• Tidak ada hasil yang ditemukan

Loyalitas Tanpa Batas, Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Loyalitas Tanpa Batas, Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Loyalitas

Tanpa

Batas,

Elizabeth Catur Yulia Sri

Wahyuni.

Tak ada yang paling berharga bagi kehidupan ini selain pengabdian pada kemanusiaan dan kehidupan itu sendiri. Demi kebaikan bersama, membesarkan anak manusia agar dengan selamat menjalani tapakan kehidupan di dunia hingga dipanggil kelak oleh sang pemilik hidup. Itulah yang selama ini dilakukan Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni selama kurang lebih 28 tahun mengabdi di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Karena itu perempuan yang kini menjadi Kepala Humas ITN Malang tersebut menjalani setiap tugas kesehariannya sebagai ibadah. Ditemui di ruang kerjanya, perempuan kelahiran 2 Juli 1963 itu bercerita banyak tentang perjalanan hidupnya sejak masa kanak-kanak, remaja, hingga berlabuh di lembaga pendidikan. Yulia, sapaan akrabnya, dilahirkan di kawasan Celaket, Kota Malang dari keluarga politisi. Bapaknya, BX. Soeherman, ketua DPC partai PDIP Kabupaten Malang. Sementara ibundanya, Patricia Liliek Sunarti, pernah menjadi anggota MPR, dan anggota DPRD Malang.

Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni2Yulia kecil sudah terbiasa ikut sang ayah dan ibu kampanye ke beberapa tempat di Malang. Di masa kekuasaan Suharto, selain partai Golkar belum cukup bebas untuk berkampanye dan harus berizin. Untuk itu Yulia sering ikut mengurus izin kampanye Megawati Sukarno Putri di Kodim Malang. “Biasanya saya duduk di mobil bagian belakang, saat minta izin kampanye ke Kodim,” kenangnya. Dia juga menceritakan bahwa gara-gara sering ikut kampanye itu sering bolos sekolah.

Namun demikian, alumni SD Dionysius II (1976) itu tidak pernah terlibat dalam struktur partai meski pernah didorong untuk

(2)

masuk. Dirinya lebih suka masuk dalam jajaran kepaniaan saja saat PDIP menyelenggarakan beberapa kegiatan. “Saya tidak suka di struktur, tidak ada kebebasan. Lihat orang tua saya sibuk banget, tak punya me time. Dan cita-cita saya ingin jadi dokter waktu itu,” imbuhnya terseyum.

Elizabeth-Catur-Yulia-Sri-Wahyuni

Lingkungan politik ini membuat Yulia sejak kecil terbiasa dengan organisasi, terbiasa dengan budaya diskusi dan berbeda pendapat. Yang khas dari tradisi berdiskusi adalah saat pendapatnya tidak diterima di forum, namun dirinya yakin benar dengan gagasannya. Maka dia berusaha bagaimana mengemas gagasan ini dengan argumentasi dan penyampaian yang baik sehingga dapat diterima. Jadi dia merasa harus menang saat adu pendapat.

Memang sejak kanak-kanak, alumni SMPN 3 Malang (1979) itu mengakui, bahwa sukanya ingin menang terus. Saat bermain apapun dengan teman sebaya harus menang apapun caranya. Kadang menggunakan trik-trik tertentu yang “merugikan lawan”. Misalnya, saat bermain Ombal yaitu melempar kertas bergambar ke atas, nanti yang gambarnya di atas saat jatuh ke tanah adalah pemenangnya. Dalam permainan ini Yulia mensiasati

(3)

dengan membuat gambar bolak-balik pada kertas sehingga saat jatuh gambarnya selalu di atas. Selain itu, masih banyak permainan lainnya dimana dia harus menang, di antaranya: mencari jejak, kenturan, gobak sodor, dan beberapa mainan tradisional lainnya.

Elizabeth Catur Yulia Sri WahyuniSelain kebiasaan bermain game tradisional, Yulia juga menyukai paduan suara. Itulah sebabnya sejak dibangku SMP hingga kini dia tetap menjadi bagian dari paduan suara. Menurutnya, selain memang terbiasa bernyanyi di gereja, pada paduan suara tidak menonjolkan egoisme pribadi. Masing-masing harus menyamakan nada suara sekalipun suaranya sangat bagus. Sehingga dihasilkan harmoni yang bagus. “Tak kalah pentingnya adalah kita harus tunduk pada kondakturnya. Kalau tanda berhenti, ya berhenti. Kalau maksa bernyanyi akan rusak,” kata sekretaris Perhumas Malang itu.

Setamat dari SMAN 3 Malang (1982), perempuan penyuka pelajaran Biologi dan Sejarah itu mencoba daftar jurusan Kedokteran di IPB dan UB. Namun sayang Tuhan tidak berkehendak dirinya menjadi mahasiswa kedokteran. Akirnya dia berlabuh di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB) yang saat itu masih berlokasi di Kota Lama. Sebetulnya, orang tuanya juga meminta untuk masuk teknik sipil di ITN Malang, namun Yulia ingin lebih longgar saat kuliah.

Masa-masa kuliah ini ada dua hal yang berkesan di benak Yulia dan dikenangnya hingga kini. Yaitu saat mendapat nilai A untuk mata kuliah Hukum Islam. Hal ini istimewa karena selain dirinya yang non-Islam juga cukup sulit dan penuh dengan hitungan-hitungan khususnya saat masuk hukum waris. Tetapi dia berhasil melewati, bahkan mengalahkan mahasiswa muslim lainnya. “Kalau pelajaran hukum Islam, saya berusaha fokus dan mendengarkan penjelasan dosen,” tuturnya.

Kenangan yang kedua adalah saat dia diumumkan hilang di Kampus. Saat itu dia diajak oleh temannya ber-enam dengan tiga motor jalan-jalan ke pantai di Malang selatan. Ternyata saat

(4)

perjalanan pulang salah satu motor temannya rusak dan hari sudah malam. Akhirnya memilih menginap di tempat KKN sang teman. Yulia sudah izin sama orang tuanya, namun orang tua salah satu teman gelisah dan mencari ke rumah Yulia, lalu menemui teman kampusnya. Alhasil isu kalau Yulia hilang bersama lima temannya sampai ke kampus, maka dibuatlah pengumuman. “Saat balik ke kampus malu sedikit, tetapi kami tidak nakal hanya suka ngalapras (jalan-jalan),” kata dia.

Setelah wisuda di UB tahun 1989, Yulia mencoba daftar jaksa. Namun sayang dia terkendala tinggi badan yang tidak mencukupi satandar yang ditetapkan. Namun sempat memaksa untuk ikut test. Baginya aturan itu sangat diskriminatif, tidak melihat kemampuan melainkan fisik. Setelah mencoba ikut test di Malang ternyata skornya lulus. Tapi karena aturan tinggi badan yang tak bisa ditawar itu akhirnya dia menerima keadaan itu.

Sejak itulah, Yulia berlabuh ke ITN Malang di BAAK. Awal-awal bekerja di bagian recording yang memasukkan nilai mahasiswa dari dosen, dan tugas pengetikan lainnya. Di sini kejujurannya diuji karena harus mencatat nilai yang sebenarnya walaupun bisa jadi ditulis tidak sesuai jika ada deal-deal tertentu. Tetapi dia berhasil menjaga kredibilitasnya hingga kini.

Kemudian pada tahun 2004, dia menjadi kepala BAAK selama dua periode hingga 2012. Menurut Yulia, menjadi kepala di bagian ini membuka peluang untuk bertemu dengan banyak orang yang berbeda karakter, dan bertukar gagasan. Lebih-lebih yang mengesankan adalah saat rapat bersama, dimana dia harus mempertahankan gagasan. Hal ini membuatnya ingat masa kecil yang selalu ingin menang. Namun saat itu argumentasinya harus betul-betul masuk akal dan dapat diterima.

Pengalaman lainnya, pernah suatu hari memarahi mahasiswa saat menemuinya atas kepentingan tertentu. Setelah pulang, Yulia merenungkan kembali apakah kemarahan itu sudah benar. Rupanya dia menyadari bahwa kemarahan saat itu karena ada tekanan keadaan banyak tugas. Tak lama setelah itu setelah mahasiswa

(5)

itu datang lagi Yulia minta maaf.

Setelah 8 tahun mengabdi di BAAK, kini dia pindah ke bagian humas. Alasan pemindahan ini karena pertimbangan kemampuan Yulia dalam berkomunikasi. Dia dianggap vokal berbicara, dan sangat cocok dengan pengembangan humas ITN Malang ke depannya . Ternyata tidak sia-sia, kini ITN Malang menjadi familiar di publik melalui media massa, baik cetak maupun online. Dia juga membuka komunikasi dengan berbagai institusi lainnya hal itu dibuktikan saat Yulia dipercaya menjadi sekretaris Perhumas Malang. “Enaknya di humas itu dapat masuk ke semua lini. Tapi yang berat hingga kini saat menulis untuk rilis di media,” paparnya. Namun demikian, dia tetap semangat untuk belajar nulis yang baik.

Selain mengabdi pada lembaga pendidikan, saat ini dia juga mengabdi pada sang bapak yang maih hidup. Setiap pagi dia harus membacakan koran untuk sang ayah dan menyetelkan firman-firman renungan (fresh jus). Kemudian di malam hari juga membacakan firman-firman Tuhan. “Kalau koran biasanya bermacam-macam, mulai isu lokal, nasional, hingga internasional,” tutur perempuan ramah itu. (her)

Rumah

Susun

Mahasiswa

(Rusunawa) ITN Malang

Meskipun belum diserahterimakan, rumah susun mahasiswa (rusunawa) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sudah dapat disewa oleh mahasiswa. Pembukaan persewaan ini sudah dibuka sejak 17 September 2016 lalu. Hal ini sebagaimana dinyatakan Rudy Hartono, bagian rumah tangga saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

(6)

Namun demikian, menurut pria yang akrab disapa Rudy tersebut belum banyak mahasiswa yang tinggal di situ. Sejauh ini masih ditempati oleh anak Prakerin (praktek kerja industri) dari berbagai daerah yang praktek di ITN Malang. Di antaranya: SMK Turen, Palu, Gresik, dan Bondowoso. Para pelajar ini akan tinggal selama antara 3 hingga 4 bulan. “Anak Prakerin 24 orang, kalau mahasiswa masih ada 4 orang,” tutur pria asal Tasik Madu itu.

Mengapa belum banyak yang daftar? Menurut Rudy memang belum dilakukan sosialisasi secara menyeluruh pada mahasiswa karena belum serah terima dari negara ke ITN Malang. Selain itu, mahasiswa masih belum banyak yang tahu apa saja fasilitas yang diberikan jika tinggal di rusunawa lantai empat itu. Padahal jika dibandingkan sewa tinggal di rusunawa sangat murah dengan fasilitas yang memadai. “Sewanya 350 ribu. Itu sudah termasuk listrik, free wifi, kamar mandi dalam, kasur dan bantal sudah ready, disediakan dapur untuk masak juga, tempat parkir aman, tempat jemuran di dalam tak akan kena hujan. Apalagi nantinya akan disediakan layanan foto copy, kantin dan loundry,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Rudy juga menjelaskan cara untuk bisa tinggal di bangunan berkapasitas 150 orang ini. Yaitu tinggal daftar saja, ngisi blanko, bayarnya bisa langsung bank BNI atau bayar di bagian keuangan. (her)

DEKAN BARU HARAPAN BARU

Pelantikan Dekan Fakultas Teknologi Industri (FTI) serta Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan (FTSP) pada tanggal 14 januari 2017 di Aula Kampus ITN Malang, menjadi momentum awal tahun bagi ITN untuk menata barisan guna mencapai target yang

(7)

sudah dicanangkan sebelumnya. Agenda besar yang menanti ke-dua dekan tersebut antara lain menguatkan kluster penelitian dari utama menjadi mandiri dan menaikkan peringkat akreditasi institusi dari B menjadi A. Dalam sambutannya Rektor ITN Malang menyampaikan ada 3 hal yang harus diperhatikan guna mencapai target tersebut:

Peningkatan kualitas input & output 1.

Penguatan Institusi 2.

Pengembangan Sumber Daya manusia 3.

Untuk mewujudkannya diperlukan usaha keras dari setiap elemen termasuk para dekan yang baru dilantik. Semoga Dekan baru akan membawa harapan baru bagi tercapainya ITN yang semakin Jaya. Selamat berjuang, dan mewujudkan asa demi ITN tercinta.

Kampus II ITN Malang Semakin

Rindang dan Sejuk

Berada di kawasan Jl. Raya Karangploso Kabupaten Malang dengan areal persawahan yang sangat luas membuat kampus II ITN Malang memiliki udara yang cukup segar. Selain itu ditopang dengan pepohonan yang tumbuh subur membuat kampus ini terasa sangat rindang dan sejuk. Hal inilah yang membuat mahasiswa betah berlama-lama di kampus ini.

(8)

Kampus yang berdiri di atas lahan sekitar 65 hektar tersebut belakangan ini kian ramai karena beberapa jurusan yang sebelumnya di letakkan di kampus I Jl. Sigura-Gura, kini sudah dipindah ke lokasi ini. Bahkan nantinya akan ada pemusatan fakultas. Kampus I akan difokuskan untuk Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), sementara kampus II adan fokus Fakultas Teknik Industri (FTP). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Rektor ITN Malang, Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, beberapa waktu lalu.

Selain pemfokusan jurusan ini, di kampus yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kampus I itu juga telah ditambah beberapa fasilitas untuk mahasiswa. Di antaranya adalah sudah dibangun masjid yang megah. Sehingga untuk tempat ibadah mereka tidak harus keluar dari areal kampus. Selain itu juga telah dibangun asrama untuk mahasiswa yang dapat digunakan oleh mereka untuk kegiatan-kegiatan.

(9)

Arini Ihdah Rahmawati menyatakan bahwa hal yang paling menarik di kampus II ITN Malang ini adalah areal yang luas dan tidak sesak. “Kalau kuliah di sini, yang pasti jalannya tidak macet. Tempat yang rindang banyak, bebas polusi. Dan udaranya segar,” tutur dara semester 4 tersebut saat ditemui di kampus II. (her)

Kriteria Bangunan Tahan Gempa

Posisi Indonesia yang berada di daerah rawan gempa membuat sejumlah kalangan berpikir keras. Sudah tidak terhitung berapa ratus kali gempa menimpa tanah pertiwi ini. Dan masyarakat selalu menjadi korban akibat runtuhnya bangunan yang mereka

(10)

tempati. Kenyataan ini mengharuskan pembangunan khususnya rumah penduduk yang berada di kawasan rawan gemba didesain sedemikian rupa sehingga bangunan tahan gempa.

Ir. Adrianus Agus Santosa, MT, dosen teknik sipil Insitut Teknologi Nasional (ITN) Malang berbagi tips bagaimana bangunan dapat tahan gempa. Atau setidaknya rumah tidak langsung roboh secara keseluruhan saat ditempa oleh gempa. Menurut pria yang akrab disapa Agus tersebut, sebetulnya kementerian Pekerjaan Umum (PU) sudah memberikan aturannya saat membangun rumah. Aturan ini jika diikuti dengan benar sudah cukup membuat bangunan tahan terhadap goncangan. Untuk menjelaskan kerangka ini, Agus memetakan bagian-bagian pada bangunan, di antaranya: pondasi, sloof, kolom balok, dan rangka atap. Dan perlu diperhatikan adalah penggunan anker dari bagian ke bagan itu. “Bangunan yang kuat dipasang angker. Misalnya, dari slop ke pondasi dianker, sloof ke kolom harus ditekuk. Dinding dengan kolom juga dipasang anker. Kuda-kuda ke kolom juga dipasang anker,” terangnya.

Jika semua ini menyatu dengan baik maka bangunan itu cukup kuat saat diterpa oleh gempa. Bahkan tidak akan rusak jika kena gempa ringan. Kalau gempa sedang yang rusak hanya bagian-bagian yang nonstrukrur, seperti jendela, kusen, gedungnya retak. Saat diserang gempa berat sekalipun bangunan tidak akan langsung roboh, rangkanya akan tetap berdiri, yang non rangka saja yang hancur. “Jika rangka bangunan tidak roboh penghuninya kan dapat lari keluar rumah saat gempa,” paparnya. (her)

(11)

HMTK ITN Malang Rayakan Natal

diPanti Asuhan

Panti Asuhan Kristen Malang menjadi tujuan berbagi kasih natal Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK) ITN Malang, Minggu (15/01). Bertema Spirit The Love Of Christmas, HMTK ITN Malang berusaha menyebarkan semangat cinta natal tidak hanya di dalam kampus namun juga di luar kampus. “Untuk tahun ini yang biasanya perayaan di kampus kita coba mengadakannya di panti asuhan sekaligus berbagi kasih dengan mereka,” ujar Henrika Lopes Yamlean Ketua Pelaksana.

Lebih jauh mahasiswi semester lima ini menjelaskan, selain mengadakan ibadah natal, HMTK juga mengadakan bakti sosial dengan menyerahkan sembako kepada panti. “Menurut pengasuh panti selama ini untuk makan mereka hanya bergantung dari kasih orang lain. Sedangkan mereka harus mengurus kurang lebih 30 anak mulai usia enam tahun hingga anak usia SMA bahkan ada yang sudah kuliah dan bekerja,” ungkapnya. Mereka yang sudah bekerjalah yang ikut membantu kebutuhan asrama.

Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) dan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) juga ikut serta dalam perayaan natal di asrama yang beralamat di jalan Kampar nomor 6 Kota Malang. “Dengan berbagi ini kita ingin adik-adik panti tidak merasa sendiri, kami ada untuk mereka. Kami juga lebih bersyukur dengan apa yang kami miliki sekarang. Sedang mereka hanya bisa bermimpi ingin hidup dan membanggakan orang tua” ujar gadis asal Timor Leste ini prihatin. (sar)

(12)

Dr. F. Yudi Limpraptono, ST,

MT, Dekan FTI yang Juga

Aktivis PMR

Gayanya kalem, terkesan tidak banyak bicara, namun telaten dalam membina para mahasiswa. Karena itu layak dipercaya untuk memimpin Fakultas Teknik Industri (FTI) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Itulah kepribadian Dr. F. Yudi Limpraptono ST, MT, Dekan baru FTI yang baru saja dilantik sebagai Dekan FTI beberapa hari lalu.

Yudi, sapaan akrabnya, terlihat sumringah dalam acara yang sakral itu. Dalam pidatonya meyatakan kesiapannya untuk membesarkan ITN Malang sebagaimana sudah direncanakan dalam renstra yaitu menjadi world class university pada 2035 mendatang. “Saya siap mempertahankan apa yang baik dari kepemimpinan sebelumnya. Dan akan berupaya mengembangkan sesuatu yang memang perlu untuk dimajukan,” tuturnya.

Pasca acara, wartawan itnmalangnews.com menemui pria kelahiran 3 Mei 1968 itu. Setelah kami mengucapkan selamat padanya, dia melempar senyum ramah. Pada kesempatan itu, pria asli Malang menceritakan kehiduapan masa kecil, pengalamannya selama kuliah hingga pengabdiannya di ITN Malang.

Menurut suami Agnes Hilda Setyawati, masa kecilnya dilalui di kawasan Tumpang, Malang. Dia menuntaskan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerahnya. Saat duduk di bangku SMP, Yudi sudah menyukai PMR (Palang Merah Remaja). Pilihan ini karena dia dapat belajar bagaimana menolong orang. Keaktifannya selama di sekolah membuat pria yang kini tinggal di Jl. Kapisraba, Sawojajar tersebut terpilih sebagai ketua PMR di sekolah. “Kemudian saya dipercaya untuk mewakili Kabupaten Malang ke Jakarta,” kenangnya.

(13)

bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Malang. Bahkan saat itu dia sempat memberikan prestasi yang baik bagi sekolahnya. Yudi pernah dinobatkan sebagai juara I lomba PMR se-Malang Raya. “Saat itu lombanya buat tandu untuk pertolongan pertama. Ternyata saya menang,” ujar dosen teknik elektro S1 itu.

Setelah menuntaskan jenjang SMA pada tahun 1988, dia langsung masuk ke Universitas Brawijaya (UB) Malang jurusan teknik elektro. Saat kuliah, Yudi lebih konsen pada dunia akademiknya meskipun begitu masih ada aktivitas lainnya yang dia kerjakan di luar akademik. Misalnya, masuk dalam latihan bela diri. Yang paling mengesankan bagi dia masa kuliah adalah saat membuat pemancar radio (orari) yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang berada di daerah berbeda. “Saat itu kan belum ada HP. Jadi orari menjadi salah satu alat komunikasi yang penting,” tuturnya. Bahkan hingga kini Yudi tetap menjadi anggota orari di Malang.

Setamat kuliah Yudi bekerja di ITN Malang, dan resmi menjadi dosen tetap teknik elektro sejak 1994. Setahun kemudian menjadi sekretaris jurusan hingga 1998. Setelah itu lanjut studi master di Universitas Indonesia (UI) dengan jurusan yang sama, selesai pada tahun 2000. Kembali ke ITN Malang, pada 2001 diangkat menjadi pimpinan proyek sistem informasi manajemen (SIM). Selanjutnya menjabat kepala UPT SIM dari 2002 hingga 2005.

Karir Yudi semakin moncer. Dia terpilih sebagai ketua program studi teknik elektro S1 dari 2005 hingga 2010. Setelah itu dirasa keilmuannya masih perlu dikembangkan. Dia melanjutkan studi doktoral di Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun 2015. Dia kembali ke ITN Malang dan menjabat kepala laboratorium elektronika digital teknik elektro. Lalu, dilanjutkan kepala PUSTIK hingga 2017. Dan kini dekan FTI ITN Malang. (her)

(14)

Kuliah

di

ITN

Malang

Diantarkan Hingga Dapat Kerja

Pengayoman Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang terhadap mahasiswa bisa dibilang ekstra spesial. Betapa tidak, kampus biru itu tidak hanya mendidik mahasiswa secara hard skill dan soft skill, berupa kemampuan akademik dan rohaniah. Tetapi juga mengantarkan para mahasiswa hingga memperoleh pekerjaan pasca wisuda. Hal ini dinyatakan oleh Dr. Ir. Lalu Mulyadi, MT, Rektor ITN Malang dalam sambutannya di acara Memorandum of Understanding (MoU) dengan salah satu perusahaan profesional di Malang.

Pada acara yang diselenggarakan di ruang sidang rektorat tersebut, Lalu menyatakan bahwa sejauh ini ITN Malang lebih fokus pada menerima mahasiswa lalu mendidiknya. Pasca studi masih ada mahasiswa yang kesulitan mendapat kerja. Untuk itu pihaknya akan mengawal para lulusan sebagai bentuk tanggung jawab. “Di Lombok ada alumni kita, yang kebetulan belum dapat kerja. Sementara orang tuanya yakin dapat kerja setelah kuliah. Kesannya kita melempar begitu saja kuliah. Mulai saat ini kita akan mengawal mereka hingga dapat kerja,” tegas pria asal Lombok itu.

Untuk mewujudkan niat baik ini, ITN Malang sudah mengikat kerjasama dengan salah satu perusahaan profesional yang dipercaya melakukan rekrutmen untuk 16 perusahaan, dan telah berafiliasi dengan setidaknya 400 korporasi. Perusahaan ini nanti akan memberi bekal pada para lulusan dan akan menyiapkan lowongan kerja. “Mitra kita ini telah berafiliasi dengan perusahaan dalam dan luar negeri. Harapan kita, semua lulusan ITN Malang dapat terserap,” papar bapak empat anak tersebut.

(15)

Yang tak kalah pentingnya, imbuh Lalu, adalah berkaitan dengan target ITN Malang untuk meraih akreditasi A pada 2020 mendatang. Dimana salah satu kriteria pentingnya adalah seberapa cepat lulusan dapat diterima dalam dunia kerja. Semakin cepat terserap, maka nilai institutusinya semakin baik. “Jadi kerjasama ini juga dalam rangka memangkas waktu tunggu kerja lulusan,” kata dia.

Dalam kesempatan tersebut juga hadir wakil rektor III, Dr. Eng. Ir. I Made Wartana MT, wakil rektor II, Dr. Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Turut hadir dekan FTSP, Dr. Ir. Nusa Sebayang MT, dekan FTI, Dr. Ir. Yudi Limpraptono MT, dan kepala humas, Elizabeth Catur Yulia, SH. (her)

Lima Finalis Lomba Kuat Tekan

Beton Saling Bersaing di ITN

Malang

Lomba kuat tekan beton yang diselenggarakan oleh teknik sipil Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang menyisakan lima finalis. Ajang tahunan itu sendiri sebelumnya diikuti oleh 12 tim di Jawa Timur. Setelah dilakukan melalui beberapa tahapan lomba, akhirnya dinyatakan lima tim berhak berlomba di tahap final. Tim yang dimaksud adalah SMKN 2 Surabaya, SMK Balung Jember, SMKN Singosari, dan SMKN 7 Surabaya dua tim.

Para tim mempresentasikan karya betonnya di hadapan para dewan juri. Perlu diketahui pada 20 Desember 2016 lalu semua tim sudah membuat beton berbentuk silinder dengan panjang 30 sentimeter dan diameter kira-kira 10 sentimeter. Beton itu sudah direndam di air selama 28 hari untuk kemudian diuji dengan kuat tekanan 30 MPA. Dalam presentasi itu setiap tim

(16)

menceritakan bagaimana campuran beton itu dibuat.

SMKN 2 Surabaya memaparkan bahwa komposisi betonnya sebagai berikut: semen 7,16 kilogram, pasir 15,84 kilogram, kerikil 21,20 kilogram, dan air 1,16 kilogram. Atau kalau dipersenkan semen 15 persen, pasir 35 persen, kerikil 40 persen, dan air 9 persen. “Campuran ini sudah sesuai dengan proposal yang kami ajukan,” Alfian Yuda juru bicara tim yang juga didampingi oleh dua temannya, Fristia dan Dimas Pratama.

Menurut Alfian, model campuran ini sudah memperhatikan kriteria lomba yaitu kelecakan dan kekuatan. Selain itu, juga dipaparkan berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk membuat dua beton silinder dengan campuran sebagaimana dijelaskan. “Biaya tidak mahal, totalnya sekitar 953 ribu rupiah,” kata dia.

Adapun dewan juri dari dosen ITN Malang sendiri. Di antaranya, Ir. A. Agus Santosa, MT, Ir. Ester Priskarsari, MT, Ir. Bambang Wediantadji, MT.(her)

Salah satu ciri toilet rumah

berdesain

Islami

adalah

klosetnya tidak menghadap

kiblat

Salah satu ciri toilet rumah berdesain Islami adalah klosetnya tidak menghadap kiblat. Pasalnya, Islam menganjurkan umat Islam agar tidak membelakangi atau menghadap kiblat saat buang a i r . U n t u k i t u p o s i s i k a m a r m a n d i m e n j a d i p e n t i n g dipertimbangkan untuk rumah berdesain Islami. “Pintu kamar

(17)

mandi juga sebaiknya tidak berhadapan dengan dapur, agar tidak menimbulkan perbedaan selera,” ujar Ir. Budi Fatoni, MTA, salah satu arsitek Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

Bagaimana dengan toilet rumah berdesain Islami yang sudah terlanjur klosetnya menghadap kiblat? Menurut pria yang akrab disapa Budi tersebut sebaiknya dibongkar karena itu bertentangan dengan fikih Islam. “Buang air tidak boleh mengahdap kiblat itu ada hadistnya, bongkar kloset kan juga cuma sedikit saja,” lanjut dosen ITN Malang itu. Budi juga menyarankan, agar kamar tidur utama dilengakapi dengan kamar mandi. Hal ini agar penghuni saat keluar kamar pada saat ada tamu sudah rapi tidak repot ke kamar mandi dulu.

Tak kalah pentingnya adalah posisi musola dalam rumah, letak musola idealnya menghadap langsung ke arah kiblat. Artinya, musola diletakkan pada bagian rumah yang bagiannya ke arah kiblat langsung. “Kurang baik kalau musola itu menghadap ke dapur misalnya. Jadi musola los menghadap kiblat,” lanjut pria yang gemar mengenakan topi tersebut.

Memang, imbuh Budi, pengembang perumahan saat ini jarang yang memperhatikan dua hal ini. Sehingga tempat tinggal yang dihasilkan kurang nyaman dari sudut pandang ke-Islaman. “Dalam forum-forum pengembang saya sering menyampaikan hal ini. Tetapi kan tidak semua pengembang itu muslim,” tukasnya mengakhiri penjelasan tentang toilet rumah berdesain Islami. (her)

Referensi

Dokumen terkait

Lokasi penelitian yang penulis ambil adalah di PT. Prudential Life Assurance/Pru Vision kota Jakarta dan Pru Aini Pematang Siantar. Alasan penulis melakukan penelitian

Keempat, mendeskripsikan solusi yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Tengaran dalam mengatasi kendala pembelajaran yang berpendekatan

Dalam bidang mikrobiologi, agar bakto digunakan untuk pertumbuhan bakteri, karena agar bakto lebih murni dibandingkan dengan agar – agar, sehingga lebih transparan dan

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada pengaruh prestasi belajar pada hubungan lingkungan keluarga dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ( ρ = 0,735 > α

Tab mailing merupakan fasilitas yang terdapat pada Microsoft word 2007, yang berfungsi untuk membuat sesuatu dokumen yang akan dicetak dalam jumlah banyak atau

Saat ini kerap terjadi pelanggaran privasi di media sosial berbasis ojek online, timbulnya pelanggaran privasi pada ojek online ini karena aplikasi

13 (2) Dalam hal pengaduan disampaikan secara lisan kepada BLH, maka pengaduan tersebut dicatat dengan mengisi formulir pengaduan kasus pencemaran dan atau perusakan