• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi pusatnya Indonesia, seiring dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia. Jakarta juga sebagai pusat bisnis penting di wilayah Asia Tenggara. Karena fungsinya yang strategis sekaligus kompleks itulah, Jakarta menjadi melting pot berbagai kelompok kepentingan dari berbagai daerah, juga dari berbagai negara. Bila diibaratkan, Jakarta itu seperti jaring laba-laba ditengah tumpukan jerami. Ada pola keteraturan sebagaimana jaring laba-laba dibangun, tetapi ia seringkali terbiaskan karena berada di lingkungan yang kusut.

Secara administratif, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten administratif, yakni: Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Secara geografis, Jakarta di sebelah utara dibatasi oleh pantai sepanjang 35 km di laut Jawa, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di batas selatan dan timur ada Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.Sedangkan di batas barat terdapat Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.1

Dari segi demografis, Jakarta dihuni penduduk sekitar 8,50 juta jiwa pada tahun 2002, sedangkan tahun 2006 meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan pada tahun 2011 mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002 mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km2 dan saat ini mencapai 13.756 penduduk per km2.Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42 persen per tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16 persen. Pada periode 2000-2005, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06 persen per tahun.2

Sebagai kota metropolitan dan pusat pemerintahan, Jakarta dihuni oleh berbagai suku, etnis dan agama. Masyarakat DKI Jakarta merupakan miniatur Indonesia yang majemuk (heterogen) dari aspek agama dan kepercayaan, etnis (suku), budaya, ekonomi dan sebagainya. Dari aspek agama dan kepercayaan, menunjukkan bahwa semua agama

dan kepercayaan yang ada di Indonesia, ada di DKI Jakarta. Islam menjadi agama

mayoritas dengan berbagai kelompok kepentingan yang berbeda dengan cara pandang yang

1

http://www.jakarta.go.id/web/news/2008/01/Geografis-Jakarta

, diakses pada 28 Agustus 2013.

2

(2)

Page | 2 berbeda. Perbedaan inilah, yang juga melatari cara pandang masing-masing dalam merespon kebijakan pemerintah pusat dan terhadap eksistensi kelompok non Muslim di Jakarta.

Keberadaan wilayah DKI Jakarta menjadi sangat penting dalam kaitan dengan penelitian tentang radikalisme dan terorisme. Hal ini didasari oleh fakta bahwa Jakarta memiliki karakteristik yang unik baik ditinjau dari sisi pemerintahan, bisnis, maupun social budaya dan politik. Jakarta merupakan melting pot berbagai kelompok kepentingan. Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat aktivitas politik. Jakarta juga merupakan tempat berbaurnya semua latar etnis, budaya dan agama. Di sisi lain, Jakarta juga merupakan “panggung” dan sasaran strategis terjadinya perilaku radikalisme dan terorisme.

Pemahaman radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat masih harus terus diwaspadai secara serius. Munculnya berbagai tindakan kekerasan yang dilatari oleh berbagai sebab, mengindikasikan masih suburnya pemahaman radilakalisme. Tindakan kekerasan oleh sekelompok orang kepada kelompok lain yang dianggap tidak sepaham adalah salah satu indikasi dari pemahaman radikalisme. Indikasi-indikasi radikalisme lainnya yang dapat kita lihat di masyarakat di antaranya adalah tindakan main hakim sendiri oleh seseorang maupun sekelompok orang, tindakan anarkis dalam mensikapi dan merespon perbedaan serta tindakan anarkis dalam menyatakan pendapat. Radikalisme adalah semua bentuk tindakan kekerasan (anarkis) yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam merespon perbedaan dan/atau upaya untuk mencapai tujuan.

Ketika suatu tindakan anarkis sudah pada tingkatan yang berat dan dapat memberikan situasi teror secara masal dan mengarah kepada persoalan ideologi, maka isunya sudah beranjak kepada perilaku terorisme. Cirinya sama yaitu tindakan kekerasan, tetapi motifnya lebih didasari oleh upaya untuk memperjuangkan ideologi. Oleh karena itu tindakan radikal yang mengarah kepada terorisme dikenal dengan sebutan radikal-terorisms. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2002 yang kemudian ditetapkan melalui UU no. 15 tahun 2013, terorisme adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional.

Dalam 15 tahun terakhir ini, perkembangan gerakan terorisme cukup merisaukan pemerintah dan berbagai kalangan masyarakat. Ada beberapa peristiwa bom yang signifikan telah terjadi di Jakarta, yakni:

(3)

Page | 3 2. Peristiwa bom kedutaan Australia pada tahun 2004.

3. Serangan bom secara simultan di J.W Marriot dan Ritz Carlton pada tahun 2009.

Banyak factor yang diduga menjadi penyebab munculnya perilaku radikalisme dan terorisme. Secara umum ada 3 isu utama yang sering dikaitkan dengan terjadinya perilaku radikalisme. Pertama, persoalan-persoalan yang terkait dengan isu internasional seperti ketidak adilan terhadap Negara palestina, kekerasan terhadap penduduk Rohingya, dominasi ekonomi dan politik oleh Negara-negara maju, dan berbagai fakta ketidakadilan lainnya pada tataran gobal. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakpuasan, kebencian dan balas dendam yang diekpresikan dalam bentuk tindakan terror. Kedua, isu-isu nasional, di antaranya menyangkut penetapan dasar Negara, system politik, hukum nasional, dan berbagai isu-isu nasional lainnya. Ketiga, isu ideology agama, yakni adanya upaya untuk memperjuangkan dan memaksakan pemberlakukan ideology agama dengan cara kekerasan.

Perbedaan paham dan ideology adalah sesuatu yang dibolehkan. Bahkan termasuk upaya di dalam memperjuangkan paham itu sendiri. Akan tetapi, ketika upaya perjuangan itu dilakukan secara paksa dan kekerasan dengan mengabaikan aturan yang berlaku, maka di situlah esensi radikalisme dan terorisme. Ideology agama merupakan salah satu isu penting yang perlu dicermati terkait dengan perilaku radikalisme. Pemahaman ideology agama yang sempit dan radikal-ekstrim sering menjadi penyebab munculnya perilaku terorisme. Pemahaman seperti ini ada pada semua agama dan biasanya dimiliki oleh sekelompok kecil dari penganut agama tersebut. Kecenderungan seperti ini terjadi di berbagai tempat dan Negara, termasuk Indonesia. Dalam bukunya berjudul dinamika baru jejaring terror di Indonesia (2014: 15), Asyaad Mbai menyatakan bahwa tipe trorisme di Indonesia adalah terorisme yang dimotivasi oleh agama (religiously motivated). Dari sejumlah kasus terorisme yang terungkap di Indonesia, diketahui bahwa para pelakunya adalah penganut ideology agama yang radikal-ekstrim dan memperjuangkan ideologinya dengan cara kekerasan.

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa perilaku radikal-terorisme berkaitan erat dengan masalah pemahaman sebagai faktor pemicunya. Dengan kata lain, pemahaman yang salah akan menghasilkan tindakan yang salah. Pemahaman yang ektrim-radikal akan menghasilkan tindakan radikal. Tindakan radikal-terorisme merupakan hasil dari adanya pemahaman yang radikal-terorisme. Semakin ekstrim-radikal pemahaman seseorang tentang suatu ideology, semakin tinggi kemungkinanannya untuk melakukan tindakan radikalisme. Pemahaman adalah wilayah kognitif, sedangkan tindakan adalah domain perilaku (behaviour).

(4)

Page | 4 Berangkat dari kondisi tersebut, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghadapi perilaku radikal-terorisme. Pertama, penindakan oleh aparat penegak hukum kepada pelaku terorisme. Upaya ini perlu dilakukan secara tegas supaya ada efek jera bagi para pelaku. Kedua, upaya pencegahan perilaku radikal-terorisme melalui penanaman pemahaman anti radikalisme dan anti terorisme. Pendekatan ini lebih focus kepada upaya untuk membangun suatu pemikiran atau pemahaman yang positif di kalangan masyarakat, sehingga lebih toleran dan konstruktif dalam mensikapi perbedaan.

Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) mempunyai misi utama untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap terjadinya perilaku terorisme. Salah satu upaya yang dianggap penting dan strategi adalah menangkis berbagai pemahaman radikal-terorisme yang berkembang di masyarakat serta mencoba menumbuhkan pemahaman yang anti radikal-terorisme. Tujuannya supaya secara bertahap terjadi proses deradikalime di kalangan masyarakat baik pada tataran pemahaman maupun perilaku.

Untuk mencapai misi tersebut, BNPT mencanangkan sebuah program yang disebut Dialog pencegahan terorisme (DPT). Dialog pencegahan terorisme dijalankan melalui sebuah kelompok diskusi yang sengaja dibentuk oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang ada di provinsi. Kelompok diskusi terdiri dari sejumlah orang dari berbagai kalangan yang secara rutin melakukan dialog dan diskusi, untuk membicarakan berbagai persoalan radikalisme dan terorisme baik pada tataran pemahaman maupun perilaku. Melalui dialog ini diharapkan akan terjadi proses berbagi pemikiran dan pengalaman di antara para peserta diskusi, tentang pemahaman radikalisme dan terorisme. Tujuan akhirnya supaya para peserta memiliki pemahaman yang lebih positif dan konstruktif dalam mensikapi berbagai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga kondusif terhadap terciptanya kehidupan yang adil, damai dan sejahtera.

Dialog pencegahan terorisme ini akan dilaksanakan oleh dan di FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan terorisme) yang ada di berbagai propinsi. Pada tahun 2014 ini direncanakan ada 10 FKPT yang akan membentuk dan melaksanakan program ini. Untuk FKPT Provinsi DKI Jakarta, akan dilaksanaka 2 Kelompok. Kelompok I dilaksanakan untuk Tahap 1 di Hotel Sriwijaya Tanggal 27 Agustus 2014.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Dialog Pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini dimaksudkan untuk menjadi forum dialogis dalam mendapatkan masukan dan formulasi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal

(5)

Page | 5 1. Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan

memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal;

2. Membentuk jejaring masyarakat yang terdiri dari para tokoh yang kredibel dan terpercaya oleh masyarakat dalam menjelaskan definisi dan pencegahan terorisme;

3. Merealisasikan Program Nasional Pencegahan Terorisme secara khusus di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal.

C. RUANG LINGKUP

Dialog pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta ini merupakan suatu Dialog yang diikuti oleh Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama yang dipandang memiliki kapasitas untuk ikut merumuskan strategi pencegahan terorisme serta mengimplementasikan dalam masyarakat Jakarta. Materi pada dialog ini mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang diterbitkan oleh BNPT RI.

(6)

Page | 6

BAB II

PELAKSANAN KEGIATAN

A. NAMA KEGIATAN

Dialog Pencegahan Terorisme di Provinsi DKI Jakarta untuk Kelompok I Tahap 1. B. MAKSUD DAN TUJUAN

Pada Dialog Pencegahan Terorisme di Provinsi DKI Jakarta untuk Kelompok I tahap 1 ini dimaksudkan untuk saling mengenal antara peserta, membangun kepercayaan untuk berinteraksi dan menyepakati hal – hal yang dapat di tindaklajuti pada dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan.

Secara khusus Untuk Kelompok 1 Tahap 1 ini pembahasan dilakukan pada Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional), Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Factor-faktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme dan Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme.

C. PESERTA/ANGGOTA

Peserta terdiri dari 20 orang terdiri dari unsur Ormas Keagamaan, Ormas Kepemudaan, Aktivis Dakwah Buruh dan FKPT Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Biodata terlampir.

D. WAKTU DAN TEMPAT

Hotel Sriwijaya, Jl. Veteran No. 1. Jakarta Pusat Rabu, 27 Agustus 2014

E. JADWAL KEGIATAN

09.00 – 09.05 Pembukaan MC :

09:05 – 09:15 Doa

Dipimpin Oleh : Mahmudin, S.Ag 09:15 – 09:35 Sambutan dan Pembukaan Acara

Oleh : Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi DKI Jakarta (FKPT) : Drs. Zainal Musappa, MM 09:35 – 09:45 Coffe Break

09:45 - 11:30 Sessi 1

Nara Sumber : Mayjend TNI Agus Suryabakti (Deputi 1 BNPT bidang Pencegaha) Moderator : Ramdansyah

(7)

Page | 7 11:30 – 12:30 ISHOMA

12:30 – 14:45 Sessi 2

Nara Sumber : KH. Syarifien Maloko, SH, M.Si Ketua Bidang Dakwah FKPT Provinsi DKI Jakarta Moderator : Agus Riyanto

14:45 – 15:00 Penutup

F. NARA SUMBER/FASILITATOR

Nara Sumber 1 : Mayjend TNI Agus Suryabakti (Deputi 1 BNPT RI)

Nara Sumber 2 : KH. Syarifien Maloko, SH, M.Si (FKPT Provinsi DKI Jakarta)

G. MATERI Diskusi

ke:

Sessi. Pokok dan Subpokok Bahasan Wakt

u Strategi *) Evaluasi 1 1. Mayjend TNI Agus Suryabakti 2 Syarifien Maloko

Konsep dasar radikalisme dan terorisme:

a. Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme b. Sejarah radikalisme dan

trorisme

c. Radikalisme dan terorisme pada tataran global

(internasional)

d. Radikalisme dan terorisme di Indonesia

e. Factor-faktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme.

f. Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme

5 jam Lembar

pengama tan

H. METODE/STRATEGI

Paparan, Tanya jawab, diskusi, simulasi/role playing, foto/video.Fasilitator memberikan Isu terhadap definisi Radikal, Ekstrem dan Teroris untuk diisi oleh peserta terhadap definisi, faktor pemicu dan stategi pencegahannya. Definisi dan faktor pemicu yang ditulis oleh peserta kemudian dibahas dan selanjutnya diperkaya oleh Narasumber dalam paparan dan diskusi.

(8)

Page | 8

I. MEDIA DAN BAHAN AJAR

Laptop, Projector dan Bahan Paparan Multimedia. Bahan ajar mengacu pada Silabus yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme yang di terbitkan oleh BNPT RI.

J. EVALUASI

1. PESERTA : Peserta mewakili unsur kepemudaan, tokoh buruh, tokoh pendidik dan FKPT DKI Jakarta. Meski memiliki perbedaan pemahaman tentang bagaimana terorisme terjadi, namun peserta menyepakati tentang perlunya menghindari kejahatan kemanusiaan dalam terorisme. Keberagaman pemahaman tentang gerakan islam penting dibahas.

2. NARA SUMBER : Narasumber memaparkan tentang materi sesuai target, untuk sessi 1 Nara sumber tidak mengacu pada materi sesuai pedoman sehingga tidak fokus pada Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional). Untuk itu dalam pertemuan mendatang diperlukan adanya diskusi target pencapaian materi.

3. FASILITATOR : Untuk menghindari kesalahan pada sessi 1, Fasilitator membuat role playing terdapat materi dalam bentuk interaksi tertulis terhadap definisi, dan seterusnya. Ini dapat menghidupkan suasana dan menjadikan diskusi mengerucut pada target sesuai pedoman.

4. BAHAN / MATERI : Kurang kesiapan dari nasa sumber untuk memberikan materi yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Dialog. Sehingg sangat minim refensi tertulisnya.

K. HAMBATAN/KENDALA

Keterbatasan data dari BNPT terhadap calon peserta yang dalam catatan radikal, mantan teroris dan tokoh yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman radikal teroris. Kondisi ini diantisipasi oleh FKPT DKI Jakarta dengan mengundang tokoh yang dalam pemahaman FKPT DKI memiliki kapasistas dan relevansi dalam forum Dialog Pencegahan Terorisme di Provinsi DKI Jakarta.

(9)

Page | 9 Dari sisi nara sumber sangat sedikit refensi nara sumber yang memiliki kapasitas dalam menjelaskan anatomi terorisme dan pola pergerakannya.

L. FAKTOR PENDUKUNG

Anggaran : adanya dukungan dana dari BNPT RI dalam Kegiatan Dialog ini Sumber Daya Manusia : Adanya FKPT Provinsi DKI Jakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta Masyarakat : Dukungan masyarakat untuk menghentikan kejahatan

(10)

Page | 10

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL-HASIL YANG DIPEROLEH

Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah salah satunya untuk Mengajak partisipasi masyarakat dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memformulasikan strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal, maka kemudian mengacu pada target materi sebagaimana dimaksud dalam pedoman, pada Dialog Pencegahan Terorisme di Provinsi DKI Jakarta Kelompok II Tahap 1 ini adalah kesepahaman mengenai Pengertian radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme, Sejarah radikalisme dan terorisme, Radikalisme dan terorisme pada tataran global (internasional), Radikalisme dan terorisme di Indonesia, Factor-faktor penyebab tindakan radikalisme dan terorisme dan Solusi umum pencegahan dan penanggulangan terorisme.

Untuk menyepakati pengertian Radikalisme, Ekstrimisme dan Terorisme, fasilitator menyampaikan kepada peserta untuk menyampaikan agar peserta menyampaikan pengertian radikalisme.

Oleh peserta radikalisme di definisikan sebagai berikut (setelah dikelompokkan) :

1. Suatu Pemahaman yang sangat frontal 2. Kegiatan yang menjurus pada kekerasan 3. Kelompok Bawah

4. Pemahaman yang disampaikan dengan kekeraran untuk melukai orang lain 5. Gerakan untuk perubahan secara frontal

6. Gerakan mencapai tujuan dengan kekerasan.

Ekstrimise didefinisikan oleh peserta sebagai (setelah dikelompokkan)

1. Tindakan yang meresahkan

2. Gerakan yang memaksa orang lain mengikuti ajakannya 3. Kegiatan yang mengancam orang lain

4. Pemahaman yang saklek, tanpa kompromi

(11)

Page | 11

Terorisme didefinisikan oleh peserta sebagai (setelah dikelompokkan) :

1. Orang / Sekelompok orang yang melakukan tindakan intimidasi untuk kepentingan politik.

2. Tindakan mengancam orang lain baik dari sisi nyawa, harta ataupun kedudukan 3. Tindakan menakut nakuti orang lain agar resah

Dalam paparannya Mayjend Agus Suryabakti menjelaskan tentang definsi terorime menurut UU No.15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme : Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan situasi teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-oyek vital strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional. Gerakan teroris saat ini dapat diidentifikasi telah terjadi Infiltrasi faham radikal terorisme melalui Rumah Ibadah, Lembaga Pendidikan Keagamaan, Kampus dan Sekolah serta seluruh bidang kehidupan masyarakat, secara Konvensional, Klandestin dan Digital. Meraka memiliki Sistem Perekrutan dan Regenerasi kelompok Terorisme, dan Masih terdapat pandangan keagamaan yang sempit, lemahnya semangat kebangsaan, dan budaya Indonesia, serta ketidakpedulian masyarakat, sehingga diperlukan upaya pembinaan dan pencegahan terorisme belum terintegrasi dan komprehensif.

Memperkaya peserta dengan paparan pada sessi 2 yang disampaikan oleh KH. HM. Syarifien Maloko, SH, MSI tentang makna Jihad.

Pengertian Jihad

Lughawi (bahasa) -Mengerahkan kemampuan dan tenaga yang ada baik dengan perkataan dan perbuatan ( Kamus AL Muhith Fairuz Abadi ).

-Mengerahkan semua kemampuan untuk meraih tujuan ( tafsir An Naysaburi )

-Bersungguh-sungguh ( kamus Idris AL Marbawi ).

Syar’ie -Adalah upaya mengerahkan segala kekuatan baik langsung maupun tidak langsung ( biamwaalikum waanfusikum ) pada jalan ALLAH.

Dalam perspektif seperti yang demikian inilah, Jihad yang diperintahkan dalam islam adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketentuan agama.Ajaran Islam bertujuan merealisasikan dan melindungi kemaslahatan umat manusia (Universal) baik

(12)

Page | 12 individu, masyarakat baik individu, masyarakat atau individu dan masyarakat.Dan oleh karena itu Jihad harus dilaksanakan dengan memperhatikan / menjaga nilai-nilai kemanusiaan sehingga terpeliharanya kemuliaan manusia sebagaimana yang menjadi tujuan utama dalam Islam.

Jihad adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mewujudkan kemuliaan Islam.Penggunaan cara atau jalan harus menjamin tercapainya kemuliaan tujuan.Dan inilah Jihad yang diakui ALLAH dan diperintahkanNYA bagi tuntunan serta bimbingan sehingga terjamin untuk mendapat tuntunan dan bimbingan ALLAH bagi tercapainya tujuan. QS,29:69 (Dan orang orang yang berjihad dijalan KAMI pasti KAMI akan tuntun mereka untuk selalu di jalan KAMI.Sesungguhnya ALLAH selalu bersama dengan orang-orang yang baik ).

QS.5:35 (Dan berjihadlah kamu sekalian dijalan ALLAH agar kamu beruntung.)

Karakteristik Jihad

• Memperbaiki / Membangun

• Menciptakan Kemaslahatan / Ketentraman • Menggunakan Aturan Aturan Umum.

Setiap Muslim berkewajiban melaksanakan Jihad dengan ketentuan-ketentuan diatas dan menghindarkan diri dari pemahaman dan cara pelaksanaan Jihad yang merusak, menakutkan dan apalagi menghancurkan.

Islam sangat keras melarang perbuatan merusak dengan alasan dan tujuan apapun ...(Janganlah berbuat kerusakan karena sesungguhnya ALLAH tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan). QS,28:77

Jihad tidak identik dengan kekerasan sebaliknya sikap tegas dan keras dalam ketaatan beragama adalah perintah agama terlebih dalam situasi / kondisi tertentu yang mengharuskannya.Betapapun demikian sikap memelihara atau tidak menyakiti musuh yang sudah kalah dan menyerah (dalam suatu peperangan), tidak menyakiti wanita dan anak-anak serta tidak merusak tanaman dan ternak musuh tetap diperintahkan dalam Islam.Perang atau berperang di jalan ALLAH hanya dilakukan untuk membalas serangan yang dilancarkan oleh lawan dan itupun hanya diberlakukan secara berimbang / setimpal, tidak melampaui batas. ( QS,2:190 ).

Setiap perbuatan / tindak kekerasan, ancaman kekerasan, merusak dan mematikan manusia dengan bom atau senjata apapun untuk dan atas nama islam adalah tidak benar

(13)

Page | 13 karena beretentangan dengan prinsip-prinsip dan tujuan Syariat Islam.Sebuah perbuatan yang sangat mencederai Islam sebagai agama yang cinta damai.

Kemudian pengertian Terorisme.

Terorisme berasal dari bahasa Perancis (terrorisme) yang kata kerjanya : Terrere (bahasa latin) yang berarti to cause – to tremble menyebabkan menggigil – gemetar.Istilah Terorisme berkait erat dengan Reign of Terror (1793 - 1794) suatu periode paling kelam dalam sejarah Revolusi Perancis (1789 - 1794).

Terorisme adalah pemerintahan melalui intimidasi.

Secara umum Terorisme adalah suatu kebijakan yang diarahkan untuk menyerang melalui teror terhadap orang-orang yang melawan kebijakan tersebut.

Reign of Teror ditandai dengan gelombang pembantaian, penculikan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap musuh negara.

Dalam perkembangan selanjutnya kata Terorisme mulai mengalami perubahan yang kemudian bermuara pada dua pengertian utama yaitu tindak kekerasan dan ancaman kekerasan

Berdasarkan Undang-Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional.

Terorisme hari ini menjadi isu Global.Ia telah menjadi proyek BARAT dan Konspirasi Global dalam mempertahankan pengaruhnya (Hegemoni Global).

Penjajah tak pernah benar-benar bermaksud memerdekakan Negeri jajahannya.

Watak Terorisme Global merampok, membinasakan dengan segala bentuk kekerasan dan atau ancaman kekerasan tanpa peduli pada norma apapun seperti yang dipertontonkan oleh BARAT pada Negara-Negara berkembang termasuk Indonesia.Yang demikian ini menjadi faktor Eksternal Bagi Tumbuhnya rasa benci dan dendam kelompok teroris baru.Sedang yang menjadi faktor Internalnya adalah masalah ketidakadilan, kesenjangan sosial yang memicu kecemburuan sosial.

Karakteristik Terorisme

• Merusak / Menghancurkan

• Menciptakan Ketakutan / Ketidakamanan • Menggunakan Aturan Sendiri (Semaunya).

(14)

Page | 14 Islam adalah agama yang sangat melarang keras untuk semua perbuatan yang merusak dan menyatakan perang terhadap segala bentuk kekerasan dan kedzaliman karena sebagai perbuatan yang melampaui batas.Oleh karena itu Terorisme bukan hanya melanggar peraturan perundang-undangan Negara, tapi lebih dari itu sebuah tindakan yang dilarang keras / diharamkan dalam Islam.

B. PEMBAHASAN

Dalam diskusi yang dilakukan atas paparan atau bahan simulasi yang disampaikan, beberapa peserta menyepakati definisi Terorisme sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional. Menyangkut penyebab, fasilitator menyampaikan agar peserta mengisi apa penyebab terorisme. Didapat pendapat dari peserta sebagai berikut :

1. Penyebab terorisme adalah ketiadaan akses dalam mencapai upaya politik 2. Menyampaikan pesan faham / idelologi kelompok agar didengar

3. Persoalan pribadi seperti sakit hati, bisnis atau cari perhatian

4. Ingin membuat ketidak nyamanan masyarakat yang dengan kondisi itu mendapatkan suatu keuntungan bagi kelompoknya.

Peserta menyepakati suatu pembahasan yang mendalam tentang pengertian, akar persoalan, dan solusi pencegahan terorisme dalam 5 pertemuan mendatang.

C. TINDAK LANJUT

Akan dilakukan pertemuan pada 5 kali mendatang dengan peserta yang tetap dan dengan materi sesuai target materi yang digariskan pada Pedoman Pelaksanaan Dialog Pencegahan Terorisme.

(15)

Page | 15

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Definisi Terorisme Menurut Undang-Undang nomor 15 tahun 2003, Terorisme adalah setiap orang atau kelompok atau sekelompok orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, menimbulkkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang Strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas Publik atau fasilitas Internasional;

2. Peserta menyepakati pentingnya dialog pencegahan terorisme dalam 6 kali pertemuan untuk menghasilkan suatu rekomendasi strategi pencegahan terorisme di Provinsi DKI Jakarta dengan kearifan lokal;

B. SARAN/REKOMENDASI

1. Agar Narasumber lebih memahami target materi setiap pertemuan / sessi perlu diberikan penjelasan mengenai target materi baik lisan maupun tertulis mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Terorisme.

2. Perlunya database narasumber yang memiliki kapasitas untuk menjadi nara sumber pada setiap sessi sesuai target materi.

3. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh BNPT RI tidak semata mata masalah administrasi juga menyangkut tercapainya target materi.

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah melihat faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan pemberian Hak Guna Bangunan dalam rangka penanaman modal dan

Minta murid mengira sudu yang tinggal Minta murid memilih ayat matematik Arahan Guru kepada Murid.

Arti dan pengertian dari Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan Pasal 1 poin (4) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, mendefenisikan sebagai

Peraturan Pemerintah Nomor 43Tahun 2014 tentang Desa juga dijelaskan pada pasal (1) bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

Penyidik yang mengetahui (dengan cara apapun), menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana dan atau

Seberapa besar pengaruh faktor keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, faktor akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, faktor partisipasi, dan faktor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana secara ilmiah tentang Kebijakan Perlindungan Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Dalam Pembaharuan

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sedangkan