yang sebenarnya.

Keempat, setelah pemeberian bantuan dilakukan dengan

beberapa sesi, maka selanjutnya yakni melihat hasil dari

pemeberian bantuan dengan terapi realitas tersebut melalui

wawancara dari klien sendiri serta informan (mertua dan

tetangga), untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pemberian

terapi tersebut.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti.

Dengan mempertimbangkan teori yang sesuai dengan yang ada

di lapangan. Sehingga dapat peneliti pilih lapangan yang sesuai

yakni di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik, tepatnya di RT II RW

II.

3) Mengurus perizinan

Peneliti mengurus surat perizinan dalam pelaksanaan

penelitian dari pihak jurusan, setelah peneliti menerima surat

izin dari jurusan, selanjutnya peneliti meminta No.surat keluar

(30)

kepada Kelurahan Desa Bolo Ujungpangkah Gresik yang

nantinya dijadikan peneliti melakukan penelitian.

4) Menjajaki dan memilih lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana

dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu

dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau

kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.25 Dalam hal ini

peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi di

tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Dalam hal ini, peneliti memilih suami, mertua, dan

tetangga klien, serta perangkat Desa untuk dijadikan informan,

ini dilakukan untuk membantu agar secepatnya memperoleh

banyak informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada di

lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian

seperti bulphoint, kertas, pensil, map, klip, kamera, dan

lain-lain.

25

(31)

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak

menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan

nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.26 Dalam hal ini peneliti

berusaha menyesuaikan diri dengan klien maupun keluarga

klien, agar etika dalam penelitian terlaksana dengan baik.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki

lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang

mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian

ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di

lapangan. Adapun jadwal yang mencakup waktu dan kegiatan dalam

melakukan penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan

1 25 Maret 2015 Mengurus perizinan

2 30 Maret 2015 Penyerahan surat izin penelitian

3 31 Maret 2015 Mengamati fenomena yang ada di lapangan

4 02- 03 April 2015 Mencari data lapangan Proses Konseling

5 03, 04, 05, 10 April 2015 Menggali data mengenai klien, dari klien tetangga, suami dan mertua (Identifikasi Masalah)

6 11 April 2015 Mendiagnosa masalah serta merencanakan

bantuan yang akan diberikan pada klien 7 12, 19, 26 April 2015 Melakukan konseling dengan memberikan

terapi realitas kepada klien 8 (12-26 April 2015) dan

17, 24 Mei 2015

Evaluasi dan Follow Up konseling

9 29 Mei 2015 Observasi untuk mengevaluasi tindakan klien setelah konseling

26

(32)

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dilakukan peneliti untuk

memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan diri

baik fisik maupun mental.27 Pertama yang dilakukan peneliti di

lapangan adalah memberikan surat izin penelitian kepada kelurahan

Desa Bolo Ujungpangkah Gresik, Selanjutnya yakni memasuki

lapangan untuk mengamati fenomena yang ada di lapangan agar

memperoleh banyak informasi tentang kondisi lingkungan sebelum

menjalin keakraban dengan klien atau informan lainnya.

Hari berikutnya peneliti melakukan penggalian data

mengenai lokasi penelitian dari perangkat desa dan tetangga dengan

wawancara dan dokumentasi. Setelah itu, dilakukan penggalian data

mengenai permasalahan klien dari informan maupun klien sendiri

dalam waktu beberapa hari dan terus menerus dilakukan oleh peneliti

sampai ditemukan gejala dan faktor yang melatar belakangi agar

permasalahan dapat diketahui. Selanjutnya menetapkan

permasalahan klien bahwa klien (istri) mengalami kejenuhan dalam

mengurus rumah tangga dan merencanakan bantuan yang akan

diberikan untuk mengatasinya.

Konseling dilakukan setelah permasalahan sudah diketahui

dengan melaksanakan bantuan yang sudah direncanakan

sebelumnya, dalam hal ini dilakukan bimbingan dan konseling

27

(33)

dengan terapi realitas dalam mengatasi kejenuhan dalam mengurus

rumah tangga yang di alami oleh seorang istri sekaligus ibu rumah

tangga tersebut. setelah dilakukannya proses konseling selanjutnya

dialakukan kembali penggalian data dari informan maupun klien

untuk mengetahui hasil dari proses konseling, ini dilakukan secara

terus menerus melalui wawancara dan Observasi sampai ditemukan

data yang valid.

5. Tehnik pengumpulan data

Salah satu tahap penting dalam dalam proses penelitian adalah

pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang akan peneliti

gunakan, yakni sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis

terhadap gejala yang diteliti.28 Observasi dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik

observasi di gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan

fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.29 Observasi bertujuan

untuk mengoptimalkan dari segi motif, kepercayaan, perhatian,

perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Observasi

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), h, 145.

29

(34)

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati

oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber

data.30

Peneliti menggunakan observasi untuk mengamati klien, yakni

kondisi klien dan segala sesuatu yang dilakukan klien. Sebelum

dilakukan konseling peneliti melihat bahwa klien terlihat lesu dan

kurang bersemangat, wajahnya murung serta seakan tidak terima

dengan keadaannya saat itu. Sedangkan saat proses konseling klien

terlihat tertarik dalam mengikuti proses konseling, terbukti dengan

keseriusan klien untuk mau berubah serta apa saja masukan dari

konselor klien menerima dan berusaha melakukannya. Adapun

sesudah mendapatkan konseling klien terlihat ceria dan bersemangat.

Selain itu juga peneliti mengamati bagaimana kondisi keluarga klien,

lingkungan disekitar rumah klien yakni ditempat penelitian, serta

luas wilayah, jumlah penduduk, batas wilayah, dan lokasi rumah

tempat penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

30

(35)

jawaban.31 Wawancara dilakukan untuk menggali data lebih

mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.32

Peneliti sekaligus konselor sebagai pewawancara dan klien

sebagai terwawancara. Adapun yang akan peneliti gali yakni segala

informasi secara mendalam pada diri klien yang meliputi: Identitas

diri klien (tempat tanggal lahir, usia, pendidikan), kondisi keluarga

klien, lingkungan dan ekonomi klien, keseharian klien, permasalahan

yang dialami klien, kondisi klien saat mengalami permasalahan,

serta proses konseling yang dilakukan.

Selain menggali data dari klien peneliti juga berupaya untuk

menggali data dari orang-orang yang dekat dengan klien agar data

yang di dapatkan lebih akurat yakni suami, mertua dan tetangga

klien. Selain data tersebut peneliti juga menggali data mengenai

kondisi Desa, seperti; latar belakang Desa.

c. Dokumentasi

Tehnik pengumpulan data memalui dokumentasi diartikan

sebagai upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan

tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan

dalam berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain

31

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h, 186.

32

(36)

yang tersimpan.33 Adapun yang akan peneliti cari melalui

dokumentasi yakni: gambaran lokasi penelitian.

Lebih jelasnya, untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses

teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Data TPD

1 Data primer

a. Kondisi klien sebelum di lakukan proses konseling

b. Keadaan klien ketika mengikuti proses konseling

c. Kondisi klien setelah selesai proses konseling

Klien

O

Data Sekunder

a. Kondisi keluarga klien

b. Kondisi di lingkungan disekitar rumah klien

a. Latar belakang Desa Bolo Perangkat Desa

33

(37)

3 Data Sekunder

a. Luas wilayah penelitian b. Jumlah penduduk c. Batas wilayah

d. Lokasi rumah tempat penelitian

Perangkat Desa

D

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Tehnik analisis data

Menurut Bogdan dan Biklen dalam bukunya lexy J. Moleong

mengatakan bahwa Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari

dan menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain.34

Menganalisis data dilakukan peneliti sejak pengumpulan data

dilakukan, agar data tidak sampai tercecer dan terlupakan sehingga tidak

ikut dalam analisis. Jadi analisis dilakukan setelah data sudah diperoleh.

Peneliti dalam menganalisis data, menggunakan tehnik analisis

deskriptif-komparatif. deskriptif yakni berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasi apa yang ada (mengenai kondisi atau hubungan yang

ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung,

34

(38)

akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah

berkembang).35 Sedangkan metode komparatif yakni metode

perbandingan antara satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian

secara tetap membandingkan ketegori dengan ketegori lainnya.36Jadi

deskrptif-komparatif dapat penulis simpulkan bahwa peneliti harus

membandingkan kategori yang satu dengan kategoti lainnya yakni antara

kenyataan dan teori, dan itu dideskripsikan secara rinci dan apa adanya.

Adapun data yang akan dianalisis yakni faktor-faktor yang

melatar belakangi istri mengalami kejenuhan dalam mengurus rumah

tangga secara teoritik dengan Faktor-faktor yang melatarbelakangi istri

mengalami kejenuhan dalam mengurus rumah tangga di lapangan, selain

itu yakni analisis antara proses bimbingan konseling Islam dengan terapi

realitas secara teoritik dengan bimbingan konseling Islam dengan terapi

relitas di lapangan. Selanjutnya untuk mengetahui tentang hasil penelitian

yaitu dengan cara membandingkan hasil akhir dari pelaksanaan

bimbingan konseling Islam dan terapi realitas. Apakah terdapat

perbedaan pada kondisi kejenuhan yang berimbas pada penerimaan diri

klien, sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan konseling Islam

dengan terapi realitas.

7. Tehnik Pemeriksaan Keabsaan Data

Tehnik pemeriksaan data peneliti menggunakan tiga tehnik yakni

sebagai berikut;

35

Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, (Jakarta: CAPS, 2014), h, 179.

36

(39)

a) Perpanjangan keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal

dilapangan penelitian sampai pengumpulan data tercapai.37

Disini peneliti tinggal di tempat penelitian yakni Desa Bolo

Ujungpangkah Gresik kurang lebih 2-4 hari ketika melakukan

penelitian.

b) Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud mencari dan menemukan

ciri-ciri serta situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan penelitian

menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan

menyediakan pendalaman data.38

Ketekunan pengamatan dilakukan peneliti untuk mencarai dan

menemukan seberapa kejenuhan yang dialami oleh klien, mulai dari

ciri-ciri sampai apa yang menjadi penyebab klien mengalami

kejenuhan dalam mengurus rumah tangga. Ini dilakukan sampai

ditemukan titik kebenaran. Peneliti terus menggali dan mendalami

data mengenai klien jika terlihat masih ada.

37

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h, 327.

38

(40)

c) Trianggulasi

Trianggulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.39 Maksudnya pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi tehnik

pengumpulan data, dan waktu.40

1) Trianggulasi dengan sumber, yakni menguji keabsahan data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

dari beberapa sumber.41 Hal itu dapat dicapai dengan jalan: a.

Membandingkan data hasil pengamatan peneliti dengan data

hasil wawancara; b. Membandingkan apa yang dikatakan klien

kepada orang lain dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

kepada konselor; c. Membandingkan apa yang dikatakan

informan tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakannya sepanjang waktu; membandingkan keadaan dan

prespektif klien dengan berbagai pendapat dan pandangan

informan.42

2) Trianggulasi tehnik, yakni mengecek data kepada sumber yang

sama namun dengan tehnik yang berbeda. Misalnya, data

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan

dokumentasi. Jika dengan ketiga tehnik data hasilnya

39

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h, 330.

40

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h, 273.

41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h, 274.

42

(41)

beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan, untuk memastikan data mana

yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar, karena

sudut pandang yang berbeda-beda.43

3) Trianggulasi waktu, waktu juga sering mempengaruhi

kredibilitas data. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas

data dapat dilakukan pengecekan wawancara, observasi atau

tehnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sampai ditemukan kepastian datanya.44

Trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini

adalah trianggulasi sumber, tehnik dan waktu. Dalam trianggualasi

sumber peneliti membandingkan data hasil observasi peneliti dengan

data hasil wawancara dari klien, membandingkan apa yang dikatakan

klien kepada orang lain dengan apa yang dikatakannya secara pribadi

kepada konselor, membandingkan apa yang dikatakan informan

tentang klien dengan keadaan klien yang sebenarnya. Sedangkan

trianggulasi tehnik dilakukan peneliti dengan membandingkan antara

data hasil wawancara dengan hasil observasi peneliti, yakni pada

satu kesempatan peneliti menggunakan wawancara, kadang pada

kesempatan lain menggunakan observasi. Selanjutnya peneliti juga

menggunakan trianggulasi waktu yakni peneliti melakukan

43

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h, 274.

44

(42)

wawancara maupun observasi pada waktu yang berbeda, seperti saat

wawancara di pagi hari pada saat klien masih segar, dengan

membandingkan hasil wawancara saat sore hari.

Trianggualasi ini dilakukan untuk menutupi kelemahan dari

satu tehnik tertentu sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini dilakukan untuk mempermudah dalam

pembahasan, peneliti membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang

masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini

meliputi:

BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar

dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang

kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek

kajian yang dikaji, bab ini membahas tentang bimbingan konseling Islam,

yang meliputi; pengertian bimbingan konseling Islam, tujuan bimbingan

konseling Islam, fungsi bimbingan konseling Islam, unsur-unsur bimbingan

konseling Islam, azaz-azaz bimbingan konseling Islam, prinsip-prinsip

bimbingan konseling Islam, dan langkah-langkah bimbingan konseling Islam.

Selanjutnya yakni dibahas mengenai terapi realitas, yang meliputi; pengertian

(43)

peran terapis, dan teknik terapi realitas. Dan yang terakhir dalam kajian teori

adalah membahas tentang kejenuhan, yang termasuk dalam hal ini yakni;

pengertian kejenuhan, faktor-faktor penyebab mengalami kejenuhan,

gejala-gejala kejenuhan, dan cara mengatasi kejenuhan. Selain kajian teori, dalam

bab dua, mengenai tinjauan pustaka juga dipaparkan tentang kejenuhan

merupakan masalah dalam bimbingan konseling, bimbingan konseling Islam

dengan terapi realitas dalam mengatasi kejenuhan, serta dipaparkan mengenai

penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang peneliti lakukan.

BAB III Penyajian Data: yang menjelaskan tentang setting penelitian

yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi konselor, deskripsi

klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai faktor-faktor

yang melatarbelakangi istri mengalami kejenuhan dalam mengurus rumah

tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik, proses pelaksanaan bimbingan

konseling Islam dengan terapi realitas dalam menangani kejenuhan seorang

istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo Ujungpangkah Gresik, dan hasil

dari proses bimbingan konseling Islam dengan terapi realitas dalam

menangani kejenuhan seorang istri mengurus rumah tangga di Desa Bolo

Ujungpangkah Gresik .

BAB IV Analisis Data: menjelaskan mengenai analisis faktor-faktor

yang melatar belakangi kejenuhan istri, proses pelaksanaan bimbingan

konseling Islam, dan analisis hasil dari proses bimbingan konseling Islam

dengan terapi realitas dalam menangani kejenuhan seorang istri mengurus

(44)

BAB V Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

(45)

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI REALITAS, DAN

KEJENUHAN

A. Bimbingan Konseling Islam, Terapi Realitas dan Kejenuhan

1. Bimbingan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa bimbingan

konseling Islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan,

pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan

(klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat

mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan

dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan

kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang

berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW. 51

Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling Islam

adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis

kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau

fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara

menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-

Qur’an dan Hadits Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat

hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits. 52

51

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Psikoterapi dan Konseling Islam, hal. 137

52

(46)

Aunur Rahim Faqih menyatakan bahwa bimbingan konseling

Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar

menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang

seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan

ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah sehingga, dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.53

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah suatu

pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu, yang berupa

nasehat, dukungan, dan saran, untuk membantu memecahkan

masalah yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi

akal pikirannya yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, agar

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Menurur Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,

merumuskan tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling Islami

yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran

manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah

swt. dimuka bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya

tidak keluar dari tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau

mengabdi kepada Allah.54

53

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII press, 2001), hal. 63

54

(47)

Aunur Rahim Faqih dalam bukunya bimbingan dan konseling

dalam Islam, membagi tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

dalam tujuan umum dan tujuan khusus.55

1) Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan di akhirat.

2) Tujuan khususnya adalah:

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b) Membantu individu untuk mengatasi masalah yang

dihadapinya.

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan

menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Adapun fungsi dari bimbingan dan konseling Islam secara

spesifik yakni sebagai berikut:

1) Fungsi pencegahan (Prefention)

Menghindari segala sesuatu yang tidak baik atau

menjauhkan diri dari larangan Allah.56 Jadi membantu individu

untuk menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.57

55

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII press, 2001), h, 35-36.

56

(48)

2) Fungsi kuratif

Fungsi perbaikan ini dimaksudkan untuk membantu

individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau

dialaminya.58 Yakni mengatasi suatu perbuatan yang sudah

terlanjur terjerumus ke dalam kemaksiatan.59

3) Fungsi preservatif

Fungsi preservatif yakni membantu individu menjaga

agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung

masalah) menjadi baik (terpecahkan), dan kebaikan itu bertahan

lama.60

4) Fungsi pengembangan

Fungsi ini yakni untuk membantu individu memelihara

dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah

baginya.61 Dalam pengembangan ini diharapkan orang yang

dibimbing dapat ditingkatkan untuk lebih meningkat lagi

mengenai bakat yang dimiliki.62

57

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jogjakarta: UII press, 2001), h, 37.

58

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam.,

59

Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, h, 18.

60

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam.,

61

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam.,

62

(49)

d. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam mempunyai beberapa unsur

atau komponen yang saling terkait dan saling berhubungan satu sama

lain, adapun unsur-unsur tersebut yakni terkait dengan konselor,

klien dan maalah yang dihadapi. Penjelasan selengkapnya adalah

sebgai berikut;

1) Konselor

Menurut Latipun dalam bukunya psikologi konseling,

menyatakan bahwa Konselor adalah orang yang amat bermakna

bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan bersedia

sepenuh hati membantu konseli mengatasi masalahnya di saat

amat kritis sekalipundalam upaya menyelamatkan konseli dari

keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang

dalam kehidupan yang terus berubah.63

Hasan Langgulung mengatakan bahwa konselor yaitu

orang yang memiliki pengetahuan dan berbagai cara psikologis

yang selalu ada dalam proses konseling.64

Namora Lumongga lubis juga mengatakan bahwa

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses

konseling.65

63

Latipun, Psikologi Konseling, (malang: UMM press, 2005), h, 45.

64

Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husnah, 1992), h, 452.

65

(50)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat penulis

simpulkan bahwa konselor adalah orang yang memiliki

pengetahuan dan kewenanagn untuk melakukan Bimbingan dan

Konseling Islam dengan bebrbagai cara dalam menangani suatu

masalah.

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang konselor,

yakni;66

a) Memiliki sifat baik

b) Bertawakkal; mendasarkan sesuatu atas nama Allah.

c) Sabar; tahan menghadapi klien yang menentang keinginan

untuk diberikan bantuan.

d) Tidak emosional; atrinya dapat mudah terbawa emosi dan

dapat mengatasi emosi diri dan yang terbantu.

e) Retorika yang baik, mengatasi keraguan klien dan dapat

meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.

f) Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi

terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, ,makruh, haram

terhadap perlunya bertaubat atau tidak.

2) Klien

Klien adalah orang sedang menghadapi masalah karena

dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya.67

66

Elfi Muawanah, Bimbingan dan Konseling Islami Sekolah Dasar, (jakarta: Bumi Aksara, 2012), h, 142.

67

(51)

Pendapat lain yang lebih rinci mengenai klien yakni

menurut Latipun mendefinisikan klien sebagai seseorang atau

sekelompok orang yang sedang mengalami atau menghadapi

masalah dimana seseorang tersebut tidak mampu untuk

mengatasi masalahnya sendiri tanpa adanya bantuan orang lain

baik kesulitan itu bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Klien

disebut pula dengan helpee, merupakan orang yang perlu

memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang

dihadapinya.68

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat penulis

simpulkan bahwa klien merupakan seorang individu yang

mempunyai masalah dan tidak mampu menyelesaikan

masalahnya sendiri, sehingga butuh bantuan orang lain.

Kartini Kartono mengatakan bahwa syarat menjadi klien

hendaknya mempunyai sikap dan sifat sebagai berikut :69

a) Terbuka

Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya

proses konseling. Artinya, klien bersedia mengungkapkan

segala sesuatu yang diperlukan demi suksesnya proses

konseling.

68

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2006), h, 51.

69

(52)

b) Sikap percaya

Klien harus dapat mempercayai konselor agar

konseling dapat berjalan secara efektif. Artinya, klien harus

percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya

dan percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan

rahasianya kepada siapapun juga.

c) Bersikap jujur

Seorang klien yang bermasalah, harus bersikap

jujur, agar masalahnya dapat teratasi. Artinya, klien harus

jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui

bahwa masalah yang sebenarnya ia alami.

d) Bertanggung jawab

Apabila klien merasa bertanggung jawab untuk

mengatasi masalahnya sendiri, maka hal ini akan

menyebabkan ia bersedia dengan sungguh-sungguh

melibatkan diri dan ikut berpartisipasi di dalam proses

konseling.

3) Masalah

WS.Winkel menyataan masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam usaha mencapai

(53)

bermacam-macam, misalnya: godaan, gangguan dari luar,

tantangan yang ditimbulkan oleh situasi hidup.70

Schneiders dalam bukunya latipun yang berjudul

“psikologi konseling” mengumakan bahwa konseling

diselenggarakan untuk menangani problem-problem psikologis

seperti, ketidakmatangan, ketidakstabilan emosional,

ketidakmampuan mengontrol diri dan perasaan ego yang

negatif. Pandangan tersebut sejalan dengan pandangan Vance

dan Volsky yang menjelaskan bahwa konseling menangani

individu normal dengan masalah-masalah yang ringan yaitu

masalah-masalah yang berhubungan dengan peran sehari-hari.71

Menurut HM. Arifin dalam bukunya Aswadi

menerangkan bahwa beberapa jenis masalah yang dihadapi

seseorang atau masyarakat yang memerlukan bimbingan

konseling Islam, yaitu:72

a) Masalah perkawinan

b) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf

c) Problem tingkah laku sosial

d) Problem karena masalah alkoholisme

e) Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas

secara khusus memerlukan bantuan.

70

W.s Winkel, bimbingan dan konseling di institusi pendidikan di sekolah menengah, (jakarta: gramedia, 1889), h, 56

71

Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2003), h, 14-15.

72

Gambar

 Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Tabel 1.2  Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.1  Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Tabel 3.2  Gejala yang nampak sebelum dilakukan proses konseling
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu kadar logam dasar (Cu, Pb, Zn) ditunjukkan dari conto TPM_04A dengan kadar yang tinggi pada temperatur mineralisasi antara 200°C-300°C, salinitas yang paling tinggi (3,3

Semakin halus dan seragam ukuran tepung, proses gelatinisasi terjadi dalam waktu yang hampir EHUVDPDDQ VHKLQJJD YLVNRVLWDV PDNVLPXP tepung dengan ukuran lebih

Oleh sebab itu, berikanlah aku ( Jibril) izin untuk membunuhnya tetapi kata Nabi Muhammad SAW bahwa, “ Orang itu tidak tahu kalau tahu dia dengan Aku maka dia tidak

Merujuk pada Rencana Strategis yang bersifat umum maka dalam Rencana Operasional secara rinci akan dipaparkan rencana program studi mencakup misi, tujuan, sasaran

Tentunya ketiga milestone tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekuatan Program Studi Teknik Sipil semata, tapi juga membutuhkan dukungan dari semua unit dalam

Kemadirian bagi seorang santri sudah menjadi keniscayaan, kemandirian terlihat dari santri dituntut mampu melaksanakan beberapa tugas dengan sendiri tanpa

Creativity Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Isi pokok laporan hasil observasi : deskripsi bagian, deskripsi manfaat,

Penerapan Pasal 368 dan 369 KUHP dan UU ITE dalam tindak pidana pemerasan dan pengancaman lewat SMS, handphone, telah memenuhi unsur objektif suatu tindak