• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Ruptur Hepar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Ruptur Hepar"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RUPTUR HEPAR  RUPTUR HEPAR 

F

F atimah Yatimah Yuniuni kartikarti ka Akbaka Akbarr ; Nu; Nu r Kr K haehaeraty; Iraty; I ssdiana diana KaeKaelan lan 

A.

A. ANATOMI HEPAR ANATOMI HEPAR 

Hepar merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh, yang terletak di Hepar merupakan kelenjar terbesar didalam tubuh, yang terletak di  bagian te

 bagian teratas ratas dalam dalam rongga rongga abdomen di abdomen di sebelah sebelah kanan di kanan di bawah diafbawah diafragma.ragma. Hepar menempati hampir seluruh regio hypochondrica dextra, sebagian besar  Hepar menempati hampir seluruh regio hypochondrica dextra, sebagian besar  epigastrium dan seringkali meluas sampai ke regio hypochondrica sinistra epigastrium dan seringkali meluas sampai ke regio hypochondrica sinistra sejauh linea mammilaria.

sejauh linea mammilaria.11

Berat rata- rata hepar sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan orang Berat rata- rata hepar sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan orang dewasa

dewasa normal. normal. Hepar merupakan Hepar merupakan organ lunak organ lunak yang lentur yang lentur dandan tercetak oleh struktur sekitarnya, hepar memiliki permukaan tercetak oleh struktur sekitarnya, hepar memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri, bagian bawah hepar berbentuk cekung diafragma dan sebagian kubah kiri, bagian bawah hepar berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus.

usus.2,3,42,3,4

S e t i a p l o b u s h e p a r t e r b a g i m e n j a d i s t r u k t u r  

S e t i a p l o b u s h e p a r t e r b a g i m e n j a d i s t r u k t u r   –  – s t r u k t u r  s t r u k t u r   yang disebut lobulus yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional yang disebut lobulus yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Sikap lobulus merupakan bagan heksagonal yang terdiri atas organ. Sikap lobulus merupakan bagan heksagonal yang terdiri atas lempeng

lempeng  –  –  lele mpmpenen g g sese l l hehepapar r berberbenbentuk kubus tersustuk kubus tersusun un radradialial me

mengngelelililiningi gi vevena na sesentntraralilis s yyanang g memengngalalirirkakan n dd aa rr aa h h dd aa rr i i ll oo bb uu ll uu ss .. H e p a r m a n u s i a m e m i l i k i m a k s i m a l 1 0 0 . 0 0 0 l o b u l u s . H e p a r m a n u s i a m e m i l i k i m a k s i m a l 1 0 0 . 0 0 0 l o b u l u s . Diantara lempengan sel hepar terdapat kapiler 

Diantara lempengan sel hepar terdapat kapiler   –  –  kapiler yangkapiler yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam arteria hepatika. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam hepar adalah sel Kupffer, sehingga hepar merupakan salah satu hepar adalah sel Kupffer, sehingga hepar merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan infasi bakteri dan agen toksit.

(2)

H e p a r m e m p u n y a i d u a l o b u s u t a m a y a i t u l o b u s k a n a n y a n g d i b a g i m e n j a d i s e g m e n a n t e r i o r d a n p o s t e r i o r   oleh fisura segmentalis kanan dan lobus kiri yang dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis.1,2,3,5

Gambar 1 : Anatomi Hepar

(Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1900159-overview)

Sirkulasi

Hepar memiliki dua sumber suplai darah, saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatika dan dari aorta melalui arteri hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah darah arteri dan dua  pe rt iga nya ada lah ve na da ri ve na po rt a. Vo lu me tot al da rah ya ng melewati hepar setiap menitnya adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang selanjutnya bermuara pada vena kava inferior. Vena porta bersifat unik karena terl etak di antara dua daerah k a p i l e r y a n g s a t u t e r l e t a k d a l a m h e p a r d a n l a i n n y a d a l a m s al ur an ce rn a. Ca ba ng -c a b a n g t e r h a l u s a r t e r i a h e p a t i k a  j u g a m e n g a l i r k a n d a r a h n y a k e d a l a m s i n u s o i d , s e h i n g g a t e r j a d i c a m p u r a n d a r a h a r t e r i d a r i a r t e r i a h e p a t i k a d a n d a r a h vena dari vena porta.1,2,4,5

(3)

Gambar 2 : Vaskularisasi Hepar

(Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1900159-overview)

B. PATOFISIOLOGI

Pukulan langsung, misalnya kena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk (intruded) pada tabrakan kendaraan bermotor, dapat mengakibatkan cedera tekanan atau tindasan pada isi abdomen. Kekuatan ini merusak bentuk organ padat atau berongga dan dapat mengakibatkan ruptur, khususnya pada organ yang menggembung (misalnya uterus yang hamil), dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Shearing injuries pada organ isi abdomen merupakan bentuk trauma yang dapat terjadi bila suatu alat penahan (seperti sabuk pengaman jenis lap belt atau komponen sabuk bahu)dipakai dengan cara yang salah. Penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan  bermotor juga dapat menderita cedera deceleration karena gerakan yang  berbeda dari bagian badan yang bergerak dan yang tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi (organ bergerak) ditempat jaringan pendukung (struktur tetap) pada tabrakan tersebut. Pada penderita yang dilakukan laparatomi oleh karena trauma tumpul (blunt injury), organ yang paling sering cedera, adalah limpa (40  –  55%), hati (35  –  45%) dan hematoma retroperitoneum (15%).6

(4)

Hepar merupakan organ intraabdomen yang paling sering terkena trauma setelah limpa. Perlukaan pada hati dapat bersifat superficial dan ringan, tetapi dapat pula bersifat laserasi yang berat, yang menimbulkan kerusakan pada sistem saluran empedu intrahepatik.7

Perlukaan dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau luka tembus dinding perut yang mungkin berupa trauma tajam. Mekanisme yang menimbulkan kerusakan hepar pada trauma tumpul adalah efek kompresi dan deselerasi. Trauma tajam dapat disebabkan oleh tusukan benda tajam atau oleh peluru.7

Berat ringan kerusakan akibat trauma pada hepar bergantung pada  jenis trauma, penyebab, kekuatan, dan arah datangnya trauma. Lebih dari 50% trauma berat hepar disertai trauma organ intraabdomen lain. Mortalitas  berbanding lurus dengan jumlah organ lain yang terkena. Yang paling sering kena cedera bersama dengan hepar adalah organ intratoraks, yaitu jantung,  paru, atau diafragma, disusul berurutan oleh lambung, usus halus, ginjal, usus  besar, limpa, pankreas, dan pembuluh darah besar.7

Perlukaan parenkim hati yang superficial dan dalam kadang sulit dibedakan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma hepar adalah  perdarahan, infeksi, kebocoran empedu, dan hemobilia.7

C. DIAGNOSIS

Meskipun dapat diduga sebelum operasi, trauma hepar lebih sering  baru diketahui s e wak t u l a p ar ot om i eks pl or a s i . D a pat j uga dike tahu i mel alui peme riks aan CT scan. Kecurigaan dibuat  berdas ar kan loka si tr auma dan te rdap at nya fr aktu r ig a ka na n  bawah, pneumotoraks, kontusio paru, syok haemoragik, serta ditemukannya

darah dan empedu padalavase peritoneal positif untuk darah dan empedu.7 C a r a d i a g n o s t i k t e r b a i k a d a l a h b e r d a s a r k a n p e n i l a i a n kl in is ya ng di t un ja ng de ng an pemeriksaan berulang. Laparotomi dapat menemukan perdarahan yang tidak diketahui sebelumnya. Apabila terjadi hemobilia, terdapat trias, yaitu tanda perdarahan saluran cerna bagian

(5)

a t a s , i k t e r u s , d a n n y e r i p e r u t k a n a n a t a s , y a n g d i t e m u k a n setelah riwayat trauma abdomen, setelah operasi, atau tindakan manipulasi saluran empedu beberapa jam sampai beberapa minggu sebelumnya. Tanda pe rdarahan berupa hematemes is a tau melena sering didahului nyeri. Perdarahan ke dalam saluran empedu nyarinya berlainan dengan perdarahan di jalan cerna.7

- Pemeriksaan Laboratorium

Banyaknya perdarahan akibat trauma pada hepar akan diikuti dengan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Ditemukan leukositosis lebih dari 15.000/ul, biasanya setelah ruptur hepar akibat trauma tumpul. Kadar enzim hati yang meningkat dalam serum darah menunjukkan bahwa terdapat cidera pada hepar, meskipun juga dapat disebabkan oleh suatu perlemakan hati ataupun penyakit-penyakit hepar  lainnya. Peningkatan serum bilirubin jarang, dapat ditemukan pada hari ke-3 sampai hari ke-4 setelah trauma.

- Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior (AP), dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan multitrauma.

X-ray toraks berguna untuk evaluasi trauma tumpul abdomen karena beberapa alasan. Pertama, dapat mengidentifikasi adanya fraktur  iga bawah. Bila hal tersebut ditemukan, tingkat kecurigaan terjadinya cedera abdominal terutama cedera hepar dan lien meningkat dan perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut dengan CT scan abdomen-pelvis. Kedua, dapat membantu diagnosis cedera diafragma. Pada keadaan ini, x-ray toraks pertama kali adalah abnormal pada 85% kasus dan diagnostik pada 27% kasus. Ketiga, dapat menemukan adanya pneumoperitoneum yang terjadi akibat perforasi hollow viscus. Sama dengan fraktur iga bawah,

(6)

kemungkinan terjadinya cedera intra-abdominal sehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan dengan CT scan abdomen-pelvis.8

- Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau tidak responsif tanpa indikasi yang  jelas untuk eksplorasi abdomen. Kerugiannya adalah bersifat invasif, risiko komplikasi dibandingkan tindakan diagnostik non-invasif, tidak  dapat mendeteksi cedera yang signifikan (ruptur diafragma, hematom retroperitoneal, pankreas, renal, duodenal, dan vesica urinaria), angka laparotomi non-terapetik yang tinggi, dan spesifitas yang rendah. Dapat  juga didapatkan positif palsu bila sumber perdarahan adalah imbibisi dari

hematom retroperitoneal atau dinding abdomen.8

Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh tim bedah yang merawat  penderita dengan hemodinamik abnormal dan menderita multitrauma,

teristimewa kalau terdapat situasi sebagai berikut :

 Perubahan sensorium  –  cedera kepala, intoksikasi alkohol,

 penggunaan obat terlarang.

 Perubahan perasaan – cedera jaringan saraf tulang belakang.

 Cedera pada struktur berdekatan  –  tulang iga bawah, panggul,

tulang belakang dari pinggang bawah (lumbar spine).

 Pemeriksaan fisik yang meragukan.

(7)

Tabel 1 : Indikasi dan KontraindikasiDi agnosti c Per it oneal L avage 

(Sumber : Critical Concepts in Abdominal Injury8)

- Ultrasound diagnostik (USG)

USG telah sering digunakan dalam beberapa tahun terakhir di Amerika Serikat untuk evaluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen. Tujuan evaluasi USG untuk mencari cairan intraperitoneal bebas. Hal ini dapat dilakukan secepatnya, dan ini sama akuratnya dengan diagnostik   peritoneal lavage untuk mendeteksi hemoperitoneum. USG juga dapat

mengevaluasi hati dan limpa meskipun tujuan USG adalah untuk mencari cairan bebas di intrapreitoneal. Mesin portabel dapat digunakan di ruangan resusitasi atau di gawat darurat pada pasien dengan hemodinamik stabil tanpa menunda tindakan resusitasi pada pasien tersebut. Keuntungan lain dari USG daripada diagnostik peritoneal lavage adalah USG merupakan tindakan yang non-invasif. Tidak  diperlukan adanya tindakan lebih lanjut setelah USG dinyatakan negatif 

(8)

 pada pasien yang stabil. Hasil CT dari abdomen biasanya sama dengan USG bila hasilnya positif pada pasien yang stabil. Keuntungan dan kerugian dari USG perut terdapat dalam Kotak 20-4. Sensitivitas berkisar  dari 85% sampai 99%, dan spesifisitas dari 97% sampai 100%.

Penggunaan USG untuk evaluasi trauma tembus abdomen dilaporkan terbatas. Baru-baru ini, sebuah studi prospektif dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan USG sebagai tes skrining pada trauma tembus dan pada trauma tumpul. Penelitian ini melibatkan luka tusuk  serta luka tembak. Sensitivitas USG keseluruhan adalah 46% dan spesifisitas adalah 94%. Studi ini menunjukkan bahwa USG pada trauma tembus tidak dapat diandalkan seperti pada trauma tumpul. Jika USG  positif, pasien harus dioperasi. Jika negatif, pemeriksaan lebih lanjut

harus dilakukan.

Gambar 3 : USG hepar dari wanita 62 tahun dengan riwayat biopsi hepar. Gambar menunjukkan koleksi anechoic loculated dalam hepar, gambaran hematoma tidak jelas dalam USG ini.

(9)

Gambar 4 : USG hepar dari laki - laki 35 tahun setelah cedera tumpul abdomen menunjukkan koleksi berbentuk bulan sabit hyperechoic sepanjang aspek lateral kanan hati konsisten dengan hematoma subcapsular.

(10)

Tabel 2 : Keuntungan dan Kerugian Menggunakan USG

- Computed Tomography Abdomen (CT Scan Abdomen)

Pemeriksaan CT-scan tetap merupakan pemeriksaan pilihan pada  pasien dengan trauma tumpul abdomen dan sering dianjurkan sebagai sarana diagnostik utama. CT-scan bersifat sensitif dan spesifik pada  pasien yang dicurigai suatu trauma tumpul hepar dengan keadaan hemodinamik yang stabil. Penanganan non operatif menjadi penanganan standar pasien trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik stabil. Pemeriksaan CT-scan akurat dalam menentukan lokasi dan luas trauma hepar, menilai derajat hemoperitoneum, memperlihatkan organ intraabdomen lain yang mungkin ikut cedera, identifikasi komplikasi yang terjadi setelah trauma hepar yang memerlukan penanganan segera terutama pada pasien dengan trauma hepar berat, dan digunakan untuk  monitor kesembuhan. Penggunaan CT-scan terbukti sangat bermanfaat dalam diagnosis dan penentuan penanganan trauma hepar. Dengan CT-scan menurunkan jumlah laparatomi pada 70% pasien atau menyebabkan  pergeseran dari penanganan rutin bedah menjadi penanganan non

operastif dari kasus trauma hepar.

American Association for the Surgery of Trauma (AAST) membagi trauma hepar menjadi 6, yaitu :

GRADE[*]

TYPE OF

INJURY DESCRIPTION OF INJURY

I Hematoma Subcapsular, <10% surface area

(11)

GRADE[*]

TYPE OF

INJURY DESCRIPTION OF INJURY

II Hematoma Subcapsular, 10%-50% surface area; intraparenchymal, <10 cm in diameter 

Laceration Capsular tear, 1-3 cm in parenchymal depth; <10 cm in length

III

Hematoma Subcapsular, >50% surface area of ruptured subcapsular or parenchymal hematoma; intraparenchymal hematoma, >10 cm or expanding Laceration > 3 cm in parenchymal depth

IV Laceration Parenchymal disruption involving 25%-75% of the hepatic lobe or 1-3 Couinaud segments

V

Laceration Parenchymal disruption involving >75% of the hepatic lobe or >3 Couinaud segments within a single lobe

Vascular Juxtahepatic venous injuries, i.e., retrohepatic vena cava/central major hepatic veins

VI Vascular Hepatic avulsion

Tabel 3 : Derajat Trauma Hepar

(Sumber : American Association for the Surgery of Trauma10,11,12,13,14,15)

Gambar 5 : Liver Injury Grade 1

(12)

Gambar 6 : Liver Injury Grade 2

(Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/370508-overview)9,11,12,13,14,15

Gambar 7 : Liver Injury Grade 3

(Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/370508-overview)9,11,12,13,14,15

Gambar 8 : Liver Injury Grade 4

(Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/370508-overview)9,11,12,13,14,15

Gambar 9 : Liver Injury Grade 5

(13)

Kelemahan dari CT adalah bahwa pasien harus dibawa ke ruangan radiologi, dan mahal dibandingkan dengan tes lainnya. CT juga mengevaluasi cedera organ padat, dan pada pasien stabil dengan USG  positif itu diindikasikan cedera organ dan perlu untuk evaluasi dengan menggunakan ekstravasasi kontras. Jika ekstravasasi media kontras terlihat, bahkan dalam trauma hepar atau trauma limpa, maka suatu laparotomi eksplorasi atau, yang lebih baru lagi yaitu angiografi dan embolisasi harus dilakukan. Indikasi lain untuk CT adalah dalam evaluasi  pasien dengan cedera organ padat yang awalnya dirawat dengan keadaan non-operatif yang disertai adanya penurunan nilai hematokrit. Kekurangan CT yang paling utama adalah ketidakmampuan untuk  mendiagnosa cederal organ viskus berongga. Biasanya, adanya cairan  bebas pada CT abdomen tanpa cedera organ padat harus diwaspadai adanya cedera pada mesenterika, usus, atau kandung kemih, dan laparotomi eksplorasi harus segera dilakukan.8

Tabel 4 : Keuntungan dan Kerugian Menggunakan CT Scan Abdomen

(14)

Salah satu masalah yang paling menarik tentang evaluasi obyektif  trauma tumpul abdomen oleh CT adalah apa yang harus dilakukan ketika ditemukan adanya cairan bebas tanpa tanda-tanda organ padat atau cedera mesenterika. Ditambah dengan sensitivitas yang relatif kurang  bagi CT untuk mendiagnosa cedera viskus berongga, itu menciptakan dilema bagi dokter bedah. Pilihan yang baik untuk pasien adalah  pembedahan eksplorasi abdomen dan menerima tingkat resiko yang signifikan pada laparotomi nontherapeutic atau untuk mengamati dan "bertindak" ketika tanda-tanda peritoneal berkembang, mengingat bahwa keterlambatan dalam diagnosis cedera usus adalah fatal. Sebuah survei terbaru dari dokter bedah trauma yang ditanya apa yang akan menjadi  penatalaksanaan yang tepat pasien dalam keadaan ini menunjukkan  berbagai tanggapan: 42% akan melakukan diagnostik peritoneal lavage, 28% akan mengamati pasien, 16% laparotomy eksplorasi, dan 12% akan mengulangi CT perut. Keakuratan CT berkisar antara 92% sampai 98% dengan tingkat positif palsu dan negatif palsu yang rendah.

Meskipun penggunaan CT abdomen dalam evaluasi trauma tembus abdomen telah dibatasi karena sensitivitas rendah dalam mendiagnosis cedera usus dan cedera diafragma, teknologi baru (CT spiral) telah dievaluasi dalam situasi ini dan dengan demikian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan penatalaksanaan nonoperative pada kasus tertentu. Manajemen nonoperative luka tusukan di perut anterior telah ditekankan karena tingkat morbiditas tinggi setelah laparotomi nontherapeutic. Dalam satu studi, triple kontras heliks CT dievaluasi sebagai alat diagnostik pada cedera tembus abdomen. Penulis menyimpulkan bahwa CT akurat untuk memprediksi kebutuhan laparotomi pada 95% pasien.8

(15)

Tabel 5 : Indikasi dan KontraindikasiCT Scan A bdomen 

- DPL VERSUS ULTRASOUND VERSUS CT SCAN PADA

TRAUMA TUMPUL DPL USG CT Indikasi Menentukan adanya perdarahan  bila ↓ BP Menentukan cairan bila ↓ BP Menentukan organ cedra bila BP normal

Keuntungan Diagnostik cepat dan sensitif, akurasi 98%

Diagnosis cepat, tidak invasif dan dapat diulang, akurasi 86 – 97%

Paling spesifik  untuk cedera, akurasi 92 – 98%

Kerugian Invasif, gagal mengetahui cedera diafragma atau cedera retroperitoneum Tergantung operator distorsi gas usus dan udara dibawah kulit, gagal mengetahui cedera diafragma usus, dan pankreas

Membutuhkan  biaya dan waktu

yang lebih lama, tidak mengetahui cedera diafragma,  pankreas dan usus

(16)

D. PENATALAKSANAAN

- Penatalaksanaan Non-Operatif 

Merupakan pilihan pertama pada penderita dengan hemodinamik  stabil. Angka keberhasilan yang tinggi tidak tergantung pada derajat keparahan berdasarkan CT scan, atau derajat hemoperitoneum yang terjadi. Keuntungan dari penatalaksanaan non-operatif adalah menghindari terjadinya laparotomi non-terapetik beserta komplikasinya, mengurangi kebutuhan transfusi, dan komplikasi intra-abdominal yang lebih sedikit.8,16

CT abdomen merupakan studi yang paling sensitif dan spesifik  dalam mengidentifikasi dan menentukan derajat kerusakan hepar dan lien. Adanya kontras yang bebas atau perdarahan yang sedang  berlangsung merupakan indikasi untuk angiografi dan embolisasi.8,16

Penatalaksanaan non-operatif meliputi observasi tanda vital,  pemeriksaan fisik, dan nilai laboratorium yang dilakukan secara serial. Bila salah satu memburuk, maka hal tersebut merupakan indikasi untuk  intervensi pembedahan.8,16

- Penatalaksanaan Operatif 

Tatalaksananya meliputi tiga upaya dasar, yaitu mengatasi  perdarahan, mencegah infeksidengan debrideman jaringan hati yang

avaskuler dan penyaliran, serta rekonstruksi saluran empedu. Penghentian untuk sementara waktu dilakukan dengan cara  pe ne ka na n ma nu al lan gs un g d a e r a h ya n g b e r d a r a h d e n g a n t a m p o n , a t a u d e n g a n k l e m v a s k u l e r a t r a u m a t i k d i d a e r a h foramen winslow. Penutupan ligamentum hepatoduodenale di dinding foramen winslow dengan jari atau klem vaskuler, yang disebut perasat Pringle menyebabkan a. hepatika dan v. porta tertutup sama sekali. Jaringan hati dapat menahan keadaan iskemia sampai 60 menit apabila dilakukan oklusi itu. Waktu tersebut umumnya cukup

(17)

untuk melakukan resusitasi dan menghentikan perdarahan secara definitif.7,8

Upaya kedua adalah mencegah atau mengatasi infeksi dengan memasang penyalir ektern karena penyebab infeksi adalah kebocoran empedu dan jaringan nekrotik. Kadang di pasang penyalir T ke dalam duktus koledokus dengan tujuan dekompresi dan mencegah pembuntuan akibat edema.7

Upaya ketiga adalah rekonstruksi saluran empedu. Karena kerusakan empedu yang besar tidak mungkin sembuh spontan maka tempat kebocoran harus dicar dan dilakukan rekonstruksi.7

E. KOMPLIKASI

Komplikasi lain selain perdarahan post operatif adalah infeksi paru, infeksi luka operasi, abses subfrenik, dan abses hati. Selain itu, dapat terjadi fistel empedu, striktur saluran empedu, dan obstruksi usus.7,16

F. DIAGNOSIS BANDING

Gambar

Gambar 1 : Anatomi Hepar
Gambar 2 : Vaskularisasi Hepar
Tabel 1 : Indikasi dan Kontraindikasi Di agnosti c Per it oneal L avage  (Sumber : Critical Concepts in Abdominal Injury 8 )
Gambar  3  :  USG  hepar  dari  wanita  62  tahun  dengan  riwayat  biopsi hepar.  Gambar  menunjukkan  koleksi  anechoic  loculated  dalam  hepar, gambaran hematoma tidak jelas dalam USG ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya

Meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tindakan definitif pada pasien ruptur lien akibat trauma tumpul

Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang lain atau cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen.. Pasien juga haruslah diikuti

Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau tidak

Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang lain atau cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen.. Pasien juga haruslah diikuti

Ruptur lien pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi karena

Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengid entifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau

Walaupun tidak ditemukan tanda dan gejala, adanya perubahan sensoris atau cedera extraabdominal yang disertai nyeri pada pasien trauma tumpul abdomen harus