• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Etika Profesi Arsitek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kasus Etika Profesi Arsitek"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I - PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Arsitek merupakan profesi yang sangat spesifik, karena dalam melakukan praktik arsitektur harus mampu menangkap suatu pesan ataupun keinginan daripada pengguna jasa, agar dapat diwujudkan menjadi suatu karya bangunan yang fungsional beserta lingkungan binaannya. Arsitek dalam keprofesiannya juga harus memperhatikan kondisi sekitar perancangannya dibangun, apakah ada pihak yang dirugikan baik manusia, sumber daya alam, budaya kedaerahan sekitar. Bahkan arsitek haruslah mampu mengikuti perubahan perkembangan dunia yang terus terjadi, jelas bukan keahlian yang mudah tanpa dilator belakangi oleh pendidikan dan pengalaman.

Di Indonesia sendiri pendidikan arsitektur dimulai sekitar tahun 1950-an, kemudian diikuti oleh bebrapa organisasi keprofesian dan semakin berkembang kepada munculnya sejumlah spesialisasi keahlian. Beraitan dengan hal tersebut, apresiasi masyarakat pada keahlian ini pun tumbuh dengan pesat, sehingga pembangunan sarana dan prasarana kian menjadi andalan untuk melakukan pembangunan ekonomi. Kini peran profesi arsitek di Indonesia telah banyak mewarnai pembangunan fisik negeri ini, bahkan sudah sampai tahap memfasilitasi pembangunan bagi masyaraat kurang mampu di daerah kumuh, perumahan dan pemuiman korban bencana alam sehingga tidak hanya dinikmati kalangan maysrakat mampu.

Cepatnya pertumbuhan pembangunan dan jasa konstrusi ternyata disertai juga dengan banyaknya bermunculan kasus – asus ataupun perilaku kurang terpuji sejumlah oknum dan badan usaha yang merugian pengguna jasa, lingkungan, masyarakat sekitar bahan sampai kepada hilangnya nilai – nilai budaya karena rusakknya situs bangunan yang merupakan cagar budaya / bagunan bersejarah. Hal tersebut dilatar belakangii karena belum memadainya peraturan perundang – undangan tentang profesiarsitek, sehinga oknum ahli ataupun yang mengaku ahli semakin berpotensi meluas bahkan nantinya bias saja jadi tidak terkendali.

Oleh sebab itu, sudah selayaknya profesi arsitek mendapatkan pengakuan dalam bentuk konstitusi negara sebagaimana peran profesi lainnya yang telah

(2)

bermanfaat bagi pengguna jasa serta lingkungan binaannya. Karena peran arsitek jelas memiliki keterkaitan atas berembangnya pembangunan kota dan daerah pelosok menjadi lebih maju, terorganisir dan merata dengan hasil yang dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi masyarakat Indonesia.

Sampai saat ini pengaturan tentang profesi arsitek dan praktik arsitektur di Indonesia masih belum jelas dalam peraturan Undang – Undang, titik terang dimulai dari UU No. 18 / 1999 tentang Jasa Konstruksi dan UU No.28 / 2002 tentang Bangunan Gedung sebagai pengganti UU dari masa colonial Belanda. Akan tetapi tidak ada rincian lebih lanjut tentang siapakah penyedia jasa, cakupan yang ada juga sebatas bangunan pemerintah saja, belum sampai sektor swasta. Kurang pahamnya banyak pihak tentang kegiatan arsitek dan praktik arsitektur ini juga menyebabkan masih samarnya peran dan tanggung jawab arsitek dalam pembangunan, terlebih tentang belum adanya kejelasan pengertian tentang profesi, pemberian gelar kesarjanaan, karena semakin meningkatnya jumlah sarjana arsitektur saat ini yang telah berpratik sebagai arsitek tanpa memiliki sertifikat keahlian dan lisensi kerja dan ketidak jelasan perundang – undangan di bidang jasa konstruksi dimanfaatkan banyak pihakmelakukan pembangunan yang semena – mena. Jelas hal ini memiliki dampak yang berujung merugikan banyak pihak, baik pengguna jasa, pelaku bidang perencanaan, termasuk lingkungan dan budaya.

Seperti Undang – Undang yang telah dimiliki oleh semua Negara. Dimana Undang – Undang ini yang nantinya dapat mengarahkan penyelenggaraan pembangunan secara lebih tertib, lebih professional dan benar – benar dapat dipertanggung jawabkan oleh semua pihak / pelaku pembangunan sehingga tidak ada lagi kasus – kasus merugikan baik pengguna jasa maupun pelaku keprofesian arsitek itu sendiri.

Pengaturan praktik arsitektur yang lebih tertib dengan mempertimbangkan segi keahlian, keselamatan manusia dan lingkungan serta dilandasi etika berprofesi yang benar, saat ini hanya bisa dilakukan dan diharapkan kepada sekelompok yaitu arsitek yang terdaftar pada organisasi keprofesian saja. Sementara peraturan organisasi Arsitek tidak menjangkau pelaku praktik arsitektur lainnya yang bukan anggota organisasi tersebut. Selama negara ini tidak memiliki UU tentang Arsitek, maka tidak ada ketentuan yang melarang terjadinya praktik arsitektur ilegal yang tidak melindungi masyarakat serta lingkungan secara tidak bertanggungjawab.

(3)

1.2 RUMUSAN MASALAH

 Adakah perundang – undangan yang siap mengatur arsitek yang setara dengan negara lain ?

 Adakah kejelasan terperinci tentang siapakah pengguna, penyedia, caupan ataupun ruang lingkup juga hak dan kewajiban dalam berpraktik arsitetur ini?  Seberapa penting lisensi bagi prakti keprofesian?

1.3 TUJUAN

Diharapkan akan timbul kesadaran dari berbagai pihak bahwa benar perlu adanya kepastian hukum atas keprofesian ini, sehingga :

 Meminimalisasi ketidak tahuan masyarakat yang notabene awam atas hukum, hak dan kewajiban dalam menggunakan jasa arsitek

 Terproteksinya pelaku dan pengguna jasa dengan hasil perancangan yang tidak hanya baik, melainkan benar – benar dapat dipertanggung jawabkan.

 Dapat mendukung pembangunan nasional kedepan, meningkatkan kualitas arsitek Indonesia agar memiliki daya saing global tanpa mengurangi sumber daya alam dan nilai budaya nusantara.

 Terciptanya kesadaran atas perlunya etia dalam berpofesi, disini dikhususkan dalam bidang eteknikan / perencanaan

BAB II - ULASAN KASUS

2.1 ARSITEK & KEPROFESIAN a. Definisi Arsitek

Sumber : Budiharjo. E.1997, Jati Diri Arsitek

Kata Arsitek berasal dari bahasa Yunani, Architekton yang merupakan rangkaian dua kata yaitu Archi yang berartipemimpin atau yang pertama, dan Tekton yangberarti membangun. Jadi Arsitek adalah pemimpin pembangunan (master builder).

Marcus Pollio Vitruvius (1486)

Ada tiga aspek penting dalam arsitektur, yaitu :  firmitas - kekuatan atau konstruksi

 utilitas - kegunaan atau fungsi  venusitas - keindahan atau estetika

(4)

Sumber : Buku Merah IAI ( Ikatan Arsitektur Indonesia )

Arsitek adalah sebutan ahli yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi Arsitektur dan atau yang setara serta mempunyai kompetensi yang diakui, melakukan praktek Profesi Arsitek, sesuai ketentuan organisasi profesi arsitek serta telah memiliki Sertifikat IAI.

b. Definisi Keprofesian

Schein, E.H (1962)

Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat

Hughes, E.C (1963)

Perofesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya

Daniel Bell (1973)

Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat

c. Karakteristik Profesi

Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis :

 Professional dapat diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.

 Assosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya.

(5)

 Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.

 Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.

 Pelatihan institusional : Selain ujian, biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.

 Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.  Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan

pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.  Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para

anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu  Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini

dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.  Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

 Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

 Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

 Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

d. Definisi Profesi Arsitek

Profesi Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan dibidang perencanaan perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang diakui oleh Organisasi serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan berkesinambungan.

(6)

2.1.1 PERSYARATAN ARSITEK

Salah satu persyaratan administratif untuk melakukan pekerjaan sebagai Arsitek sesuai UU No.18 / 1999 tentang Jasa Konstruksi, adalah para ahli harus tergabung dan terdaftar pada organisasi profesinya. Bahkan di dalam peraturan organisasi juga telah diatur, bagi Arsitek asing yang akan praktik arsitektur di Indonesia haruslah Arsitek yang telah memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar (Registered ) lembaga yang ditunjuk mewakili negara. Pentingnya Arsitek terdaftar, adalah untuk :

 Mendata keberadaan Arsitek yang berpraktik,  Membina dan mengembangkan keprofesian Arsitek,

 Meneguhkan terus menerus prinsip berprofesi yang beretika,  Membantu melindungi hak-hak Arsitek

 Menjaga kepentingan pengguna jasa Arsitek,

 Mencegah terjadinya pelanggaran/mal-praktik arsitek

 Melestarikan nilai-nilai budaya yang terkait dengan kegiatan arsitektur  Menjaga kepentingan aset nasional yang harus dilindungi.

Seperti juga yang terjadi di negara lain, suatu UU tentang Arsitek setidaknya nanti harus tegas menetapkan klasifikasi dan persyaratan, bahwa hanya orang yang ahli pada bidang arsitekturlah yang bisa mengerjakan dan bertanggung jawab untuk pekerjaan arsitektur.

Undang-undang ini dibuat dengan menguraikan tiga hal utama bagi persyaratan arsitek, yaitu tentang:

 pendidikan yang diperoleh

 pengalaman praktik, pengembangan keprofesian berkelanjutan

 kompetensi profesional (termasuk didalamnya pengertian terhadap kode etik dan kaidah tata laku profesi).

(7)

Melalui kongres internasional Arsitek - UIA di Beijing tahun 1999, telah disepakati beberapa pedoman kepranataan yang mengatur praktik arsitektur. Pedoman ini bersifat kesepakatan dan kebijakan (policy) tentang pengaturan praktik arsitektur di seluruh dunia, tetapi mempunyai keluwesan tertentu, sehingga dapat dikembangkan oleh masing negara anggota disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing.

Hal-hal yang diatur dalam kesepakatan tersebut antara lain adalah tentang:  Etika dan kaidah tata laku

 Arsitek dan praktik arsitektur

 Kompetensi dasar arsitek profesional  Pendidikan arsitektur

 Akreditasi pendidikan arsitektur  Pemagangan dan praktik kerja  Registrasi dan lisensi praktik

 Pengembangan profesional berkelanjutan  Praktek di negara lain

Kekayaan intelektual/copyright  Peran asosiasi profesi arsitek

Melalui berbagai program yang dijalankan oleh organisasi profesi Arsitek di Indonesia, beberapa kebijakan tersebut sudah dikembangkan dan dijadikan program kegiatan untuk kepentingan praktik arsitek di Indonesia. Salah satu hal utama yang sudaH dilaksanakan adalah pembakuan kompetensi dasar Arsitek profesional yang dikaitkan dengan program sertifikasi nasional.

2.1.2 LINGKUP PRAKTIK ARSITEK

Arsitektur memiliki lingkup yang berhubungan dengan bangunan gedung atau kelompok bangunan gedung, interior bangunan dan eksterior lingkungan sekitar bangunan, Mulai dari awal pembuatan perancangan dan perencanaan, sampai pelaksanaan, ppenggunaan, peremajaan bangunan serta lingkungannya. Tidak ada disiplin ilmu lain di seluruh negara selain bidang arsitektur yang mempelajari khusus tentang bangunan dan kelompok bangunan.

(8)

Seharusnya ada kejelasan sanksi untuk mencegah terjadinya kecurangan ataupun rusaknya potensi / budaya bangsa, dan proses membangun / jasa konstruksi yang selama ini dianggap mudah oleh banyak pihak tidak lagi dilakukan secara semena – mena. Dimana sanki – sanksi yang didapat nantinya harus menimbulkan efek jera agar membudayayakan nilai tertib kepada pengguna jasa dan pemilik keprofesian.

2.2 ETIKA & HUKUM a. Definisi Etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).

Kamus Besar Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan rumusan etika dalam tiga arti, yaitu:

 Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika berarti norma-norma dan asas-asas moral yang diterima oleh kelompok atau golongan masyarakat tertentu sebagai landasan bertingkah laku yang didasarkan pada kaidah-kaidah akhlak.

Beberapa manfaat Etika adalah sebagai berikut ,

 Dapat membantu suatu pendirian dalam beragam pandangan dan moral.

 Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh dirubah.

 Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat.  Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.

b. Definisi Hukum

HUKUM adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. Berikut ini akan kita mengulas beberapa pendapat mengenai pemikiran Hukum Menurut Pemikiran Para Ahli

(9)

Aristoteles

 Sesuatu yang berbeda dari sekedar mengatur dan mengekspresikan bentuk dari konstitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan untuk menjatuhkan hukuman terhadap pelanggar.  Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat

masyarakat tetapi juga hakim. Karl Max

 Suatu pencerminan dari hubungan hukum ekonomis dalam masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

c. Undang-Undang Arsitek yang saat ini akan dijadikan inisiatif DPR.

 UU – Ars diperlukan untu melindungi kepentingan masyaraat luas dengan mengatur arsitek dan prakte arsitek

 Arsite dan aryanya bukan seedar komoditas niaga, karna arsitek berakar dari nilai seni budaya yang memerlukanpengaturan khas untuk dapat berkembang. Yang nantinya kan jadi cermin budaya masyaraat Indonesia

 UU – Ars diperlukan untuk mengaui keberadaan arsite sebagai ahli dalam bidang peerjaan lingkungan binaan sesuai dengan pendidikan yang diterimanya, dan memenuhi hak masyarakat untuk hidup dalam lingungan binaan yang baik dan nyaman

 UU – Ars menjadi salah satu alat untuk mensejajarkan diri dalam tata pergaulan dan dunia profesi arsitek sala internasional

 UU – Ars diperlukan sebagai usaha turut menghhidupan institusi demokrasi Indonesia

 UU – Ars menegaskan siapa yang berha melaukan pratek arsitek

2.3 ETIKA PROFESIONAL

(10)

 Profesi harus dipandang sebagai pelayanan dan oleh karena itu sifat “tanpa pamrih” menjadi ciri khas dalam mengembangkan profesi.

 Pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan pencari keadilan mengacu pada nilai-nilai luhur.

 Pengembangan profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai keseluruhan.

 Persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi.

Untuk etika berprofesi, IAI melengkapi diri dengan Dewan Kehormatan Profesi:

 Sebuah badan yang beranggotakan anggota profesional yang memiliki integrasi profesi dan menjunjung tinggi Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek.

 Dewan ini berfungsi untuk melakukan tinjauan atas kode etik yang sudah ada untuk kemudian membuat usulan penyempurnaan, memberikan edukasi etika profesi kepada anggota, dan menjadi badan tempat menyelesaikan permasalah dan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota IAI.

Dalam menjalankan tugas profesinya arsitek dibatasi dengan etika profesi atas tindak dan perkataan seorang arsite haruslah dapat dipertanggung jawabkan. Namun hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Kode etik ini harus diterapan, jika dilanggar akan mendapatkan sanksi. Ada 5 kewajiban yang harus dipenuhi oleh arsitek profesional :

 Penyimpangan / Pelanggaran terhadap kepentingan umum  Penyimpangan / Pelanggaran terhadap kepentingan masyarakat  Penyimpangan / Pelanggaran terhadap pengguna jasa

 Penyimpangan / Pelanggaran terhadap profesi

 Penyimpangan / Pelanggaran terhadap teman sejawat

Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, lkatan Arsitek Indonesia merumuskan Kode Etik Arsitek sebagai benkut :

Pasal 1

Dalam menunaikan tugas profesional vang dipercayakan kepadanya. seorang Arsitek bertanggung jawab kepada diri sendiri dan mitra kerja, profesi dan ilmu pengetahuan, masyarakat dan umat manusia serta bangsa dan negara, sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(11)

Pasal 2

Dalam menunaikan tugas, seorang Arsitek membaktikan seluruh kemampuan keterampilan, pengetahuan, dan perasaan yang dimilikinya di dalam proses pembangunan demi kesejahteraan umat manusia lahir dan batin, dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap.

Pasal 3

Seorang Arsitek harus menempatkan diri, menata pemikiran dan hasil karyanya, bukan sebagai tujuan melainkan sarana yang digunakan secara maksimal dalam mencapai tujuan kemanusiaan dengan berupaya hemat sumber daya serta menghindari dampak negatif.

Pasal 4

Atas dasar kepercayaan akan keutuhan integritas, keahlian, kejujuran, kearifan dan rasa sosial yang dilimpahkan kepadanya, maka seorang Arsitek mendahulukan tanggung jawab dan kewajiban daripada hak dan kepentingan diri sendiri.

Pasal 5

Tanpa mengurangi hak dan kepentingan pemberi tugas, seorang Arsitek berusaha memahami dan memperjuangkan kepentingan umat manusia dan masyarakat pemakai, sekalipun pihak ini bukan pemberi imbalan jasa secara langsung.

Pasal 6

Arsitek sebagai budayawan harus berupaya mengangkat nilai-nilai sosial budaya melalui karyanya dan tidak sematamata menggunakan pendekatan teknis.

Pasal 7

Pada tahap manapun dalam proses pembangunan Arsitek harus menunaikan tugasnya secara bijak dan konsisten.

BAB III - PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Seorang arsitek profesional harus bergabung dalam asosiasi resmi arsitek dalam hal ini IAI. Ini menunjukkan adanya setifikasi legalitas seorang arsitek untuk mendapat ijin berkerja sebagai arsitek profesional. Seseorang dapat dikatakan

(12)

dengan persyaratan legal formal dalam bentuk sertifikasi keahlian dari asosiasi arsitek. Ini menunjukkan bahwa arsitek profesional harus bergabung dalam asosiasi arsitek untuk dapat berkecimpung secara resmi

Meski belum adanya kejelasan hukum untuk arsitek di Indonesia, namun praktik arsitektur telah berjalan sejak lama dan jutaan bangunan telah berdiri baik yang menggunakan jasa keahlian Arsitek maupun tidak. Kesemerawutan pembangunan yang terjadi, antara lain karena penerapan hukum yang ada belum berjalan baik dan banyak pihak yang mengklaim bisa membangun seperti Arsitek masih dibiarkan terjadi di negeri ini. Akibatnya bisa terlihat banyak bangunan yang dibuat asal jadi, kurang memperhatikan keselamatan pengguna, banyak melanggar ketentuan pembangunan tata ruang kota / wilayah, pemakaian bahan bangunan dan sistem yang kurang layak.

Seiring dengan belum adanya pengakuan terhadap tenaga profesi di bidang jasa konstruksi termasuk Arsitek di Indonesia, maka praktik arsitektur yang terjadi di seluruh pelosok negeri ini masih lebih banyak dilakukan dengan tanpa landasan keahlian dan hukum, dan jauh jika ingin disetarakan dengan keahlian bangsa lain.

Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut terdapat kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang).

Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya. Tanpa etika profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealism dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. Maka dapat disimpulkan jika profesi keteknikan tanpa etika akan berakibat fatal bagi banyak orang.

(13)

 Adanya kejelasan perundang – undangan / aspek hukum bagi pelaku maupun pengguna keprofesian asritektur, karena etika profesi saja tidaklah cukup untuk menjankan kegiatan perancangan yang cakupan bidangnya sangat luas.

 Terlibatkan parktisi professional dalam pelaksanaan suatu pembangunan dan adanya kemauan untuk belajar / upgrading diri bagi para sarjana arsitektur muda agar tidak terjadi salah kaprah dalam proses perancangan.

 Adanya sosialisasi ke masyarakat, dengan memberian informasi berkelanjutan guna meningkatkan kesadaran hukum menyangkut adanya perundang – undangan dalam penggunaan jasa arsitek / konstrusi

3.3 DAFTAR PUSTAKA  http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi  http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=etika%20dan%20hukum %20keprofesian&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http://b adilag.net/data/ARTIKEL/PENGERTIAN%2520ETIKA%2520DAN%2520PROFESI %2520HUKUM.pdf&ei=ET4gVJ2RDpPiuQS9y4CYCQ&usg=AFQjCNF8w9TxxgU_p Q8A1ihAf6Ea4wKy_w&sig2=Hoqj0UvW7PTFYQ5n6Q4p_g&bvm=bv.75775273,d.c2 E  http://enaldibandiesipa2.blogspot.com/2013/05/makalah-etika-dan-tanggung-jawab-profesi.html  http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=masalah%20etika%20%26%20hukum

(14)

ho.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/31156/2%2BKode%2BEtik%2BArsitek %2Bdan%2BKaidah%2BTata%2BLaku %2BProfesi.ppt&ei=jUMgVJWbHMjN8gWXmYDwAQ&usg=AFQjCNHys6awbLf-tRTr8nIQjtidJaaSuw&sig2=LSaEymOhZkyyJBTo62MGFA&bvm=bv.75775273,d.c2E  http://iai.didiharyadi.com/bukumerah/  http://www.iai.or.id/keprofesian/pkb/  http://www.iai.or.id/artikel/iai-dan-masa-depan-ke-arsitek-an-indonesia  http://mtmdesign.wordpress.com/2008/09/09/arsitektur-dan-peran-arsitek/  http://agungdwie.blog.undip.ac.id/2010/03/11/61/  https://esubijono.wordpress.com/architecture/praktik-arsitek/  https://esubijono.wordpress.com/architecture/undang-undang-arsitek/  https://esubijono.wordpress.com/architecture/pendidikan-arsitektur/  http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=hukum%20profesi %20arsitektur&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAA&url=http://epri nts.undip.ac.id/17317/1/Fanny_Puspita.pdf&ei=I2MgVLKOPJP58AWOvIGIBQ&usg= AFQjCNHLyr5r1gq2nh9Kbvzf7psXsRyNgA&sig2=7ZH6oI2X0C9BTf4lqUlQ5g&bvm= bv.75775273,d.dGc  http://realistmuhammad.wordpress.com/2013/06/12/tugas-etika-profesi/  http://helena-hapsari.blogspot.com/2011/10/hukum-pranata-arsitektur.html  http://etika-profesi-universitas.blogspot.com/2011/10/etika-profesi-hukum.html  http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c0c5f4616b82/hak-cipta-arsitektur  http://pongset.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_13.html  http://forum.iai.or.id/index.php?topic=85.0  http://profesiarsitek.wordpress.com/

Referensi

Dokumen terkait

1) Prinsip tanggung jawab, Setiap supervisor yang telah profesional sudah seharusnya bekerja dengan diliputi rasa tanggung jawab yang besar. Pekerjaannya harus

Namun hanya arsitek yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) saja yang terikat dengan aturan kode etik yang tercurah dalam Kode Etik Arsitek dan Kaidah

Kedua, tentang landasan penggunaan internet sebagai sarana untuk melakukan kebebasan berpendapat yang berhubungan dengan tanggung jawab pihak yang

SEORANG PROFESIONAL YANG MEMPUNYAI KUALIFIKASI UNTUK SEORANG PROFESIONAL YANG MEMPUNYAI KUALIFIKASI UNTUK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB TERHADAP UPAYA PENINGKATAN MEMIKUL TANGGUNG

Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi, dimana seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang

dapat menyebabkan kurang memperhatikan kegiatan belajar anak, sehingga menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada pihak sekolah.6 Berdasarkan uaraian diatas, peneliti merasa tertarik

Berkomitmen terhadap Kualitas: Memberikan produk atau layanan dengan kualitas terbaik sesuai dengan standar yang ditetapkan.. Bertanggung Jawab: Menerima tanggung jawab terhadap

Etika bila dikaitkan dengan profesi merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang menuntut pengetahuan dan tanggung jawab, untuk kepentingan orang banyak, terdapat