• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi Pesawat Tempur Uni Soviet dan Rusia sebagai Bentuk Arms Race terhadap Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Transformasi Pesawat Tempur Uni Soviet dan Rusia sebagai Bentuk Arms Race terhadap Barat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Transformasi Pesawat Tempur Uni Soviet dan Rusia sebagai Bentuk Arms Race

terhadap Barat

Ericks Immanuel

Sastra Rusia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia

Email : ericksimmanuel@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berisi tentang transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia, yang disimpulkan sebagai bentuk Arms

Race terhadap barat. Proses yang terjadi pada saat transformasi berlangsung akan dijelaskan pada penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia sebagai bentuk

Arms Race terhadapa Barat. Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan, dilakukan dengan membaca

sumber-sumber pustaka yang mempunyai hubungan dengan penulisan makalah ini. Penulis menganalisis permasalahan dengan menggunakan konsep Arms Race untuk membahas transformasi pesawat tempur Soviet dan Rusia dari generasi pertama hingga kelima. Hasil dari penelitian ini ialah ditemukan dua pemicu utama Arms Race, yaitu model aksi-reaksi dan model struktur domestik.

Abstract

This research told about the transformation of Uni Soviet and Russia jet fighters, that cocluded as a form of Arms Race towards the West. The process that occurs when transformation underway will explained in this research. The purpose of this study is to analyze the pattern of transformation of Uni Soviet and Russia jet fighters as a form of arms race towards the West.The method used is the methods of literature studies, by reading literature sources that have a relationship with the writing of this paper. Author use concept of Arms Race to analyze the problems of transformation of Uni Soviet and Russia jet fighters from the first generation until fifth. The results of this study are found two main trigger of Arms Race, the action-reaction models and domestic structures models.

Keywords : Arms Race, Action-reaction, Domestic structures, Fighter-aircraft, Transformation

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pesawat tempur (mesin piston) sudah digunakan secara aktif sebelum Perang Dunia II, namun keterbatasan pesawat tempur bermesin piston dalam hal kecepatan, jarak tempuh dan ketinggian maksimum menuntut pabrikan pesawat untuk membekali pesawatnya dengan mesin jet. Jerman (NAZI) adalah negara yang pertama kali memperkenalkan pesawat tempur bermesin jet (Messerschmitt Me-262) pada April 1944. Jet tempur generasi pertama ini adalah hasil pengembangan Heinkel He-178, pesawat latih bermesin jet pertama yang terbang pertama pada 27 Agustus 1939 (Ohain, 2003).

(4)

Hak akusisi atas jet tempur pertama Jerman, Messerschmitt Me-262, membuat Pemerintahan Soviet memerintahkan beberapa biro desain Soviet untuk terlibat dalam pengembangan mesin jet tempur tersebut. Beberapa biro yang terlibat antara lain Mikoyan – Gurevich (MiG), Lavochkin, Sukhoi, dan Yakovlev (Jackson, 1985:71). Pengembangan terus dilakukan seiring meningkatnya tensi persaingan kedua kekuatan besar saat itu, yaitu Amerika Serikat dengan aliansi NATO-nya dan Uni Soviet dengan Pakta Warsawa. Pengembangan jet tempur dan peralatan militer lainnya, setelah Perang Dunia II usai sampai akhir Perang Dingin, didasarkan pada kekhawatiran akan invasi Soviet ke Eropa. Kedua pihak, Soviet maupun NATO berupaya saling mengungguli dengan pengembangan berbagai tipe pesawat tempur. (Spick, 1987:3-4)

Inovasi teknologi pada pesawat tempur merupakan salah satu perlombaan kekuatan militer yang terjadi semenjak ditemukannya mesin jet hingga hari ini. T.W Lee (2009:1) mengatakan teknologi mengubah cara perang dimenangkan. Ini diartikan, teknologi dapat menjadi faktor penentu untuk memenangkan peperangan. Salah satu contohnya, pada saat terjadinya perang Vietnam. Keunggulan teknologi terlihat pada jet tempur Rusia, MiG-21 dan MiG-17. Kemampuan manuver yang lebih baik pada kedua jet tempur Rusia itu membuat jet tempur Amerika, F-105 Thunderchief, kalah telak, 383 jet tempur tersebut hancur pada perang saat itu (Philip jarrett, 2000:20). Ini merupakan satu contoh bahwa teknologi mengubah cara berperang dan menjadi faktor vital dalam memenangkan perang.

Klasifikasi pesawat tempur berdasarkan generasi muncul pada tahun 1990-an untuk membedakan pesawat bermesin jet dengan pesawat bermesin baling-baling (Brown, 2011:2). Konsep tersebut menjadi istilah tidak resmi pada masa itu. Rusia menggunakan istilah tersebut ketika mulai merencanakan pembuatan pesawat generasi kelima mereka, yang mampu bersaing dengan F35 JSF (Combess et. al., n.d:4). Ini menjadi tanda bahwa terjadi lompatan yang cukup jauh dalam transformasi pesawat terbang, baik dalam inovasi desain bentuk, avionik, dan sistem persenjataan pada pesawat tempur. Konsep pembagaian pesawat tempur berdasarkan generasi masih menjadi perdebatan. Saat ini konsep itu definisikan untuk membedakan inovasi teknologi yang terjadi pada sistem utama pesawat tempur, desain, avionik, dan sistem persenjataan yang tidak sama dengan pesawat generasi sebelumnya sekalipun melalui upgrade maupun retrofit (Pathfinder, 2012).

Pola transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia cukup unik. Keunikannya dapat dilihat melalui faktor pemicu diciptakannya pesawat tempur pada tiap generasinya. Sebagai contoh,

(5)

AS pasca-Perang Dunia II memiliki kapabilitas militer yang paling besar di dunia. Ketika Soviet rivalnya memula membuat pesawat tempur baru, AS merasa khawatir posisinya yang superior akan diungguli oleh Soviet, maka AS juga memulai membuat pesawat tempur baru supaya tidak kalah dari Soviet. Soviet yang juga menganggap AS sebagai rival, kembali membuat pesawat tempur baru untuk mengejar ketertinggalan dari AS. Di sinilah „perlombaan persenjataan‟ dimulai. Persitiwa saling respon itu disebut sebagai „perlombaan persenjataan‟ karena yang digunakan untuk perlombaan adalah “unjuk kemampuan untuk mengungguli rivalnya”. Tujuan dan motif AS maupun Soviet tentunya adalah posisi puncak sebagai adidaya militer. Perlombaan ini akan terus terjadi, sekalipun salah satu pihak sudah unggul. Pihak tersebut tidak akan berhenti untuk membangun kekuatan militernya, karena selalu ada faktor-faktor yang memicu terjadinya perlombaan tersebut. Melalui Klasifikasi pesawat tempur berdasarkan generasi, dapat diketahui bahwa pola transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia merupakan salah satu bentuk strategi Arms Race terhadap kekuatan militer Barat.

2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah melihat bagaimana transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia dilihat sebagai bentuk Arms Race terhadap Barat.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia dilihat sebagai bentuk Arms Race.

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan pandangan baru, memperkaya literature tentang transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia dilihat sebagai bentuk

(6)

Metode Penelitian

1. Metode dan Teknik

Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan, dilakukan dengan membaca sumber-sumber pustaka yang mempunyai hubungan dengan penulisan makalah ini. Untuk metode ini, penulis memakai buku-buku referensi, jurnal, dan juga sumber-sumber pustaka lainnya.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan penelitian ini adalah perkembangan teknologi penerbangan dan transformasi pesawat tempur Uni Soviet dari generasi pertama (Tahun 1940-an) hingga kelima (Tahun 2000-an).

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer, yaitu peneltian Josh Coombes, dkk yang berjudul Fighter Generations. Penulis juga menggunakan sumber data sekunder, yaitu buku-buku, artikel jurnal, majalah dan situs internet yang dapat membantu penulis untuk menganalisa penelitian ini.

4. Landasan Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan konsep arms race sebagai landasan teori.

Arms race dapat didefinisikan sebagai persaingan, kompetisi, proses dinamis dari interaksi

antara dua negara atau beberapa koalisi negara dalam menghimpun kekuatan militer mereka (Intriligator & Brito, 2000). Hal ini memicu negara maupun koalisi negara untuk berinovasi, mendesain, memproduksi teknologi tempur yang paling mematikan untuk memperoleh kekuatan yang lebih unggul atas rival-rivalnya. Untuk memenuhi hal tersebut, setiap pihak melakukan upaya-upaya yang dapat menyokong mereka, seperti transfer teknologi, kerja sama, maupun negosiasi dalam berbagai bidang.

Berdasarkan penjelasan dari Glaser (2000), perlombaan persenjataan bersifat nyata. Melalui pendekatan Glaser dapat dikatakan bahwa dinamika persenjataan terus berjalan. Namun ketika negara yang memimpin atau memiliki kapabilitas lebih melihat rivalnya bergerak semakin cepat, negara ini kemudian terpacu untuk bergerak lebih cepat pula agar tidak terkejar rivalnya. Upaya tersebut akan terus dilakukan hingga rivalnya mengakui

(7)

keunggulannya atau tidak mampu meneruskan mengejar. Ketika ini terjadi, muncul siapa yang menang dan siapa yang kalah dalam „perlombaan‟. Tentu saja, perlombaan persenjataan ini juga didukung oleh faktor insekuritas terhadap (persepsi) „ancaman‟ eksternal dan kebijakan-kebijakan internal dalam negeri. Seberapa jauh negara rival merespon pun menentukan terjadi atau tidaknya „perlombaan‟ persenjataan.

Buzan dan Hering (1998) menjelaskan mengenai dua model pemicu terjadinya Arms

Race, yaitu model aksi-reaksi dan model struktur domestik. Model aksi-reaksi adalah sikap

negara untuk memperkuat persenjataannya berdasarkan persepsi ancaman yang berasal dari negara lain, seperti ancaman dari negara lain, negara lain membeli persenjataan baru, dsb. Sedangkan model struktur domestik adalah sikap negara untuk memperkuat persenjataannya karena faktor-faktor yang berasal dari dalam negeri, seperti birokrasi politik, institusi militer, pemilihan umum, dan industri militer dalam negeri. (Glaser, 2000:256)

Model aksi-reaksi terjadi saat pembangunan kekuatan militer suatu negara direspon oleh negara rivalnya, dengan membangun kekuatan militer juga, kemudian respon tersebut dibalas kembali oleh negara semula. Aksi balas-membalas tersebut adalah karakteristik dari model aksi-reaksi. Contoh dari model ini dapat dilihat saat persaingan kekuatan laut antara Jerman dengan Inggris. Pada awal abad ke-20, Jerman mulai membangun kapal kelas

dreadnought miliknya, Inggris menganggap hal tersebut sebagai ancaman, yang ditanggapi

Inggris dengan membangun lebih banyak dreadnought untuk melampui Jerman (Glaser, 2000:254). Jerman merespon kembali hal itu dengan meningkatkan produksi

dreadnoughtnya, kemudian ditanggapi oleh Inggris yang membuat kebijakan untuk

mebangun 3 dreadnought untuk tiap 1 dreadnought yang di produksi Jerman.

Model struktur domestik juga menjadi acuan untuk melihat alasan sebuah negara terlibat dalam arms race. Struktur domestik berkaitan dengan faktor-faktor dari dalam negara itu sendiri (misalnya proses politik, institusi, kepentingan kelompok tertentu, dsb) yang mendorong negara untuk melakukan arms race. Ketika negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan militernya, maka negara mulai membangun struktur dan institusi yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai contoh, jika negara menginginkan terciptanya inovasi teknologi militer, maka negara perlu membangun lembaga riset dan pengembangan yang memadai. Produsen senjata juga demikian, mereka berkepentingan untuk terus melanjutkan produksi senjata. Salah satu caranya ialah dengan mendesain senjata yang lebih canggih dan meyakinkan negara bahwa sistem persenjataan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan negara (Glaser, 2000:251).

(8)

Birokrasi politik juga menjadi faktor yang berkaitan dengan struktur domestik. Hal ini dapat dilihat pada pembuatan keputusan institusi/ lembaga negara saat menentukan anggaran militer. Hal tersebut akan mempengaruhi sistem persenjataan dan doktrin militer yang akan dipergunakan. Walaupun setiap negara tidak selalu memiliki bentuk pemerintahan yang sama, namun aktor-aktor maupun kelompok yang mengendalikan negara tersebut dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan model struktur domestik. Secara singkat, model aksi-reaksi cenderung disebabkan persepsi terhadap faktor-faktor eksternal, sedangkan model struktur domestik lebih disebabkan motif yang berasal dari faktor-faktor internal. Baik faktor internal maupun eksternal, memainkan peranan penting untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh sebuah negara dalam arms race (Glaser, 2000: 259). Kedua faktor tersebut akan dipergunakan untuk melihat transformasi pesawat tempur Uni Soviet dan Rusia sebagai bentuk arms race terhadap barat.

Hasil dan Pembahasan

Konflik besar selama perang dunia kedua meninggalkan warisan yang cukup membantu dalam pengembangan sejumlah teknologi dan ilmu pengetahuan baru. Setelah penemuan mesin jet, teknologi dan ilmu pengetahuan dalam dunia penerbangan mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses transformasi pesawat tempur Soviet dan Rusia. Berikut ini akan dijelaskan klasifikasi pesawat jet tempur berdasarkan generasi, untuk melihat transformasi jet tempur Soviet dan Rusia sebagai bentuk Arms Race terhadap barat.

Pesawat Tempur Generasi Pertama

Pesawat tempur generasi pertama adalah pesawat tempur bermesin jet yang diciptakan pada tahun 1944 hingga tahun 1953. Pesawat bermesin jet pertama dikembangkan terpisah oleh dua penemu, yaitu insinyur Inggris, Sir Frank Whittle, dan desainer Jerman, Dr Hans Von Ohain yang berkolaborasi dengan Ernst Heinkel. Setelah berkali-kali percobaan, mereka berhasil diciptakan pesawat bermesin jet pertama yang diterbangkan pada tahun 1939 yang dinamakan He 178. Pada saat itu, belum terlihat antusiasme untuk mengembangkan pesawat tempur bermesin jet, walaupun demikian industri pesawat Jerman tetap memproduksi pesawat tempur jet pertama mereka, Messerschmitt Me-262.

Negara barat lain juga mengembangkan pesawat tempur bermesin jet mereka sendiri, namun mereka juga kurang antusias dalam proses ini. Pada tahun 1944, Inggris menciptakan

(9)

Gloster Meteor F.3, dan Amerika dengan Lockheed P-80A Shooting Star nya yang juga terbang perdana pada tahun yang sama. Sementara itu Soviet baru berhasil menerbangkan pesawat jet tempur pertamanya pada tahun 1947, MiG-9 (Fargo). Model pesawat ini diadaptasi dari jet tempur Jerman Messerschmitt Me-262. MiG-9 versi awal menggunakan mesin jet Jerman BMW 003 yang dikembangkan lebih lanjut menjadi beberapa varian. Jika dirunut berdasarkan rentang waktu, maka dapat dilihat seperti grafik dibawah ini :

Gambar 1. Grafik Pesawat Tempur Jet Generasi Pertama

Menjelang akhir perang dunia kedua, riset dan pengembangan pesawat terbang Jerman dikuasai oleh Amerika, Inggris, dan Uni Soviet. Ilmu pengetahuan dalam dunia penerbangan memberikan kontribusi yang besar bagi ketiga negara tersebut. Dalam beberapa tahun kemudian, pesawat tempur generasi pertama mulai menunjukkan beberapa karakteristik yang terdapat pada pesawat generasi berikutnya yaitu karakteristik supersonik. Dalam waktu beberapa tahun saja telah terjadi lompatan yang cukup jauh dalam evolusi dunia penerbangan. Pada masa tersebut, Beberapa pesawat jet tempur, seperti MiG-15 (terbang perdana pada tahun 1950) dan F-86 (terbang perdana pada tahun 1949), menjadi pesawat yang cukup diperhitungkan karena memiliki kehandalan tinggi dalam menghancurkan target. Riset dan pengembangan pada jet tempur, yang dilakukan negara-negara pemenang perang dunia kedua, masih terus berlanjut untuk membuat jet tempur yang semakin canggih dan mematikan. Pada masa-masa lahirnya pesawat jet tempur generasi pertama, sudah mulai terlihat adanya tanda-tanda perlombaan senjata antar negara di bidang penerbangan.

Pengembangan jet tempur Soviet generasi pertama lebih dilihat sebagai pola aksi-reaksi dibandingkan struktur domestik. Hal tersebut terjadi karena Soviet tidak fokus dalam

Messerschmitt

Me-262, 1944

Gloster Meteor F.3, 1944

Lockheed P-80A Shooting Star, 1944

MiG-9

Fargo,

1947

(10)

melakukan riset dan pengembangannya sebelum tahun 1946. Berbeda dengan Inggris (sejak 1944) dan Amerika (sejak awal 1945), yang lebih dahulu menaruh perhatian lebih terhadap riset dan pengembangan jet tempur. Soviet memproduksi pesawat tempurnya ketika Barat lebih dahulu melakukannya. Sebagai contoh misalnya, pada tahun 1946 Amerika lebih dahulu menciptakan F-86, yang kemudian di respon Soviet dengan membuat MiG-15 pada tahun 1950. Walaupun tertinggal, Soviet mengambil langkah cepat untuk mengejar ketertinggalannya dari barat.

Soviet memulai pengembangan pesawat tempurnya sejak awal 1938. Awal pengembangan jet tempur generasi pertama Soviet, lebih didominasi atas keinginan untuk menyaingi Barat. Sekalipun teknologi mesin jet sudah mulai muncul pada saat itu, Soviet tidak tertarik untuk fokus melakukan pengembangan. Pada tahun 1939, Arkhip M. Lyulka dan sekelompok insinyur mengajukan proyek turbojet ke Dewan Industri Penerbangan Rakyat Soviet (НКАП - Народный Комиссариат Авиационной Промышленности) yang kemudian disetujui dan disponsori. Tahun 1941, proyek ini dihentikan karena pecahnya perang. Kemudian pada tahun 1942, Dewan Rakyat Tertinggi Soviet, menginginkan riset kembali diaktifkan. Sekalipun riset telah aktif kembali, pada tahun yang sama juga, Stalin memerintahkan untuk menghentikan riset dan pengembangan mesin jet tempur (Gordon, 2002:3). Pada 2 April 1946, Stalin mengeluarkan instruksi yang memaksa industri penerbangan dalam negeri berpikir keras untuk membuat rancangan pesawat yang ideal, yang juga mendapat pengakuan dunia, dan tidak kalah unggul dengan pesawat-pesawat barat. Industri penerbangan Soviet, seperti Mikoyan, Sukhoi, Lavochkin, Ilyushin diinstruksikan Stalin untuk membuat beragam prototype jet tempur yang nantinya akan dipilih satu untuk diproduksi massal. Pengembangan jet tempur yang yang tidak konsisten pada masa ini, menjadi tanda bahwa Soviet mengembangkan jet tempunya didasari untuk merespon Barat.

Pesawat Tempur Generasi kedua

Pesawat yang masuk dalam kategori pesawat tempur generasi kedua, ialah pesawat tempur yang diciptakan pada tahun 1953 hingga 1960. Pada periode generasi kedua cukup sulit membedakan jet tempur yang satu dengan jet tempur lainnya. Hal ini dikarenakan begitu beragamnnya varian jet tempur yng lahir pada periode tersebut. Sebagai contoh, Thunder Chief, milik Amerika, didesain untuk dapat terbang dengan cepat dalam ketinggian yang rendah, jet tempur ini dibuat untuk misi penyerangan udara ke darat. Sementara MiG-21, milik Soviet, didesain untuk lebih multi fungsi dan ditujukan untuk produksi massal. Jet tempur ini termasuk yang cukup populer karena menjadi satu-satunya pesawat di dunia yang

(11)

paling banyak digunakan dalam perang, paling lama masa tugasnya, dan merupakan pesawat yang paling banyak digunakan dalam satuan tempur udara negara-negara di dunia pada masanya (Jet age wings, Jaroslav Matoulek, hal 4-6).

Pada periode ini arah pengembangan jet tempur Soviet masih terlihat sebagai pola aksi-reaksi. Soviet memproduksi pesawatnya atas dasar rivalitas dengan Barat. Ini terlihat dari langkah-langkah yang diambil Soviet dalam memproduksi pesawatnya. Soviet berfokus untuk memproduksi satu jenis pesawat secara massal, dengan maksud untuk memberikan ancaman terhadap Barat. Ini berbeda dari apa yang dilakukan Barat, yang berfokus membuat berbagai macam pesawat daripada melakukan produksi massal. Periode ini merupakan masa-masa dimulainya produksi masa-masal pesawat jet tempur dengan kemampuan supersonik.

Pola aksi-reaksi juga dapat dilihat, ketika Soviet bereaksi setelah merespon perubahan suhu politik global saat itu. Perang Korea pada tahun 1950-1953 menjadi penanda bahwa perang dengan skala yang lebih besar sangat mungkin terjadi (Combess et. al., n.d:15). Pengalaman tersebut mempengaruhi persepsi dua kekuatan superior saat itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat, yang beranggapan bahwa perlunya menyediakan alokasi anggaran yang besar untuk pembiayaan belanja militer. Dalam pemikiran kedua negara tersebut, peningkatan kekuatan angkatan udara adalah hal yang terutama.

Namun demikian, kedua negara super power tersebut memiliki persepsi yang berbeda mengenai peningkatan kekuatan militer udara. Soviet lebih berfokus untuk melakukan produksi massal jet tempur multi fungsi, sementara Amerika berfokus untuk memproduksi jet tempur dalam jumlah yang tidak terlalu besar namun dengan beragam varian. Amerika memiliki jet tempur dengan beberapa macam model untuk dapat digunakan pada misi yang berbeda-beda. Beberapa Jet tempur Amerika yang cukup dikenal saat itu, antara lain F-100 Super Sabre, F-102 Delta Dagger, F-104 Starfighter, dan F-105 Thunder Chief.

Pada periode ini, rivalitas dan persepsi ancaman lebih terlihat dominan sebagai landasan Soviet membangun jet tempurnya. Persepsi ancaman tersebut yaitu ancaman akan terjadinya serangan udara, dimana Amerika dan sekutunya mulai menunjukkan tanda-tanda untuk membangun pesawat-pesawat pembom yang lebih canggih, seperti B-29. Soviet juga membangun MiG-21, didasarkan atas pengalaman dari perang Korea. Perang Korea memberi pelajaran bagi Soviet, untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman serangan udara khususnya pesawat bomber yang pada saat itu sudah mampu membawa misil nuklir. MiG-21

(12)

adalah jet tempur yang bertugas sebagai interceptor. Jet tempur ini dibuat Soviet untuk menghadang bomber-bomber barat.

MiG-21 menjadi jet tempur generasi kedua milik Soviet yang cukup terkemuka. Sekitar 10.000 MiG-21 diproduksi pada masa itu. Selain digunakan oleh Soviet, jet tempur tersebut juga di ekspor ke negara lain seperti China, Jerman Timur, Arab, dan juga Indonesia. Walaupun diproduksi secara massal, kualitas jet tempur Soviet tersebut mampu mengungguli jet tempur milik barat. Jet tempur ini merupakan salah satu pesawat yang paling banyak dioperasikan dalam peperangan. Melalui jet tempur tersebut, Soviet memberikan ancaman yang cukup signifikan terhadap Barat.

Pesawat Tempur Generasi ketiga

Pesawat tempur generasi ketiga diciptakan pada periode 1960 hingga 1970. Transformasi jet tempur masih berorientasi kepada produksi massal. MiG-23 yang diproduksi secara berkala hingga 5000 unit sejak tahun 1967. Pada periode ini terjadi transformasi pada sistem misil dan manuver pesawat jet tempur. Misil berpandu mulai diperkenalkan, dan mesin jet tempur di rancang untuk dapat bermanuver saat kecepatan tinggi. Pada periode ini, Soviet menciptakan pesawat jet tempur yang mampu untuk melakukan dogfights. Hal ini menjadi salah satu syarat kunci untuk memenangkan duel udara.

Transformasi pada pesawat generasi ketiga tidak hanya berfokus pada faktor manuver, beberapa pengembangan yang terjadi saat itu antara lain sayap pesawat yang dapat dirapatkan dan direntangkan, dan terdapat juga pesawat yang mampu terbang secara vertikal. Soviet berfokus untuk mengembangkan pesawat yang mampu bermanuver dan terbang dalam kecepatan tinggi seperti MiG-25 Foxbat, sementara Amerika membuat pesawat yang lebih multi peran seperti F4 Phantom. Secara garis besar pada periode jet tempur generasi ketiga, negara-negara pengembang saat itu merancang pesawat dengan sayap yang lebar untuk membawa banyak amunisi. Tujuannya agar jet tempur mampu digunakan dalam bermacam-macam misi. Pengembangan lebih lanjut pesawat jet tempur generasi ketiga, dirancang untuk mampu membawa misil berhulu ledak nuklir.

Pada periode jet tempur generasi ketiga, pola aksi-reaksi masih lebih dominan memberikan pengaruhnya dibanding dengan struktur domestik. Hal ini dapat dilihat dalam kerangka persaingan regional/ global saat itu, yaitu persaingan menyebarkan doktrin. Soviet ingin menyebarkan pengaruhnya lebih besar lagi, khususnya kepada negara-negara dunia

(13)

ketiga yang pada periode ini mulai membentuk kekuatan potensial baru. Persaingan dalam menyebarkan doktrin ini muncul dipicu perjanjian detente antara Soviet dan Amerika yang sepakat untuk membatasi pengembangan senjata strategis, khususnya senjata nuklir. Perjanjian ini juga ditujukan untuk memperbaiki ekonomi dalam negeri kedua pihak tersebut. Pola aksi-reaksi seakan mulai berubah dari pengembangan senjata secara masif menjadi perlombaan untuk menyebarkan doktrin ke negara-negara dunia ketiga. Pada periode ini, pimpinan tertinggi Soviet dijabat oleh Khruschev mulai 1955-1964, kemudian Brezhnev memimpin sejak 1964-1982. Kedua tokoh tersebut melakukan terobosan untuk mengubah visi Soviet dalam Arms Race dengan barat. Pada pertengahan 1950, Khruschev sempat mengurangi anggaran militer untuk memperbaiki ekonomi. MiG-25 merupakan salah satu proyek efisiensi Soviet, untuk membuat jet tempur yang lebih canggih dengan kegunaan multi fungsi sebagai bomber maupun fighter. Walaupun demikian efisiensi anggaran yang diinstruksikan Khruschev itu hanya berlangsung 1 tahun (1957-1958), karena Khruschev menginstruksikan pengembangan misil dan bom atom yang membutuhkan anggaran besar. Ironisnya, hal tersebut didasari persepsi ancaman dari Amerika (Bystrova, 2011:7).

Kemudian pada era kepemimpinan berikutnya, Brezhnev juga sempat memperbaiki visi Soviet dalam Arms Race dengan barat. Brezhnev berusaha mengefektifkan anggaran militer, dengan membuat skema komando dalam pengambilan keputusan pertahanan militer dengan penguatan industri dalam negeri (Bystrova, 2011:13). Namun kepentingan dan gengsi Soviet untuk menunjukkan kekuatan militernya masih menjadi kebijakan utama dalam politik internasionalnya. Rivalitas dan persepsi ancaman terhadap Amerika, seakan-akan menghantui para pemimpin Soviet pada era jet tempur generasi ketiga. Ini menjadi bukti, bahwa pada periode ini Arms Race yang dilakukan Soviet lebih cenderung terlihat sebagai pola aksi-reaksi.

Pola aksi-reaksi yang lebih dominan pada periode ini, juga dapat dibuktikan dari alokasi anggaran untuk militer yang semakin besar dari tahun ke tahun. Tahun 1960an hingga 1980an, ekonomi Soviet menjadi ekonomi yang dipersiapkan untuk berperang. GDP yang dialokasikan untuk militer hampir 13 hingga 16 persen dari total anggaran, bahkan ada dugaan alokasinya mencapai 40% dari total GDP. Anggaran tersebut dialokasikan untuk program penguatan militer saat masa damai, seperti dana untuk program latihan wajib militer, pembangunan fasilitas industri militer seperti jalan raya dan rel kereta api, juga rencana strategis lainnya. Ekonomi Soviet saat itu disebut sebagai “persiapan total ekonomi untuk

(14)

perang” (Harrison, 2001:7). Industri sipil dipersiapkan untuk produksi militer. Mobilisasi tersebut dipersiapkan kepada seluruh lembaga administrasi ekonomi negara bahkan hingga ke tingkatan yang paling bawah, yaitu pabrik-pabrik.

Pesawat Tempur Generasi keempat dan empat setengah

Jet tempur generasi ke-4 dan 4.5 dapat diklasifikasikan dalam dua periode waktu yang berbeda. Pesawat jet tempur yang muncul pada tahun 1970-1990 masuk dalam kelompok generasi ke-4, sedangkan jet tempur yang muncul pada tahun 1990-2000 masuk dalam kelompok generasi 4.5. Pada periode ini, pesawat generasi ke-4 dirancang sebagai pesawat multiperan, hampir serupa dengan pesawat tempur pada generasi ketiga. Jet termpur generasi ke-4 juga dirancang untuk lebih mampu bermanuver saat dogfights. Hal itu dipengaruhi keberhasilan jet tempur generasi sebelumnya (generasi ke-3), sehingga arah pengembangan dilakukan untuk mendesain pesawat jet tempur yang lebih mumpuni untuk bermanuver dan berfungsi ganda/ multi peran.

Pola struktur domestik, seperti penemuan teknologi baru, cukup mempengaruhi Arms

Race yang dilakukan Soviet, walaupun tidak dominan. Terjadi inovasi teknologi yang cukup

signifikan dalam transformasi jet tempur Soviet, seperti pesawat generasi 4.5 yang dirancang untuk memperbaharui jet tempur generasi sebelumnya, generasi keempat. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah jet tempur generasi kelima, sehingga fokus pengembangan ditujukan untuk memodifikasi pesawat tempur generasi keempat agar memiliki kemampuan stealth yang lebih baik, kepekaan radar, kendali mesin dorong, kapasitas daya angkut persenjataan yang lebih besar, dan menambah pencapaian jarak tempuh pesawat tempur.

Situasi politik dalam negeri Soviet masih serupa. Semua keputusan terpusat dalam satu komando. Kebijakan politis yang diambil, didasari atas persepsi ancaman. Inovasi dilakukan ketika negara mengidentifikasi adanya ancaman eksternal, kemudian baru dilakukan upaya pencegahan. Sebaliknya kebijakan politis Amerika dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Awalnya, faktor internal (keterbukaan dan desentralisasi) berperan penting untuk mendukung para ilmuan memperoleh informasi mengenai inovasi teknologi. Kemudian, faktor eksternal, seperti ancaman dari negara lain, berperan untuk memperoleh dukungan dari kongres dan departemen terkait.

(15)

Dalam periode ini, Soviet masih menggunakan cara-cara reaktif, sehingga pola aksi-reaksi menjadi hal yang paling dominan mempengaruhi kebijakan-kebijakan politis yang dilakukan Soviet. Hal ini terlihat dari dana yang dialokasikan Soviet untuk melakukan propaganda kepada negara-negara dunia ketiga. Sejak 1955, Soviet mulai melakukan kerjasama untuk bantuan militer dan persenjataan kepada negara-negara tersebut. Bantuan tersebut diberikan secara bekesinambungan, pada 1955-1966 total bantuan mencapai 4,5 miliar dolar, kemudian 1966-1975 mencapai 9,2 miliar dolar, pada 1978-1982 mencapai 34,4 miliar dolar (Bystrova, 2011:9). Bantuan pengembangan militer itu diberikan dalam bentuk pinjaman selama sepuluh tahun, dengan pembayaran 2% per tahun. Namun, kebanyakan negara-negara itu tidak sanggup mengembalikan pinjamannya, malahan membuat akumulasi hutang yang lebih besar. Dalam situasi perang dingin, kerjasama militer dengan negara-negara dunia ketiga adalah hal yang penting untuk memberikan pengaruh. Namun bantuan militer yang dialokasikan Soviet menyebabkan Soviet menanggung beban ekonomi yang berat, dan menjadi penyebab runtuhnya Soviet pada akhir 1980-an.

Runtuhnya Uni Soviet akibat krisis ekonomi dan politik, membuat produksi jet tempur dan persenjataan lainnya terhambat. Pada periode ini, Amerika menjadi lebih superior. Evangelista (1998) berpendapat transisi ini dapat dijadikan bukti bahwa ada faktor internal dan eksternal yang dihadapi Amerika maupun Uni Soviet. (Glaser, 2000:259) Keterbukaan dan desentralisasi di Amerika memberikan pengaruh yang positif terhadap inovasi teknologi militer, sedangkan Uni Soviet membatasi diri pada inovasi teknologi karena segala sesuatunya dilakukan secara terpusat dan rahasia.

Runtuhnya Soviet memang memberi dampak negatif terhadap kekuatan militer Rusia. Ratusan lembaga riset dan pengembangan, juga pabrik produksi jet tempur mengalami disintegrasi bahkan kebangkrutan akibat krisis ekonomi. Pada akhir 1995, atas kebijakan pemerintah, banyak industri pesawat rusia bergabung menjadi perusahaan saham gabungan (Kort & Kluiters, 2003:3). Hal ini mengikuti program glasnost dan perestroika yang sudah didengungkan sejak masa pemerintahan Gorbachev. Privatisasi menjadi hal yang diijinkan, agar industri penerbangan dapat dikelola dengan lebih efektif dan menguntungkan.

Walaupun mengalami pasang surut, kekuatan militer dan pengembangan jet tempur Rusia mengalami transisi yang postif. Pecahnya Soviet, membuat Rusia bisa lebih fokus dengan urusan dalam negerinya sendiri. Selisih jarak dengan barat, perlahan dapat semakin dikejar. Transaksi ekspor mengalami peningkatan, walaupun belum signifikan. Pada bulan

(16)

Juni 1994, kontrak bernilai setengah miliar dolar ditandatangani dengan Malaysia untuk pengadaan 16 unit MiG-29. Beberapa negara lain, seperti Cina, India, Peru, juga sepakat untuk membeli jet tempur Rusia. Industri penerbangan Rusia, seperti Sukhoi dan MiG, juga mulai masuk ke pasar pesawat terbang sipil. Pada masa transisi setelah pecahnya Soviet, pola struktur domestik mulai terlihat dibangun.

Pesawat Tempur Generasi kelima

Jet tempur generasi kelima didefinisikan sebagai jet tempur yang memiliki kemampuan siluman / stealth. Untuk menciptakan jet tempur seperti ini ada beberapa variabel yang harus dipenuhi, antara lain kemampuan supercruise (terbang dalam kecepatan supersonik tanpa afterburner), teknologi siluman/ stealth, dan sistem avionik yang terintegrasi. Kemampuan untuk bertahan dan menyerang jet tempur generasi kelima, dirancang untuk menjadi yang paling unggul/ superior atas jet-jet tempur yang terdapat pada generasi sebelumnya. Hampir semua bagian yang terdapat pada rangka jet tempur generasi kelima dintegrasikan oleh komputer. Pada periode ini, jet tempur dirancang untuk bertarung secara elektronis. Jet tempur dapat melepasakan tembakan, tanpa harus terlibat dalam duel udara/ dogfights. Shoot & go menjadi prinsip yang tak tertulis pada jet tempur generasi kelima.

Pada periode jet tempur generasi kelima, pola aksi-reaksi dan struktur domestik memberikan pengaruhnya masing-masing. Pola aksi-reaksi tetap menjadi pemicu, namun tidak lagi dominan karena fokus pengembangan jet tempur Rusia tidak lagi cuma untuk mengimbangi Barat, namun lebih untuk tujuan jangka panjang. Pasca-Soviet, sistem ekonomi yang lebih terbuka memberikan dampak yang cukup positif kepada industri penerbangan Rusia. Kebijakan politik pemerintah yang memberikan dukungan lebih bagi industri penerbangan Rusia, juga membantu dalam membentuk kerja sama dan transfer teknologi dengan negara lain. Pada tahun 2010, Rusia memperkenalkan prototipe jet tempur generasi kelimanya, Sukhoi T-50 PAK-FA. Proyek jet tempur generasi kelima milik Rusia tersebut memperoleh dukungan dari India. India tertarik untuk turut memiliki T-50 PAK-FA, sehingga Rusia dan India sepakat untuk bekerja sama dalam hal pendaan untuk riset dan pengembangan hingga proses produksi.

Penguatan struktur domestik juga terlihat dari restrukturisasi industri penerbangan Rusia. Sentralisasi digunakan untuk memperbaiki kekacauan organisasi dan kompetisi yang

(17)

tidak sehat antar perusahaan rusia dengan lembaga negara yang terjadi sejak tahun 1990-an. Pada bulan November tahun 2000, Putin menunjuk Sergey Chemezov untuk memimpin Rosoboronexport (ROE), perusahaan merger, yang berfungsi untuk mengelola ekspor persenjataan Rusia (Clouet, 2007:6). Pada prosesnya, ROE menjadi salah satu perusahaan yang menguntungkan dan memberikan pendapatan pajak tertinggi kepada negara. Hal ini juga mengganggu Amerika, pada 28 juli 2006, Amerika mengumumkan untuk memboikot ROE dan grup Sukhoi karena melanggar perjanjian perdagangan pesawat dengan Venezuela yang ditandatangani Chavez (Clouet, 2007:8). Walaupun demikian, ROE tidak vakum, ROE melakukan diversifikasi produknya, bahkan hingga ke sektor tambang.

Pada periode jet tempur generasi kelima, Arms Race yang dilakukan Rusia lebih dipengaruhi struktur domestik. Walaupun demikian struktur domestik tidak berdiri sendiri, pola ini dipicu juga oleh faktor eksternal non-perang yaitu ekonomi. Rusia membuat jet tempurnya lebih untuk tujuan ekonomi, memperoleh pendapatan khususnya dari sektor ekspor. Rusia mengincar negara-negara yang tidak bisa/ tidak ingin membeli persenjataan dari Amerika maupun Eropa, seperti negara-negara di timur tengah. Rusia juga mulai mengincar pasar Asia. Arms Race yang dilakukan Rusia seakan-akan berubah menjadi bentuk yang lebih elegan, yaitu perlombaan ekonomi. Bahkan Rusia merasa terancam karena kedatangan pesaing baru di industri penerbangan militer, seperti Cina dan India, yang mulai memproduksi jet tempur baru untuk pasar ekspor.

Pada periode ini muncul banyak kutub kekuatan baru/ unipolar. Tidak seperti perang dingin yang didominasi dua kutub, Amerika dan Soviet, saat ini perlombaan senjata berlangsung lebih terbuka. Situasi di asia timur, timur tengah, dan berbagai belahan dunia lainnya lebih mudah panas, sehingga keinginan untuk memiliki kekuatan militer yang lebih superior menjadi tujuan keamanan masing-masing negara. Perdagangan senjata, pertukaran ilmu pengetahuan, inovasi teknologi, politik, ekonomi, dsb menjadi faktor-faktor yang berpotensi mendukung terjadinya perlombaan senjata antar negara dan memicu terjadinya perang.

(18)

Kesimpulan

Dari klasifikasi jet tempur tiap generasinya, dapat disimpulkan bahwa transformasi jet tempur Uni Soviet dan Rusia merupakan bentuk Arms Race terhadap barat. Model aksi-reaksi dan struktur domestik menjadi dua pemicu terjadinya Arms Race. Pada periode jet tempur generasi pertama hingga runtuhnya Soviet, pola aksi-reaksi memberi pengaruh yang lebih dominan. Pasca-Soviet, mulai terlihat struktur domestik memberikan pengaruh yang lebih dominan. Dari kedua model pemicu tersebut, juga ditemukan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi transformasi jet tempur. Faktor insekuritas terhadap (persepsi) ancaman eksternal dan kebijakan-kebijakan internal dalam negeri adalah faktor-faktor yang menentukan dalam Arms Race. Seberapa jauh negara rival merespon pun menentukan terjadi atau tidaknya Arms Race.

Sejak ditemukannya mesin jet, telah terjadi lompatan yang cukup jauh dalam transformasi pesawat tempur Soviet. Hal tersebut memposisikan Soviet sebagai rival yang seimbang dengan Amerika dalam hal perlombaan senjata. Krisis ekonomi dan politik yang meruntuhkan Uni Soviet, membuat pengembangan jet tempur sempat tertinggal. Walaupun demikian, perlombaan senjata tetap berlangsung. Rusia berupaya mengejar ketertinggalannya, setelah membenahi ekonomi dan politik dalam negeri. Motif Arms Race yang dilakukan Rusia tidak lagi hanya mengacu pada keunggulan kuantitas militer, namun berubah bentuk untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Rusia juga mendapat tantangan yang lebih besar, saat ini Arms Race tidak lagi hanya didominasi dua kutub seperti pada perang dingin. Peta kekuatan militer lebih unipolar, sehingga Arms Race menjadi lebih masif, dan berpotensi memicu terjadinya perang.

(19)

Daftar Referensi

Ohain, Dr. Hans Joachim Pabst. 2003, September 29. Dr. Hans Joachim Pabst von Ohain

Papers. Special Collecrions and Archieves, University Libraries, Wright State

University. Ohio.

Jackson, Robert. 1985. Combat Aircraft Prototypes Since 1945. England: Airlife Publishing Ltd.

Spick, Mike. 1987. Modern Soviet Fighters. London: Osprey Publishing. Lee, T.W. 2009. Military Technology. London: Greenwood Publishing Group.

Jarrett, Philip. 2000. The Modern War Machine Military. London: Chrysalis Books Ltd. Brown, Geoff. 2011, November. Defining a 5th Generation Fighter. Paper presented at

Dubai International Air Chiefs Conference.

Coombes, Josh, et al. n.d. Fighter Generations, Aeronautical Engineering. University of Adelaide.

Pathfinder, Bulletin of Australia Air Power Development Centre. 2012, January. Five

Generations of Jet Fighter Aircraft.

Intriligator, Michael D, and Brito, Dagobert L. 2000, February. Arms Race. Article for Special Tenth Anniversary Issue of Defence and Peace Economics, Vol. 11, University of California. Los Angeles.

Glaser, Charles L. Annual Review of Political Science. Vol.3, 2000. The Causes and

Consequences of Arms Races.

Gordon, Yefim. 2000. Early Soviet Jet Fighters. England: Midland Publishing. Matoulek, Jaroslav. 2008. Jet Age Wings. Prague: 4+ Pulishing Co.

Bystrova, Irina. 2011. Russian Military-Industrial Complex. University of Helsinki.

Harrison, Mark. 2001. Soviet Industry and The Red Army Under Stalin: A Military-Industrial

Complex? University of Warwick.

Clouet, Louis-Marie. 2007. Rosoboronexport, Spearhead of the Russian Arms Industry. France: Ifri.

Gambar

Gambar 1. Grafik Pesawat Tempur Jet Generasi Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah suatu proses kegiatan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam materi geometri yang valid, dengan alur

Berdasarkan hasil analisis jaringan kerja maka dgerkirakan lama waktu penyelesaian untuk memproduksi 40 liter susu pasteurisasi dalam kemasan filycup adalah 30.08

Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis

GAAP tidak mengizinkan reversal untuk beban impairment yang telah terjadi untuk “available for sale debt and equity securities”.. IFRS tidak mengizinkan hal yg sama untuk

884 Sjari Fatul Aini, S.Pd.I MAS Yasipa Sekolah Menengah Atas Ujungberung 885 Yufi Dewi Marwati, S.Pd.I MAS Yasipa Sekolah Menengah Atas Ujungberung 886 ABDUL MUIZ HAIDAR MTSS

Mampu menetapk Mampu menetapkan an Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan tentang gangguan tentang gangguan Sistem Sistem Integumen Furunkel di Rumah Sakit Umum Daerah

Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Likuiditas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan

1) Dengan belum adanya kerangka baku dari model formulasi strategi terutama di industri galangan kapal, maka existing strategy yang diterapkan dalam bentuk inisiative